BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 STUDI LOKASI DAN SIMULASI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

BAB V Perhitungan Harga Jual Energi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah BAB V PERHITUNGAN HARGA JUAL ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut di Balikpapan

Dengan memasukkan nilai dari setiap alternatif diperoleh hasil grafik sebagai berikut :

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA GUNUNG RINTIH KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembangunan PLTMH di Desa Beringin Tinggi Kecamatan Jangkat Timur Kabupaten Merangin Propinsi Jambi

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Perbaikan PLTMH di Desa Rantau Kermas Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin Propinsi Jambi

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengalir melalui sungai-sungai. Ketinggian aliran sungai tersebut dapat

DRAFT PATENT LINTASAN RANTAI BERBENTUK SEGITIGA PYTHAGORAS PADA ALAT PEMBANGKIT ENERGI MEKANIK DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI POTENSIAL AIR

Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut di Balikpapan

BAB VI PENUTUP. (7,97-16,8) GWh sedangkan energi bahan bakar rata-rata dalam tiap bulannya adalah 14,6 GWh

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

STUDI POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO HEAD RENDAH SUNGAI CISANGKUY KABUPATEN BANDUNG (KAJIAN EKONOMIS)

BAB II DASAR TEORI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR PUMPED STORAGE. Pembangkit Listrik Tenaga Pompa (Pumped Storage) adalah sebuah tipe

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun

Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS AKHIR - TE STUDI PENGONTROL BEBAN ELEKTRONIK PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SELOLIMAN, TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO

1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

Perizinan Usaha Penyediaan dan Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Toha Ardi Nugraha

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-satu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

KMT-2. Munandar Sai Sohar 1, Danang Sudira 2, Agus Artadi 3, Paulus Wendi Saputra 4

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyediaan energi

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

BAB I 1. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tidak lain adalah investasi. Berbeda dengan pengertian ongkos (expenses), yang

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pertambahan jumlah penduduk yang makin tinggi. 2) Perkembangan yang cukup pesat di sektor jasa dan industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ahmad Ragana Yudha, 2014 Optimalisasi Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Berskala Pico Hydro

SUATU GAGASAN DALAM MEMACU PROGRAM KELISTRIKAN DESA DI SUMATERA UTARA BONGGAS L. TOBING

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari sumber pengadaan energi saat ini, sumber bahan bakar minyak merupakan

Simulasi dan Analisis Sistem Pembangkit Hibrida Mikrohidro/Diesel

KAJI ANALITIK POTENSI DAYA LISTRIK PLTMH DI AIR TERJUN MUARA JAYA DESA ARGAMUKTI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SEWON. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : WELLY EKA CHARISMA NPM.

MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR EXTENDED ABSTRACT

Latar Belakang. Permasalahan. Tujuan

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

: PT P T PL P N N (P

LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO

ARTIKEL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT. IbM

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro)

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan penyediaan energi listrik sebagai sarana penunjang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum. 3.2 Lokasi Penelitian

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 BUS

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini energi listrik adalah kebutuhan utama bagi semua orang di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO UNTUK MODUL PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KONVERSI ENERGI

Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Transkripsi:

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi Hasil simulasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi energi tahunan apabila turbin dinaikkan kapasitas debitnya atau jumlah turbin dilipatgandakan. Penggunaan dua turbin 3,5 m 3 /s dan pemanfaatan sebuah turbin dengan debit 1,5 kali lebih besar berturut-turut dapat meningkatkan energi tahunan terbangkit 1,46 dan 1,09 kali lebih besar dibanding energi tahunan sistem 1 turbin 3,5 m 3 /s. Meski begitu, perlu kajian ekonomis apakah penggunaan dua sistem ini dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar juga atau tidak, mengingat dengan melakukan penambahan kapasitas turbin atau menambah jumlah turbin mengharuskan biaya investasi juga menjadi lebih besar. Pada penambahan kapasitas debit turbin, kapasitas komponen mekanikal elektrikal lainnya juga harus ditingkatkan. Dengan meningkatkan debit turbin 1,5 kali lebih besar, daya keluaran turbin juga naik 1,5 kali lebih tinggi. Untuk itu dibutuhkan genarator berkapasitas 1,5 kali lebih besar untuk menampung penambahan daya. Sistem transmisi mekanik juga harus mampu mengakomodasi peningkatan daya ini. Hal yang sama juga berlaku untuk sistem distribusi listrik dan bahkan sarana sipil. Transformator yang digunakan harus memiliki kapasitas 1,5 kali lebih tinggi. Dengan penambahan debit, berarti ukuran sarana sipil pembawa air juga relatif mesti diperbesar. Pada penggunaan dua turbin, berarti jumlah generator dan sistem transmisi mekanik juga menjadi dua kali lebih banyak, yang artinya membutuhkan investasi mekanikal-elektrikal dua kali lebih besar ketimbang sistem satu turbin. Penggunaan sistem dua turbin juga membutuhkan debit total yang dua kali lebih banyak, sehingga membutuhkan ukuran dan sarana sipil yang relatif lebih besar. 36

Berbagai pertimbangan ekonomis harus diambil sebelum dilakukan perubahan kapasitas total sistem seperti di atas. Berikut ini dipaparkan berbagai pertimbangan ekonomi tersebut : Hasil studi literatur dan wawancara yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa pembangkit mikrohidro 1 turbin yang berkapasitas antara 100-1000 kw memiliki nilai investasi awal sekitar Rp 18-27 juta/kw terbangkit [8], [11], [14]. Harga ini tergantung pada banyak parameter, seperti kualitas komponen yang akan digunakan, asal produk (lokal atau impor), sarana dan prasarana transportasi menuju lokasi pembangkit, dan sebagainya. Secara umum, dapat dikatakan untuk sistem 1 turbin dengan daya keluaran yang tidak terlalu berbeda jauh, biaya investasi yang dikeluarkan naik secara linear sesuai dengan kenaikan kapasitas daya sistem. Untuk sistem dengan dua turbin, investasi per kwnya tidak sama, karena untuk kapasitas daya yang naik dua kali lipat, tidak mutlak membutuhkan investasi yang juga dua kali lebih besar. Hal ini disebabkan pada pembangunan sistem 2 turbin, tidak semua sarana dan peralatan harus ditingkatkan jumlah atau kapasitasnya menjadi dua kali lebih besar/banyak. Sebagai pendekatan, dalam studi ini digunakan harga Rp 20 juta/kw untuk sistem 1 turbin. Harga sistem 2 turbin disesuaikan lewat beberapa pertimbangan di bawah ini. Sistem 1 Turbin Pada sistem 1 turbin debit 3,5 m 3 /s, daya keluaran turbin adalah 374 kw. Apabila digunakan generator dengan efisiensi 0,9 dan sistem transmisi mekanik memiliki efisiensi 0,95, maka daya listrik yang berhasil dibangkitkan generator adalah 374 kw x 0,95 x 0,9 = 319,77 kw. Dengan harga Rp 20 juta/kw terbangkit, maka sistem ini membutuhkan total investasi sebesar Rp 6.395.400.000. Dari jumlah ini, sesuai dengan persentase biaya kebutuhan pembangkit di Tabel 2.2, 27% investasi digunakan sebagai biaya investasi pipa pesat (Rp 1.726.758.000). Komponen mekanikal elektrikal memutuhkan 26% total investasi, yaitu sebesar Rp 1.662.804.000, sedangkan sarana dan pekerjaan sipil mengambil persentase 25% 37

investasi sejumlah Rp 1.598.850.000. Kebutuhan lainnya adalah sistem distribusi listrik 9% (Rp 575.586.000), perencanaan awal 4% (Rp 255.816.000), dan peralatan teknis lainnya 2% (Rp 127.908.000). Sisanya adalah kontingensi sebesar 7% (Rp 447.678.000) Sistem 2 Turbin Dengan menambah jumlah turbin, maka debit total yang dibutuhkan juga menjadi dua kali lipat. Untuk itu, dibutuhkan pipa pesat yang berukuran dua kali lebih besar dibanding pipa pesat sistem 1 turbin. Hasil wawancara menyimpulkan bahwa harga pipa pesat ditentukan oleh panjang dan luas bahan penyusunnya. Harga ini naik secara linear sesuai dengan kenaikan dimensi bahan tersebut. Karena dibutuhkan ukuran pipa pesat yang dua kali lebih besar, maka harga pipa pesat sistem dua turbin pun menjadi dua kali harga pipa pesat sistem 1 turbin, yaitu sebesar Rp 3.453.516.000 Karena jumlah peralatan mekanikal-elektrikal (turbin, generator, sistem transmisi mekanik) dua kali lebih banyak, maka biaya totalnya pun menjadi dua kali lebih besar, yaitu Rp 3.325.608.000 Untuk menampung kenaikan debit air, ukuran beberapa sarana sipil pembawa aliran air, seperti bendung, intake, kanal, dan forebay harus diperbesar. Anggap dengan debit dua kali lebih besar, maka dimensi sarana-sarana tersebut juga naik dua kali lipat, sehingga harganya juga menjadi dua kali lebih besar. Sarana sipil lainnya adalah jalan akses ke lokasi powerhouse. Diperlukan biaya pembebasan tanah yang tidak sedikit, apalagi daerah di sekeliling lokasi powerhouse di sungai Cisangkuy- Pataruman adalah tanah pertanian yang masih subur. Karena akses masuk tidak terpengaruh dengan penambahan jumlah turbin, maka biaya komponen sipil tidak naik secara drastis. Biaya pembangunan powerhouse juga naik karena ukuran powerhouse menjadi lebih basar untuk menampung jumlah komponen mekanikalelektrikal yang lebih banyak. Secara keseluruhan, biaya sarana dan pekerjaan sipil diperkirakan naik 1,8 kali menjadi Rp 2.877.930.000. 38

Pada sistem distribusi listrik, jumlah transformator tetap satu, hanya saja kapasitasnya naik dua kali lebih besar. Hasil wawancara dengan pihak sebuah workshop mikrohidro menyimpulkan bahwa harga transformator tidak naik secara linear seiring kenaikan kapasitasnya. Selain itu, dimensi transformator mikrohidro yang relatif sama (walaupun kapasitasnya berbeda) juga membuat biaya pengangkutannya tidak naik secara drastis. Untuk itu, biaya sistem distribusi listrik diperkirakan naik sekitar 1,8 kali menjadi Rp 1.036.054.800 Biaya perencanaan seperti biaya studi kelayakan dan desain teknis relatif tetap, yaitu sebesar Rp 255.816.000. Begitu juga dengan biaya pengadaan peralatan teknis yang jumlahnya tidak berubah, sekitar Rp 127.908.000 Biaya-biaya di atas adalah subtotal (93%) investasi, yaitu sebesar Rp 11.076.832.800 Ditambah kontingensi 7%, maka total investasi adalah Rp 11.910.572.903. Investasi per kwnya adalah Rp 19.592.819. Untuk sistem dengan satu turbin, dalam studi ini harga per kwnya dianggap sama, Rp 20 juta/kw. Berikut ini biaya investasi untuk sistem-sistem yang akan ditinjau : Tabel 4.1 Perkiraan investasi Sistem Daya terbangkit (kw) Investasi (Rp) 1 turbin debit 3,5 m 3 /s 319,77 6.395.400.000 1 turbin debit 5,25 m 3 /s 470,25 9.405.000.000 2 turbin debit @ 3,5 m 3 /s 607,91 11.910.572.903 4.2 Energi Tahunan Sistem 1 Turbin Energi tahunan keluaran turbin sistem 1 turbin debit 3,5 m 3 /s adalah 2856,73 MWh. Dengan efisiensi transmisi mekanik 0,95, efisiensi generator 0,9, dan susut di jaringan distribusi 2%, maka energi tahunan sistem ini adalah 2856,73 MWh x 0,9 x 0,95 x 0,98 = 2393,65 MWh. Dalam studi ini, diasumsikan pembangkit beroperasi 39

dalam waktu 0,9 tahun. Sisa 0,1 tahun digunakan untuk proses overhaul. Oleh karena itu, energi tahunan sistem 1 turbin 3,5 m 3 /s ini adalah 0,9 x 2393,65 MWh = 2154,29 MWh. Pada sistem 1 turbin 5,25 m 3 /s, energi tahunan yang dihasilkan turbin adalah 3126,10 MWh, dan sama seperti perhitungan sebelumnya, energi tahunan yang siap dijual adalah sebesar 2357,42 MWh. Sistem 2 Turbin Energi tahunan keluaran dua turbin 4172,65 MWh. Dari jumlah ini, 64% energi diperoleh dari turbin pertama, yaitu sebesar 2670,5 MWh. Sisanya, 1502,15 MWh, diperoleh dari turbin kedua. Apabila digunakan transmisi mekanik dan generator yang sama dengan sistem 1 turbin, maka energi keluaran tahunan generator turbin kesatu adalah 2670,5 MWh x 0,95 x 0,9 = 2283,28 MWh, sedangkan energi listrik tahunan yang dihasilkan generator turbin kedua adalah 1502,15 MWh x 0,95 x 0,9 = 1284,33 MWh. Daya keluaran dua generator masuk ke jaringan distribusi dengan susut 2%, sehingga energi tahunan yang dihasilkan adalah (2283,28+1284,33) MWh x 0,98 = 3496,26 MWh. Untuk waktu operasi 0,9 tahun, maka energi listrik yang berhasil diproduksi tiap tahunnya adalah 3146,63 MWh. Tabel berikut ini merangkum energi tahunan keluaran masing-masing sistem : Tabel 4.2 Energi tahunan Sistem Energi tahunan (MWh) 1 turbin debit 3,5 m 3 /s 2154,29 1 turbin debit 5,25 m 3 /s 2357,42 2 turbin debit 3,5 m 3 /s s 3146,63 4.3 Perhitungan Cashflow 4.3.1 Investasi dan Pinjaman Dana investasi seluruhnya berasal dari pinjaman bank, dengan bunga pinjaman sebesar 14%. Pinjaman diasumsikan harus dikembalikan dalam jangka waktu 10 tahun. Cara pembayaran pinjaman dilakukan secara anuitas selama 10 tahun 40

dengan bunga 14%. Pada sistem 1 turbin debit 3,5 m 3 /s, pinjaman sebesar Rp 6.395.400.000 dibayar secara anuitas selama 10 tahun dengan jumlah pembayaran per tahunnya sebesar 10 0,14(1 0.14) A Rp 6.395.400.000 x Rp 1.226.084.779 10 (1 0,14) 1 Cara pembayaran yang sama juga berlaku untuk kedua sistem lainnya. 4.3.2 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari gaji karyawan (manajer teknis, dan operator), biaya administrasi, dan biaya pemeliharaan sarana pembangkit. Dua komponen biaya pertama tidak terpengaruh dari jumlah dan kapasitas pembangkit. Namun biaya pemeliharaan umumnya dipengaruhi oleh besarnya investasi. Semakin mahal sarana/komponen investasi, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat dan menjaga kondisi sarana tersebut juga relatif lebih mahal. Apabila rata-rata gaji 4 orang karyawan adalah Rp 2 juta/bulan, maka dalam setahun harus dikeluarkan Rp 2 juta x 12 x 4 = Rp 96 juta sebagai biaya gaji. Biaya administrasi diasumsikan Rp 2 juta/tahun. Biaya pemeliharaan dalam studi ini dianggap 2% dari investasi awal. Biaya operasi dan pemeliharaan ini diasumsikan naik 4% per tahun [7]. 4.3.3 Biaya Lingkungan dan Sosial Iuran bulanan yang jumlahnya relatif harus disiapkan untuk masyarakat sekitar, sebagai bentuk kepedulian sosial dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena bangunan dan proses pembangkitan dilakukan di sekitar perumahan penduduk. Biaya ini diasumsikan Rp 4 juta/bulan (Rp 48 juta/tahun), dan naik 1% per tahun. 4.3.4 Pendapatan Penjualan Energi Listrik 41

Dengan tarif Rp 715/kWh, maka pendapatan yang diperoleh dari penjualan energi tahunan adalah : Sistem 1 Turbin 3,5 m 3 /s : 2154,29 MWh/thn x Rp 715/kWh = Rp 1.540.316.392/thn Sistem 1 Turbin 5,25 m 3 /s : 2357,42 MWh/thn x Rp 715/kWh = Rp 1.685.557.639/thn Sistem 2 Turbin @ 3,5 m 3 /s : 3146,63 MWh/thn x Rp 715/kWh = Rp 2.249.845.520/thn Carbon Credit Setiap kwh listrik yang diproduksi pembangkit listrik berbahan bakar energi takterbarukan dianggap menghasilkan 0,74 kg CO2 [8]. Proyek pembangkit mikrohidro memproduksi energi listrik tanpa menghasilkan CO 2, dengan begitu dapat diartikan mikrohidro mengurangi jumlah CO 2 yang dihasilkan dari setiap produksi energi listrik. Setiap ton reduksi CO 2, donatur (negara-negara penghasil CO 2 dengan jumlah yang melewati batas) akan memberikan insentif sebesar 5 USD. Dengan produksi MWh energi per tahunnya, maka pembangkit mikrohidro sistem 1 turbin debit 3,5 m 3 /s di atas berhak atas insentif Carbon Credit sebesar 2154,29 MWh/tahun x 0,74 kg/kwh x 5 USD/ton x Rp 9200/USD = Rp 73.331.986/tahun, sistem 1 turbin debit 5,25 m3/s menerima insentif Crabon Credit sebesar 2357,42 MWh/tahun x 0,74 kg/kwh x 5 USD/ton x Rp 9200/USD = Rp 80.246.688/tahun, dan mikrohidro sistem 2 turbin memperoleh pendapatan Carbon Credit sebesar 3146,63 MWh/tahun x 0,74 kg/kwh x 5 USD/ton x Rp 9200/USD = Rp 107.111.527/tahun. Tabel di bawah ini merangkum pedapatan per tahun masingmasing sistem. 42

Tabel 4.3 Pendapatan tahunan (dalam rupiah) Sistem Penjualan energi Carbon Credit Total 1 turbin 3,5 m 3 /s 1.540.316.392 73.331.986 1.613.648.378 1 turbin 5,25 m 3 /s 1.685.557.639 80.246.688 1.765.804.327 2 turbin @ 3,5 m 3 /s 2.249.845.520 107.111.527 2.356.957.047 Pendapatan hasil penjualan energi yang telah dijelaskan di atas hanya terjadi di tahun pertama. Dengan kenaikan tarif sebesar 2%/tahun, maka pendapatan tahun kedua, contoh, sistem 1 turbin 3,5 m 3 /s adalah Rp 1.571.122.720, dan seterusnya. Pendapatan dari Carbon Credit tidak mengalami kenaikan. Semua biaya dan pendapatan dimasukkan ke dalam tabel cashflow yang ada di Lampiran. Pada bagian bawah tabel cashflow masing-masing sistem, dicantumkan hasil perhitungan beberapa metode evaluasi ekonomi lewat bantuan spreadsheet. 43