BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adatistiadat

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan berkelanjutan, karena di samping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. di dunia khususnya negara berkembang. Menurut data WHO didapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana merupakan program yang mendunia, hal ini sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and Development (ICPD) yang dilaksanakan di Kairo Mesir 1994, serta hasil kesepakatan pertemuan ICPD di Den Haang tahun 1999, yang menegaskan bahwa program KB disepakati untuk diperluas dan dikembangkan menjadi program kesehatan reproduksi. ICPD tahun 1994 yang menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sehat fisik, mental, sosial dan ekonomi baik secara menyeluruh dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi meliputi fungsi, dan prosesnya (Suratun, Sri, Tien, dan Saroha, 2008). Keluarga Berencana adalah suatu cara untuk mengatur intervensi di antara kehamilan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami-istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Mubarak dan Nurul, 2009). Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan caracara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan kapan

akan memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003, diketahui bahwa keikutsertaan suami sebagai peserta KB masih sangat rendah, yaitu 1,3% yang terdiri dari pemakai kondom 0,9% dan vasektomi 0,4%. Persentase ini tentu sangat rendah dibandingkan perempuan yang mencapai 59% dari total 60,3% peserta KB (BPS, 2004). Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kesertaan KB pria antara lain : kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan; pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga dalam ber-kb rendah; keterbatasan penerimaan dan aksebilitas (keterjangkauan) pelayanan kontrasepsi pria; adanya anggapan, kebiasaan serta persepsi dan pemikiran yang salah yang masih cenderung menyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada para istri atau perempuan (Suryono, 2008). Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia adalah 237.556.363 orang dan merupakan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Penambahan jumlah penduduk yang terbesar mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap program pembangunan. Permasalahan

kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk, masih tingginya tingkat kelahiran penduduk, kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur tentang hak-hak reproduksi, rendahnya partisipasi pria dalam ber-kb. Capaian akseptor KB perempuan di Indonesia secara umum cukup memuaskan yaitu mencapai 59% dari 60,3% peserta KB Suntik, namun jika dibandingkan dengan kepesertaan KB pria masih sangat jauh dari yang diharapkan Partisipasi suami sebagai peserta KB masih sangat rendah yaitu 1,3% yang terdiri dari pemakai kondom 0,9%, Vasektomi 0,4% (BKKBN, 2012). Persentase peserta KB Baru dan KB Aktif pada akseptor MOP dan Kondom di Indonesia yaitu ; Akseptor MOP dalam KB Baru; Aceh 33 jiwa (0,02%), Sumatera Utara 4.722 jiwa (1,05%), dan Jawa Barat 3.235 jiwa (0,21%). Akseptor Kondom dalam KB Baru; Sumatera Utara 60.898 jiwa (13,51%), Gorontalo 2.245 jiwa (4,89%), dan Maluku Utara 1.805 jiwa (4,11%). Sedangkan KB Aktif dalam akseptor MOP; Jawa Barat 60.709 jiwa (0,86%), Sumatera Utara 10.475 jiwa (0,72%), dan Aceh 218 jiwa (0,04%). Akseptor Kondom dalam KB Aktif; Sumatera Utara 108.722 jiwa (7,48%), dan Aceh 61.150 jiwa (9,10%). Dalam hal ini jumlah PUS di Indonesia yaitu ; Sumatera Utara 2.210.958 jiwa, Jawa Barat 9.047.576 jiwa, Jawa Timur 7.740.907 jiwa, dan Papua Barat 146.097 jiwa (Riskesdas, 2013). Data Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Utara pada bulan Desember 2014 pencapaian peserta KB aktif (PA) terhadap PUS pada akseptor MOP yaitu ; Medan 2.523 (0,8%), Deli Serdang 2.719 (0,8%), Kota Tebing Tinggi 201 (0,8%), Kota Pematang Siantar 172

(0,4%), Dairi 213 (0,6%), dan Pakpak Bharat 202 (2,62%). Sedangkan akseptor KB Kondom di Sumatera Utara yaitu ; Langkat 10.246 (5,13%), Medan 16.878 (5,03%), Serdang Bedagai 4.955 (4,27%), Binjai 974 (2,45%), Tebing Tinggi 641 (115,9%), Karo 4.401 (222,7%), dan Asahan 3.105 (97,8%) (PKKBN, 2014). Data Badan Perwakilan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Utara pada bulan Maret dan April 2015 pencapaian peserta KB aktif terhadap PUS pada akseptor MOP yaitu : Karo 0 (0,0%), Medan 133 (50,8%), Samosir 0 (0,0%), Binjai 0 (0,0%) dan Serdang Bedagai 38 (70,4%). Sedangkan pada bulan April peserta KB MOP yaitu : Medan 67 (6,1%), Tebing tinggi 31 (44,3%) dan Serdang Bedagai 18 (5,1%). Hasil penelitian Sitompul (2013), menunjukkan bahwa hampir ada perbedaan responden berada pada kategori baik dengan cukup baik yaitu 35,3%, untuk kualitas pelayanan KB mayoritas baik yaitu 70,2%, istri tidak mendukung suami dalam KB sebanyak 58,4%, untuk akses pelayanan KB sebagian besar tidak mudah yaitu 88,2%, sedangkan untuk budaya mayoritas tidak setuju yaitu 68,9%. Hasil penelitian Yunita (2012), menunjukkan bahwa dari 68 orang yang berpengetahuan baik sebanyak 34 orang (50,0%), Kualitas pelayanan yang baik sebanyak 63 orang (92,6%), Dukungan istri terhadap suami dalam KB mengatakan tidak setuju sebanyak yaitu 44 orang (64,7%), Akses pelayanan KB mengatakan tidak mudah mendapatkannya sebanyak yaitu 60 orang (88,2%), dan dari segi budaya yang mengatakan tidak setuju sebanyak yaitu 62 orang (91,2%). Kecamatan Medan Tuntungan merupakan kecamatan dengan jumlah akseptor KB terendah setelah kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang pada

tahun 2014 : sebanyak 9,350 Akseptor (78,14%). Jumlah kelahiran di Kecamatan Medan Tuntungan pada tahun 2014: 436 kelahiran per tahun. Berdasarkan survey BPPKB Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Tuntungan, jumlah PUS yang menjadi akseptor KB aktif sampai dengan Desember 2014 : 9,350 akseptor, dengan proporsi akseptor KB MOP 0,49%, dan Kondom 4,39% (Profil BPPKB Kota Medan, 2014). Data Badan Perwakilan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kota Medan pada bulan Januari s/d Juni 2015 pencapaian peserta KB aktif terhadap PUS pada akseptor MOP yaitu ; pada bulan januari pencapaian peserta KB aktif yang tertinggi di Medan Belawan sebanyak 270 peserta (2,20%), dan yang terendah di Medan Baru sebanyak 23 peserta (0,57%), sedangkan di Medan Tuntungan peserta KB aktif sebanyal 35 peserta (0,41). Jumlah peserta KB Baru dari bulan Januari s/d Juni 2015 pencapaian peserta KB baru terhadap PUS pada akseptor MOP yaitu ; Medan Tuntungan 0 (0,00%), Medan Belawan 0 (0,00%), dan Medan Baru 0 (0,00%). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Medan Tuntungan yaitu jumlah kunjungan peserta KB aktif pada pria tahun 2013 yaitu kondom sebanyak 3 orang dan tahun 2014 jumlah peserta KB aktif pria yaitu kondom sebanyak 2 orang. Adapun tindakan pelayanan KB pria dari Puskesmas Medan Tuntungan yaitu KB gratis untuk pria yang diadakan dari Dinas Kesehatan Kota Medan. Pada tahun 2013 peserta KB pria yang terdiri dari pemakai kondom sebanyak 21 orang, vasektomi sebanyak 11 orang dari VI kelurahan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah

peserta KB pria yaitu yang terdiri dari pemakai kondom sebanyak 13 orang, vasektomi sebanyak 19 orang dari VI kelurahan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Dan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan kebanyakan penduduknya suku karo, mereka masih beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. Serta suami di Kecamatan Medan Tuntungan masih merasa malu jika ikut menjadi peserta KB. Data jumlah PLKB di Puskesmas Medan Tuntungan yaitu sebanyak 2 orang, sedangkan jumlah PLKB di Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 3 orang. Hal ini menjadi pengaruh rendahnya keikutsertaan pria ber-kb, karena akses pelayanan sangat minim di dapat oleh masyarakat yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Hasil survei yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan yang tinggal di lingkungan Puskesmas Medan Tuntungan kebanyakan suku Karo. Mereka masih beranggapan bahwa KB hanya digunakan oleh para istri, dan mereka memiliki prinsip bahwa dalam keluarga harus memiliki keturunan laki-laki. Jika dalam keluarga mereka belum memiliki anak laki-laki, suami melarang istri untuk menggunakan KB. Para suami saja melarang para istri untuk menggunakan KB, maka para suami juga enggan untuk menggunakan KB. Dari data diatas tersebut dapat dilihat bahwa keikutsertaan suami dalam KB masih sangat rendah. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kurangnya keikutsertaan suami dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah Dari uraian diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktorfaktor apa yang berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam program KB di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam Program Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dalam keikutsertaan suami ber-kb di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui hubungan Akses pelayanan dalam keikutsertaan suami ber-kb di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui hubungan Dukungan Istri dalam keikutsertaan suami untuk ber-kb di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 4. Untuk mengetahui hubungan Sosial budaya dalam keikutsertaan suami ber- KB di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 1.4. Hipotesis 1.4.1. Hipotesis Penelitian Dari perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka konsep, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa faktor pengetahuan berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 2. Diduga bahwa faktor Akses pelayanan berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 3. Diduga bahwa faktor Dukungan Istri berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 4. Diduga bahwa faktor Sosial budaya berhubungan dengan keikutsertaan suami dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi penduduk di Kecamatan Medan Tuntungan dengan keikutsertaan suami, sehingga meningkatkan jumlah keikutsertaan suami dalam ber-kb. 2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Kependudukan, Catatan Sipil, KB dan Keluarga Sejahtera Kecamatan Medan Tuntungan untuk perencanaan Program Keluarga Berencana (KB). 3. Sebagai refrensi dan bahan masukan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan dan PLKB (petugas lapangan keluarga berencana) untuk upaya peningkatan jumlah keikutsertaan suami dalam program KB.