ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

3-5kg/batang sehingga menghasilkan buah yang lebih baik mutunya.

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KUBIS DI KABUPATEN KARANGANYAR. Program Studi Agribisnis

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI. Oleh : YULIANA

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

pendapatan sampingan diluar pertanian, sehingga dapat menekan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI KEDELAI VARIETAS GROBOGAN DI DESA TUKO KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI. ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA (Citrullus vulgaris) PADA LAHAN PASIR DI PANTAI KABUPATEN KULON PROGO

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JANGGELAN DI KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN WONOGIRI

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BONEMARAWA KECAMATAN RIOPAKAVA KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

ANALISIS USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3)

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH TESIS

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN KARANGANYAR (ECONOMIC

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN

EFISIENSI EKONOMI FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BROKOLI DI KELURAHAN KAKASKASEN. Juliana R. Mandei Christy P. Tuwongkesong

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA DI KABUPATEN BREBES

PENGARUH IRIGASI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CAISIM (Brassica chinensis L.) Abstract PENDAHULUAN

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR COST AND REVENUE ANALYSIS OF RICE FARMING IN KARANGANYAR REGENCY

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

ABSTRACT. Keywords: efficiency, mentik susu organic rice, production factors ABSTRAK

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

OPTIMASI PENGGUNAAN MASUKAN PADA PRODUKSI BUNGA POTONG KRISAN (Crysanthemum sp.) DI KABUPATEN SEMARANG

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA POLEGANYARA KECAMATAN PAMONA TIMUR KABUPATEN POSO

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

Analisis Usahatani Bawang Merah di Desa Sumberkledung Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN SINDUE KABUPATEN DONGGALA

ISSN: AGRINEÇA, VOL. 11 NO. 1 JANUARI 2011

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

72 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA BOYA BALIASE KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. By :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI BERAS MERAH ORGANIK (ORYZA NIVARA) DAN BERAS PUTIH ORGANIK (ORYZA SATIVA)

USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

IV METODE PENELITIAN

Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum) di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI WORTEL DI KABUPATEN KARANGANYAR

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

Transkripsi:

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN Wahyu Tri Kusumasari, Joko Sutrisno, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 6 A, Kentingan, Surakarta 5726, Telepon : +62 27 67457 Email: haibara.aix@gmail.com. Telp. 088699804 Abstract: This research was prepared to know the cost, revenue, and income of Melon farming; determine the effect of the use of production factors on the production of melon, determine the level of economic efficiency in use of production factor at Melon farming in Sragen Regency, and make recommendations the use of production factors in order to achieve the highest level of economic efficiency. The basic method of research is descriptive analytic by survey techniques. The research was conducted at Tanon Subdistrict and Gemolong Subdistrict. The result of this research showed the cost of melon farming was Rp 5.5.700,00/ ha/ MT. While farming revenue of Rp 95.009.700,00/ ha / MT and farm income of Rp 4.856.000,00/ ha / MT. The correlation of the use of production factors was realized in the Cobb Douglas production function model: 0,764 Y = 2,505.X.X 0,655.X -0,06 4.X 0,000 5.X -0,07 6.X 0,02 7.X 0,085-8.X 9 0,008. The results of the regression analysis showed that individually, the land, labor, KCl and liquid pesticides also having effect the melon production and positive correlations obviously. The result of analyzed of economic efficiency showed that combination of the usage of production factors at melon farming not yet reached the highest economic efficiency. Keywords: Melon Farming, Production Factors, Economic Efficiency Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani melon; mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi melon; mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani melon; dan menyusun rekomendasi penggunaan faktorfaktor produksi agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan pelaksanaannya dengan teknik survey. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanon dan Kecamatan Gemolong. Biaya usahatani melon sebesar Rp 5.5.700,00,00/ha/MT, penerimaan usahatani sebesar Rp 95.009.700,00/ha/MT, dan pendapatan usahatani sebesar Rp 4.856.000,00/ha/MT. Hubungan penggunaan faktor-faktor produksi dengan produksi melon dinyatakan dengan model fingsi 0,764 produksi Cobb-Douglas, sebagai berikut: Y = 2,505.X.X 0,655.X -0,06 4.X 0,000 5.X -0,07 0,02 6.X 7.X 0,085 8.X -0,008 9. Hasil regresi menujukkan secara individual, faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, pupuk KCl dan pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi melon. Kombinasi penggunaan faktor produksi pada usahatani melon di Kabupaten Sragen belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Kata Kunci: Usahatani Melon, Faktor Produksi, Efisiensi Ekonomi

2 PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian dan posisi strategis sektor pertanian dalam pencapaian swasembada pangan. Selain itu, sektor pertanian berperan dalam memperluas sumber devisa yang berasal dari komoditas nonmigas dan menaikkan taraf hidup petani serta mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sektor pertanian di Indonesia sangat mungkin dikembangkan khususnya tanaman buah-buahan yang memiliki peran penting bagi manusia karena merupakan sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Samadi (995) menyatakan kegiatan budidaya tanaman hortikultura, yang meliputi sayuran dan buah-buahan, semakin diminati petani. Hal ini terjadi karena komoditas ini mampu memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman padi dan palawija pada areal sawah yang sama. Beberapa komoditas hortikultura seperti tanaman cabai, semangka dan melon menuntut pekerjaan yang lebih intensif dan biaya yang lebih besar. Namun demikian keuntungan yang diraih sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan. Menurut Rukmana (994), melon merupakan salah satu jenis buahbuahan yang makin populer di dunia. Melon mempunyai karisma tersendiri di kalangan konsumen maupun produsen (petani). Kabupaten Sragen adalah salah satu daerah pertanian yang mengusahakan melon. Pada tahun 20, Kabupaten Sragen memberikan kontribusi 6,90% terhadap produksi melon di Provinsi Jawa Tengah. Tanaman melon di Kabupaten Sragen telah mengikuti standar ASEAN Good Agricultural Practices (GAP). Dipilihnya Kabupaten Sragen sebagai lokasi percobaan untuk penerapan teknologi tanaman melon ASEAN GAP karena Sragen merupakan sentra budidaya melon di Jawa Tengah. Perkembangan budidaya melon di Kabupaten Sragen dapat dilihat dari luas panen dan produksi melon selama lima tahun terakhir seperti yang tertera pada Tabel. Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa produktivitas melon di Kabupaten Sragen selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi dengan tingkat produktivitas rata-rata selama tahun 2006-20 sebesar 240,44 kw/ha atau 24,04 ton/ha. Namun tingkat produktivitas melon di Kabupaten Sragen masih dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan menurut Dinas Pertanian Kabupaten Sragen potensi tingkat produktivitas melon dapat mencapai lebih dari 50 kw/ha atau 5 ton/ha. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 luas lahan dan produksi melon terus mengalami peningkatan. Peningkatan produksi melon pada empat tahun terakhir dapat dikarenakan meningkatnya luas panen melon. Luas panen yang cenderung meningkat tersebut menjadi peluang bagi peningkatan produksi melon di Kabupaten Sragen. Pada tahun 200 dan tahun 20 produksi melon mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan luas panen pada tahun 200 dan tahun 20 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sehingga mempengaruhi produksi melon.

Tabel. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Melon di Kabupaten Sragen Tahun 2006-20 Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi (Kw) (Ha) (Kw/ Ha) 2006 50.597 2,94 2007 54 2.98 29,22 2008 84 20.097 29,25 2009 68 8.657 20,0 200 2.86 250,50 20 08 27.7 25,60 Jumlah 595 4.258.442,6 Rata-rata 99,7 2.876, 240,44 Sumber: BPS Kabupaten Sragen Tahun 20 Tujuan dari penelitian ini adalah 40 orang yang merupakan petani yang untuk mengetahui besarnya biaya, menjalankan usahatani melon varietas penerimaan, dan pendapatan pada Action. Pengambilan sampel petani usahatani melon; faktor-faktor produksi melon menggunakan metode yang mempengaruhi produksi melon; mengetahui tingkat efisiensi ekonomi proportional random sampling, yaitu pengambilan petani sampel berdasarkan penggunaan faktor-faktor produksi perbandingan besar kecilnya dari subsub pada usahatani melon; menyusun populasi petani dan diambil secara rekomendasi penggunaan faktor-faktor random (Soekartawi, 995). Penentuan produksi agar mencapai tingkat jumlah petani sampel dari masingmasing efisiensi ekonomi tertinggi. desa dilakukan dengan menggunakan rumus: METODE PENELITIAN Nk Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual (Surakhmad,994). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Daerah penelitian dalam penelitian ini adalah. Kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Tanon dan Kecamatan Gemolong dan desa yang terpilih adalah Desa Gawan, Desa Slogo, Desa Ngembatpadas dan Desa Kwangen. Sampel kecamatan dan desa dipilih dengan kriteria mempunyai ratarata luas lahan dan produksi yang terbesar. Jumlah petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ni = x40 N. () Keterangan Ni adalah jumlah petani sampel dari desa i, Nk adalah jumlah populasi petani dari desa I yang memenuhi syarat dan N merupakan jumlah petani dari seluruh desa sampel. Tabel 2.Jumlah Petani Melon Tiap Desa dan Jumlah Sampel Petani yang Diambil No. Desa Populasi Sampel. Gawan 5 0 2. Slogo 28 8. Kwangen 0 6 4. Ngembatpadas 0 6 Total 6 40 Sumber: Data Primer

4 Analisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani melon menggunakan rumus: PdU = PrU Be = (Hp x Y) Be. (2) Keterangan: PdU = pendapatan usahatani melón (Rp/Ha/MT), PrU = penerimaan usahatani melón (Rp/Ha/MT), Be = Biaya eksplisit (biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam usahatani melon) (Rp/Ha/MT), Hp = harga melon per kg (Rp), Y = produksi melon (kg). Analisis pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani melon menggunakan model modifikasi fungsi produksi Cobb Douglas dengan rumus: Y = a X b.x b2 2.X b.x b4 4.X b5 b6 5. X 6.X b7 7.X b8 b9 8.X 9... () Keterangan: Y = Hasil Produksi melon (Kg), X = Luas lahan (Ha), X 2 = Benih (Kg), X = Tenaga kerja (HKP), X 4 = Pupuk kandang (Kg), X 5 = Pupuk SP- 6 (Kg), X 6 = Pupuk ZA (Kg), X 7 = Pupuk KCl (Kg), X 8 = Pestisida cair (cc), X 9 = Pestisida padat (Kg), a = Konstanta, b b 9 = Koefisien regresi. Model fungsi produksi Cobb Douglas harus diubah ke dalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakannya menjadi: Log Y = log a + b log X + b 2 log X 2 + b log X + b 4 log X 4 + b 5 log X 5 + b 6 log X 6 + b 7 log X 7 + b 8 log X 8 + b 9 log X 9... (4) Selanjutnya untuk menguji apakah faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil produksi melon dilakukan Uji F (F-test). Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi melon digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan uji t dan untuk mengetahui faktor produksi mana yang paling berpengaruh diantara faktor produksi yang lain digunakan uji standard koefisien regresi (bi ) dengan rumus : Si bi Sy b i = (4) Keterangan: bi : Standar koefisien regresi parsial, bi: Koefisien regresi untuk masukan ke-i, Si: Standar deviasi masukan ke-i, Sy: Standar deviasi hasil produksi. Nilai standar koefisien regresi parsial yang paling besar merupakan variabel yang paling berpengaruh pada produksi melon. (Arief, 99). Sementara besarnya proporsi atau sumbangan faktor-faktor produksi terhadap variasi hasil produksi digunakan Uji Adjusted R 2 dengan rumus: n R 2 = ( R 2. (6) ) n k (5) Keterangan: R 2 = R 2 yang disesuaikan, n : jumlah sampel, R 2 : R 2 yang belum disesuaikan, k : jumlah variabel. Untuk mengkaji penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-6, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair, dan pestisida padat pada usahatani melon mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi dengan menggunakan rumus: = 2 2. (5) = 9... = = (6). (7) 9 Keterangan: i = Nilai produk marginal untuk faktor produksi Xi. Dimana nilai i merupakan hasil kali dari Produk Fisik Marginal (PFM) dengan Harga hasil produksi (Py). i = Harga faktor produksi Xi. Kriteria yang digunakan sebagai berikut: () Apabila / =, =

5 berarti penggunaan faktor produksi xi telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, (2) Apabila / >, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien. () Apabila / <, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Petani Sampel Identitas petani sampel merupakan gambaran umum mengenai kondisi petani sebagai pelaku usahatani. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Identitas Petani Sampel Usahatani Melon MT April Juli 202 di Kabupaten Sragen. No. Identitas Petani Keterangan. 40 2. 49. 4. 5. Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD (orang) c. SLTP (orang) d. SLTA (orang) e. Perguruan Tinggi (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif di usahatani (orang) Rata-rata luas lahan garapan (Ha) Rata-rata pengalaman berusahatani melon (th) 6. 7. Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani adalah 49 tahun yang berarti masih tergolong dalam usia produktif (5-64 tahun), dimana dengan usia yang masih produktif mereka dapat melaksanakan kegiatan usahataninya dengan lebih baik dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam berusahatani. Dari 40 responden, terdapat petani berpendidikan SD, 2 petani berpendidikan SMP, 9 petani berpendidikan SMA dan 8 petani berpendidikan perguruan tinggi. Ratarata jumlah anggota kelurga petani melon di Kabupaten Sragen yaitu 4 orang, sednagkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani adalah 2 orang. 0 2 9 8 4 2 0,26 2 Hubungan Faktor-faktor Produksi dengan Produksi Melon Hubungan antara faktor produksi dengan produksi dalam usahatani melon ditunjukkan dengan modifikasi fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini dan dimasukkan dalam rumus modifikasi dari fungsi produksi Cobb-Douglas adalah luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-6, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair, dan pestisida padat. Modifikasi fungsi produksi Cobb- Douglas merupakan fungsi produksi non linear berganda yang dalam penggunaannya harus dilinearkan dengan cara melogaritmakan terlebih dahulu. Hasil dari logaritma ini adalah fungsi produksi linear berganda. Model fungsi produksi usahatani melon adalah sebagai berikut:

6 Y = 4,075.X 6,027 6,827. X 2. X 0,622. lahan dan benih (X 2 ) terjadi X -0,056 4.X 0,0 5.X -0,062 0,288 6.X 7.X 0,082 8. multikolonearitas. Salah satu cara yang -0,007 X 9 dapat digunakan untuk mengobati Model fungsi produksi tersebut multikolinearitas yaitu dengan apabila dilogaritmakan menjadi: Log Y = Log 4,075 6,027 log X + 6,827 log X 2 + 0,622 log X 0,056 log X 4 + 0,0 log X 5 0,062 log X 6 + 0,288 log X 7 + 0,082 log X 8 0,007 log mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi. Variabel benih dikeluarkan, sehingga diperoleh model persamaan yang baru adalah sebagai berikut: X 9 0,764 Y = 2,505.X.X 0,655.X -0,06 4. Keterangan: Y = Hasil Produksi melon (Kg), X = Luas lahan (Ha), X 2 = Benih (Kg), X = Tenaga kerja (HKP), X 4 = Pupuk kandang (Kg), X 5 = Pupuk SP-6 (Kg), X 6 = Pupuk ZA (Kg), X 7 = Pupuk KCl (Kg), X 8 = Pestisida cair (cc), X 9 = Pestisida padat (Kg). Dari hasil analisis regresi dengan melihat Matrik Pearson Corelation, menunjukkan bahwa variabel luas (X ) X 0,000 5.X -0,07 6.X 0,02 7.X 0,085-0,008 8.X 9 Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produksi Melon. Pengaruh penggunaan faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-6, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair dan pestisida padat secara bersama-sama terhadap produksi melon dapat diketahui dengan melakukan Uji F (F-test). Tabel 4. Analisis Varians Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Melon MT April Juli 202 di Kabupaten Sragen Model Jumlah df Kuadrat F tabel Sig. F hitumg Kuadrat Tengah Regression,7 8 0,7 Residual 0,229 0,007 Total,600 9 Keterangan : **) : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa, nilai F hitung sebesar 2,8 lebih besar dari F tabel (2,255). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-6, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair dan pestisida padat secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap produksi melon di Kabupaten Sragen. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi melon dapat diketahui melalui uji keberartian koefisien regresi dengan uji t (t-test). Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa variabel luas lahan memiliki nilai t hitung sebesar,22. Hal ini (α: 5%) 2,8** 2,255 0,000 a berarti variabel luas lahan berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap produksi melon karena variabel luas lahan memiliki angka yang lebih besar apabila dibandingkan dengan angka t tabel yaitu 2,040. Hal ini berarti setiap peningkatan luas lahan akan meningkatkan produksi melon. Variabel tenaga kerja memiliki angka t hitung 2,97 yang lebih besar dibandingkan dengan angka pada t tabel yaitu 2,040, sehingga variabel tenaga kerja berpengaruh nyata dan mempunyai hubungan positif terhadap produksi melon. Variabel pupuk KCl mempunyai angka pada t hitung yang bernilai 2,542. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel

7 (2,040) sehingga variabel pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap produksi melon dan mempunyai hubungan yang Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel (2,040) sehingga variabel pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap positif terhadap produksi melon. produksi melon dan mempunyai Variabel pupuk KCl mempunyai angka hubungan yang positif terhadap pada t hitung yang bernilai 2,542. produksi melon. Tabel 5. Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Melon MT April Juli 202 di Kabupaten Sragen No Variabel Koefisien t tabel Sig t hitung Regresi ( :5%). Luas lahan 0,764,22** 2,040 2. Tenaga Kerja 0,655 2,97** 2,040. Pupuk Kandang -0,06-0,5 ns 2,040 4. Pupuk SP-6-0,000-0,006 ns - 2,040 5. Pupuk ZA -0,07 0.75 ns 2,040 6. Pupuk KCl 0,02 2,542** 2,040 7. Pestisida Cair 0,085 2,447** 2,040 8. Pestisida Padat -0,008-0,72 ns 2,040 Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ns ) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% Untuk mengetahui faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi melon dengan menggunakan uji standard koefisien regresi (b ). Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa Nilai standard koefisien regresi pada faktor produksi luas lahan (0,522) menunjukkan angka yang lebih besar daripada nilai standard koefisien regresi 0,004 0,006 0,728 0,995 0,468 0,06 0,020 0,482 pada faktor produksi tenaga kerja (0,8), faktor produksi pupuk KCl (0,246) maupun pada faktor produksi pestisida cair (0,9). Hal ini berarti faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi melon adalah faktor produksi yang berupa luas lahan. Tabel 6. Nilai Standard Koefisien Regresi (bi ) Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Melon di Kabupaten Sragen No. Faktor Produksi Standar Koefisien Regresi b Peringkat. 2.. 4. Luas lahan (X ) Tenaga Kerja (X ) Pupuk KCl (X 7 ) Pestisida Cair (X 8 ) Nilai adjusted R 2 dalam analisis ini adalah sebesar 0,820 atau 82 persen yang berarti bahwa sebanyak 82% produksi melon dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-6, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair dan pestisida padat 0,522 0,8 0,246 0,9 2 4 sedangkan 8% (sisanya) dijelaskan oleh faktor lain seperti kondisi kesuburan tanah, cuaca, serta faktorfaktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

8 Efisiensi Ekonomi Penggunaan tercapai jika nilai produk marjinal Faktor-Faktor Produksi pada faktor produksi sama dengan harga Usahatani Melon faktor produksi tesebut atau dapat Untuk mengetahui efisiensi ekonomi dituliskan =. Nilai tertinggi dapat dilakukan melalui perbandingan produk marginal dengan pendekatan keuntungan maksimum. harga dari masingmasing faktor Efisiensi ekonomi tertinggi dapat produksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaaan Faktor-faktor Produk- pada Usahatani Melon MT April Juli 202 di Kabupaten Sragen Faktor Produksi i i i i Luas Lahan (X ) 70.94.807,69 2.400.000 29,559 Tenaga Kerja (X ) 6.27,66 50.000,227 Pupuk KCl (X 7 ) 59.28,8 4.600 2,878 Pestisida cair (X 8 ) 68,0 200,46 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa perbandingan antara nilai produk marjinal dengan harga untuk setiap faktor produksi, yaitu: 7 7 8 8 Nilai efisiensi ekonomi luas lahan, tenaga kerja, pupuk KCl dan pestisida cair lebih dari satu, artinya kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa tenaga kerja, luas lahan dan pupuk KCL pada usahatani melon di Kabupaten Sragen belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. Analisis Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor produksi pada Usahatani Melon Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani melon belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Hal ini mengindikasikan adanya kendala dalam melakukan usahatani melon. Oleh karena itu, perlu adanya analisis optimalisasi untuk mengetahui apakah kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi sudah optimal atau belum. Kombinasi optimal tercapai apabila perbandingan antara produk fisik marjinal (PFMxi) dengan harga faktor produksi (i) mempunyai nilai yang sama untuk semua faktor produksi. Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa perbandingan antara produk fisik marjinal dengan harga untuk semua faktor produksi mempunyai nilai yang tidak sama. Dengan demikian: PFMx PFMx PFMx 7 PFMx8 7 8 Hal ini berarti kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani melon di Kabupaten Sragen belum optimal. Dengan demikian, yang dapat dilakukan petani adalah mencapai kondisi optimal. Kondisi optimal dapat dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi dengan menggunakan pendekatan Least Cost Combination (LCC). Pada penelitian ini, sebagai faktor pembatasnya (constraint) adalah tenaga kerja (X ) karena berdasarkan Tabel 7, pada faktor produksi tenaga kerja didapatkan nilai i/i sebesar,227. Jika dibandingkan dengan faktor-faktor produksi yang lain maka faktor tenaga kerja dengan nilai i/i mendekati nilai efisiensi

9 ekonomi tertinggi yaitu sama dengan satu. Analisis penggunaan faktor-faktor produksi kondisi kenyataan (existing) dan kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel9 Tabel 8. Analisis Optimalisasi Penggunaaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Melon Musim Tanam April-Juli 202 di Kabupaten Sragen No. Faktor Produksi PFMxi i PFMxi i. Luas Lahan (X ) 24.462,692 2.400.000 0,00928 2. Tenaga Kerja (X ) 55,60 50.000 0,0026. Pupuk KCl (X 7 ) 20,427 4.600 0,0044406 4. Pestisida cair (X 8 ) 0,26 200 0,0078 Tabel 9. Analisis Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kondisi Existing dan Kondisi Optimal dengan Tenaga Kerja 98,00 HKP Pada Usahatani Melon Musim Tanam April-Juli 202 di Kabupaten Sragen No. Faktor Produksi Kondisi Existing Kondisi Optimal. 2.. Luas Lahan (X ) Pupuk KCl (X 7 ) Pestisida cair (X 8 ) Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Melon Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani melon adalah biaya pengadaan benih sebesar Rp 6.558.000,00/ha/MT. Benih yang dibeli petani responden adalah benih melon Action dengan harga rata-rata Rp 0.000,00/bungkus kemasan 0 gram. Biaya pembelian pupuk NPK mutiara merupakan pengeluaran terbesar diantara pupuk-pupuk lainnya. Pupuk NPK mutiara hanya digunakan petani responden sebagai pupuk pengganti atau sebagai susulan, jadi tidak semua petani responden menggunakan pupuk NPK mutiara. Biaya rata-rata pada pupuk NPK mutiara adalah sebesar Rp 2.28.500,00/ha/MT. Pupuk NPK Mutiara dibeli dalam satuan kilogram dengan harga rata-rata sebesar Rp 8.000/kg. Selain pupuk NPK mutiara, petani mengalokasikan biaya pembelian pupuk pada pupuk kandang, pupuk KCl, pupuk SP-6 dan pupuk 0,26 2,00.00,00 2,8 49,24.80,04 ZA karena pupuk-pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar dan sebagai pupuk susulan. Biaya tenaga kerja diperoleh dari penggunaan tenaga kerja luar. Upah tenaga kerja dinyatakan dengan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Pekerjaan petani dilakukan dari pukul 07.00 WIB sampai pukul.00 WIB, dengan waktu istirahat satu jam. Upah tenaga kerja untuk satu HKP adalah Rp 50.000,00. Tenaga kerja wanita juga terlibat dalam usahatani melon dengan upah sebesar Rp 40.000,00 atau 0,8 HKP. Kegiatan pengolahan tanah membutuhkan tenaga kerja paling banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini juga paling banyak. Selain biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja, komponen biaya lain yang harus dikeluarkan petani adalah biaya lain-lain yang meliputi biaya pajak tanah, biaya bahan bakar solar dan biaya penyusutan peralatan. Peralatan utama yang digunakan petani

0 adalah cangkul, diesel, sprayer, dan selang. Peralatan ini diperhitungkan masih laku dijual sebesar 0% dari harga pembelian. Biaya bahan bakar solar dikeluarkan oleh petani karena solar digunakan petani untuk bahan bakar diesel yang digunakan untuk menyiram tanaman. Penerimaan yang diperoleh petani merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi melon dengan harga melon per kilogram. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan luas lahan satu hektar, dapat diperoleh penerimaan sebesar Rp 95.009.700,00/ha/MT. Penerimaan ini diperoleh dari produksi melon yang dihasilkan oleh petani sebesar 2.00 kg/ha/mt, dengan harga rata-rata melon per kilogram Rp 2.900,00. Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya untuk produksi yang digunakan dalam usahatani. Berdasarkan analisis hasil penelitian, diperoleh pendapatan usahatani melon yaitu sebesar Rp 4.82.000,00/ha/MT dan total biaya yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 5.77.700,00/ha/MT. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada usahatani melon di Kabupaten Sragen, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut () Besarnya biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani adalah Rp 5.77.700,00/ha/MT, besarnya penerimaan usahatani adalah Rp 95.009.700,00/ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 4.82.000,00/ha/MT. (2) Faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk SP-6, pupuk ZA, pupuk KCl, pestisida cair dan pestisida padat secara bersamasama berpengaruh terhadap produksi melon. Secara individual, faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, pupuk KCl dan pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi melon, sedangkan faktor produksi pupuk kandang, pupuk SP-6, pupuk ZA dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi melon. () Penggunaan faktor produksi pada usahatani melon di Kabupaten Sragen belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. (4) Efisiensi ekonomi usahatani melon di Kabupaten Sragen dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan penggunaan faktorfaktor produksi, yaitu pada penggunaan tenaga kerja 98,0 HKP dengan penggunaan luas lahan sebesar 2,8 hektar, pupuk KCl 49,00 kg dan pestisida cair.80,00 cc. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan efisiensi ekonomi pada usahatani melon dengan mengoptimalkan penggunaan luas lahan, pupuk KCl dan pestisida cair. Adanya kendala keterbatasan luas lahan untuk meningkatkan produksi melon maka dapat dilakukan dengan intensifikasi pertanian, penambahan intensitas penanaman dan penanaman melon dengan jarak tanam yang optimal sesuai dengan rekomendasi dari PPL, sehingga dilihat dari aspek agronomis maka jarak tanam yang optimal menjadikan kebutuhan unsur hara bagi tanaman melon tercukupi dan tanaman dapat tumbuh secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Arief, S. 99. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press. Jakarta. BPS. 20. Kabupaten Sragen dalam Angka 20. Badan Pusat Statistik Sragen. Sragen. Rukmana, R. 994. Budidaya Melon Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Samadi, B. 995. Usahatani Melon. Kanisius. Yogyakarta. Soekartawi. 995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Surakhmad, W. 994. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung.