EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

GUBERNUR JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PELATIHAN OPERATOR SEKOLAH DAPODIK KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

PENEMPATAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB V. PERKEMBANGAN KEMISKINAN. 5.1 Perkembangan Kemiskinan pada Masa Pemerintahan Orde Baru

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PENANAMAN MODAL DAERAH (RKPPMD) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BERITA RESMI STATISTIK

PELAYANAN KB DAN PENURUNAN AKI AKB DI JAWA TENGAH

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

Provinsi Jawa Tengah. Daftar Lampiran:

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

Transkripsi:

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016

Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah

Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Gorontalo Bengkulu Aceh Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sumatera Selatan Sulawesi Tenggara Lampung Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Sulawesi Barat Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Barat Jambi Sulawesi Utara Riau Kalimantan Barat Sumatera Barat Kalimantan Utara Maluku Utara Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Banten Bali Kep. Bangka Belitung Kalimantan Selatan DKI Jakarta 6.71 6.32 6.22 6.10 5.91 5.78 5.75 5.25 4.83 4.72 3.61 14.07 13.77 13.74 13.53 13.32 13.16 12.28 11.90 10.79 10.12 9.57 9.12 8.98 8.82 8.44 19.36 18.16 17.16 17.11 16.54 22.58 25.73 28.40 Tingkat Kemiskinan dengan Indikator Persentase Penduduk Miskin (%) menurut Provinsi di Indonesia, September 2015 Persentase Penduduk Miskin Provinsi (%) Indonesia (11,13%) Sumber: Badan Pusat Statistik 3

Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Sumatera Utara Nusa Tenggara Timur Sumatera Selatan Lampung Papua Sulawesi Selatan Aceh Nusa Tenggara Barat Banten Riau DI Yogyakarta Sulawesi Tengah Kalimantan Barat DKI Jakarta Sumatera Barat Sulawesi Tenggara Maluku Bengkulu Jambi Papua Barat Bali Sulawesi Utara Kalimantan Timur Gorontalo Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Kep. Riau Maluku Utara Kep. Bangka Belitung Kalimantan Utara 1,508,140 1,160,530 1,112,530 1,100,680 898,210 864,520 859,410 802,290 690,660 562,920 485,560 406,340 405,510 368,670 349,530 345,020 327,770 322,830 311,570 225,540 218,790 217,140 209,980 206,520 189,160 153,210 148,130 114,840 72,640 66,620 40,930 4,775,970 4,505,780 4,485,660 Jumlah Penduduk Miskin (%) menurut Provinsi di Indonesia, September 2015 Sumber: Badan Pusat Statistik 4

Bangka Belitung DKI Jakarta Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Riau Papua Barat Riau Bengkulu Papua Maluku Sumatera Barat Aceh Sumatera Utara Kalimantan Tengah Maluku Utara Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Jambi Lampung Banten DI Yogyakarta Sumatera Selatan Kalimantan Barat Bali Nusa Tenggara Barat Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan 417,164 410,840 406,385 405,279 403,947 401,773 366,137 362,729 362,370 360,949 358,892 358,426 356,771 356,436 347,721 340,958 340,413 331,028 322,689 318,602 316,464 309,314 307,224 307,104 277,479 274,961 269,516 261,854 529,979 503,038 494,207 493,086 480,812 465,348 600,000 Garis Kemiskinan menurut Provinsi di Indonesia, September 2015 Garis Kemiskinan Provinsi (Rp) Garis Kemiskinan Nasional (Rp 334.809) 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Sumber: Badan Pusat Statistik 5

Relevansi Perkembangan Persentase Penduduk Miskin dengan Persentase Alokasi Belanja Kesejahteraan (Prov+Kab/Kota) Provinsi Jawa Tengah, 2012-2014 17.00 15.00 59.88 59.72 61.30 65.00 60.00 55.00 13.00 50.00 11.00 9.00 14.98 14.44 13.58 45.00 40.00 35.00 7.00 30.00 25.00 5.00 2012 2013 2014 Persentase Penduduk Miskin (%) Persentase Alokasi Belanja Kesejahteraan (%) 20.00 Sumber: BPS, Kemenkeu diolah Alokasi Belanja Kesejahteraan = Alokasi Belanja Fungsi Pendidikan + Kesehatan + Perumahan dan Fasilitas Umum + Perlindungan Sosial 6

Relevansi Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs dengan Persentase Alokasi APBD Fungsi Pendidikan (Prov+Kab/Kota) Provinsi Jawa Tengah, 2012-2014 80.00 75.00 39.48 37.39 35.84 45.00 40.00 70.00 35.00 30.00 65.00 60.00 72.52 74.94 78.57 25.00 20.00 55.00 15.00 50.00 2012 2013 2014 APM SMP/MTs (%) Persentase Alokasi APBD Fungsi Pendidikan (%) 10.00 Sumber: BPS, Kemenkeu diolah 7

Relevansi Perkembangan Indikator Kesehatan dengan Persentase Alokasi APBD Fungsi Kesehatan (Prov+Kab/Kota) Provinsi Jawa Tengah, 2012-2014 120.00 14.00 100.00 80.00 10.72 11.00 12.28 12.00 10.00 60.00 40.00 20.00 0.00 91.66 92.67 95.46 31.85 31.93 32.92 2012 2013 2014 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Persentase Alokasi APBD Fungsi Kesehatan (%) Sumber: BPS, Kemenkeu diolah 8

Relevansi Perkembangan Indikator Infrastruktur Dasar dengan Persentase Alokasi APBD Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum (Prov+Kab/Kota) Provinsi Jawa Tengah 2012-2014 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 8.50 10.11 11.96 99.68 99.76 99.78 54.92 60.02 63.28 67.43 53.51 53.25 2012 2013 2014 Proporsi RT dengan Air Minum Layak (%) Proporsi RT dengan Sanitasi Layak (%) Proporsi RT dengan Akses Listrik (%) Persentase Alokasi APBD Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum (%) 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Sumber: BPS, Kemenkeu diolah 9

Upaya Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 10

Penanggulangan Kemiskinan Kebijakan dan Program Pemerintah Pusat dan Daerah Mendorong pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas makro ekonomi, stabilisasi harga, penciptaan lapangan kerja, menjaga iklim investasi, regulasi perdagangan, pengembangan infrastruktur di wilayah-wilayah tertinggal dan lain-lain Menurunkan Beban Pengeluaran Program Perlindungan Sosial BANTUAN SOSIAL Tidak ada iuran JAMINAN SOSIAL Ada iuran Meningkatkan Pendapatan Pemberdayaan masyarakat Dukungan pengembangan usaha mikro (KUR) Pelatihan kerja (BLK) Pendampingan usaha sektoral (KUBE) JHT, JKK, JK Penanggulangan Kemiskinan 11

Upaya Khusus Penguatan Pengendalian Program Bersasaran Pemantapan Penargetan Wilayah Prioritas Pemanfaatan Basis Data Terpadu (BDT) Peningkatan akses pemanfaat program terhadap program bersasaran (penggunaan kartu, dsb.) Pelaksanaan Muskel/Musdes Pemantapan pemantauan pelaksanaan program bersasaran di wilayah prioritas Pemanfaatan Indeks Kesejahteraan Wilayah (IKW) berbasis kemiskinan multidimensi dalam perencanaan fokus program

PENARGETAN BERBASIS WILAYAH 1. Salah satu upaya untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan adalah dengan melakukan penargetan wilayah prioritas pada kantong-kantong kemiskinan (Geographic Targeting of Poverty Alleviation Programs) 2. Penargetan wilayah kantong kemiskinan bukan hal baru dalam program penanggulangan kemiskinan: IDT dan PNPM. 3. Pensasaran wilayah mensasar program didasarkan atas karakteristik/kondisi suatu wilayah misalnya menyangkut tingkat kemiskinan, akses/transportasi, jumlah faskes/fasdik, dan lainnya. 4. Kriteria pemilihan kantong kemiskinan memperhatikan ciri multidimensi dari masalah kemiskinan. Bukan hanya konsumsi/pengeluaran tetapi juga karakteristik wilayah seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, perumahan dan ketenagakerjaan. 13

MENGAPA PENARGETAN BERBASIS WILAYAH 1. Kemiskinan yang terkonsentrasi Masyarakat miskin dapat terkonsentrasi dan merata tinggal dalam suatu wilayah tertentu kriteria pensasaran jumlah/persentase orang miskin atau pemegang KKS/KPS 2. Mengatasi ketertinggalan, keterisolasian wilayah Permasalahan kemiskinan sangat terkait dengan minimnya akses pada layanan dasar dan infrastruktur kriteria dapat berupa ketersediaan layanan dasar/infrastruktur atau jarak untuk mencapainya 3. Mainstreaming penanggulangan kemiskinan dalam pembangunan sektoral dan wilayah Pembangunan sektoral atau wilayah seringkali hanya mengutamakan pertimbangan ekonomi, mainstreaming dapat dilakukan untuk makin mendorong sinergi kebijakan/program untuk penanggulangan kemiskinan

Prioritas Wilayah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah

Wonosobo Kebumen Brebes Purbalingga Rembang Pemalang Banjarnegara Banyumas Sragen Demak Klaten Purworejo Cilacap Grobogan Blora Wonogiri Magelang Karanganyar Pekalongan Boyolali P a t i Kendal Temanggung Batang Kota Surakarta Tegal Sukoharjo Kota Magelang Jepara Kota Tegal Semarang Kota Pekalongan Kudus Kota Salatiga Kota Semarang 21.42 20.50 20.00 19.75 19.50 18.44 17.77 17.45 14.87 14.60 14.56 14.41 14.21 13.86 13.66 13.09 12.98 12.62 12.57 12.36 12.06 11.80 11.55 11.13 10.95 9.87 9.18 8.55 8.05 7.99 5.04 9.14 8.54 8.02 5.93 84,683 165,834 242,308 176,040 119,988 236,979 159,475 283,475 130,277 161,951 168,182 102,107 239,751 186,528 115,976 123,846 160,477 107,292 109,265 118,581 148,054 110,484 85,532 82,118 55,923 140,308 78,854 11,019 100,484 20,938 79,763 23,622 65,803 10,786 355,120 Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota, 2014 Persentase Penduduk Miskin Provinsi (13,58) Nasional (10,96) Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 25.00 20.00 15.00 400000 350000 300000 250000 10.00 200000 150000 5.00 100000 50000 0.00 0 Sumber: Badan Pusat Statistik

Kota Surakarta Kota Magelang Kota Tegal Kota Semarang Kota Pekalongan P a t i Brebes Klaten Kota Salatiga Demak Kudus Banyumas Pekalongan Jepara Rembang Sukoharjo Grobogan Kendal Karanganyar Pemalang Purworejo Kebumen Semarang Purbalingga Tegal Wonosobo Cilacap Sragen Boyolali Blora Magelang Wonogiri Temanggung Banjarnegara Batang 376,143 353,301 348,824 338,398 332,228 327,452 327,231 320,204 315,570 314,211 309,106 306,281 299,914 299,503 291,949 290,827 289,486 288,814 287,358 284,409 277,280 275,612 275,022 271,875 267,548 265,714 255,550 255,391 248,903 246,292 244,761 240,845 229,718 216,952 417,807 Garis Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota, 2014 Garis Kemiskinan (Rp) Garis Kemiskinan Provinsi (Rp 281.570) Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah dengan persentase penduduk miskin di atas nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di antara nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di bawah nasional dan provinsi

Persentase Alokasi Belanja Kesejahteraan (%) Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Persentase Penduduk Miskin dan Persentase Alokasi Belanja Kesejahteraan Provinsi Jawa Tengah, 2014 78.00 Kab. Pekalongan Kab. Banyumas Kab. Kebumen 73.00 68.00 63.00 Kab. Blora Kab. Purbalingga Kab. Wonogiri Kab. Grobogan Kab. Tegal Kab. Brebes Kota Salatiga Kab. Magelang Kab. Sragen Kab. Rembang Kab. Pati Kab. Karanganyar Kab. Klaten Kab. Demak Kab. Jepara Kab. Boyolali Kab. Purworejo Kab. Banjarnegara Kab. Semarang Kab. Pemalang Kab. Sukoharjo Kab. Wonosobo Kota Tegal Kab. Kendal Kab. Cilacap Kota Semarang Kab. Kudus Kota Magelang Kab. Batang Kab. Temanggung Kota Pekalongan Kota Surakarta 58.00 5.00 7.00 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 Persentase Penduduk Miskin (%) Sumber: BPS, Kemenkeu diolah

Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Purworejo Kab. Wonosobo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal 73.31 79.18 79.78 71.34 81.77 82.37 66.63 74.13 77.07 76.07 79.17 85.62 90.67 80.09 86.65 85.75 90.42 80.91 74.08 79.30 78.45 79.86 72.69 80.22 76.37 71.32 71.78 79.73 70.54 84.81 83.90 88.05 89.19 76.84 76.50 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota, 2014 Kab/Kota Nasional (77.53%) Provinsi Jawa Tengah (78.57%) Sumber: Badan Pusat Statistik

Persentase Alokasi APBD Fungsi Pendidikan (%) Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Pendidikan dan Persentase Alokasi APBD Fungsi Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2014 Kab. Klaten Kab. Wonogiri Kab. Magelang Kab. Kebumen Kab. Karanganyar Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Sragen Kab. Pemalang Kab. Sukoharjo Kab. Purworejo Kab. Brebes Kab. Cilacap Kab. Purbalingga Kab. Blora Kab. Pekalongan Kab. Boyolali Kab. Kendal Kab. Pati Kab. Grobogan Kab. Tegal Kota Surakarta Kab. Temanggung Kab. Rembang Kab. Wonosobo Kab. Demak Kab. Jepara Kab. Batang Kab. Kudus Kota Magelang Kab. Semarang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kota Semarang Kota Tegal 54.00 49.00 44.00 39.00 34.00 29.00 66.00 71.00 76.00 81.00 86.00 91.00 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) A A A Daerah dengan persentase penduduk miskin di atas nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di antara nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di bawah nasional dan provinsi Sumber: BPS, Kemenkeu diolah

Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Purworejo Kab. Wonosobo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal 93.19 98.58 90.44 96.05 94.89 94.10 93.87 95.98 96.55 99.31 98.87 99.17 100 97.26 97.49 97.93 98.75 100 99.08 96.58 96.17 97.36 98.41 96.75 96.06 84.33 90.84 91.61 84.37 100 100 98.65 99.40 99.37 99.43 Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota, 2014 Kab/Kota Nasional (87.09%) Provinsi Jawa Tengah (95.46%) Sumber: Badan Pusat Statistik

Persentase Alokasi APBD Fungsi Kesehatan (%) 26.00 Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Kesehatan dan Persentase Alokasi APBD Fungsi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014 Kota Tegal Kota Magelang Kab. Semarang Kab. Pekalongan Kota Salatiga Kab. Tegal Kota Pekalongan Kab. Purbalingga Kab. Kebumen Kab. Boyolali Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Pati Kab. Wonosobo Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Kendal Kab. Wonogiri Kab. Brebes Kab. Purworejo Kab. Demak Kab. Kab. Kudus Kab. Sukoharjo Kab. Cilacap Kab. Temanggung Kab. Pemalang Kab. Banjarnegara Kab. Karanganyar Kab. Klaten Kota Semarang Kab. Magelang Kota Surakarta 24.00 22.00 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 84.00 86.00 88.00 90.00 92.00 94.00 96.00 98.00 100.00 102.00 Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) A A A Daerah dengan persentase penduduk miskin di atas nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di antara nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di bawah nasional dan provinsi Sumber: BPS, Kemenkeu diolah

Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Purworejo Kab. Wonosobo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal 67.84 61.88 58.74 31.07 67.87 68.78 15.57 62.24 66.24 81.86 91.26 71.06 87.68 79.38 69.70 60.23 69.95 82.64 86.20 48.12 76.93 74.46 42.80 65.13 53.74 49.50 64.11 54.89 62.07 76.90 84.19 92.61 91.93 89.91 84.73 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota, 2014 Kab/Kota Nasional (61.08%) Provinsi Jawa Tengah (67.43%)

Persentase Alokasi APBD Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum (%) Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Infrastruktur Dasar dan Persentase Alokasi APBD Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Provinsi Jawa Tengah, 2014 25.00 23.00 21.00 19.00 17.00 15.00 13.00 11.00 9.00 7.00 5.00 15.00 25.00 35.00 45.00 55.00 65.00 75.00 85.00 Kota Semarang Kota Salatiga Kab. Demak Kab. Jepara Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Wonosobo Kab. Pekalongan Kab. TegalKab. Brebes Kab. GroboganKab. Pati Kab. Banjarnegara Kab. Purbalingga Kab. Semarang Kab. Kudus Kab. Banyumas Kab. Kebumen Kota Kab. Magelang Kab. Purworejo Kab. Pemalang Kab. Cilacap Kab. Boyolali Kab. Sragen Kota Tegal Kab. Sukoharjo Kab. Batang Kab. Kendal Kab. Wonogiri Kota Magelang Kab. Karanganyar Kab. Temanggung Kota Surakarta Kab. Klaten Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) A A A Daerah dengan persentase penduduk miskin di atas nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di antara nasional dan provinsi Daerah dengan persentase penduduk miskin di bawah nasional dan provinsi Sumber: BPS, Kemenkeu diolah

DIMENSI PRIORITAS I PRIORITAS II PENDIDIKAN Wonosobo Demak Temanggung Batang Kudus Kota Pekalongan Kota Tegal KESEHATAN Brebes Rembang Cilacap Wonosobo Purworejo Banjarnegara Demak Magelang INFRASTRUKTUR DASAR Banyumas Pemalang Cilacap Kebumen Magelang Boyolali Batang Kendal Temanggung Klaten Banyumas Banjarnegara Brebes Pemalang Cilacap Magelang Pekalongan Boyolali Sukoharjo Purbalingga Kebumen Pekalongan Tegal Batang Wonosobo Banjarnegara Purbalingga Brebes Blora Pekalongan Jepara Tegal RINGKASAN DAERAH PRIORITAS MENURUT DIMENSI PENDIDIKAN, KESEHATAN, DAN INFRASTRUKTUR DASAR Daerah dengan kemiskinan di atas nasional dan provinsi

Terima kasih