Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Bikrulmal 1, Adnil Edwin Nurdin 2, Rika Susanti 3

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

Gambaran Angka Kejadian Tentamen Suicidum pada Penderita Gangguan Jiwa di RS Jiwa H.B Saanin Periode Januari Desember 2013

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

BAB III PENUTUP. terhadap anggota keluarga penderita Skizofrenia yang mengalami. preventif dan rehabilitatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. M. Ridho Azhari 1, Rika Susanti 2, Noza Hilbertina 3

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

PEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

BEDA PERSEPSI DOKTER PUSKESMAS INTEGRASI DAN NON INTEGRASI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA

PERTANGGUNGJAWABAN KRIMINAL ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Artikel Penelitian Majalah Kesehatan Pharmamedika 2013, Vol 5 No. 1 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

Standar Pelayanan Medik

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

APLIKASI PROBABILITAS BAYES DALAM SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN KEJIWAAN BIPOLAR

Penelitian Keperawatan Jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

KONSEP DASAR PSIKIATRI (ILMU KESEHATAN JIWA) JIWA JIWA. Perkembangan Ilmu Kesehatan Jiwa

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

KONSEP DASAR GANGGUAN TINGKAH LAKU

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

Transkripsi:

530 Artikel Penelitian Gambaran Pola Jiwa pada Pelaku Tindak Pidana Kekerasan yang Dimintakan Visum et Repertum Psikiatri ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang Periode Januari 2008 3 Desember 202 Bikrulmal, Adnil Edwin Nurdin 2, Rika Susanti 3 Abstrak Beberapa jenis gangguan jiwa seperti disebutkan dalam berbagai literatur yang disokong oleh hasil penelitian, memiliki resiko untuk melakukan tindakan kekerasan. Hal ini merupakan masalah yang harus segera diatasi, mengingat besarnya kemungkinan bahwa peningkatan angka tindak kekerasan yang semakin bertambah dari hari ke hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola gangguan jiwa pada pelaku tindak pidana kekerasan yang dimintakan Visum et Repertum Psikiatri ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang selama periode tahun 2008 202. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dan data yang diperoleh diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 pelaku tindak pidana kekerasan yang dimintakan Visum et Repertum Psikiatri ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang dengan jumlah bervariasi setiap tahunnya antara 4 sampai dengan 2 kasus. Sebagian besar pelaku dinilai menderita gangguan jiwa (75,6%) dengan diagnosis gangguan jiwa paling banyak ditemukan adalah skizofrenia (34,5%) khususnya skizofrenia paranoid (24,39%). Sebanyak 49% pelaku dinilai tidak mampu menyadari tujuan dari perbuatan dan mengarahkan kemauan, terutama pada penderita skizofrenia (29,27%). Kata kunci: pola gangguan jiwa, tindak pidana kekerasan, visum et repertum psikiatri. Abstract Some specific types of mental disorders announced in the literature that supported by research data, show a risk to commit violent acts. This is a problem that must be overcome because the numbers of violence increase from day to day. The objective of this study was to describe the pattern of mental disorders in the violence criminal with Visum et Repertum Psychiatry requested to RSJ Prof. HB. Saanin Padang during the period 2008-202. The research method used was a descriptive retrospective and the data obtained were processed manually and presented in the form of frequency distribution table. The results showed that during the period 2008-202 there were 4 violent offenders who requested Visum et Repertum Psychiatry to RSJ Prof. HB. Saanin Padang with varying amounts each year between 4 to 2 cases. Most of the offenders assessed mental disorder (75.6%) with a diagnosis of mental disorder most commonly found is schizophrenia (34.5%), especially paranoid schizophrenia (24.39%). 49% of offenders were considered not able to realize the objectives of the action and directing the will, especially in patients with schizophrenia (29.27%). Keywords: patterns of mental disorders, violence criminal, visum et repertum psychiatry Affiliasi penulis :. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Psikiatri FK UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang, 3. Bagian Forensik FK UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang. Korespondensi : Bikrulmal, E-mail: bik@hotmail.co.id, Telp: 085668332080

53 PENDAHULUAN Salah satu problema sosial yang harus diperhatikan adalah munculnya tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat. Tindak pidana kekerasan adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, atau psikologis terhadap orang yang menjadi sasaran. Undang-undang telah menetapkan tindak pidana sebagai suatu perbuatan yang harus dihukum.,2 Tindak pidana kekerasan menjadi salah satu faktor penting penyebab morbiditas dan mortalitas diantara individu usia muda 0 sampai 25 tahun, khususnya masyarakat kulit hitam dan laki-laki. Negara Amerika Serikat menempatkan tindak pidana kekerasan berupa pembunuhan sebagai penyebab kematian utama kedua pada kelompok usia 5 sampai 9 tahun. 3 Berdasarkan laporan Mabes Polri, jumlah tindak kriminal yang didalamnya termasuk laporan tindak pidana kekerasan selama periode tahun 2007-2009 di Indonesia yang meskipun berfluktuasi namun menunjukkan tren yang meningkat. Jumlah kejadian tindak kriminal dari sekitar 330.000 kasus pada tahun 2007 berkurang menjadi 327.000 pada tahun 2008 dan meningkat menjadi sekitar 345.000 pada tahun 2009. Di provinsi Sumatera Barat, tindak kriminal juga mengalami peningkatan. Angka tindak kriminal yang dilaporkan menurut Kepolisian Daerah/Polda Sumbar selama periode 2007-2009 berturut-turut adalah 9.499, 0.776,.848. 4 Elbogen dan Johnson di tahun 2009, yang telah meneliti dengan menggunakan data longitudinal yang mewakili populasi Amerika Serikat menunjukkan bahwa insiden kekerasan lebih tinggi pada orang dengan gangguan mental berat seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi berat. 6 Di Indonesia sendiri, belum ditemukan adanya laporan penelitian terkait pola gangguan jiwa pada pelaku tindak pidana kekerasan secara nasional. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, maka besar kemungkinan meningkatnya angka tindak pidana kekerasan saat ini merupakan kontribusi dari penderita gangguan jiwa. Negara Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perlakuan terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh penderita gangguan jiwa berbeda dengan peraturan yang ditetapkan untuk pelaku tindak pidana tanpa gangguan jiwa. Untuk itu diperlukan keterangan tertulis yang dibuat oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan terhadap manusia mengenai jiwa atau mental tersangka atau terdakwa tindak pidana yang disebut Visum et Repertum Psikiatri (VeRP). Ditinjau dari pemanfaatan keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah dalam pengambilan keputusan hukum di Indonesia, kasus pidana merupakan kasus hukum yang paling sering dimintakan pembuatan VeRP. Meskipun demikian, tidak semua kasus pidana dimintakan VeRP. VeRP diterbitkan hanya atas suatu permintaan dan yang berhak meminta berdasarkan peraturan perundangundangan adalah hakim, jaksa, dan polisi. Biasanya permintaan VeRP baru dilakukan apabila yang berwenang memiliki dugaan bahwa tersangka memiliki gangguan jiwa. Dugaan tersebut berdasarkan adanya sikap atau tingkah laku yang memberikan kesan tidak normal pada tersangka. Mengingat penilaian normal atau tidaknya seseorang bukanlah hal yang mudah, maka besar kemungkinan terjadi kekeliruan dalam menentukan seseorang pantas atau tidak dimintakan keterangan psikiatri serta menyebabkan perbandingan jumlah permintaan VeRP dengan jumlah keputusan terhadap kasus hukum pidana kekerasan bervariasi di setiap daerah sehingga menimbulkan kesan keadilan di seluruh daerah di Indonesia tidaklah seragam. 7 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola gangguan jiwa pada pelaku tindak pidana kekerasan di Sumatera Barat berdasarkan hasil VeRP yang dimintakan ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif retrospektif. Penelitian ini dilakukan di RSJ Prof. HB. Saanin Padang dari Maret 203 - April 203. Populasi penelitian adalah seluruh pelaku tindak pidana kekerasan yang dimintakan VeRP ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang selama periode Januari 2008 3 Desember 202.

532 HASIL Distribusi jumlah pelaku tindak pidana Saanin Padang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini: Tabel. Distribusi jumlah pelaku tindak pidana Saanin Padang pertahun periode penelitian No Tahun VeRP yang Dimintakan Jumlah % 2008 7 7, 2 2009 4 9,7 3 200 2 29,3 4 20 8 9,5 5 202 0 24,4 Jumlah 4 00 Tabel memperlihatkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun, antara Januari 2008 3 Desember 202, terdapat 4 kasus yang dimintakan VeRP ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang. Jumlah kasus tersebut bervariasi setiap tahunnya, antara 4 sampai dengan 2 kasus. Rerata kasus yang dimintakan VeRPnya pertahun adalah 8 kasus. VeRP terbanyak dimintakan pada tahun 200 yaitu 2 kasus. Distribusi pelaku tindak pidana kekerasan yang dimintakan VeRP ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang menurut diagnosis psikiatri sesuai dengan PPDGJ III dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi pelaku tindak pidana kekerasan yang dimintakan VeRP ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang menurut diagnosis psikiatri sesuai dengan PPDGJ III Pelaku Tindak No Diagnosis Psikiartri Pidana Kekerasan Jumlah % F00 F09 Mental Organik F07 kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan, dan disfungsi otak 2 F Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioida F.02 mental dan perilaku akibat penggunaan opioda, intoksikasi akut dengan komplikasi medis lainnya 3 F20 Skizofrenia F20.0 Skizofrenia paranoid 0 24,39 F20.5 Skizofrenia residual 2 4,87 F20.8 Skizofrenia lainnya F20.9 Skizofrenia YTT 4 F23 Psikotik Akut dan Sementara F23.2 psikotik lirskizofrenia (schizophrenia like) akut 5 F3 Afektif Bipolar F3.2 afektif 3 bipolar, episode kini manik 7,32 dengan gejala psikotik F3.6 afektif bipolar, episode kini 2,44 campuran F3.7 aafektif bipolar, kini dalam remisi 2,44 6 F32 Episode Depresif F32.0 Episode depresif ringan F32. Episode depresif sedang F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik 2 4,87 F32.9 Episode depresif YTT 3 7,32 7 F70 F79 Retardasi Mental F7 Retardasi mental sedang F79 Retardasi Mental YTT 8 Tidak ada kelainan 0 24,39 Jumlah 4 00 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar, yaitu 3 kasus (75,6%), pelaku pidana yang dimintakan VeRP menderita gangguan jiwa. Sisanya bejumlah 0 orang (24,39%) dinyatakan tidak memiliki gangguan jiwa. Kategori diagnosis yang terbanyak ditemukan adalah skizofrenia, yaitu sebanyak 4 kasus (34.5%). Dari katergori tersebut, jenis terbanyak dijumpai adalah skizofrenia paraniod (F20.0) yaitu sebanyak 0 kasus (24,39%). Distribusi kemampuan pelaku tindak pidana Saanin Padang berdasarkan kemampuan menyadari tujuan dari suatu perbuatan dan mengarahkan kemauan menurut diagnosis psikiatrinya dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :

533 Tabel 3. Distribusi kemampuan pelaku tindak pidana kekerasan yang dimintakan verp ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang menyadari tujuan dari suatu perbuatan dan mengarahkan kemauan menurut kategori diagnosis psikiatrinya Kemampuan pelaku : (a) menyadari tujuan dari suatu perbuatan (b) mengarahkan kemauan dalam n (%) Mampu Mampu Tidak Jmh No Diagnosis untuk (a) untuk (a) mampu n (%) Psikiatri dan (b) tapi tidak untuk mampu (b) (a) dan (b) Mental 0(0,00) 0(0,00) (2,44) (2,44) Organik 2 Mental dan Perilaku Akibat 0(0,00) 0(0,00) (2,44) (2,44) Penggunaan Opioida 3 Skizofrenia (2,44) (2,44) 2(29,27) 4(34,5) 4 Psikotik Akut dan 0(0,00) (2,44) 0(0,00) (2,44) Sementara 5 Afektif 0(0,00) (2,44) 4(9,76) 5(2,20) Bipolar 6 Episode Depresif 5(2,9) 2(4,87) 0(0,00) 7(7,07) 7 Retardasi Mental 0(0,00) 0(0,00) 2(4,87) 2(4,87) 8 Tidak ada kelainan 0(24,39) 0(0,00) 0(0,00) 0(24,39) Jumlah 6(39,02) 5(2,20) 20(48,78) 4(00,00) Pada tabel 3, terlihat bahwa 20 pelaku dinilai tidak mampu menyadari sifat dan perbuatannya serta tidak mampu mengarahkan kemauannya. Keadaan ini paling banyak ditemukan pada pelaku yang didiagnosis menderita skizofrenia (2 orang atau 29,27%). 5 pelaku (2,20%) lainnya dinilai mampu menyadari perbuatannya tetapi tidak mampu mengarahkan kemauannya. Sisanya, sebanyak 6 pelaku (39,02%) dinilai mampu menyadari perbuatan serta mampu mengarahkan kemauannya. PEMBAHASAN Selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 202 ditemukan sebanyak 4 VeRP yang dimintakan ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang oleh pihak yang berwenang. Tabel menunjukkan bahwa permintaan VeRP ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang berfluktuasi tiap tahunnya. Tercatat 7 kasus pada tahun 2008, kemudian menurun menjadi 4 kasus pada tahun 2009, berikutnya meningkat lagi pada tahun 200 menjadi 2 kasus, pada 20 menurun lagi menjadi 8 kasus, dan meningkat lagi menjadi 0 kasus pada tahun 202. Angka ini tidak dapat digunakan sebagai cerminan kejadian tindak pidana kekerasan di Sumatera Barat yang dilakukan oleh penderita gangguan jiwa setiap tahunnya, sebab tidak semua pelaku tindak pidana dilakukan pemeriksaan psikiatri. Pemeriksaan psikiatri hanya apabila penyidik memintakan VeRP pelaku pidana yang diduga mengalami gangguan jiwa ke RSJ. Dengan kata lain, indikasi permintaan pemeriksaan pelaku pidana sangat bergantung pada kejelian dan ketepatan seorang penilai yang bukan dokter. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa 80,5% (33 kasus) dari seluruh pelaku tindak pidana kekerasan (4 kasus) yang dimintakan VeRP ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang periode 2008-202 dinyatakan positif mengalami gangguan jiwa. Kategori diagnosis yang paling banyak ditemukan adalah skizofrenia, yaitu sebanyak 4 kasus (34,5%). Adanya gejala-gejala khas pada penderita skizofrenia seperti waham dan halusinasi terutama halusinasi auditorik memungkinkan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh penderita merupakan respon penderita terhadap gejala-gejala tersebut. Dari kategori skizofrenia, skizofrenia paranoid (F20.0) merupakan subtipe yang paling banyak ditemukan, yaitu berjumlah 0 kasus (24,39%). Skizofrenia paranoid memang merupakan subtipe yang paling sering dijumpai di setiap negara. Episode depresif dan gangguan afektif bipolar secara berturut-turut menempati peringkat ke 2 dan ke 3 kategori diagnosis terbanyak, yakni 7 kasus (7,07%) dan 5 kasus (2,20%). Tabel 3 mempelihatkan bahwa 48,78% dari pelaku tindak pidana yang dimintakan VeRP dinilai tidak mampu menyadari perbuatan dan mengarahkan kemauannya. Sebagian besar penilaian ini ditemukan pada pasien skizofrenia (29,27%), kemudian disusul dengan gangguan afektif bipolar (9,76%), retardasi

534 mental (4,87%), gangguan mental organik (2,44%) dan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida (2,44%). 2,20% pelaku lainnya dinilai mampu menyadari perbuatannya namun tidak mampu memilih dan mengarahkan kemauannya. Sisanya, 39,02% pelaku dinilai mampu menyadari perbuatannya dan mampu mengarahkan kemauannya. Pelaku yang memiliki kemampuan untuk menyadari perbuatan dan mengarahkan kemauannya tidak hanya ditemukan pada pelaku yang didiagnosis tidak memiliki gangguan jiwa, namun penilaian ini juga ditemukan pada pelaku dengan diagnosis skizofrenia dan episode depresif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu perilaku kekerasan merupakan bagian atau gejala dari gangguan jiwa. 7 KESIMPULAN Selama periode tahun 2008 - tahun 202, permintaan VeRP pada pelaku tindak pidana kekerasan ke RSJ Prof. HB. Saanin Padang tertinggi ditemukan pada tahun 200. Sebagian besar didiagnosis menderita gangguan jiwa sebagai berikut :. mental organik. 2. mental dan perilaku akibat penggunaan opioida. 3. Skizofrenia. 4. psikotik akut dan sementara. 5. afektif bipolar. 6. Episode depresif. 7. Retardasi mental. Skizofrenia merupakan diagnosis yang paling banyak ditemukan pada pelaku tindak pidana Saanin Padang periode 2008-202. Sebagian besar pelaku tindak pidana kekerasan yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa dinilai tidak mampu menyadari perbuatannya dan tidak mampu mengarahkan kemauannya. Kepolisian khususnya penyidik telah menunjukkan kinerjanya dalam menentukan dugaan terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang memiliki gangguan jiwa dengan baik, sebab lebih dari dua pertiga pelaku (75,6%) yang dimintakan VeRP didiagnosis menderita gangguan jiwa. DAFTAR PUSTAKA. Budiayanto Arif, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun im A, Sidhi, et al. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;997. 2. Muljono W. Pengantar teori kriminologi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia; 202. 3. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Wong s essential of pediatric nursing. Dalam: Agus S, Juniarti, N, Kuncara, HY, penerjemah. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Edisi ke-6, Volume. Jakarta: EGC; 2008. 4. Badan Pusat Statistik. Statistik kriminal 2007 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 200. 5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of psychiatry. Edisi ke-7. Kusuma W, penerjemah. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri klinis. 997, Jilid. Jakarta: Binapura Aksara; 200. 6. Elbogen EB, Johnson SC, The intricate link beetween violence and mental disorder. result from the national epidemiologic survey on alcohol and related condition (diunduh Januari 203) Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://archpsyc. jamanetwork.com/journal.aspx 7. Darmabrata W, Nurhidayat AW. Psikiatri Forensik. Jakarta: EGC; 2003.