EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PETANI SINGKONG

dokumen-dokumen yang mirip
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6.A TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

GUBERNUR PAPUA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 18 TAHUN

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004

BAB II PERENCANAAN KINERJA

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN KEDAULATAN PANGAN MELALUI SERTIFIKASI BENIH

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KEPALA

KAJIAN POTENSI PENGGUNAAN BY PRODUCT INDUSTRI PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOPELLET UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KINERJA (LKJ)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 61 TAHUN 2016

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan. Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan. Indikator Kinerja Program (outcomes) dan Kegiatan (output)

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

KEPALA BUPATI NGAWI, HARSONO SEKRETARIAT UPTD SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG TATA PERKOTAAN DAN PERDESAAN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Transkripsi:

Bidang Unggulan: Singkong Sebagai Bahan Baku Pangan dan Industri Kode/Nama Rumpun Ilmu: 596/Ilmu Hukum EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PETANI SINGKONG PENELITI Halif, SH., M.H. (0005077901) UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2013 1

Upaya Pemerintah Kabupaten Jember Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Petani Singkong Peneliti : Halif 1 Mahasiswa Terlibat : Sumber Dana : BOPTN 2013 1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jember ABSTRAK Dalam rangka menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Jember khususnya dan nasional umumnya. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan yang menyatakan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman dan terjangkau. Untuk memenuhi ketahanan pangan tersebut tidak mungkin hanya menghandalkan peningkatan produksi dari padi dan jagung, namun harus didukung oleh sumber pangan lainnya, salah satunya adalah singkong. Untuk memenuhi ketahanan pangan dari komoditas singkong dan meningkatkan kesejahteraan petani singkong di Kabupaten Jember, harus dilakukan upaya-upaya untuk memberikan perlindungan hukum kepada petani singkong. Perlindungan hukum ini dengan sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan petani singkong, karena hak-hak dasar sebagai petani telah dijamin untuk terpenuhi. Dengan demikian kesejahteraan petani akan terwujud dan akan meningkat. Kata kunci : Perlindungan Hukum, Petani Singkong, Kabupaten Jember 1

Upaya Pemerintah Kabupaten Jember Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Petani Singkong Peneliti : Halif 1 Mahasiswa Terlibat : Sumber Dana : BOPTN 2013 1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jember I. Latar Belakang dan Tujuan Penelitian 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan menempatkan singkong sebagai bagian dari produk pertanian yang harus ditingkatkan keberadaannya agar ketahanan pangan nasional dapat terpenuhi. Pasal 2 Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan dalam ketentuan umumnya memberikan definisi pangan sebagai berikut, segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Dari definisi tersebut singkong merupakan salahsatu jenis pangan yang dihasilkan dari sumber hayati pertanian. Demikian juga dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.140/10/2009 Tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, disebutkan bahwa gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal merupakan upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal yang dilakukan oleh pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian, dan penganggaran. Salah satu dari percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal tersebut adalah singkong. 2

Kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil singkong di Jawa Timur, produksi singkong diharapkan selalu meningkat, mengingat singkong telah menjadi salah satu jenis pangan yang mendukung ketahanan pangan lokal dan nasional, serta telah menjadi bahan utama dari beberapa jenis makanan. Ironisnya, harapan meningkatkan produksi singkong tidak disertai dengan kebijakan yang dapat meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan petani singkong itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dianalisa upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jember dalam memberikan perlindungan hukum kepada petani singkong di Kabupaten Jember, sebagai suatu jaminan hak yang harus terpenuhi oleh petani singkong di Kabupaten Jember. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa dan menjawab rumusan masalah sebagai berikut: 1. Menganalisa upaya Pemerintah Kabupaten Jember dalam memberikan perlindungan hukum kepada petani singkong? 2. Menganalisa perlindungan hukum yang diberikan Pemerintah Kabupaten Jember dapat meningkatkan kesejahtraan petani singkong? II. Metodologi Penelitian 2.2 Tipe Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, digunakan metode penelitian sosio-legal. Hukum atau dalam kontek penelitian ini adalah kebijakan, terdiri atas ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak, untuk memperoleh gambaran bagaimana ide-ide tersebut diwujudkan dalam praktik, penelitian ini juga secara proporsional menggunakan tipe penelitian sosio-legal. Tujuannya agar dapat memberikan penjelasan bermakna tentang gejala hukum yang diinterpretasi secara faktual. Adapun fakta sosial itu dapat dijelaskan dengan bantuan hukum, demikian pula kaidah-kaidah hukum dapat dijelaskan dengan bantuanbantuan fakta-fakta sosial. 1 1 Meuwissen dalam Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, 2006, hlm. 450. 3

III. Hasil Penelitian 3.1 Upaya Pemerintah Kabupaten Jember Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Petani Singkong Teori hukum tradisional mengajarkan bahwa hukum merupakan seperangkat aturan dan prinsip-prinsip yang memungkinkan masyarakat mempertahankan ketertiban dan kebebasannya. 2 Berdasarkan teori hukum tradisional tersebut menjadikan tujuan hukum sebagai pencipta ketertiban, sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Hobbes, bahwa hukum merupakan kebutuhan dasar bagi keamanan individu di tengah orang-orang liar yang suka saling memangsa, hukum juga merupakan alat yang penting bagi terciptanya masyarakat aman dan damai. 3 Dalam perkembangannya, tujuan hukum untuk menciptakan ketertiban tidak tepat sebab yang dimaksudkan keadaan tidak kacau balau sebenarnya bukannya tertib (order), melainkan damai sejahtera (peace). 4 Sebagaimana terungkap dalam bagian akhir Kode Hamurabi bahwa di dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya, dan adanya perlindungan hukum bagi rakyat. 5 Secara umum, perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subjek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat prefentif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan perlindungan hukum terhadap petani menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petanai adalah segala upaya untuk membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan iklim. Upaya Pemerintah Kabupaten Jember dalam memberikan perlindungan hukum kepada petani singkong di Kabupaten Jember pada tiga tahapan, pertama pada masa pratanam; kedua pada masa tanam; dan ketiga pada masa pasca tanam. Tiga tahapan perlindungan hukum yang diberikan Pemerintah Kabupaten Jember 2 Munir Fuady, Aliran Hukum Kritis (Paradigma Ketidakberdayaan Hukum), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 1. 3 Bernard L. Tanya dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, CV. KITA, Surabaya, 2006, hlm. 55. 4 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 128. 5 Ibid. 4

kepada petani singkong dilaksanakan oleh dinas yang berhubungan dengan petani singkong dan pengelolaan tanaman singkong. 6 Pada masa pratanam dan masa tanam upaya perlindungan hukum kepada petani singkong dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Jember. Sedangkan pada masa pasca tanam, upaya perlindungan hukum terhadap petani singkong dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember. Namun perlu diketahui bahwa upaya perlindungan hukum yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jember dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember dalam aspek kebijakannya. Upaya perlindungan hukum pada masa pratanam dan pada masa tanam yang dilakukan oleh Dinans Pertanian Kabupaten Jember terhadap petani singkong sebagai berikut: 7 1. Upaya peningkatkan perkembangan usaha agribisnis melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani. 2. Upaya peningkatan ketersediaan pangan. 3. Upaya peningkatan kemampuan petani dan kelembagaan petani. 4. Upaya peningkatan kinerja aparat. Sedangkan upaya perlindungan hukum pada masa pasca tanam kepada petani singkong di Kabupaten Jember merupakan ujung tombak guna meningkatkan kesejahteraan petani singkong. Upaya perlindungan hukum pada masa pasca tanam dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jember memiliki peranan untuk melakukan upaya-upaya dalam mengatur dan mengelola hasil dari tanaman singkong (pasca tanam). Upaya Disperindag Kabupaten Jember dalam memberikan perlindungan hukum kepada petani singkong dilakukan pada tataran perindustrian dan perdagangan. Pada tataran perindustrian upaya yang dilakukan Disperindag Kabupaten Jember memberikan suport non bajiter yakni bantuan dalam bentuk alat untuk mengolah singkong menjadi produk yang lebih bermutu dan memiliki nilai 6 Hasil wawancara dengan Abdul Halim Kepala Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Jember 7 RENSTRA Dinas Pertanian Kabupaten Jember Tahun 2011-2015 5

berikut: 9 1. Menyesuaikan ketentuan hukum dan regulasi yang berkaitan dengan lebih untuk dijual. Namun, sebelum bantuan dalam bentuk peralatan tersebut didistribusikan kepada yang berhak, Disperindag mengadakan diklat atau pelatihan untuk mengembangkan keterampilan petani dalam mengolah hasil tanaman singkong. 8 Upaya yang dilakukan Disperindag di atas sesuai dengan kebijakan Disperindak Kabupaten Jember yang tertuang dalam Renstra 2010-2015 sebagai perijinan Kebijakan tersebut diarahkan pada penyesuaian Peraturan Daerah dengan ketentuan hukum dan regulasi tentang perijinan di bidang perdagangan dan pertambangan umum untuk memberikan kepastian berusaha, persaingan usaha yang sehat serta perlindungan konsumen. 2. Meningkatkan sistem pelayanan administrasi, informasi, potensi dan peluang Investasi. Kebijakan tersebut diarahkan pada penyediaan data dan informasi potensi peluang investasi asing maupun dalam negeri di Kabupaten Jember untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, penyerapan lapangan kerja dan terbukanya kesempatan berusaha melalui kerjasama kemitraan antara unit-unit usaha baru dengan investor. 3. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha, keamanan berusaha serta mencegah terjadinya ekonomi biaya tinggi. Kebijakan tersebut diarahkan pada penciptaan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kepastian berusaha, perlindungan konsumen dan mencegah praktek persaingan usaha tidak sehat. 4. Memfasilitasi pengembangan institusi dan sistem informasi pasar yang seluas-luasnya untuk memperlancar arus barang dan jasa serta mendorong ekspor non migas melalui pola kemitraan. 8 Hasil wawancara dengan Achmad Sudiyono Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember. 9 RENSTRA Dinas Perindudtrian dan Perdagangan Tahun 2010-2015. 6

Kebijakan tersebut diarahkan untuk mendukung sistem distribusi perdagangan yang efektif dan efisien, memperluas pemasaran produk serta mendorong perkembangan komoditi ekspor Kabupaten Jember. 5. Mengembangkan industri yang berbasis potensi daerah utamanya produk yang berorientasi pada ekspor. Kebijakan tersebut diarahkan pada pengembangan industri yang berbasis pada potensi daerah utamanya produk yang berorientasi ekspor, berdaya saing, dan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi. 6. Mendorong tumbuhnya industri rumah tangga yang berbasis bahan baku lokal Kebijakan tersebut diarahkan pada pengembangan industri yang berbasis bahan baku lokal dengan mendorong tumbuh dan berkembangnya industri rumah tangga serta kerajinan. 7. Mewujudkan usaha pertambangan umum dan energi yang berwawasan lingkungan. Kebijakan tersebut diarahkan pada pengoptimalisasi, pengendalian dan pengawasan kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan melalui pengendalian eksploitasi air bawah tanah, pemerataan distribusi listrik dan migas serta tersedianya data/ informasi daerah rawan bencana. 3.2 Upaya Pemerintah Kabupaten Jember Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Dapat Meningkatkan Kesejahteraan Petani Singkong Jikalau mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang pada tanggal 6 Agustus 2013 disahkan, mendefinisikan perlindungan petani adalah segala upaya untuk membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan iklim. Berdasarkan pada pengertian ini petani singkong wajib memperoleh perlindungan dalam bentuk bantuan menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan iklim. 7

Perlindungan petani dapat dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sebagai berikut: 1. Prasarana dan sarana produksi pertanian; 2. Kepastian usaha; 3. Harga komuditas pertanian; 4. Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi; 5. Ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa; 6. Sistem peringatan dini dan penaganan dampak perubahan iklim; dan 7. Asuransi pertanian. Berdasarkan unsur-unsur perlindungan petani di atas, kebijakan-kebijakan terhadap pengelolaan tanaman singkong dalam melindungi petani singkong di Kabupaten Jember telah dilakukan melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember. Prasarana dan sarana produksi pertanian telah diberikan dan ditingkatkan oleh Dinas Pertania Kabupaten Jember. Kepastian usaha juga telah diwujudkan oleh Disperindag Kabupaten Jember. Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi juga dilakukan oleh Disperindag. Sedangkan ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa, sistem peringatan dini adanya perubahan iklim dan asuransi pertanian belum diwujudkan oleh Dinas Pertanian dan Disperindag Kabupaten Jember. IV. Kesimpulan Berdasarlan hasil dari pembahasan dan hasil dari analisis di atas akhirnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dalam rangka untuk memberi perlindungan hukum kepada petani singkong di Kabupaten Jember, Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember melakukan beberapa upaya sebagai berikut: a. Upaya perlindungan terhadap petani singkong yang dilakukan Dinas Petanian Kabupaten Jember sebagai berikut: 8

- Peningkatkan perkembangan usaha agribisnis melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani. - Peningkatan ketersediaan pangan. - Peningkatan kemampuan petani dan kelembagaan petani. - Peningkatan kinerja aparat. - Peningkatan peyuluhan dan sosialisasi serta bantuan permodalan b. Upaya perlindungan terhadap petani singkong yang dilakukan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jember sebagai berikut: - Pada tataran perindustrian upaya yang dilakukan Disperindag Kabupaten Jember memberikan suport non bajiter yakni bantuan dalam bentuk alat untuk mengolah singkong menjadi produk yang lebih bermutu dan memiliki nilai lebih untuk dijual. - Upaya Disperindag dalam bidang perdagangan guna meningkatkan penghasilan petani singkong yaitu memfasilitasi para pengusaha yang berhubungan dengan petani singkong untuk melakukan kerjasama secara langsung, melalui kerjasama tersebut petani singkong dapat diuntungkan karena proses perdagangannya tidak melalui pihak ketiga. 2. Sedangkan nilai-nilai perlindungan yang dibutuhkan oleh petani singkong agar mampu meningkatkan kesejahteraan petani singkong di Kabupaten Jember adalah sebagaiberikut: a. Prasarana dan sarana produksi pertanian; b. Kepastian usaha; c. Harga komuditas pertanian; d. Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi; e. Ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa; f. Sistem peringatan dini dan penaganan dampak perubahan iklim; dan g. Asuransi pertanian. 9

V. Saran Adapun saran yang akan direkomendasikan dalam penelitian ini, setelah melakukan penelitian dan pembahasan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam memberikan perlindungan kepada petani singkong di Kabupaten Jember telah maksimal. Namun, upaya tersebut perlu untuk ditingkatkan kearah yang lebih konkrit dan memiliki kepastian hukum bagi petani, sehingga perlindungan terhadap petani selalu dapat terwujud. Artinya upaya atau program perlindungan yang dilakukan Dinas Pertanian dapat dirumuskan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yakni Peraturan Pemerintah Daerah (PERDA) Kabupaten Jember. 2. Nilai-nilai yang dibutuhkan oleh petani singkong Kabupaten Jember sebagai instrumen untuk melindungi petani singkong dapat dijadikan sumber materiel dalam merumuskan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Jember Tentang Perlindungan Petani di Kabupaten Jember. Namun demikian, harus diidentifikasi lagi kebutuhan-kebutuhan petani singkong yang perlu dilindungi agar kesejahteraannya meningkat. 10