Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Pengaruh Jumlah Ayam Per Induk Buatan Terhadap Performan Ayam Petelur Strain Isa Brown Periode Starter

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PERFORMA AYAM SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PERBEDAAN JUMLAH PEMBERIAN RANSUM HARIAN DAN LEVEL PROTEIN RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM PETELUR UMUR MINGGU

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

PENGARUH TEMPAT MINUM NIPPLE DAN PARALON TERHADAP AWAL PRODUKSI FASE GROWER AYAM PETELUR

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 2. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

SKRIPSI. PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU. Oleh: Ardianto

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit

PENGARUH JENIS BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) DENGAN PEMBERIAN PAKAN KOMERSIAL YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI PERIODE BERTELUR

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PENGARUH PENAMBAHAN FITASE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)

R. T. Hertamawati Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember, Jember ABSTRAK. Kata kunci : pembatasan pakan, produksi telur, fase grower, puyuh

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

Suplementasi Tepung Jangkrik Sebagai Sumber Protein Pengaruhnya Terhadap Kinerja Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

I MADE ADITYA SASTRAWAN

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler yang Mengonsumsi Air Kunyit

EFFECT OF ADDITION PROBIOTICS Lactobacillus sp. POWDER IN FEED ON THE LAYING HENS PERFORMANCES.

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

Ade Trisna*), Nuraini**)

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

Hardi Prakoso. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu, Telp (0736) Pst 219.

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH PENGGUNAAN LEMAK SAPI DALAM RANSUM SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN ENERGI JAGUNG TERHADAP BERAT BADAN AKHIR DAN PROSENTASE KARKAS ITIK BALI

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ENTOK (Muscovy duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN

Sudjatinah, H.T. Astuti dan S. S. Maryuni Fakultas Peternakan Universitas Semarang, Semarang ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

PERBEDAAN JUMLAH PEMBERIAN RANSUM HARIAN DAN LEVEL PROTEIN RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM RAS PETELUR UMUR MINGGU

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

MATERI DAN METODE. Materi

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

T. Widjastuti dan R. Kartasudjana Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung ABSTRAK. ); 85% ad libitum (R 4

BAB III MATERI DAN METODE

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

Transkripsi:

Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya Jl. Banten No. 11, Bandung 40272 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi antara waktu pemberian air minum dan temperatur air minum terhadap performan ayam petelur periode grower. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan. pertama terdiri atas 5 perlakuan pengaturan waktu pemberian minum yaitu tanpa pembatasan waktu pemberian air minum (WO), pengurangan waktu pemberian air minum 2 jam (W1), 3 jam (W2), 4 jam (W3), dan 5 jam per hari (W4). kedua terdiri atas 2 perlakuan temperatur air minum, yaitu temperatur air minum 25-27 C (T0) dan 21-23 C (T1). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam. Data dianalisis dengan sidik ragam dan uji Duncan s. Terdapat interaksi antara pengaturan waktu pemberian dengan temperatur air minum yang berbeda terhadap bobot badan dan konversi ransum. Perlakuan pengurangan waktu pemberian air minum 2 jam per hari dengan temperatur air 21-23 C menghasilkan performan paling baik pada ayam petelur periode grower. Kata kunci : ayam petelur, performan, grower, air minum The Effect of Drinking Water Provision and Different Temperatures on Performance of Growing Period Laying Hens ABSTRACT The purpose of this study was to investigate the effect of interaction between drinking water provision and drinking water temperature on performance of growing period laying hens. The research used Complete Randomized Design factorial pattern with two factors. The first factor consisted of five times of drinking water provision, ie, without restriction (WO), reduction in the provision of drinking water 2 hours (W1), 3 hours (W2), 4 hours (W3), and 5 hours per day (W4). The second factor consisted of two drinking water temperatures: 25-27 C (T0) and 21-23 C (T1). Each treatment was repeated 3 times and each replication consisted of five chickens. Data were analyzed with analysis of variance and continued with Duncan s test. There was interaction between drinking water provision and drinking water temperature on body weight and feed conversion. The 2-hour reduction of drinking water provision per day with water temperature 21-23 C produced the best performance of laying hens in growing period. Key words: laying hens, performance, grower, drinking water 77

PENDAHULUAN Ayam memperoleh air dari 3 sumber yaitu air minum, air dari bahan makanan, dan air dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Ransum komersial unggas mengandung air lebih kurang 10 %, jadi kebutuhan air bagi ayam sebagian besar berasal dari air minum. Konsumsi air pada ayam petelur umumnya dipengaruhi oleh umur, temperatur lingkungan, produksi, konsumsi ransum dan kesehatan ayam (Anggorodi, 1985; Swick, 1999). Air minum yang diberikan pada ayam harus cukup serta baik kualitasnya. Kualitas air dipengaruhi oleh adanya bakteri Eschericia coli, ph air, kadar magnesium, kadar nitrat dan nitrit, kadar sodium/klorida, serta mineral lainnya. Air minum yang bersih dan dingin adalah baik bila diberikan pada ayam terutama saat waktu udara panas karena ayam memerlukan persediaan air yang bersih dan dingin secara tetap untuk pertumbuhan optimum, produksi, dan efisiensi penggunaan ransum (Anggorodi, 1985). Dalam kondisi seperti ini, diperlukan air minum dalam jumlah yang cukup agar produksi dan pertumbuhan optimum tetap tercapai. Salah satu cara untuk mencapai kondisi tersebut adalah dengan pengaturan waktu pemberian air minum. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul pengaruh pengaturan waktu pemberian air minum yang berbeda temperatur terhadap performan ayam petelur periode grower. MATERI DAN METODA Materi yang digunakan adalah ayam petelur tipe medium strain Isa Brown berumur 5 minggu sebanyak 150 ekor, ransum jenis S-21 berbentuk crumble, kandang tipe koloni dengan ukuran 23 m 2 dan dibuat menjadi 30 petak dengan ukuran 80 cm x 80 cm, alas kandang dialasi sekam setebal 5 cm. Metode penelitian adalah eksperimen dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 5 x 2 yaitu kombinasi 5 perlakuan pengaturan air minum dengan 2 perlakuan temperatur air minum. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam. Peubah yang diamati meliputi konsumsi air minum (ml/ekor), konsumsi ransum (gram/ekor), pertambahan berat badan (gram/ekor), konversi ransum. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Air Minum Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi air minum selama percobaan disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa konsumsi air minum temperatur 25-27 C (T0) lebih besar dibandingkan dengan konsumsi air minum temperatur 21-23 C (T1). Konsumsi air minum pada pengurangan waktu pemberian 3 jam (W2) adalah yang terbesar dibandingkan dengan konsumsi air minum W0;W1;W2;W3;W4, dan pengurangan waktu 4 jam (W3) menghasilkan konsumsi air minum yang paling rendah. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi air minum menunjukkan bahwa pengurangan waktu pemberian (W) tidak nyata pengaruhnya (P>0.05) terhadap konsumsi air minum. Pengaruh tidak nyata (P>0.05) juga terlihat pada perbedaan temperatur air. Hasil analisis juga menunjukkan tidak terdapat interaksi pengaruh antara pengurangan waktu pemberian dan temperatur air terhadap konsumsi air minum maka tidak dilakukan uji Duncan. Konsumsi air minum dengan temperatur yang lebih dingin, lebih rendah dengan konsumsi air minum dengan temperatur yang lebih tinggi (Anonimous, 1993). Konsumsi air minum temperatur 21-23 C lebih rendah 4 % dibandingkan dengan temperatur 25-27 C. Konsumsi air minum selama percobaan adalah 109 ml/ekor/hari. Jumlah ini lebih tinggi 24% dari standar konsumsi air minum Isa Brown yaitu 89,8 ml/ekor/hari. Hal ini disebabkan adanya 78 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

Tabel 1. Konsumsi air minum (ml) selama percobaan pada perlakuan pengurangan waktu pemberian dan perbedaan temperatur air minum T0 51,80 56,80 61,00 53,70 55,00 55,66 T1 55,70 55,10 51,70 51,10 53,00 53,34 53,75 55,95 56,35 52,40 54,05 temperatur udara. Standar konsumsi air minum pada Isa Brown adalah pada temperatur udara 20 C. Konsumsi air minum pada penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Wahju (1985) dan Swick (1999), bahwa konsumsi air minum pada periode pertumbuhan adalah 2 kali konsumsi ransum. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum selama percobaan disajikan pada Tabel 2. Konsumsi ransum temperatur T0, sedikit lebih besar dibandingkan dengan konsumsi ransum temperatur T1. Konsumsi ransum pada pengurangan waktu W4 adalah yang tertinggi, sedang konsumsi ransum terendah yaitu pada perlakuan W3, namun perbedaan antara konsumsi ransum tertinggi dan terendah hanya 175 gram. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum menunjukkan bahwa perlakuan waktu berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Perbedaan temperatur air juga berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi ransum. Interaksi diantara keduanya juga tidak terjadi sehingga tidak dilanjutkan dengan uji Duncan. Konsumsi ransum selama percobaan adalah 67,5 gram/ekor/hari, relatif sama dengan standar konsumsi ransum Isa Brown, yaitu 48,4 gram/ekor/hari. Kondisi kandang yang baik, kualitas ransum, dan kondisi kesehatan ayam selama percobaan adalah faktor faktor yang menunjang tercapainya standar konsumsi ransum tersebut. Hasil percobaan ini sejalan dengan pendapat beberapa ahli, bahwa konsumsi ransum pada ayam terutama dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, tingkat energi metabolis ransum, berat badan, palabilitas, tingkat produksi, kualitas ransum, dan kecepatan pertumbuhan (Card dan Nesheim, 1979; Cresswel, 1977; Anonimous, 2002; Wahju, 1985) sehingga perlakuan tidak mempengaruhi konsumsi ransum. Hal ini terutama disebabkan oleh temperatur di dalam kandang yang relatif nyaman dengn kelembapan udara yang optimum sirkulasi udara di dalam kandang cukup baik karena dinding kandang menggunakan kawat harmoni yang memugkinkan aliran udara menyebar dengan baik ke seluruh bagian kandang. Atap kandang dengan monitor serta lokasi kandang yang berada di daerah perbukitan yang ditumbuhi pohon pinus menyebabkan udara yang masuk ke dalam kandang terasa segar. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan disajikan pada Tabel 3. Rataan pertambahan berat badan yang dicapai pada perlakuan temperatur T1, lebih besar dibandingkan dengan perlakuan T0. Pada pengaruh perlakuan waktu menunjukkan, rataan pertambahan berat badan tertinggi, dicapai pada perlakuan W1, dan yang terendah adalah perlakuan W4. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertambahan berat badan memperlihatkan bahwa perlakuan waktu berpengaruh nyata (P<0,05) dari perlakuan Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum... (Risnajati) 79

Tabel 2. Konsumsi ransum (g/hari) selama percobaan pada perlakuan pengurangan waktu pemberian dan perbedaan temperatur air minum T0 25,00 24,88 25,05 24,80 25,09 24,96 T1 24,87 25,01 24,80 24,95 24,95 24,92 24,94 24,95 24,93 24,88 25,05 Tabel 3. Rataan pertambahan berat badan (g) selama percobaan pada perlakuan pengurangan waktu pemberian dan perbedaan temperatur T0 530,00 b 516,67 b 511,67 b 513,33 b 488,33 a 512,00 T1 518,33 a 550,00 b 538,33 ab 528,33 b 516,67 ab 530,33 524,16 533,33 525,00 520,83 502,50 ab Superksrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) perbedaan air minum. Pengaruh interaksi kedua perlakuan, nyata (P<0,05) terhadap pertambahan berat badan. Rataan pertambahan berat badan yang dicapai pada perlakuan W4T0 nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan 4 perlakuan lainnya, dan rataan pertambahan berat badan diantaranya W0T0; W1T0; W2T0; dan W3T0 tidak nyata perbedaannya (P>0,05). Antara perlakuan W0T1 dan W4T1, rataan pertambahan berat badan yang dicapai, perbedaannya tidak nyata, namun nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan W1T1. Perlakuan W2T1, rataan berat badan yang dicapai tidak nyata (P>0,05) perbedaannya dengan rataan pertambahan berat badan pada perlakuan W1T1; W3T1; W4T1. Pengurangan waktu pemberian air minum 5 jam/hari dengan temperatur air minum 25-27 C (W4T0) menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal ini menyebabkan ayam berada dalam kondisi cekaman haus. Pengurangan waktu pemberian air minum lebih dari 20 % (5 jam/hari), walaupun dilakukan secara bertahap dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan pertumbuhan (Patrick dan Schaible, 1980). Pengurangan waktu pemberian air minum 2 jam/hari dengan temperatur air minum 21-23 C W1T1 menunjukkan hasil terbaik karena mengurangi cekaman haus yang disebabkan oleh pengurangan waktu pemberian air minum. Temperatur air minum yang dingin menghasilkan rataan pertambahan berat badan yang lebih tinggi yaitu 530,33 g. Temperatur air yang dingin berpengaruh terhadap pertambahan berat badan karena ayam membutuhkan temperatur air dingin untuk pertumbuhan optimum (Anggorodi, 1985) Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum selama percobaan disajikan pada Tabel 4. Konversi ransum pada perlakuan temperatur air 25-27 C (T0) lebih tinggi dibandingkan dengan konversi ransum temperatur air 21-23 C (T1) sedangkan pada perlakuan waktu konversi ransum terendah (terbaik) yaitu pada perlakuan pengurangan waktu pemberian 2 jam, dan konversi ransum tertinggi (terburuk) diperoleh pada perlakuan pengurangan waktu 5 jam/hari. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan memberi pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum. 80 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

Tabel 4. Konversi ransum selama percobaan pada perlakuan pengurangan waktu pemberian dan perbedaan temperatur air minum T0 3,14 a 3,21 a 3,26 a 3,21 a 3,43 a 3,25 T1 3,19 ab 3,03 a 3,07 a 3,15 ab 3,22 b 3,13 3,17 3,17 3,17 3,18 3,33 ab Superksrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Konversi ransum juga dipengaruhi oleh temperatur air minum(p<0,05). Pada percobaan ini konversi ransum sangat dipengaruhi oleh rataan pertambahan bobot badan yang dicapai, karena konsumsi ransum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perlakuan yang mencapai pertambahan berat badan tertinggi menghasilkan konversi ransum terbaik karena pertumbuhan mempengaruhi konversi ransum (Card dan Nesheim, 1979). KESIMPULAN Terdapat interaksi antara pemberian waktu pemberian dengan temperatur air minum yang berbeda terhadap pertambahan berat badan dan konversi ransum; pengaruh pengurangan waktu pemberian air minum 2 jam/hari dengan temperatur air 21-23 C menghasilkan performan paling baik pada ayam petelur periode grower. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Anonimous. 1993. Commercial Layer Management Guide. Isa Brown, Quintin. Anonimous. 2002. Commercial Layer Management Guide. Lohmann, Jakarta. Card, L. E. dan M. C. Nesheim. 1979. Poultry Production. 12 th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia. Cresswell, D., dan P.S. Hardjoworo. 1977. Buletin Bimas Ayam. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Swick, R. A. 1999. Water Quality and Management for Poultry. American Soybean Association, Singapore. Wahju, J. 1985. Kebutuhan Zat zat Makanan untuk Unggas. Cetakan ketiga. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum... (Risnajati) 81