KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING KAMBING LOKAL DENGAN LAMA PELAYUAN DAN CARA PEMASAKAN YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN PEMBERIAN JUS NENAS MUDA DAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

EFEK LAMA STIMULASI DAN TEGANGAN LISTRIK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA, KUALITAS FISIK, DAN SENSORI DAGING AYAM PETELUR AFKIR

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

PENGARUH PENGGUNAAN ENZIM BROMELIN DARI EKSTRAK NANAS DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN CITA RASA DAGING ITIK LOKAL (Anas plathyrynchos)

SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.)

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1)

PENGARUH LAMA PEMANGGANGAN DALAM OVEN TERHADAP ph DAN ORGANOLEPTIK STEAK DAGING SAPI

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK

Karakteristik mutu daging

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

PENINGKATAN CITA RASA DAN TEKSTUR YOGHURT DARI SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH MARKISA DAN TERUNG BELANDA SKRIPSI. Oleh:

PENGGUNAAN ENZIM PAPAIN SEBAGAI BAHAN TENDERIZER DAGING. Oleh : Tedi Akhdiat RINGKASAN

KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

KUALITAS ORGANOLEPTIK DENDENG SAPI YANG DIBERI GULA MERAH DENGAN LEVEL BERBEDA. Abstract

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN MANAJEMEN PEMOTONGAN TERNAK UNTUK MENGHASILKAN DAGING SAPI LOKAL BERKUALITAS IMPOR

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca

PENGGUNAAN STIMULASI LISTRIK PADA KAMBING LOKAL TERHADAP MUTU DAGING SELAMA PENYIMPANAN SUHU KAMAR

PERKEMBANGAN KUALITAS DAGING PADA DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

SIFAT ORGANOLEPTIK DAGING ITIK AFKIR YANG DIBERI PERLAKUAN STIMULASI LISTRIK. Harapin Hafid, Nuraini dan Inderawati ABSTRAK

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

PENGARUH LAMA SCALDING DALAM LILIN PANAS TERHADAP KUALITAS KARKAS, KADAR LEMAK DAN SUSUT MASAK DAGING ITIK

PENGARUH LAMA SIMPAN DAN LAMA PERENDAMAN ASAP CAIR TERHADAP KUALITAS DAGING KERBAU

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN

KUALITAS BAKSO DAGING SAPI DENGAN PENAMBAHAN GARAM (NaCl) DAN FOSFAT (SODIUM TRIPOLIFOSFAT/STPP) PADA LEVEL DAN WAKTU YANG BEBEDA

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI BALI PADA BEBERAPA RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DI SULAWESI SELATAN

DAYA IKAT AIR (DIA) Istilah lain: Pengertian: Kemampuan daging didalam mengikat air (air daging maupun air yang ditambahkan)

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama Penyimpanan Temperatur Ruang

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BAKSO YANG DIBUAT DARI DAGING SAPI DENGAN LAMA PELAYUAN BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

OLEH: AYU ANGGRAENI HANDOKO

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8ºC) SKRIPSI WAWAN KARYADI

Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Stimulasi Listrik dan Lama Pelayuan yang Berbeda

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Pengaruh penambahan tepung kemangi (Ocimum basilicum) terhadap komposisi kimia dan kualitas fisik daging broiler

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP PRODUKSI NUGGET DAGING AYAM

RoswITA SUNARLIM dan HADI SETIYANTO ABSTRACT

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

PENGEMPUKAN DAGING SAPI DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN EKSTRAK JAHE (Zingiber Officinale Roscoe) DIBANDINGKAN DENGAN GETAH PEPAYA (Carica Papaya)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

KAJIAN PALATABILITAS BAKSO BERBAHAN DAGING SAPI SEGAR DAN DAGING SAPI BEKU IMPOR DENGAN LEVEL PENGGUNAAN SODIUM TRIPOLIFOSFAT YANG BERBEDA.

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN PENAMBAHAN NANAS

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP DAGING PAHA AYAM PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG BERBAGAI TARAF CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

BAHAN DAN METODA. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi

PENGARUH LOKASI OTOT DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KUALITAS KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS SAPI ABSTRAK

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK JELLY DRINK TEH HITAM DARI BERBAGAI WAKTU PENYEDUHAN DAN KONSENTRASI SEDUHAN SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK BUAH NENAS (Ananas comosus l.merr) TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING KUDA DENGAN LAMA PEREBUSAN YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

APLIKASI MODEL ARRHENIUS UNTUK PENDUGAAN PENURUNAN MASA SIMPAN DAGING SAPI PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG DAN REFRIGERASI BERDASARKAN NILAI TVB DAN ph

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Disusun oleh: Siany Suhadi

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM CUKA NIRA AREN TERHADAP DAGING SAPI ASAM

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

THE EFFECT OF DIFFERENT FROZEN STORAGE TIME ON THE CHEMICAL QUALITY OF BEEF

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

Lilis Suryaningsih Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRACT. Keywords : thawing, tenderness,water holding capacity,cooking loss

Kata kunci: Sorbet, terong belanda, buah bit, carboxy methyl cellulose, antioksidan.

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1)

PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN BAKU OPTIMAL PRODUK KECAP X DENGAN METODE TAGUCHI

KUALITAS SENSORIK DAN HEDONIK BAKSO KELINCI PRARIGOR DAN PASCARIGOR DENGAN PENAMBAHAN KOMBINASI TEPUNG KANJI DAN TEPUNG SAGU PADA LEVEL YANG BERBEDA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA STIMULASI LISTRIK. Disusun Oleh : Kelompok 3B. Akis Syarif Hidayatullah. Abdullah Naser Amirudi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEEMPUKAN DAYA MENGIKAT AIR DAN COOKING LOSS DAGING SAPI PESISIR HASIL PENGGEMUKAN

PENGUJIAN LEVEL ENZIM RENNET, SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIK KEJU DARI SUSU KERBAU MURRAH SKRIPSI OLEH :

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN JAGUNG KUNING HIBRIDA DAN LAMA PENYIMPANAN DINGIN SUSU KEDELAI JAGUNG TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIKNYA SKRIPSI

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

Transkripsi:

Buletin Peternakan Vol. (): 178-18, Oktober 009 ISSN 016-00 KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING KAMBING LOKAL DENGAN LAMA PELAYUAN DAN CARA PEMASAKAN YANG BERBEDA SENSORING QUALITY OF LOCAL GOAT MEAT AS INFLUENCED BY DIFFERENT LENGTH OF CONDITIONING AND TYPES OF COOKING Harapin Hafid dan Adnan Syam* Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Jl. Mokodompit Bumi Tridharma, Kendari, 9 INTISARI Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari lama optimum pelayuan dan cara pemasakan terhadap kualitas daging kambing yang berasal dari kondisi pemeliharaan pedesaan, sehingga diperoleh perlakuan penanganan terhadap daging kambing pasca pemotongan yang dapat meningkatkan kualitas dan daya gunanya. Penelitian ini dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial x dengan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Faktor pertama adalah lama pelayuan (A) dengan taraf perlakuan adalah tanpa pelayuan (A o ), pelayuan jam (A 1 ), pelayuan 6 jam (A ), dan pelayuan 9 jam (A ). Faktor kedua adalah cara pemasakan (B) dengan taraf perlakuan adalah: pemasakan dengan perebusan (B 1 ) dan pemasakan dengan pemanggangan (B ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pelayuan selama 9 jam pada daging kambing mampu memperbaiki kualitas daging kambing lokal khususnya terhadap aroma, rasa, kesan jus dan ph akhir daging, sementara sifat keempukan belum nyata menunjukkan perbedaan akibat pelayuan dan perbedaan cara pemasakan. Agar diperoleh kualitas daging kambing yang lebih baik, sebaiknya daging terlebih dahulu dilayukan dalam lemari es selama 9 jam. (Kata kunci: Daging kambing pelayuan, Cara pemasakan, Mutu sensorik) ABSTRACT The aim of this research was to study the effect of different length of conditioning time and types of cooking on sensory quality of meat from goats under traditional way of keeping in remote villages. The result of this research would lead to the ability to decide the better conditioning processes post slaughtering to increase meat quality. The research was done following a completely randomized design of x factorial, each combination of experimental treatment had three replications. The first factor was the length of conditioning (A), which were consisted of without conditioning (A0), three hour conditioning (A1), six hour conditioning (A), and nine hour conditioning (A). The second factor was the types of cooking (B) which were cooking by boiling (A1), and cooking by roasting (A). The result from a panel test indicated that conditioning processes for nine hours had capable of increasing quality of local native goat meat especially on aroma, flavor, juiciness, and final ph, mean while in the case of tenderness it did not show any affect of different length of conditioning and types of cooking. Better quality would be obtained when conditioning was done for nine hours in side refrigerator. (Key words: Goat meat conditioning, Type cooking, Sensory quality) Pendahuluan Tingginya tingkat kesukaan sebagian masyarakat, khususnya di daerah pedesaan terhadap daging kambing merupakan modal dasar untuk pengembangan jenis ternak ini. Meskipun demikian, peternakan kambing di Indonesia masih dikelola secara tradisional. Kondisi ini akan mempengaruhi tingkat kualitas daging kambing yang dihasilkan. Dalam pelayuan daging kambing, keempukan merupakan salah satu faktor penting di samping cita rasa dan warnanya. Cita rasa atau * Korespondensi (corresponding author): Telp. +6 81 6 7 E-mail: adnansyam@yahoo.com flavor, warna, dan keempukan merupakan sebagian dari sifat mutu yang menentukan penerimaan konsumen terhadap daging. Sifat keempukan daging sangat tergantung pada bagaimana penanganan pelayuan daging setelah pemotongan. Kesalahan dalam penanganannya akan merubah sifat-sifat daging kambing, khususnya kualitas. Ketiga sifat tersebut mempunyai kedudukan yang sama pentingnya, sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Tindakan utama untuk meningkatkan keempukan setelah pemotongan adalah dengan melakukan pelayuan (conditioning). Kondisi selama pelayuan ini akan sangat mempengaruhi sifat-sifat mutu sensorik daging. Selama 178

Harapin Hafid dan Adnan Syam Kualitas Organoleptik Daging Kambing Lokal dengan Lama Pelayuan proses pelayuan, daging disimpan pada suhu dingin untuk jangka waktu beberapa hari (Pearson, 1986). Enzim endogen dalam otot seperti CAF dan Cathepsin D dan B akan berperan dalam mendegradasi protein myofibriler (Bird et al., 1980). Kondisi demikian perlu diimbangi dengan perbaikan teknologi di tingkat lepas potong. Dengan demikian, kualitas daging khususnya keempukannya dapat ditingkatkan. Penerapan pelayuan dan cara pemasakan pada penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki kualitas daging kambing. Hal ini sangat penting mengingat informasi terhadap masalah ini belum jelas dan perlu dikaji lebih dalam. Materi dan Metode Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Waktu pelaksanaannya selama tiga bulan terhitung sejak Januari sampai dengan Maret 006. Materi penelitian Sampel yang digunakan adalah daging kambing yang berasal dari pedagang sate yang melakukan pemotongan sendiri di wilayah Kota Kendari. Kambing yang digunakan adalah betina yang tergolong tidak produktif. Sebelum kambing dipotong terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap gigi untuk menentukan umur kambing. Daging kambing yang diambil untuk pengamatan adalah daging pada bagian paha belakang (leg). Setiap sampel daging diambil atau dibeli sebanyak 0, kg. Pelaksanaan penelitian Penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan besarnya suhu dan lamanya waktu yang digunakan untuk perebusan dan pemanggangan, sehingga didapatkan sampel yang cukup kekerasannya untuk dipotong-potong menjadi subsampel dalam pengujian selanjutnya. Untuk melihat peranan pelayuan terhadap perbaikan kualitas daging, khususnya keempukan, maka pelayuan dilakukan selama 0 (kontrol),, 6, dan 9 jam. Pelayuan dilakukan pada suhu o C dengan menggunakan lemari es. Sampel yang digunakan untuk pengujian dipisahkan dari jaringan ikat dan lemak yang ada. Berat sampel pelayuan yang digunakan untuk pemasakan adalah 10-10 g. Setiap sampel dimasukkan dalam plastik polietilena yang telah diberi label. Label yang diberikan disesuaikan dengan kombinasi perlakuan yang diterapkan. Sampel dimasukkan ke bagian ujung kantung plastik kemudian kantung plastik tersebut dilipat memanjang dan diklip, sehingga tidak terjadi kontak langsung antara pelayuan dengan air (Soeparno, 199). Metode pemasakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut CSIRO. Perebusan dilakukan dengan cara merebus sampel yang telah disiapkan dalam penangas air pada suhu dan waktu yang diinginkan. Setelah itu sampel didinginkan sampai mencapai suhu ruang (Gambar 1). Sampel daging Penangas air (suhu 80 o C selama 0 menit) Sampel didinginkan (dengan air mengalir) Cairan yang terbentuk pada permukaan pelayuan dikeringkan dengan kertas isap Sampel dipindahkan ke kantung plastik baru dan berlabel Sampel didinginkan pada suhu 0- o C atau dibekukan sebelum pengujian Gambar 1. Diagram alir cara perebusan sampel (the scheme of the boiling process) 179

Buletin Peternakan Vol. (): 178-18, Oktober 009 ISSN 016-00 Pemanggangan dilakukan dengan memanggang daging pada pemanggang crystal oven. Daging dipotong-potong dengan ukuran 1x1x1 cm dan dibuat seperti sate di mana dalam satu tusukan sate terdapat empat potong daging. Lama waktu pemanggangan sekitar 10 menit dengan api yang tidak terlalu panas (gas elpiji), dengan demikian diperoleh sampel yang tepat untuk pengujian selanjutnya. Daging yang telah dipanggang didinginkan sampai mencapai suhu ruang. Analisis data Penelitian ini diatur berdasarkan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial x dengan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali (Steel dan Torrie, 1980). Penelitian menggunakan dua faktor : Faktor pertama adalah lama pelayuan (A) dengan taraf perlakuan adalah tanpa pelayuan (A o ), pelayuan jam (A 1 ), pelayuan 6 jam (A ), dan pelayuan 9 jam (A ). Faktor kedua adalah cara pemasakan (B) dengan taraf perlakuan adalah pemasakan dengan perebusan (B 1 ) dan pemasakan dengan pemanggangan (B ). Model matematis yang digunakan untuk analisis data adalah sebagai berikut : Y ijk = μ + α i + β j + (α)(β) ij + ε ijk i = 1,,, ; j = 1, ; k = 1,, Y ijk = Variabel yang diamati μ = Efek rata-rata yang sebenarnya α i = Efek sebenarnya dari faktor pertumbuhan kompensasi ke-i β j = Efek sebenarnya dari faktor lama penggemukan ke-j (α)(β) ij = Efek interaksi dari faktor pertumbuhan kompensasi ke-i dan lama penggemukan ke-j = Galat percobaan ε ijk Pengamatan Parameter yang diamati adalah warna, flavor (rasa dan aroma), kesan jus, keempukan, dan ph. Kecuali pengujian ph, pengujian kualitas daging dilakukan secara organoleptik (panel test). Pengujian kualitas daging dilakukan dengan menggunakan skala hedonik menurut petunjuk Soekarto (198). Skala hedonik yang digunakan tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Hedonik yang digunakan dalam penelitian (hedonic scale used in the study) Evaluasi Sensorik (sensoric Skala Hedonik (hedonic scale) evaluation) Keempukan (tenderness) 1 Warna (color) 1 Aroma 1 Rasa (taste) 1 Kesan jus (juiciness) 1 Kriteria (criteria) Sangat empuk (very tender) Empuk (tender) Keempukan sedang (mild) Alot (tough) Sangat alot (very tough) Merah muda (pink) Merah cerah (bright red) Merah (red) Coklat merah tua (red disk dark brown) Coklat gelap (dark brown) Sangat disukai (very well accepted) Disukai (well accepted) Cukup disukai (accepted) Tidak disukai (not accepted) Sangat tidak disukai (very not accepted) Sangat disukai (very well accepted) Disukai (well accepted) Cukup disukai (accepted) Tidak disukai (not accepted) Sangat tidak disukai (very not accepted) Sangat juicy (very juicy) Juicy Cukup juicy (mild juicy) Agak juicy (almost juicy) Kering (dry) 180

Harapin Hafid dan Adnan Syam Kualitas Organoleptik Daging Kambing Lokal dengan Lama Pelayuan Tabel. Rata-rata skor pengujian panelis terhadap aroma, flavor, kesan jus, tenderness dan pengujian ph akhir daging kambing dengan lama pelayuan dan cara pemasakan yang berbeda (aroma, flavor, juiciness and tenderness scores and ultimate ph of goat meat with different conditioning length and cooking method) Peubah (variable) Lama pelayuan (jam) (length of Cara pemasakan Rerata conditioning (hour)) (type of cooking) (average) 0 6 9 1. Aroma Panggang (roasting).09.1 1.9 1. 1.9 a Rebus (boiling).8.8.9 1.86. b Rerata (average). a. a.11 a 1.70 b. Rasa (taste) Panggang (roasting).09.18.8 1.8.1 a Rebus (boiling).6.70..19.1 b Rerata (average). a. a. a.01 b. Kesan jus (juiciness) Panggang (roasting).91.88.7.0.7 a Rebus (boiling).1.9.90..89 b Rerata (average).0 a.9 ab.8 b.7 c. Keempukan (tenderness) Panggang (roasting) Rebus (boiling).8..66...90.7.71..68 Rerata (average). a.61 ab.61 b. c. ph akhir (ultimate ph) 6.81 a 6.6 b 6.1 c 6. d a,b,c,d Superskrip yang berbeda pada setiap peubah menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) (different superscripts at the same row indicate significant differences (P<0.01)). Jumlah panelis terlatih yang dipakai adalah sebanyak 1 orang. Nilai ph diukur dengan menggunakan alat ph meter digital. Hasil dan Pembahasan Pengaruh lama pelayuan terhadap rata-rata skor mutu sensori daging kambing dapat dilihat pada Tabel. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap aroma, flavor, juiciness dan ph akhir daging kambing (P<0,01), sedangkan peubah keempukan (tenderness) belum menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,0). Dalam hal ini pelayuan selama 9 jam mempunyai aroma (skor 1.70) dan flavor (skor.01) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan pelayuan selama dan 6 jam serta kontrol (tanpa pelayuan). Sementara kontrol, pelayuan selama jam dan 6 jam belum menunjukkan perbedaan yang nyata. Terhadap sifat juicy (kesan jus), terlihat bahwa cara pelayuan selama 9 jam (skor.7) memberi kesan jus yang sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pelayuan dan pelayuan selama dan 6 jam. Sementara itu, perlakuan tanpa pelayuan sangat nyata kurang juicy dibandingkan pelayuan selama 6 jam. Terdapat pula perbedaan ph akhir yang sangat nyata antara semua perlakuan baik tanpa pelayuan maupun dengan pelayuan, 6 dan 9 jam, secara berturut-urut mengalami penurunan ph akhir yaitu 6,81, 6,6, 6,1, dan 6,. Adanya perbedaan aroma dan rasa menunjukkan bahwa semakin lama pelayuan akan mampu meningkatkan aroma sekaligus rasa daging kambing. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (199) yang menyatakan bahwa, rasa dan aroma 181 daging masak sangat dipengaruhi oleh lama waktu penyimpanan dan kondisi penyimpanan, pelayuan setelah dipotong. Adanya perbedaan kesan jus daging menunjukkan bahwa semakin lama pelayuan dapat meningkatkan kesan jus daging. Menurut Cover et al. (196) dalam Soeparno (199), kesan jus daging merupakan kombinasi dari dua pengaruh yaitu kesan jus cairan yang dibebaskan selama pengunyahan dan pengaruh yang berhubungan dengan salivasi yang diproduksi oleh faktor-faktor flavor, termasuk lemak intramuskular. Pengaruh pertama mungkin berhubungan dengan cairan yang dapat terperas keluar dari daging masak dengan adanya proses sentrifugasi atau tekanan (pengunyahan). Selanjutnya Weir (1960) dalam Soeparno (199) menyatakan bahwa, lemak intramuskular (marbling) mempunyai andil terhadap kesan jus pelayuan sebagai perangsang terhadap keluarnya air liur (salivasi). Perbedaan ph akhir daging yang bersifat linier selama pelayuan dalam penelitian ini nampaknya sangat dipengaruhi oleh laju glikolisis postmortem serta cadangan glikogen otot. Normalnya penurunan ph akhir daging adalah antara,-,8 (Forrest et al., 197; Soeparno, 199). Kesimpulan Berdasarkan hasil skor panel test dapat disimpulkan bahwa kecuali sifat keempukan, mutu organoleptik daging kambing dipengaruhi oleh lama pelayuan dan cara pemasakan. Pelayuan semakin lama (9 jam) dan cara pemanggangan memberikan

Buletin Peternakan Vol. (): 178-18, Oktober 009 ISSN 016-00 respon penerimaan yang signifikan dari para panelis. Perlu penelitian lebih lanjut dengan penerapan pelayuan yang lebih lama dari yang telah dilakukan. Daftar Pustaka Bird, J.W.C., J.H. Carter, R.E. Triemer, R.M. Brooks and A.M. Spanier. 1980. Proteinases in cardiac and skeletal muscle. Proc. Fed. Am. Soc. Exp. Biol., 9:0. Forrest, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge, and R.A. Merkel. 197. Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. Ockerman, H.W. 198. Quality Control of Post Mortem Muscle Tissue. Vol.. Department of Animal Science the Ohio State University and the Ohio Agricultural Research and Development Center. Pearson, A.M. 1986. Physical and biochemical changes occuring in muscle during storage and preservation. In: Muscles as food. P.J. Bechtel (Ed.). Academic Press, Inc., pp. 10-1. Soekarto, S. 198. Penilaian Organoleptik untuk Industri, Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. Soeparno. 199. Ilmu dan Teknologi Pelayuan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Smith, G.C. 1978. Effect of age and quality level on the palatability of goat meat. J. Anim. Sci. 6:19-1. Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical Approach. Mc. Graw Hill Book Co. Inc., New York. 18