PEMBEKUAN VITRIFIKASI SEMEN KAMBING BOER DENGAN TINGKAT GLISEROL BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

THE QUALITY OF BOER GOAT FREEZING SPERMS USING MR. FROSTY EQUIPMENTS WITH DIFFERENT ANDROMED EQUILIBRATION

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

UJI KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER HASIL PEMBEKUAN MENGGUNAKAN MR. FROSTY PADA TINGKAT PENGENCERAN ANDROMED BERBEDA

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi perkawinan silang dengan kambing kacang. Masyarakat menyebut

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

Penambahan Sari Kacang Hijau pada Tris sebagai Bahan Pengencer terhadap Motilitas, Daya Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Sapi Kebumen

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

KUALITAS SEMEN SEGAR KAMBING BOER PADA TEMPERATUR PENYIMPANAN 4 O C DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER SITRAT DAN SUPLEMENTASI SUSU KEDELAI BUBUK

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

VIABILITAS SEMEN SAPI SIMENTAL YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN GLISEROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL DENGAN PERSENTASE YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA EKOR TIPIS SKRIPSI. Oleh DIAN DWI ASTUTI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): , November 2016

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Transkripsi:

PEMBEKUAN VITRIFIKASI SEMEN KAMBING BOER DENGAN TINGKAT GLISEROL BERBEDA Moh Nur Ihsan Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB Malang ABSTRAK Suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kualitas spermatozoa kambing pada penambahan konsentrasi gliserol yang berbeda dalam pengencer telah dilakukan dan diharapkan dapat menentukan kadar gliserol yang tepat untuk mempertahankan kualitas spermatozoa kambing hasil pembekuan secara vitrifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian gliserol memberikan pengaruh berbeda terhadap motilitas spermatozoa pasca thawing, yaitu 0% (30,00±12,25%), 7% (30,00±12,65%), 14% (13,33±9,31%) dan 21% (7,50±2,74%). Pengencer Andromed tanpa penambahan gliserol dapat memberikan motilitas individu post thawing yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan gliserol 7%, 14% dan 21%. Dengan demikian untuk pengencer Adromed disarankan untuk tidak perlu dilakukan penambahan gliserol lagi, untuk pembekuan semen kambing karena mampu mempertahankan motilitas spermatozoa post thawing. Kata Kunci: kualitas semen kambing, pembekuan vitrifikasi dan gliserol GOAT SEMEN QUALITY WITH VITRIFICATION FREEZING USE DIFFERENT LEVEL OF GLYCEROL ABSTRACT A study with the aim to determine the quality of goat spermatozoa at different concentrations of glycerol in the diluent has been done and is expected to determine appropriate levels of glycerol to maintain the quality of goat spermatozoa by vitrification freezing results. The results showed that administration of glycerol gives a different effect on sperm motility after thawing, that is 0% (30.00 ± 12.25%), 7% (30.00 ± 12.65%), 14% (13.33 ± 9, 31%) and 21% (7.50 ± 2.74%). Andromed without the addition of glycerol diluent can provide individual motility post-thawing better than the addition of glycerol 7%, 14% and 21%. It could be concluded that andromed advised not need the addition of glycerol again, for freezing goat semen to maintain sperm motility post-thawing. Key words: goat semen quality, vetrifivcation freezing and Glycerol. 38 Pembekuan vitrifikasi pada semen kambing Boer..... Moh. Nur Ihsan

PENDAHULUAN Semen segar yang telah ditampung segera dilakukan pengenceran dengan bahan pengencer untuk mempertahankan kualitas semen selama penyimpanan. Pengenceran juga dapat memberi perlindungan terhadap cold shock yang terjadi pada saat pembekuan dan sebagai penyanggah untuk menjaga kestabilan ph (Mumu, 2009). Andromed merupakan pengencer komersial dasar bebas protein hewani (Herdis, dkk., 2008). Bahan pengencer instant ini berupa cairan tersusun atas aquabidest, fruktosa, gliserol, asam sitrat, buffer, phosfolipid, spectynomycine, lincomycine, tylocin, dan gentamycin (Susilawati,2011). Dalam proses pembekuan, semen perlu ditambahkan krioprotektan untuk melindungi dari efek negatif pembekuan. Gliserol merupakan krioprotektan intraseluler yang dapat berdifusi ke dalam sel-sel spermatozoa (Susilawati, 2011). Penggunaan gliserol harus memperhatikan konsentrasi yang tepat, agar dapat berfungsi dengan baik. Apabila konsentrasi kurang, daya protektif gliserol tidak akan optimal, sebaliknya apabila berlebih akan menjadi toksik bagi spermatozoa (Rizal, 2010). Pembekuan semen adalah suatu proses penghentian sementara kegiatan hidup dari sel tanpa mematikan fungsi sel (Mumu, 2009). Salah satu teknik yang bisa digunakan yaitu vitrifikasi. Prinsip dari metode vitrifikasi adalah terjadi peningkatan viskositas larutan dan membutuhkan cooling dan warming rate yang cepat tetapi dalam batas-batas tertentu, ataupun menggunakan medium krioprotektan yang mana akan menekan pembentukan viskositas pada temperatur rendah (Anonimous, 2011 b ). Metode ini sudah dipakai untuk membekukan sel telur dan embrio sehingga bisa dipakai kemudian dalam teknik bayi tabung. Ketika dicairkan, ternyata kebanyakan sel telur dan embrio lebih bertahan dengan vitrifikasi dibandingkan teknik pembekuan lambat (Maulanar, 2011). Metode ini sudah dipakai untuk membekukan sel telur dan embrio. Ketika dicairkan, ternyata kebanyakan sel telur dan embrio lebih bertahan dengan vitrifikasi dibandingkan teknik pembekuan lambat (Maulanar, 2011). Krioprotektan adalah zat kimia non elektrolit yang berperan dalam mengurangi pengaruh mematikan selama pembekuan baik berupa pengaruh larutan maupun adanya pembentukan kristal es sehingga viabilitas sel dapat dipertahankan. Berdasarkan sifat-sifat fisikokimia dan daya permeabilitas membran maka krioprotektan dibagi atas dua kelompok, yaitu (i) krioprotektan intraseluler, dapat keluar masuk membran karena memiliki berat molekul kecil sehingga bersifat permeabel (contoh: gliserol, etilen glikol, propanadiol), dan (ii) krioprotektan ekstraseluler, tidak dapat keluar masuk membran karena memiliki berat molekul besar sehingga bersifat non permeabel (contoh: protein, sukrosa, manosa, rafinosa, kuning telur, susu). Krioprotektan yang paling banyak digunakan dalam pembekuan semen hewan mamalia yaitu gliserol (Gazali dan Tambing, 2001).Bagi dunia peternakan dan kedokteran hewan diperlukan suatu metode yang praktis dan aplikatif di lapangan, sehingga metode vitrifikasi dapat menjadi suatu alternatif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian kualitas spermatozoa kambing Boer hasil pembekuan secara vitrifikasi dalam medium Andromed dan TRIS kuning telur Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas spermatozoa kambing J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 38-45, 2013 39

Boer pada penambahan konsentrasi gliserol yang berbeda dalam medium Andromed hasil pembekuan dan diharapkan dapat menentukan kadar gliserol untuk mempertahankan kualitas spermatozoa kambing hasil pembekuan secara vitrifikasi. METODE PENELITIAN Materi Penelitian Materi penelitian yang digunakan adalah semen segar kambing Boer dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan gliserol 0% (P0), 7% (P1), 14% (P2), 21% (P3). Pengamatan dilakukan setelah pengenceran, kemudian dilakukan pre-freezing di atas nitrogen cair selama 5 menit dan dicelupkan ke dalam nitrogen cair. Thawing dilakukan dengan menggunakan air suhu 37-38 0 C selama 1 menit, dan diamati kualitas semen setelah thawing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode percobaan yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Jika terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata, maka dilakukan pengujian selanjutnya menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kualitas Semen Segar Pemeriksaan kualitas semen segar dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis yang dilakukan meliputi volume, warna, konsistensi, dan ph, sedangkan pengamatan secara mikroskopis meliputi motilitas massa, motilitas individu, konsentrasi, spermatozoa hidup, spermatozoa abnormal. Rata-rata hasil pemeriksaan kualitas semen segar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas semen segar kambing Variabel Rata-rata ± SD Volume (ml) 0,82 ± 0,27 ph 7 ± 0,00 Warna Putih kekuningan Krem Konsistensi encer kental Motilitas massa +++ Motilitas individu (%) 70 ± 0,00 Spermatozoa hidup (%) 89,75 ± 4,39 Spermatozoa abnormal (%) 7,83 ± 1,78 Konsentrasi (x 10 6 /ml) 3298 ± 530,79 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata semen segar kambing yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Volume semen segar yaitu 0,82±0,27 ml dalam penelitian ini masih berada dalam kisaran normal. Hasil penelitian Kostaman dan Sutama (2006) menunjukkan bahwa kambing Boer menghasilkan volume rata-rata 0,8±0,2 ml. Sulistyani (2006) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa rata-rata volume semen segar kambing Boer yaitu 1,03±0,10 ml. Derajat keasaman (ph) rata-rata semen segar kambing Boer yaitu 7±0,00. Menurut Greyling dan Grobbelaar (1983) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ph semen segar kambing Boer 6,40±0,02 ditampung dengan vagina buatan. Hal ini menunjukkan bahwa ph semen segar yang digunakan dalam penelitian masih berada dalam kisaran normal. Warna semen segar kambing Boer G1 yaitu putih kekuningan - krem. Berdasarkan hasil penelitian Kostaman dan Sutama (2006) warna semen segar kambing Boer yaitu putih-krem. Wattimena 40 Pembekuan vitrifikasi pada semen kambing Boer..... Moh. Nur Ihsan

(2006) menjelaskan warna krem disebabkan oleh adanya sekresi pigmen riboflavin oleh kelenjar vesikularis dengan konsistensi kental dan berbau khas. Konsistensi (derajat kekentalan) semen segar kambing Boer encer-kental, sesuai dengan hasil penelitian Kostaman dan Sutama (2006) menunjukkan konsistensi semen segar kambing Boer yaitu encerkental. Menurut Partodiharjo (1982) semen yang baik derajat kekentalannya hampir sama atau sedikit lebih kental dari susu. Hal ini menunjukkan kualitas semen segar yang digunakan dalam penelitian ini masih baik. Motilitas massa semen segar kambing Boer G1 yaitu +++ menunjukkan semen segar yang digunakan masih baik. Kostaman dan Sutama (2006) melaporkan motilitas massa semen segar rata-rata yaitu ++. Hasil penelitian Sonjaya, dkk. (2005) menunjukkan motilitas massa semen segar kambing Boer rata-rata yaitu +++. Hasil penelitian Kostaman, dkk. (2004) menunjukkan motilitas massa semen segar kambing Boer G1 yaitu ++ - +++. Tolihere (1981) menjelaskan bahwa kualitas semen tergolong sangat baik jika gerakan masa spermatozoa (+++) terlihat gelombanggelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam yang bergerak cepat berpindah-pindah, dan tergolong baik jika gerak massa spermatozoa (++) apabila terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, kurang jelas, dan bergerak lamban. Motilitas individu rata-rata yaitu 70±0,00%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa rata-rata motilitas semen segar kambing Boer G1 masih baik. Menurut Kostaman dan Sutama (2006) dalam penelitiannya melaporkan rata-rata motilitas individu semen segar kambing Boer yaitu 71,67±3,72%. Hasil penelitian Kostaman, dkk. (2004) menunjukkan rata-rata motilitas individu semen segar kambing Boer yaitu 72,9±1,08%. Persyaratan umum spermatozoa yang akan dibekukan minimal memiliki persentase motilitas minimal 70% (Anonimous, 2011 b ). Salisbury dan Vandenmark (1985) menjelaskan bahwa semen segar dikatakan normal apabila semen tersebut mengandung spermatozoa yang memperlihatkan daya gerak aktif dan gerakan bergelombang. Spermatozoa hidup kambing Boer G1 rata-rata yaitu 89,75±4,39% masih tergolong baik, sesuai dengan Kostaman dan Sutama (2006) yang melaporkan spermatozoa hidup kambing Boer yaitu 77,29±5,11%. Hasil penelitian Kostaman, dkk. (2004) menunjukkan rata-rata spermatozoa hidup sebesar 77,72±1,82%. Hasil penelitian Sulistyani (2006) menunjukkan rata-rata spermatozoa hidup sebesar 85,88±1,17%. Rata-rata spermatozoa abnormal yaitu 7,83±1,78%. Nilai ini masih menunjukkan kualitas semen masih dalam kisaran normal. Menurut Toelihere (1981) persentase abnormalitas di atas 25% menunjukkan fertilitas yang rendah. Hasil penelitian Kostaman dan Sutama (2006) melaporkan spermatozoa abnormal kambing Boer yaitu 7,3±1,4%. Kostaman, dkk. (2004) menyebutkan dalam penelitiannya rata-rata spermatozoa abnormal sebesar 8,04±0,34%. Konsentrasi semen segar kambing Boer rata-rata yaitu 3298±530,79 10 6 /ml. Hasil penelitian Kostaman dan Sutama (2006) konsentrasi semen segar kambing Boer rata-rata yaitu 2,73±0,55 10 9 /ml. Kostaman, dkk. (2004) melaporkan rata-rata konsentrasi semen segar kambing Boer sebesar 2740±0,04 10 6 /ml. Sulistyani J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 38-45, 2013 41

(2006) dalam penelitiannya menyebutkan konsentrasi semen segar kambing Boer ratarata 4164,6±161,82 10 6 /ml. Berdasarkan hasil pemeriksaan semen segar (Tabel 1) dapat disimpulkan bahwa semen segar yang digunakan dalam penelitian ini masih baik sehingga bisa diproses untuk dibekukan, sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa persyaratan umum spermatozoa yang akan dibekukan minimal persentase motilitas 70%, konsentrasi 2 10 9 sel/ml, gerakan massa ++/ +++, persentase hidup minimal 80% dan persentase abnormal tidak lebih dari 15% (Anonimous, 2011 b ). Pemeriksaan Kualitas Semen Kambing Motilitas Individu Spermatozoa Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pada penambahan gliserol 0% (P0), 7% (P1), 14% (p2), dan 21% (P3) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap motilitas individu spermatozoa setelah pengenceran dan setelah pembekuan. Hasil analisis nya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Motilitas spermatozoa pada kadar gliserol dan pengencer berbeda Pe- Motilitas individu spermatozoa (%) ngen- cer PO P1 P2 P3 Androm ed 30.0± 12.25 a 30.0± 12.65 a 13.3± 9.31 b 7.5± 2.74 c Keterangan: Notasi yang beda pada kolom sama menunjukkan adanya perbedaan Berdasarkan Tabel 2 diketahui penambahan 0 dan 7 % gliserol dalam pengencer Andromed memiliki motilitas individu yang paling tinggi setelah pengenceran dan setelah pembekuan. Motilitas individu tertinggi terjadi pada spermatozoa dengan penambahan 0 dan 7% gliserol dalam pengencer Andromed. Hal ini memberikan informasi bahwa Andromed mampu menjaga kelangsungan hidup spermatozoa selama prosessing semen beku, sebab di dalam pengencer Andromed telah terkandung bahan-bahan yang dibutuhkan spermatozoa selama prosessing semen beku. Andromed mengandung fruktosa, asam sitrat, buffer, antibiotik dan gliserol, dimana semua bahan ini dibutuhkan untuk menunjang kehidupan spermatozoa selama prosessing semen beku. Dalam pengencer Andromed sudah mengandung gliserol dan berfungsi sebagai krioprotektan intraseluler yang mampu melindungi spermatozoa selama prosessing semen beku. Hal ini karena gliserol dapat berdifusi ke dalam sel-sel spermatozoa dan melindungi spermatozoa dari efek negatif pembekuan sesuai dengan Susilawati (2011) yang menjelaskan salah satu komposisi Andromed adalah gliserol. Gliserol merupakan krioprotektan intraseluler yang dapat berdifusi ke dalam sel-sel spermatozoa dan dapat dimetabolisir dalam proses-proses yang mampu menghasilkan energi dan membentuk fruktosa. Mumu (2009) menjelaskan dengan adanya gliserol dalam pengencer, maka efek dari kejutan dingin dapat meminimalisir kematian spermatozoa, gliserol dapat mencegah terjadinya dehidrasi karena memiliki daya pengikat air yang kuat. Sifat demikian mempengaruhi tekanan uap sehingga titik beku medium akan menurun. Fruktosa merupakan sumber energi bagi spermatozoa dan juga berfungsi sebagai krioprotektan ekstraseluler. Asam sitrat 42 Pembekuan vitrifikasi pada semen kambing Boer..... Moh. Nur Ihsan

berfungsi mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit. Buffer berfungsi sebagai penyanggah, menjaga keseimbangan ph. Antibiotik berfungsi untuk meminimalkan organisme Vibrio foetus serta akan meningkatkan daya tahan hidup spermatozoa (Susilawati, 2011). Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui spermatozoa dengan penambahan gliserol dalam pengencer Andromed memberikan motilitas individu yang paling rendah yaitu 7,50 ± 2,54% setelah dibekukan secara vitrifikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Mohamad, dkk. (2005) pada vitrifikasi ovarium mencit dengan menggunakan krioprotektan DMSO yang menunjukkan penggunaan krioprotektan DMSO sebesar 30% tidak ada ovarium yang berhasil tumbuh. Namun hal ini tidak sesuai dengan Rimayanti (2005) yang menjelaskan pada metode vitrifikasi, material yang akan dibekukan ditempatkan dalam media hiperosmolaritas atau krioprotektan berkonsentrasi tinggi. Rendahnya motilitas spermatozoa pada penambahan gliserol 21% dalam medium Andromed, diduga tidak cocok untuk kelangsungan hidup spermatozoa selama pengenceran dan pembekuan. Hal ini diduga karena penambahan 21% gliserol dalam pengencer Andromed, gliserol tersebut berubah menjadi toksik akibat dari proses metabolisme gliserol oleh spermatozoa. Menurut Mumu (2009) menambahkan kadar gliserol yang terlalu tinggi atau rendah tidak akan efektif menjalankan fungsi protektifnya. Rizal (2010) menambahkan penggunaan gliserol harus memperhatikan konsentrasi yang tepat agar dapat berfungsi dengan baik, apabila berlebih akan menjadi toksik bagi spermatozoa. Dalam proses metabolisme fruktosa oleh spermatozoa akan menghasilkan energi dan sedikit asam laktat, namun apabila konsentrasi gliserol dalam pengencer berlebih/ terlalu tinggi, maka akan terbentuk lebih banyak asam laktat. Asam laktat ini dapat menurunkan ph dan bersifat racun bagi spermatozoa. Toelihere (1981) menjelaskan gliserol dimetabolisir dalam proses-proses yang menghasilkan energi dan membentuk fruktosa. Dalam keadaan aerob, gliserol berfungsi sebagai penghasil fruktosa dan sedikit asam laktat. Menurut Gazali dan Tambing (2001) walaupun gliserol dapat memberikan perlindungan terhadap sel spermatozoa, namun dapat juga merusak struktur spermatozoa selama proses pembekuan semen, menyebabkan kejutan osmotik, dan menurunkan nilai antibiotika dalam pengencer semen. Rendahnya nilai motilitas spermatozoa setelah pembekuan diduga terjadi akibat dari beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu waktu ekulibrasi kurang lama (belum optimal), Hal ini diduga karena waktu ekuilibrasi yang dilakukan kurang lama, menyebabkan peresapan krioprotektan dalam spermatozoa belum sempurna sehingga terbentuk kristal es.; kedua, penambahan gliserol dilakukan pada akhir ekuilibrasi sehingga perlindungan gliserol terhadap spermatozoa selama proses pengenceran dan pembekuan tidak maksimal sesuai dengan penelitian Yusuf, dkk. (2006) yang menunjukkan perlakuan penambahan gliserol pada akhir ekuilibrasi tidak memperbaiki post thawing motility disebabkan waktu penambahan gliserol pada akhir ekuilibrasi ke proses pembekuan terlalu singkat, sehingga efek perlindungan gliserol terhadap spermatozoa selama proses J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 38-45, 2013 43

pengenceran dan pembekuan tidak maksimal. Park dan Graham (1992) menjelaskan efek perlindungan gliserol yang diberikan kepada spermatozoa adalah memodifikasi kristalkristal es yang terbentuk selama proses pembekuan serta tidak menyebabkan penumpukan elektrolit. Penurunan motilitas spermatozoa setelah pembekuan juga bisa disebabkan karena terjadi kejutan osmotik pada saat spermatozoa dibekukan (terjadi penurunan suhu yang cepat) serta akibat terjadi pembentukan kristal es di dalam sel. Mumu (2009) menjelaskan gejala kejutan osmotik pada spermatozoa ditandai dengan kerusakan pada membran plasma sperma, sehingga proses metabolisme terganggu dan pada akhirnya menurunkan motilitas spermatozoa. Gazali dan Tambing (2001) menambahkan penurunan suhu yang sangat cepat akan terbentuk kristal es yang halus di dalam sel yang mempunyai energi permukaan yang besar dan tidak stabil serta cenderung membentuk kristal es yang besar, kondisi ini akan mengakibatkan penurunan motilitas dan kematian sel. Pada penurunan suhu yang sangat cepat akan terbentuk kristal es yang halus di dalam sel dan cenderung membentuk kristal es yang besar. Motilitas individu spermatozoa tertinggi yaitu pada perlakuan yang tidak dilakukan penambahan gliserol lagi dalam Andromed sebesar 30±12,25% setelah pembekuan secara vitrifikasi. Nilai ini masih tergolong baik dan masih bisa digunakan untuk inseminasi buatan, sesuai dengan Campbell et al (2003) yang menyatakan bahwa batas minimal motilitas spermatozoa adalah sebesar 30%. Berdasarkan hasil penelitan maka dapat disimpulkan tidak perlu dilakukan penambahan gliserol lagi ke dalam pengencer Andromed. Karena pengencer Andromed sudah mengandung gliserol dan bahan lainnya (fruktosa, asam sitrat, buffer, fosfolipid, dan antibiotik) yang mampu menjaga kelangsungan hidup spermatozoa kambing Boer selama proses pengenceran dan pembekuan secara vitrifikasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan: spermatozoa kambing post thawing dalam pengencer Andromed yang tanpa penambahan gliserol dan 7% gliserol, memiliki motilitas individu yag paling tinggi dibandingkan dengan penambahan gliserol 14% dan 21% setelah dibekukan secara vitrifikasi. SARAN Pada pengenceran dengan Andromed disarankan: tidak diperlukan penambahan gliserol lagi sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli gliserol. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2011. Konsep Dasar Penyimpanan Semen Beku, (http://vetshop.blogspot.com/2011/06/ konsepdasar-penyimpanan-semen-beku.html, Campbell, J.R., Kenealy, M.d, dan Campbell, K.L. 2003. Animal Science. 4 th Ed. Mc Graw-Hill: New York. Gazali, M. dan Tambing. 2001. Kriopreservasi Sel Spermatozoa. Hayati 9 (1) : 27-32. Kostaman, T., S. Keman, Sunardi, dan I.K. Sutama. 2004. Penampilan Reproduksi Kambing Peranakan Etawah Betina Yang Dikawinkan Dengan Kambing Boer Jantan. Agrosains : 17 (3) : 299-311 44 Pembekuan vitrifikasi pada semen kambing Boer..... Moh. Nur Ihsan

Kostaman, T. dan I.K. Sutama. 2006. Studi Motilitas Dan Daya Hidup Spermatozoa Kambing Boer Pada Pengencer Tris-Sitrat-Fruktosa. J. Sain Veteriner 24 (1) : 58-63. Mumu, M.I. 2009. Viabilitas Semen Sapi Simental Yang Dibekukan Menggunakan Krioprotektan Gliserol. Journal Agroland 16 (2) : 172-179. Nur Ihsan. M. 2009. Bioteknologi Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Partodiharjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara: Jakarta. Park, J.E. dan J.K. Graham. 1992. Effet of cryopreservation procedur on sperm membranes. Theriogenology 38 : 209-222. Rimayanti. 2005. Pengaruh Proses Vitrifikasi dengan Krioprotektan Etilen Glikol Terhadap Daya Hidup Oosit Sapi. Media Kedokteran Hewan 21 (1) : 28-31. Sonjaya, H., Sutomo, dan Hastuti. 2005. Pengaruh Penambahan Calcium Ionophore Terhadap Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Hasil Seksing. J. Sains & Teknologi 5 (2) : 90-101. Sulistyani, N. 2006. Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Setelah Pembekuan Dengan Kadar Gliserol Yang Berbeda Pada Pengencer Susu Skim. Skripsi. Fakultas Petenakan Universitas Brawijaya. Malang. Susilawati, T. 2011. Spermatology. UB Press: Malang. Toelihere, M.R. 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa: Bandung. Djanuar. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Siregar. 2008. Ransum Ternak Ruminansia. Swadaya, Jakarta. Situmorang, P. 2002. The Effects of Inclusion of Exogenous Phospolipid In Tris- Diluent Containing A Different Level of Egg Yolk on the Viability of Bull Spermatozoa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor 7 (3) : 131-187. Susilawati, T., Suyadi, Nuryadi, N. Isnaini dan S. Wahyuningsih. 1993. Kualitas Semen Sapi Fries Holland dan Sapi Bali Pada Berbagai Umur dan Berat Badan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung. J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 38-45, 2013 45