BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

ETIKA PROFESI SATPAM

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PROSEDUR TETAP SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LAPORAN SOSIALISASI / KAMPANYE PEMBUKAAN PENDAFTARAN SELEKSI PENERIMAAN SEKOLAH INSPEKTUR POLISI SUMBER SARJANA (SIPSS) TA. 2016

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LAPORAN PELAKSANAAN B03, B06, B09 DAN B12 PELAYANAN SIM, SIM, DAN BPKB PROGRAM 8 QUICK WINS PELAYANAN BERSIH DARI PERCALOAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR RESOR MALINAU TRANSPARANSI PELAYANAN SIM, STNK DAN BPKB

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) POLRES METRO

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Hubungan Persepsi..., Adnan, Fakultas Psikologi 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

DATA PELANGGARAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI/PNS POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI JUNI ( SMESTER I ) TAHUN

BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LAPORAN SOSIALISASI / KAMPANYE PEMBUKAAN PENDAFTARAN SELEKSI PENERIMAAN CALON ANGGOTA POLRI TA (TAMTAMA POLRI, BINTARA POLRI DAN TARUNA AKPOL)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi sudah merambah semua bidang, mulai dari bidang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

RENCANA PELATIHAN FUNGSI JAJARAN POLRES SAMBAS

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PROFIL POLRESTA SURAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas bekerja memang tidak bisa terlepas dari kehidupan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA PIRANTI LUNAK BAG SUMDA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. heterogen terdiri dari penduduk asli, penduduk urbanisasi maupun imigran

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PATROLI SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN TUGAS FUNGSI KEHUMASAN SUBBAG HUMAS BAG OPS POLRES HULU SUNGAI TENGAH BULAN OKTOBER 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBINAAN DAN PENYULUHAN TERHADAP ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI POLRI TAHUN 2013 POLRES DHARMASRAYA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

2017, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memiliki peranan yang penting dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri. Berdasarkan TAP MPR RI No.VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan POLRI, pada pasal 6 menyatakan bahwa: POLRI merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Menurut undang - undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi Kepolisian, meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (Undang-undang No.2 TH 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2003). Seseorang yang memutuskan memulai karier menjadi anggota Polisi harus siap melaksanakan tiga komponen kewajiban, yaitu Sumpah TRIBRATA berbunyi Kami Polisi Indonesia: (1). Berbakti kepada Nusa dan Bangsa dengan 1

2 penuh ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (2). Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (3). Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban. Dengan kata lain seseorang yang berkarier sebagai anggota Polisi dituntut menjadi abdi negara untuk menjadi prajurit bhayangkara yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan menegakkan keadilan. Dalam CATUR PRASETYA berbunyi sebagai insan Bhayangkara kehormatan saya adalah berkorban demi masyarakat Bangsa dan Negara untuk: (1). Meniadakan segala bentuk gangguan keamanan. (2). Menjaga keselamatan jiwaraga, harta benda dan Hak Azasi Manusia. (3). Menjamin kepastian berdasarkan hukum. (4). Memelihara perasaan tentram dan damai. Dengan sumpah TRIBRATA dan CATUR PRASETYA inilah kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipatuhi begitu seseorang memutuskan berkarier menjadi seorang polisi. Mengingat begitu banyaknya beban kerja yang harus dilaksanakan sehingga sebagian besar anggota polisi pada umumnya terutama yang berpangkat rendah pada khususnya tidak memiliki waktu dan dana untuk mengembangkan dirinya dalam berkarier ke jenjang yang lebih tinggi. Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Barat adalah salah satu kantor Kepolisian setingkat resor di Jajaran Polda Metro Jaya, mempunyai tugas dan tanggung jawab menjaga stabilitas gangguan kamtibmas di tingkat resor. Polres Metro Jakarta Barat mempunyai program yang sesuai program Polri saat ini

3 adalah QUICK WINS yaitu : Quick Respon yaitu kecepatan Polri dalam merespon kebutuhan masyarakat, program yang pertama adalah transparansi pelayanan SBB (SIM, STNK, BPKB) dan sesuai dengan prosedur dengan harga yang terpampang. Program yang kedua adalah SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan) yaitu surat pemberitahuan kepada pelapor/korban tentang kasus yang dilaporkan secara periodik sehingga pelapor mengetahui tentang kasusnya sudah sampai dimana. Program yang ketiga adalah transparansi Rekrutment/Penerimaan calon anggota polri secara terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun tanpa dipungut biaya (http://www.polresjakbar.org, 23 Januari 2011). Artinya Polres Metro Jakarta Barat dituntut bekerja secara cepat dan professional dalam penanganan keluhan masyarakat. Institusi Kepolisian Polres Metro Jakarta Barat terdiri dari beberapa bagian dan satuan kerja (satker) yang memiliki fungsi berbeda-beda seperti Bag Ops, Bagren, Bag Sumda, Siwas, Propam, Sium, SPKT, Sat Intelkam, Sat Reskrim, Sat ResNarkoba, Sat Binmas, Sat Sabhara, Sat Tahti dan Sitipol. (Perkap Nomor 23 Tahun 2010 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor). Dalam pelaksanaan tugas sehari - hari ada yang bertugas di lapangan dan ada yang bertugas di kantor. Tugas anggota polisi di lapangan melakukan penyelidikan, penangkapan, patroli, penjagaan dan pengawalan yang terkadang tidak mengenal waktu. Tanggung jawab anggota di lapangan memberikan jaminan keamanan dan dituntut menjunjung tinggi HAM di samping kurang sadarnya masyarakat

4 tentang hukum. Anggota polisi di lapangan mempunyai target berbeda beda setiap fungsi yaitu adanya target bulanan. Sedangkan anggota polisi di kantor memiliki peran administrasi dan pengawasan, pelaksanaan staf guna menunjang kinerja anggota di lapangan. Anggota di kantor mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun pimpinan di kantor. Beragam pimpinan yang mempunyai sifat karakteristik yang berbeda - beda dengan keinginan yang berbeda juga memiliki tuntutan yang berbeda. Setiap bagian dan fungsi terbagi dalam Kabag, Kasat, Kasi, Kanit dan Kasubnit juga berdampak kepada pekerjaan yang menyulitkan anggota untuk mengambil keputusan dalam bekerja dan mengakibatkan hasil pekerjaan yang kurang maksimal. Anggota polisi dituntut menunjukan performa terbaik dalam berbagai hal, baik dalam pakaian, penampilan, sikap kepada masyarakat. Anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat dituntut memiliki penampilan yang baik dengan atribut yang bagus ditengah minimnya pembagian atribut dan kurang berkualitas. Selain itu harus menunjukan sikap yang ramah dalam setiap situasi dan menjunjung tinggi HAM, serta tuntutan untuk serba memahami apa yang diinginkan masyarakat. Banyaknya tuntutan kepada anggota polisi telah diimbangi dengan berbagai penghargaan yang didapatkan Polres Metro Jakarta Barat. Penghargaan itu diperoleh oleh satuan reserse kriminal yaitu mendapatkan pengakuan berupa sertifikat dari ISO (International Organization For Standardization) sebagai

5 satuan kerja reserse Polres memiliki mutu Organisasi memiliki pelayanan standardisasi. (Nomor sertifikat : QMS280211-001 dari ISO 9001:2008) Dalam hal prestasi pekerjaan Polres Metropolitan Jakarta Barat mempunyai tanggung jawab penyelesaian kasus dan dituntut memberikan pelayanan, perlindungan dan pengayoman. Pencapaian penyelesaian kasus di tahun 2010 terdapat 5.435 kasus dan dapat diselesaikan 4.841 kasus atau sebesar 89 % dari 70 kasus, mengalami kenaikan di tahun 2011 dengan target 3.905 dan terealisasi 3.724 atau sebesar 95,36 %, (Laporan Akuntabilitas kinerja Polres Metropolitan Jakarta Barat). Prestasi tersebut adalah pencapaian yang cukup maksimal yang dilakukan Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Barat di tengah - tengah banyaknya masalah kriminalitas maupun gangguan keamanan masyarakat yang lainnya. Selain prestasi yang didapatkan ada hal positif yang dirasakan oleh anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat yaitu adanya rasa bangga yang membuat anggota polisi merasa nyaman. Hal ini berupa pekerjaan itu sendiri yaitu mereka merasa bangga menjadi anggota Polisi karena mempunyai wewenang dalam penegakan hukum dan mengabdi kepada Negara dalam bekerja. Seperti yang diungkapkan salah satu anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat menjadi polisi adalah kebanggaan karena bekerja untuk negara dan sebagai aperatur penegak hukum Hal berikutnya yang membuat nyaman adalah hubungan interpersonal kedekatan anggota polisi dengan rekan kerja dan pimpinan. Anggota polisi

6 merasakan rekan kerja saling mendukung dan pimpinan mengerti kendala apa yang menjadi masalah pekerjaan dan komunikasi dua arah. Seperti yang diungkapkan salah satu anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat. Teman dapat saling bantu - membantu dalam menyelesaikan pekerjaan dan Pimpinan dapat menerima masukan dari anggota dalam bekerja Di samping hal yang membuat nyaman banyak juga keluhan keluhan yang terjadi di Polres Metro Jakarta Barat sehingga membuat ketidaknyamanan anggota polisi. Keluhan itu terkait dengan kondisi kerja kantor Polres Metro Jakarta Barat yang memiliki fasilitas ruangan yang kurang memadai. Dengan luas tanah 3,498 m² dan luas bangunan 2,700 m² (Bagian Logistik tentang daftar rincian tanah dan bangunan Polres Metro Jakarta Barat) kurang sesuai dengan jumlah personil Polres Metro Jakarta Barat yang cukup banyak. Minimnya fasilitas berupa ruangan kerja berdampak kepada kurang nyamannya anggota polisi sehingga mereka cenderung tidak berada di tempat pada saat jam dinas. Keadaan itu mengakibatkan lingkungan kerja yang kurang nyaman bagi anggota polisi. Seperti yang diungkapkan salah satu anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat. Polres ini sangat kecil untuk parkiran kendaraan anggota saja tidak muat harus memarkir digedung lain dan ruangan ruangan sangat kecil Penghargaan juga banyak diberikan kepada anggota densus 88 setelah penangkapan teroris. Hal ini karena pekerjaan khusus anggota densus 88 dalam

7 penanganan teroris. Sementara bagi anggota polisi yang lain di Polres Metro Jakarta Barat juga menginginkan jenjang karir dan penghargaan apapun bentuknya ketika menjadi anggota polisi. Khususnya anggota polisi yang bekerja di kantor sulit mendapatkan penghargaan dengan rutinitas pekerjaan di dalam ruangan. Seperti yang diungkapkan salah satu anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat. Apa yang kita lakukan supaya mendapatkan penghargaan seperti anggota densus 88, kita juga mengiginkan penghargaan selama menjadi polisi Urusan administrasi di kantor Polres Metro Jakarta Barat yang berupa absensi manual yang telah dilakukan kurang berjalan cukup adil. Pengecekan dan penindakan terhadap anggota polisi yang mangkir dalam bekerja menjadi masalah yang membuat kecemburuan bagi anggota polisi yang lain. Peralihan dari absensi manual ke absensi dengan proses sidik jari juga kurang berjalan maksimal. Seperti yang diungkapkan salah satu anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat seperti Yang jarang masuk dinas malah aman - aman aja dari omelan Dari uraian di atas terlihat ada anggota polisi yang merasakan puas bekerja di Polres Metro Jakarta Barat. ada anggota polisi yang merasa bangga terhadap pekerjaannya menjadi anggota polisi, merasa nyaman dalam hubungan antarpribadi yang terjadi dengan rekan kerja dan pimpinan, komunikasi yang berlangsung dua arah. Artinya anggota yang berada pada kondisi ini merasakan Puas dan Tidak Lagi Tidak Puas. Hal tersebut bersumber dari faktor

8 motivator mencakup dengan isi dari pekerjaan yang merupakan faktor intristik yaitu prestasi, tanggung jawab, pengakuan, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan pertumbuhan faktor yang menimbulkan berkaitan dengan konteks pekerjaan dengan faktor ekstrinstik yaitu administrasi dan kebijakan, gaji, hubungan antarpribadi, kondisi kerja, pengawasan/teknis, rasa aman. Selain itu ada juga berbagai keluhan anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat mulai dari fasilitas yang tidak memadai, penghargaan yang belum menyeluruh dan jelas dan administrasi absen yang tidak berjalan baik. Artinya mereka merasakan bahwa bekerja sebagai anggota polisi Polres memberikan perasaan Tidak Puas. Ketidakpuasaan itu bersumber dari faktor - faktor yang menimbulkan kepuasan kerja (Motivator) mencakup dengan isi dari pekerjaan yang merupakan faktor instistik yaitu prestasi, tanggung jawab, pengakuan, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan pertumbuhan faktor yang menimbulkan berkaitan dengan konteks pekerjaan dengan faktor ekstrinstik yaitu administrasi dan kebijakan, gaji, hubungan antarpribadi, kondisi kerja, pengawasan/teknis, rasa aman. B. Identifikasi Masalah Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Barat merupakan suatu Kepolisian setingkat resor yang memiliki wilayah besar dalam menjaga stabilitas guantibmas. Dalam bekerja anggota polisi merasakan nyaman sebagai polisi dan mereka merasa bangga karena dapat bekerja untuk negara. Keadaan itu

9 memotivasi diri dalam bekerja untuk lebih professional. Hal lainnya yang membuat bekerja nyaman adalah hubungan interpersonal antara rekan kerja dan pimpinan terjalin cukup baik. Rekan kerja saling membantu dan mengisi dalam menyelesaikan pekerjaan, serta pimpinan juga dapat menerima masukan dan komunikasi berjalan dua arah. Namun ada juga keluhan dari beberapa anggota polisi antara lain berupa fasilitas yang diberikan kepada anggota polisi kurang memadai seperti ruangan kerja yang terbatas, fasilitas operasional seperti kendaraan, persenjataan dan perlengkapan perorangan masih cukup minim sehingga membuat tidak nyaman anggota dalam bekerja. Selain itu anggota polisi telah bekerja secara maksimal tetapi reward yang diinginkan hanya diberikan kepada anggota polisi tertentu seperti pengungkapan kasus yang dilakukan di atas standarisasi oleh anggota polisi. Sehingga membuat anggota polisi lain tidak termotivasi lagi dalam bekerja. Hal ini akan berdampak pada pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan rutinitas semata. Administrasi berupa absensi yang dirasakan anggota polisi belum cukup adil dalam hal penindakan dan sistem pengawasan yang belum berjalan dengan baik sehingga menganggu sistem kerja di lingkungan Polres Metro Jakarta Barat. Adanya faktor faktor kondisi kerja, penghargaan, proses administrasi yang dirasakan kurang berjalan baik membuat beberapa anggota polisi tidak puas. Pada dasarnya setiap individu memiliki tingkat kepuasaan yang berbeda. Apabila banyak aspek yang terpenuhi dalam pekerjaan maka akan semakin tinggi

10 tingkat kepuasaan. Tetapi apabila tidak terpenuhi akan terjadi hal yang sebaliknya. Ketika hal tersebut berlangsung akan berdampak pada proses pelayanan Polres Metro Jakarta Barat. Dari penjelasan diatas penulis melakukan penelitian Melihat gambaran kepuasan kerja polisi yang bertugas di lapangan dan bertugas di kantor pada anggota Kepolisian Polres Metro Jakarta Barat. C. Maksud dan Tujuan Penelitian. Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini : 1. Untuk mengetahui gambaran kepuasan kerja anggota polisi yang bertugas di lapangan dan bertugas di kantor Polres Metro Jakarta Barat. 2. Untuk melihat gambaran kepuasan kerja pada anggota polisi yang bertugas di lapangan dan di kantor Polres Metro Jakarta Barat berdasarkan data penunjang. 3. Faktor dominan dari kepuasaan kerja anggota polisi yang bertugas di lapangan dan di kantor Polres Metro Jakarta Barat. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah : 1. Memberi gambaran mengenai kepuasan kerja anggota polisi yang bertugas di lapangan dengan polisi yang bertugas dikantor.

11 2. Dapat digunakan sebagai salah satu data/acuan bagi pihak institusi Kepolisian untuk bersifat proaktif menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sebagai usaha meningkatkan kepuasan kerja anggota polisi terhadap aspek dalam pekerjaannya. 3. Dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi pihak institusi Kepolisian dalam rangka meningkatkan mutu SDM kinerja, profesionalisme, kecerdasan dan humanis bagi anggota polisi. E. Kerangka Berfikir. Dalam melaksanakan tugas anggota polisi Polres Metro Jakarta Barat memiliki peran melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Dengan program Quick Wins anggota polisi dituntut bekerja secara cepat dan profesional dalam menangapi keluhan masyarakat. Anggota polisi yang di lapangan bertugas melakukan penyelidikan, penangkapan, patroli, penjagaan dan pengawalan. Sedangkan anggota polisi yang di kantor bertugas secara administrasi dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pimpinan. Keberhasilan Polres Metro Jakarta Barat dalam memberikan pelayanan yang terbaik ditentukan oleh sumber daya Manusia (SDM) anggota polisi. Agar anggota polisi menunjukan performa yang baik mereka harus merasa puas terhadap pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dirasakan sehingga pelayanan Polres Metro Jakarta Barat tidak berjalan dengan baik.

12 Ada beberapa faktor yang menyebabkan kepuasaan kerja dan ketidakpuasaan kerja antara lain faktor faktor yang mempengaruhi langsung kepuasaan kerja anggota polisi disebut faktor motivator (Herzberg, dalam Munandar 2001). Faktor motivator ini berkaitan secara langsung dengan sifat pekerjaan atau yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri (Intrinsik). Faktor motivator yaitu prestasi, tanggung jawab, pengakuan, kemajuan, pekerjaan itu sendiri. Anggota polisi yang merasakan senang dengan pekerjaan cenderung mengaitkan faktor ini ke diri mereka sendiri. Tetapi bila faktor tersebut tidak dirasakan keberadaannya oleh anggota polisi, maka mereka tidak akan langsung menjadi tidak puas tetapi menurut Herzberg (dalam Munandar, 2001) mereka akan merasa tidak lagi puas (not satisfied). Faktor faktor yang termasuk dalam kelompok faktor cenderung merupakan faktor yang menimbulkan kerja lebih proaktif. Artinya anggota polisi akan merasakan lebih termotivasi dalam melakukan pekerjaan ketika faktor tersebut dirasakan. Untuk faktor ketidakpuasaan kerja disebabkan tidak hadirnya faktor faktor di luar pekerjaan (faktor hygiene). Ketika anggota polisi tidak senang dalam bekerja, mereka cenderung mengaitkan faktor dari luar dirinya. Faktor hygiene terdiri dari administrasi dan kebijakan, gaji, hubungan antarpribadi, kondisi kerja, pengawasan/teknis, rasa aman. Ketika faktor faktor tersebut tidak dirasakan anggota polisi maka mereka merasa tidak puas (dissatisfied). Karena hal tersebut anggota polisi akan merasa tidak nyaman dan mengeluh terhadap pekerjaan sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak optimal. Tetapi bila faktor

13 faktor hygiene dirasakan oleh anggota polisi, hal tersebut tidak dapat memotivasi anggota polisi secara kuat karena tidak menimbulkan kepuasaan tetapi menurut Herzberg akan menimbulkan tidak lagi tidak puas (not dissatisfied). Tetapi faktor tersebut tidak boleh diabaikan karena faktor tersebut berfungsi menyehatkan. Faktor motivator dan hygiene tidak dapat saling mengantikan, ketika faktor motivator dapat terpenuhi, belum tentu dapat menghilangkan ketidakpuasaan kerja. Bila faktor hygiene dapat terpenuhi belum tentu dapat menimbulkan kepuasaan kerja sehingga untuk menghilangkan dan membuat kepuasan kerja kedua faktor tersebut harus saling dijaga.

14 POLRES METRO JAKARTA BARAT ANGGOTA DI LAPANGAN DAN DI KANTOR Motivator : Satisfier 1. Prestasi 2. Tanggung jawab 3. Pengakuan 4. Kemajuan 5. Pekerjaan itu sendiri Hygiene : disatisfier 1. Administrasi dan kebijakan 2. Gaji 3. Hubungan antarpribadi 4. Kondisi kerja 5. Pengawasan/teknis 6. Rasa aman Puas Tidak Lagi Puas Tidak Lagi Tidak Puas Tidak Puas Bagan 1.1 Kerangka Berpikir