BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

dokumen-dokumen yang mirip
Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

TINGKAT KEAKURATAN PENENTUAN BIAYA PRODUKSI (STUDY COMPARATIF CONVENTIONAL COSTING SYSTEM DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM)

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) pada UD. Cella Cake dan Bakery Manado

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

PENGARUH PENERAPAN FILOSOFI JUST IN TIME (JIT) PADA ORGANISASI YANG MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK

BAB II KAJIAN PUTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PABRIK ROTI SUMBER REJEKI GUNUNGPATI

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia

untuk membuat dan mengantarkan barang ke pelanggan tersebut memerlukan

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL SECANG SKRIPSI

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dengan demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan

KALKULASI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA MARIO S HANDICRAFT

BAB II LANDASAN TEORI. industi (industrial engineer) untuk tujuan penghitungan secara akurat kos produk.

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Biaya Tradisional. sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR

BAB II LANDASAN TEORITIS

of goods manufactured) menurut Blocher dkk adalah harga pokok produk

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN MINIMUM BIAYA OPERASIONAL LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PERHITUNGAN PROFITABILITAS PRODUK PADA UD NIAGA BAKTI. OLEH : Fena Ulfa Aulia, S.E., M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan. hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat semakin mendorong perusahaan untuk tetap going

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

Transkripsi:

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengakibatkan perubahan pola persaingan menjadi persaingan global. Agar dapat bersaing dengan efektif, perusahaan harus menekankan pada bagaimana menghasilkan bermutu tinggi dan berbiaya rendah (sehingga produk bermutu tinggi dan dapat dijual dengan harga murah) serta dapat melayani konsumen tepat waktu. Untuk itu, perusahaan-perusahaan harus siap menghadapi teknologi maju dan persaingan global. Banyak fasilitas pemanufakturan yang tidak terstruktur untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Sehingga untuk melaksanakan transisi menuju lingkungan pemanufakturan maju dan persaingan global sangat sulit. Salah satu kesulitannya adalah memahami peran sistem akuntansi biaya dan akuntansi manajemen tradisional. Hal ini disebabkan karena sistem akuntansi biaya dan akuntansi manajemen tradisional tidak dapat menghasilkan informasi dalam format dan isi yang dapat membantu manajemen perusahaan dalam mengidentifikasikan, memprioritaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah (R. A. Supriyono, 1999:40). Pada pemanufakturan tradisional, sebagian besar perusahaan menggunakan alokasi biaya berbasis unit atau volume produk. Dalam 9

10 pemanufakturan maju, cara tersebut dapat mengakibatkan distorsi biaya. Distorsi biaya adalah pembebanan biaya yang terlalu tinggi (overstated atau overrun) atau terlalu rendah (undersatted atau underrun) pada suatu objek biaya. Distorsi tersebut terjadi dalam bentuk pembebanan biaya yang terlalu tinggi (cost overstated atau cost overrun) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah (cost understated atau cost underrun) untuk produk yang bervolume sedikit. Distorsi biaya mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian ( R. A. Supriyono, 1999: 259). Dengan kata lain, sistem biaya tradisional menjadi usang dalam lingkungan pemanufkturan maju. Sistem biaya yang usang menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut (Hansen, Mowen, 2000 : 113): 1. Hasil dari penawaran yang sulit dijelaskan. 2. Harga pesaing nampak lebih rendah sehingga tidak masuk akal. 3. Produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi. 4. Manajer operasional ingin menghentikan produk-produk yang kelihatannya menguntungkan. 5. Marjin laba sulit dijelaskan, 6. Perusahaan memiliki cerukan yang menghasilkan keuntungan yang tinggi hanya bagi perusahaan sendiri. 7. Pelanggan tidak mengeluh atas naiknya harga. 8. Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk

11 memberikan data biaya bagi proyek khusus. 9. Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansinya sendiri. 10. Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan. Dalam lingkungan pemanufakturan maju, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan sistem biaya tradisional tidak mampu membebankan BOP secara teliti pada produk yaitu : (1) produk yang dihasilkan beberapa jenis, (2) BOP berlevel non-unit jumlahnya relatif besar, dan (3) diversitas produk-produk relatif tinggi. Ketiga faktor tersebut mengharuskan manajemen untuk mengganti sistem biaya tradisional dengan sistem ABC (R. A. Supriyono, 1999 : 268). 2.2. Sistem Activity Based Costing 2.2.1. Pengertian ABC Beberapa pengertian mengenai sistem Activity Based Costing adalah sebagai berikut: Menurut William K.Carter (2006 : 528)...adalah suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor).

12 Menurut R. A. Supriyono (2002 : 80)... adalah sistem informasi yang dapat menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai pekerjaan aktivitas) yang mengkonsumsi sumber (biaya aktivitas) untuk mencapai tujuan pekerjaan (produk dan pelanggan). Menurut Hansen dan Mowen (2000 : 117)... adalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk. Menurut Mulyadi (2003 : 20)... adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat kos produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem Activity Based Costing mempunyai dua prosedur, yaitu tahap pertama dan tahap kedua. Tahap pertama terdiri atas : (1) pengidentifikasian aktivitas. (2) pengasosiasian biaya dengan aktivitas. (3) pengelompokkan aktivitas-aktivitas homogen menjadi kelompok biaya. (4) penentuan tarif BOP per kelompok aktivitas.

13 Tahap kedua adalah pembebanan BOP pada produk berdasar tarif BOP per kelompok aktivitas sesuai dengan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk (R. A. Supriyono, 1999: 274). Dua tahap pembebanan dalam Activity Based Costing dapat digambarkan sebagai berikut: Cost of Resources Direct Tracing Assign Cost Driver Tracing Activities Driver Tracing Assign Cost Product Gambar 2.1. ABC : Two-Stage Assigment (Hansen, Mowen, 2000 : 117) Mitos dan realitas tentang Activity Based Costing System dapat digambarkan sebagai berikut:

14 Mitos 1. ABC system merupakan sistem pencatatan, penggolongan, peringkasan, penyajian, dan penginterpretasian informasi biaya. 2.ABC system merupakan sistem akuntansi dengan perusahaan manufaktur sebagai modelnya. 3. ABC system berfokus ke biaya produksi. 4. ABC system berfokus ke perhitungan kos produk dan cost control. 5. ABC system menghasilkan informasi bagi manajemen puncak. 6. ABC system dapat diselenggarakan secara manual. 7. ABC system merupakan tanggung jawab fungsi akuntansi. Realitas 1. ABC system merupakan sistem analisis biaya berbasis aktivitas untuk memenuhi kebutuhan personel dalam pengambilan keputusan, baik yang bersifat strategik, maupun operasional. 2. ABC system merupakan sistem informasi biaya yang dapat diterapkan dalam semua jenis perusahaan-manufaktur, jasa, dan dagang. 3. ABC system mencakup seluruh biaya. Dalam perusahaan manufaktur, ABC system mencakup biaya desain dan pengembangan, biaya produksi, biaya dukungan intern, biaya pemasaran, biaya distribusi, biaya layanan purna jual. 4. ABC system berfokus ke longterm strategic cost reduction. 5. ABC system menyediakan informasi bagi seluruh personel organisasi (manajer dan karyawan). 6. ABC system hanya akan optimum hasilnya jika diselenggarakan dengan teknologi informasi. 7. ABC system mengubah cara menjalankan bisnis, oleh karena itu ABC system menjadi tanggung jawab semua personel, terutama operating personnel. Gambar 2.2. Mitos dan realitas tentang Activity Based Costing System (Mulyadi, 2003 :48) 2.2.2. Asumsi Sistem ABC Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system (Mulyadi, 2003 : 52), yaitu :

15 a. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan dasar untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. b. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menajdi penyebab timbulnya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas. Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

16 Keyakinan Dasar ABC System : Biaya ada Penyebabnya Titik Pusat ABC System Sumber Daya Aktivitas Cost Object Dan Penyebab Biaya Dapat Dikelola (Melalui Activity-Based Management) Gambar 2.3. Keyakinan Dasar yang Melandasi ABC System (Mulyadi, 2003 :52) 2.2.3. Manfaat Sistem ABC Sistem ABC mempunyai beberapa manfaat (R. A. Supriyono, 1999 : 295), yaitu untuk: a. Menentukan biaya produk secara lebih akurat sehingga dapat mengukur laba lebih akurat. b. Meningkatkan mutu pembuatan keputusan. c. Menyempurnakan perencanaan strategis. d. Meningkatkan kemampuan yang lebih baik untuk mengelola aktivitas-aktivitas melalui penyempurnaan berkesinambungan. e. Mengidentifikasikan penyebab biaya (driver-driver biaya). f. Mengarahkan organisasi agar berorientasi pada operasi-operasi

17 atau aktivitas-aktivitas. g. Menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang konsisten dengan tujuan-tujuan strategis. h. Menimbulkan rasa memiliki dan pertanggungjawaban. i. Memusatkan pada masa depan organisasi. j. Menghasilkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan biayanya. Sedangkan menurut Mulyadi (2003 : 94), ABC System menjanjikan berbagai manfaat berikut ini: a. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer. b. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget). c. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya. d.menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. 2.2.4. Perbandingan Sistem ABC dan Tradisional Pada sistem konvensional, biaya overhead diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau variabel dengan penggerak berdasarkan unit. Sistem biaya berdasarkan unit mengalokasikan overhead tetap ke setiap produk dengan menggunakan tarif overhead tetap, dan membebankan overhead variabel dengan menggunakan tarif

18 overhead variabel. Dari perspektif sistem ABC, overhead variabel ditelusuri secara memadahi ke masing-masing produk (untuk kategori ini, konsumsi overhead meningkat dengan meningkatnya unit yang diproduksi). Namun, pembebanan biaya overhead tetap dengan menggunakan penggerak aktivitas berdasarkan unit dapat bersifat arbitrer, dan mungkin tidak mencerminkan aktivitas sesungguhnya yang dikonsumsi oleh produk. Banyak biaya yang dibebankan dalam kategori overhead tetap yang tradisional, dalam kenyataannya merupakan biaya tingkat batch, tingkat produk, dan tingkat fasilitas yang bervariasi dengan penggerak selain penggerak tingkat unit. Penggunaan hanya penggerak aktivitas berdasarkan unit dapat menyebabkan satu produk mensubsidi produk lainnya. Subsidi ini dapat membuat satu kelompok produk tampak memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dan dapat berdampak buruk pada penetapan harga dan daya saing dari kelompok produk yang lainnya. Pada lingkungan yang sangat kompetitif, semakin akurat informasi biaya maka akan semakin baik perencanaan dan pengambilan keputusan. Sistem ABC memperbaiki keakuratan kalkulasi biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini

19 memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk, yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Selain itu, kelompok biaya overhead tetap yang besar tersebut tidak lagi begitu misterius. Pengetahuan mengenai perilaku yang mendasari banyak dari biaya-biaya tersebut memungkinkan manajer untuk mengusahakan pengendalian yang lebih baik atas aktivitas yang mengakibatkan biaya tersebut (Hansen, Mowen, 2000 : 125). 2.2.5. Kriteria Penerapan Sistem ABC Sebelum menerapkan sistem ABC, manajemen harus memahami kondisi-kondisi yang mendasari kemungkinan penerapan sistem ABC, yaitu: a. Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk. Perusahaan yang hanya menghasilkan satu jenis produk tidak memerlukan sistem ABC karena tidak timbul masalah keakuratan pembebanan biaya. Salah satu syarat penerapan sistem ABC adalah perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk (R.A. Supriyono, 1999: 281). b. Diversitas produknya tinggi. Diversitas produk mengakibatkan rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berbasis unit dan non-unit berbeda-beda. Jika dalam suatu perusahaan mempunyai diversitas produk maka diperlukan penerapan sistem ABC. Namun jika berbagai jenis produk menggunakan aktivitas-aktivitas berbasis unit dan non-unit

20 dengan rasio yang relatif sama, berarti diversitas produk relatif rendah sehingga tidak ada masalah jika digunakan sistem biaya tradisional (R.A. Supriyono, 1999: 281). c. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari biaya overhead. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk (R.A. Supriyono, 2002: 247). d. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua aktivitas overhead dengan rasio yang kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau sistem ABC membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama, jadi, perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produk rendah) mungkin dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah (R.A. Supriyono, 2002: 247-248). e. Mengalami penurunan dalam biaya pengukuran dan peningkatan dalam biaya kesalahan.

21 2.3. Aktivitas 2.3.1. Pengertian Aktivitas Aktivitas adalah tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran fungsi dengan mengkombinasikan manusia, teknologi, bahan mentah, metode, dan lingkungan secara bersama-sama untuk menghasilkan produk atau jasa (R. A. Supriyono, 1999 : 12). 2.3.2. Hirarki Aktivitas Menurut R. A. Supriyono (1999 : 10-11), hirarki aktivitas meliputi : (a) fungsi-fungsi, (b) proses bisnis, (c) aktivitas, (d) tugas-tugas, dan (e) operasi. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai setiap elemen hirarki aktivitas tersebut. Fungsi Adalah sekelompok aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu dalam bisnis. Proses Bisnis Adalah serangkaian, urut-urutan, atau jaringan kerja aktivitasaktivitas yang saling terkait, saling berhubungan, atau saling tergantung, yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas Adalah tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran fungsi dengan mengkombinasikan manusia, teknologi, bahan mentah, metode,

22 dan lingkungan secara bersama-sama untuk menghasilkan produk atau jasa. Tugas Adalah kombinasi elemen-elemen kerja atau operasi yang menimbulkan suatu aktivitas. Operasi Adalah unit kerja terkecil yang digunakan untuk tujuan perencanaan dan pengendalian. Hirarki aktivitas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Fungsi-fungsi Proses Bisnis Aktivitas-aktivitas Tugas-tugas 2.3.3. Klasifikasi Aktivitas Operasi Gambar 2.4. Hirarki Aktivitas-aktivitas (R. A. Supriyono, 1999 : 11) Menurut Hansen dan Mowen ( 1997 : 155), pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas, yaitu:

23 1. Aktivitas tingkat unit (unit-level actvities) adalah yang dilakukan setiap suatu unit diproduksi. Sebagai contoh, daya dan jam mesin digunakan setiap suatu unit diproduksi. Bahan langsung dan aktivitas tenaga kerja langsung juga merupakan aktivitas tingkat unit, walaupun bukan merupakan biaya overhead. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. 2. Aktivitas tingkat batch (batch-level activities) adalah yang dilakukan setiap suatu batch barang diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah batch tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch. Persiapan, pemeriksaan (kecuali apabila setiap unit diperiksa), jadwal produksi, dan penanganan bahan adalah contoh-contoh dari aktivitas tingkat batch. 3. Aktivitas tingkat produk/penopang [product-level (sustaining activities] adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan (input) yang mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dan biayanya cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang berbeda. Perubahan rekayasa pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa produk, dan pengiriman, adalah contoh-contoh dari aktivitas tingkat produk.

24 4. Aktivitas tingkat fasilitas adalah yang menopang proses umum manufaktur suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada beberapa tingkat, tetapi tidak memberikan manfaat untuk setiap produk spesifik. Contoh-contohnya meliputi manajemen pabrik, landscaping, pendukung program komunitas, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan pabrik. 2.4. Cost Pool Kelompok biaya (cost pool) adalah kumpulan biaya yang dapat dihubungkan dengan setiap kelompok aktivitas yang homogen (R.A. Supriyono, 1999: 34). Sedangkan kelompok biaya homogen (homogeneous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jadi, agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Rasio konsumsi (consumption ratio) adalah proporsi dari setiap aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk (R.A. Supriyono, 2002 : 229-231). 2.5. Cost Driver Driver biaya (cost driver) adalah faktor-faktor yang menjelaskan konsumsi biaya overhead. Menurut R.A. Supriyono (2002 : 245), ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan cost driver

25 (penyebab biaya) yaitu biaya pengukuran dan tingkat korelasi antara cost driver dengan konsumsi overhead sesungguhnya. a. Biaya Pengukuran Dalam sistem ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih cost driver yang menggunakan informasi yang siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. Untuk keadaan ini, cost driver yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya hendak dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran. b. Pengukuran Tidak Langsung dan Tingkat Korelasi Kadang-kadang dimungkinkan untuk mengganti cost driver yang secara langsung mengukur penggunaan suatu aktivitas dengan suatu cost driver yang secara tidak langsung mengukur penggunaan itu. Cost driver yang secara tidak langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas biasanya mengukur jumlah transaksi yang dihubungkan dengan aktivitas tersebut. Ingat bahwa dimungkinkan untuk menggantikan suatu cost driver yang secara langsung mengukur konsumsi dengan cost driver yang secara tidak langsung mengukurnya tanpa kehilangan akurasi, dengan syarat bahwa kuantitas dari aktivitas yang digunakan setiap

26 transaksi kira-kira sama untuk setiap produk. Dalam kasus seperti ini, indirect cost driver yang mempunyai korelasi tinggi dapat digunakan. Berikut ini adalah contoh sejumlah cost driver yang potensial : Jumlah setup (setel) Jumlah perpindahan bahan Jumlah unit yang dikerjakan kembali Jumlah order yang ditempatkan Jumlah order yang diterima Jumlah inspeksi Jumlah perubahan jadwal Jumlah jam tenaga kerja langsung Jumlah pemasok Jumlah subperakitan Jumlah transaksi tenaga kerja Jumlah unit sisa Jumlah komponen Jumlah jam mesin 2.6. Pembebanan BOP Menggunakan Sistem ABC Sistem ABC mempunyai dua tahap atau prosedur (R.A. Supriyono, 1999 : 270-275), yaitu: 1. Prosedur Tahap Pertama a. Identifikasi dan penggolongan berbagai aktivitas Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah pengidentifikasian dan penggolongan berbagai aktivitas. Aktivitas adalah tindakan atau pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi. Pengidentifikasian aktivitas adalah proses mengobservasi dan mendaftar pekerjaan atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan dalam organisasi yang melibatkan konsumsi sumber-sumber. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam

27 beberapa kelompok aktivitas yang mempunyai hubungan fisik yang jelas dan mudah ditentukan. b. Pengasosiasian biaya dengan aktivitas Setelah mengidentifikasi dan menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas berdasar pelacakan langsung dan driver-driver sumber. c. Penentuan kelompok-kelompok biaya homogen Setelah menghubungkan biaya dengan aktivitas, maka dilanjutkan langkah ketiga yaitu penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen. Kelompok biaya homogen (homogeneous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. d. Penentuan tarif kelompok Jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka langkah keempat adalah penentuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut.

28 Penghitungan tarif kelompok ini merupakan langkah terakhir pada tahap pertama. Tarif BOP per kelompok aktivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu : Driver biayanya 2. Prosedur Tahap Kedua Dalam tahap kedua, BOP setiap kelompok aktivitas dilacak ke berbagai jenis produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan BOP pada produk dihitung dengan rumus sebagai berikut: BOP dibebankan = Tarif kelompok x Unit cost driver yang digunakan