BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN SINTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN

19 Oktober Ema Umilia

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

6.1 Peruntukkan Kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

Transkripsi:

BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT 5.1 Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit Berdasarkan hasil analisis didapat hasil perhitungan proyeksi kebutuhan RTH sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk pada tahun 2032 yaitu 70 Ha atau 1,83% Jumlah ini masih di bawah standarisasi luas RTH yang harus dipenuhi oleh kawasan perkotaan sesuai dengan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008 yaitu 30% dari total luas wilayah yaitu 3819 Ha, kebutuhan jumlah pohon diprediksikan pada tahun 2032 yang harus tersedia sebanyak 193.193 batang dan berdasarkan tingkat kepentingan hasil kuesioner yang disebar di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit masyarakat menginginkan peningkatan terhadap konservasi, rekreasi, aksesibilitas, sarana prasarana penunjang dan daya tarik. Adapun strategistrategi yang dilakukan sebagai berikut: 1. Melestarikan taman taman di sekitar lingkungan permukiman, fasilitas umum maupun jalur hijau yang telah ada dan mempopulerkan areal budidaya tanaman hias, pertanian, pertamanan dan tanaman tahunan pada lahan tidur 2. Menanami pepohonan berbentuk jalur untuk fungsi pengamanan, peneduh, penyangga, dan keindahan lingkungan yang bermanfaat untuk fasilitas umum rekreaksi dan jalur hijau pengamanan sungai. 3. Berdasarkan hasil Importance Performance Analysis (IPA) yang perlu diperbaiki dan perlu diadakan penyediaannya di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit agar dapat mengembangkan pariwisatanya adalah : a. Sarana dan prasarana penunjang, penyediaan sarana dan prasarana perlu dilakukan penyediaan nya agar hutan kota ini dapat mengembangkan potensi pariwisata b. Rekreasi, zona rekreasi ini perlu ada nya penyediaan di Hutan Kota Bungkirit karena dapat meningkatkan daya tarik bagi 121

122 pengunjung, melindungi keindahan alam (tempat terbuka dan ruang terbuka hiaju) dan menyediakan pelayanan rekreasi dan pariwisata. c. Konservasi, perlu adanya penyediaan zona konservasi di Hutan Kota Bungkirit karena dengan adanya zona ini dapat melindungi polusi udara seperti karbondioksida yang dihasilkan dari kawasan Perkotaan Kuningan 4. Setelah mengetahui hasil dari penyediaan apa saja yang diinginkan oleh masyarakat untuk pengembangan pariwisata di Hutan Kota Bungkirit dari hasil Importance Performance Analysis (IPA) diatas maka timbul pengimplikasian terhadap kebutuhan ruang apa saja yang mempunyai keterlibatan dan kepentingan untuk menunjang dari penyediaan ruang yang dinginkan oleh masyarakat itu sendiri maka implikasi terhadap pengembangan pariwisata yang harus disediakan penyediaan nya adalah sebagai berikut: a. Zona konservasi = Tanaman Penyangga (Buffer) b. Zona rekreasi = Taman rekreasi, pengembangan flora c. Aksesibilitas = Pelebaran Jalan d. Sarana penunjang = Olahraga dan parkir e. Prasarana penunjang = Pengelolaan sampah, air limbah, dan drainase Adapun untuk lebih jelasnya mengenai pembagian zona disajikan dalam bentuk siteplan yang dapat dilihat pada Gambar 5.1 Peta Siteplan Zona Pengembangan

123

124 5. Hutan Kota Bungkirit yang cocok untuk dijadikan area dari zona konservasi ini adalah wilayah yang berada di sekeliling batas wilayah Hutan Kota Bungkirit dan sepanjang koridor jalan kolektor primer JL RA Moertastah Soepomo karena dengan ditempatkan nya zona konservasi pada lokasi ini diharapkan mampu menyerap polusi yang ditimbulkan dari kolektor primer yang masuk kedalam hutan kota yang mengakibatkan tercemar nya udara yang masuk ke dalam hutan kota. 6. Untuk jenis pemilihan vegetasi yang sesuai untuk ditanam di area konservasi Hutan Kota Bungkirit ni dilihat dari kepekaan dan kesuburan tanah di kawasan tersebut Kepekaan tanah di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit dapat dilihat dari berbagai faktor seperti jenis tanah, geologi dan curah hujan. Jenis tanah di Hutan Kota Bungkirit adalah Andosol. Tanah andosol adalah tanah yang mempunyai lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu dari 1 m sampai 2 m meter bahkan lebih. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah geluh berdebu, sedangkan strukturnya remah kelapisan bawah agak gumpal dengan konsistensi adalah gembur dan bersifat licin berminyak.. Dari warna bisa dilihat unsur hara nya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan unsur hara ini adalah dari sedang sampai tinggi mudah sampai agak sukar merembes air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Sedangkan geologi di Hutan Kota Bungkirit dibentuk oleh satuan batuan hasil gunung api muda tak teruraikan yang pelapukannya bersifat gembur dan mudah urug. Dan untuk curah hujan Hutan Kota Bungkirit berkisar antara 2.000-3.000 mm/tahun dan rata-rata 16,4 mm /hari dengan sepuluh bulan basah, satu bulan kering dan satu bulan lembab. Dari berbagai macam faktor yang telah dijelaskan maka didapat kepekaan tanah berkisar tidak peka dan tingkat kesuburan tanah berkisar antara ph 5,0 7,0 yaitu dari asam sampai netral. Sedangkan untuk jenis vegetasi nya adalah seperti : a. Pohon Trembesi, Pohon Trembesi adalah Pohon Trembesi adalah jenis tumbuhan sebagai peneduh di tempat penimbunan kayu

125 Tajuknya yang lebar dan daunnya yang lebat di tambah dengan jaringan akarnya yang luas sehingga dapat menyerap air dengan maksimal. sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Satu Pohon Trembesi dapat menyerap 28.442 kg karbondioksida (CO2) b. Palem Botol, Palem botol adalah jenis tumbuhan yang cocok untuk tananam kawasan jalur hijau, karena memiliki daya tarik pada bentuknya dan pertumbuhan palem ini tergolong lambat dan tajuknya sempit sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas. c. Bougenvil, Bougenvil adalah jenis tanaman hias, mempunyai akar serabut dengan batang yang tidak mempunyai kambium seperti pada pohon keras sementara daunnya terlihat menyirip dengan beberapa turunan yang telah dikembangkan, ketika bunga bougenville sudah mekar biasanya tanaman ini merontokan sebagian daunnya. Sementara bila bunganya dalam perkembangan, maka seludang bungaya akan berbentuk kuncup menutupi keseluruhan bagian bunga. Tanaman ini cocok sebagai daya tarik dan menambah nilai estetika pada zona kenservasi di Hutan Kota Bungkirit d. Canna, Canna atau bunga tasbih bunga adalah jenis tanaman hias yang memiliki pesona keindahan luar biasa. Tanaman bunga canna dapat tumbuh mencapai tinggi 2 meter dari permukaan tanah. Daunnya besar dan lebar memiliki warna-warna cerah seperti warna merah dan kuning. Tanaman ini cocok sebagai daya tarik dan menambah nilai estetika pada zona kenservasi di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit dan memiliki fungsi sebagai reduktor polutan. Adapun lokasi penempatan dan jenis vegetasi yang ditanam di Kawasan Wisata Hutan kota Bungkirit dapat dilihat pada Gambar 5.5 Peta Lokasi dan Jenis Vegetasi Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit

126 7. Penempatan zona rekreasi di Hutan Kota Bungkirit adalah yang berada di didalam dari zona konservasi karena zona ini harus di buffering oleh kawasan hijau sehingga menimbulkan kawasan rekreasi yang sejuk jauh dari polutan udara dan alami pengembangan ruang di zona rekreasi ini harus mencakup keinginan masyarakat bahwa harus ada penyedian sebagai berikut: a. Pengembangan Flora, Kebutuhan ini berfungsi untuk menambah kedayatarikan pengunjung untuk hutan kota yang berada di zona rekreasi, selain sebagai daya tarik area ini berfungsi sebagai sarana edukasi dari pengenalan jenis flora yang ada, pemanfaatan hingga pengembangannya. Area ini sebaik nya diletakkan ditempat yang mudah diakses dari jalur masuk kawasan dengan rancangan alami yang tidak banyak menggunakan material perkerasan, hal ini bisa menjadi salah satu daya tarik kawasan. b. Taman Rekreasi, Taman rekreasi ini difungsikan untuk menunjang dari kegiatan pengembangan flora dan panggung terbuka, dengan disediakan nya taman rekreasi ini pengunjung dapat sekedar beristirahat dan bermain. 8. Kebutuhan ruang parkir baik kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua berdasarkan hasil analisis, maka didapat total keseluruhan kebutuhan ruang parkir di area hutan kota adalah sebesar 380 m 2 Tabel 5.1 Kebutuhan Ruang Parkir No. Kendaraan Jumlah Kendaraan Luas SRP (m 2 ) Jumlah Kebutuhan(m 2 ) 1. Mobil Golongan I 20 2,30 x 5,00 230 2. Sepeda motor 100 0,75 x 2,00 150 Total Kebutuhan 380 Sumber : Hasil Analisis, 2014 9. Peningkatan sistem drainase dapat dilakukan melalui rehabilitasi dan pemeliharaan saluran drainase utama dan kawasan sekitarnya pada dasarnya sistem drainase yang terdapat di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit mengikuti jaringan jalan. Kondisi sistem drainase di

127 Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit menggunakan saluran drainase sekunder (saluran buatan berukuan besar) dan saluran drainase tersier (saluran buatan, seperti drainase jalan) 10. Untuk kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit pengembangan sistem pengolahan limbah domestik secara tidak setempat (off site) sangat cocok digunakan karena air limbah dari timbulan air domestik berasal dari sisa pemakaian air bersih dikumpulkan dalam suatu sistem jaringan saluran atau pipa, selain itu penggunaan sistem pengolahan limbah domestik secara tidak setempat (off site) juga terbilang lebih ekonomis. Adapun Konsep Pengembangan limbah domestik yang diterapkan di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit dapat dilihat pada Gambar 5.6 Peta Pengolahan Limbah Domestik

128 128

129

130

131

132

133 5.2 Strategi Pengendalian Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan wisatawan dari gangguan kawasan sekitar Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit berikut langkah langkah yang harus di lakukan untuk meminimalisir gangguan yang terjadi antara lain melalui pemantauan dan patroli oleh satpol PP sesuai dengan pengaduan masyarakat, peringatan atau himbauan yang berisi pasal dan peraturan daerah, teguran yang tegas terhadap tindakan tidak/kurang sopan yang dilakukan oleh pasangan muda mudi di taman dan hutan kota, selain itu upaya pengendalian aktif dan pasif di taman dan hutan kota dengan pemasangan kamera pengawasan, meningkatkan kualitas penerangan, dan penerapan desain yang dapat mencegah kegiatan tertentu sedangkan menempatkan penjaga hanya pada beberapa lokasi penting yang dapat menerapkan pembatasan akses sesuai dengan peraturan yang ada, karena pada saat ini belum ada taman dan hutan kota yang dilengkapi dengan kamera CCTV sebagai kamera pengawasan. Penempatan CCTV di daerah yang sulit dijangkau atau di anggap kawasan rawan kriminalitas selain itu juga peningkatan kualitas penerangan dapat memperindah kawasan wisata sekaligus meminimalisir tingkat kejahatan dan kegiatan asusila. Pembatasan akses hanya terjadi pada taman yang dijaga dan waktu penggunaanya hanya sampai sore hari. adapun jenis dan fungi rambu larangan

134 yang akan dterapkan di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit adalah sebagai berikut: a. Diterapkan rambu dilarang menginjak rumput khusunya di area zona konservasi b. Penerapan rambu larangan berburu burung di area Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit c. Larangan mencabut rumput dan larangan membuang sampah di berlakukan untuk semua zona kawasan membuang sampah di TPS yang sudah tersedia d. Penempatan lokasi tempat duduk sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan wisatawan. Lokasi tempat duduk akan ditempatkan di dekat penerangan dan kamera CCTV. Dengan adanya peningkatan penerangan,pemasangan CCTV,penerapan rambu rambu larangan dan penempatan posisi tempat duduk di Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit diharapkan akan meningkatkan minat wisata untuk wisawatan domestik maupun mancanegara karena kebersihan, keamanan dan kenyamanan menjadikan nilai tambah sangat penting yang harus dimiliki Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit

135 5.3 Sistem Kelembagaan Pengelola Beberapa unsur penting dari kelembagaan adalah instituisi, yang merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat, norma tingkah laku yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan telah diterima untuk mencapai tujuan tertentu peraturan dan penegakan aturan dalam masyarakat yang memberikan wadah koordinasi dan kerja sama dengan dukungan dan kewajiban. Dimensi pengelolaan kawasan yaitu partisipasi masyarakat, kelembagaan infrastruktur, keterlibatan swasta, transportasi, sumber daya manusia, peraturan dan kewajiban, pengelolaan lahan, peluang kerjaan, kemitraan masyarakat, pemerintah dan swasta, finansial keuangan, dan manajemen promosi. 5.4 Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diberikan oleh penulis terhadap kajian Strategi pengembangan dan pengendalian Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit berdasarkan penulis adalah: 1. Jenis Pemanfaatan ruang yang disarankan bagi kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit adalah pemanfaatan hutan sebagai kawasan konservasi, edukasi dan rekreasi. Dimana dalam pemanfaatan hutan perlu diperhatikan bahwa fungsi hutan sebagai sumber plasma nufta yang mendukung kelestarian ekosistem. 2. Adanya pemeliharaan dan penataan umum secara terkoordinir Bappeda Kabupaten Kuningan agar menunjukan kesan visual yang nyaman, aman, bersih dan dirancang dengan baik sesuai dengan setiap aktifitas pengunjung akan kebutuhan taman (ruang terbuka) sehingga dapat menarik perhatian dan menjadi asset bagi Kabupaten Kuningan. 3. Pemanfaatan ruang, penyuluhan dan pembinaan terhadap aparatur dan masyarakat sekitar sebagai upaya melestarikan kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit, sehingga masyarakat dan pemerintah memiliki rasa memiliki dan menjaga dari Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit itu sendiri. 4. Dengan adanya perluasan pengembangan Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit diharapkan dapat mengkontribusi RTH yang kurang di kabupaten Kuningan

136 5.5 Kelemahan Studi Baik dalam proses analisis maupun penyusunan strategi pengembangan dan pengendalian Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit, masih terdapat kelemahan-kelemahan yang tidak dapat dihindari, antara lain : a) Tidak memberikan data time series sehingga hasil dari penelitian tidak berjalan maksimal b) Penelitian hanya menggunakan produk tata ruang RTBL yang sudah ada sebagai pedoman kajian pengelolaan dan pengendalian terhadap Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit.