Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien

dokumen-dokumen yang mirip
Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

PENGAMBILAN SAMPEL ANALISA KUALITAS UDARA

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 titik yaitu Titik 1 (Simpang Lima

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh potensi

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dimana

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDLAIAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

Kertas dan karton - Cara uji kilap Sudut 75 derajat (75 )

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

3.1 opasitas perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang dinyatakan dalam satuan persen

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SNI Standar Nasional Indonesia

Ketentuan gudang komoditi pertanian

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

Lampiran 1 Hasil Uji Kualitas Udara Ambien. Laporan Kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI KUALITAS UDARA AMBIEN KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISPERSI MUAIR

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

SNI Standar Nasional Indonesia

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

PEMETAAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI KAWASAN RSU Dr. SOETOMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. Pollution Monitoring Network (BAPMoN) tahun 1960, Global Atmosphere Watch

DISPERSI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI SUMBER TRANSPORTASI DI KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

Elaeis Noviani R., Titik Istirokhatun, Sudarno. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

PEMANTAUAN UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER

PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGI TERHADAP KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO) DI JALAN GAJAHMADA KAWASAN SIMPANGLIMA KOTA SEMARANG

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Cara uji bliding dari beton segar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

POLA SEBARAN OZON SEBAGAI POLUTAN SEKUNDER DI UDARA AMBIEN KAWASAN GAYA MOTOR JAKARTA UTARA

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Cara penentuan... 2 3.1 Prinsip... 2 3.2 Lokasi pengambilan contoh uji... 2 3.3 Persyaratan pemilihan lokasi pengambilan contoh uji... 2 3.4 Persyaratan penempatan peralatan... 3 3.5 Posisi probe... 3 3.6 Pemantauan kondisi meteorologis untuk stasiun tetap... 4 Lampiran A (normatif) Pelaporan... 6 Bibliogafi... 7 i

Prakata SNI Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien ini dirumuskan dan diuji coba di laboratorium pengujian dalam rangka validasi metode serta telah dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis Parameter Uji Kualitas Udara dari Panitia Teknis Sistem Manajemen Lingkungan (Panitia Teknis 207S). Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari pusat maupun daerah pada tanggal 5 6 Agustus 2004 di Jakarta. ii

Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien 1 Ruang lingkup Standar ini digunakan untuk menentukan titik pengambilan contoh uji kualitas udara ambien yang meliputi: a) Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien. b) Penempatan peralatan pengambil contoh uji pemantauan kualitas udara ambien sesaat dan kontinyu. 2 Istilah dan definisi 2.1 probe sampling inlet/contoh uji masuk dari alat pengambilan contoh uji 2.2 absorpsi penyerapan secara kimiawi oleh tumbuhan, bangunan dan penghalang lainnya terhadap contoh uji 2.3 adsorpsi penyerapan secara fisika oleh tumbuhan, bangunan dan penghalang lainnya terhadap contoh uji 2.4 stasiun tempat peralatan pengambil contoh uji dengan sistem otomatis 2.5 lokasi pengambilan contoh uji daerah/area yang dipilih untuk menentukan titik pengambilan contoh uji 2.6 titik pengambilan contoh uji tempat peralatan pengambil contoh uji diletakkan untuk melaksanakan pengambilan contoh uji 2.7 isopleth garis yang menggambarkan konsentrasi yang sama dari penyebaran polutan pada posisi penerima 2.8 model simulasi model matematis yang digunakan untuk memprediksi penyebaran polutan atau bahan pencemar dari suatu area yang akan dipantau 1 dari 7

3 Cara penentuan 3.1 Prinsip Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan adalah bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau, yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 3.2 Lokasi pengambilan contoh uji Titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan : a) faktor meteorologi (arah dan kecepatan angin), b) faktor geografi seperti topografi, dan c) tata guna lahan. Kriteria berikut ini dapat dipakai dalam penentuan suatu lokasi pemantauan kualitas udara ambien: a) Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang didahulukan untuk dipantau hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Satu atau lebih stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang emisinya besar. b) Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat. c) Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi maka stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling daerah/kawasan. d) Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di daerah-daerah yang diproyeksikan. e) Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh wilayah studi harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi). 3.3 Persyaratan pemilihan lokasi pengambilan contoh uji Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan contoh uji adalah: a) Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau adsorpsi (seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan). b) Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan diukur dapat terjadi: emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada saat mengukur ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang dapat mengotori pada saat mengukur gasgas asam c) Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter) tidak boleh dekat dengan incinerator baik domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi d. Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan saling berjauhan. e. Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa datang. 2 dari 7

Arah angin dominan Arah angin dominan industri pemukiman, tempat spesifik industri = titik pengambilan contoh uji Sumber : KEP-205/BAPEDAL/07/1996 CATATAN Pada arah angin dominan, lokasi pemantauan kualitas udara ambien minimum dua lokasi dengan mengutamakan daerah pemukiman atau tempat-tempat spesifik. Sedangkan pada arah angin lainnya minimum satu titik dengan kriteria penetapan lokasi seperti pada gambar 1. Data arah angin dapat merupakan data sekunder dari stasiun meteorologis terdekat atau data pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan jarak lokasi pemantauan dari industri ditentukan berdasarkan hasil model simulasi, pengamatan lapangan, pengukuran sesaat dan membuat isopleths nya. Gambar 1 Skema penetapan lokasi pemantauan kualitas udara ambien 3.4 Persyaratan penempatan peralatan pengambil contoh uji Peralatan pengambil contoh uji ditempatkan dengan persyaratan sebagai berikut: a) Letakkan peralatan pengambil contoh uji pada daerah yang aman. b) Penempatan pengambil contoh uji di atap bangunan dapat lebih baik untuk daerah dengan kepadatan penduduk/bangunan menengah sampai tinggi. c) Letakkan di atap bangunan yang bersih dan tidak terpengaruh oleh emisi gas buang dari dapur, incinerator atau sumber lokal lainnya. 3.5 Posisi probe Penempatan probe atau tempat masuk contoh uji udara dilakukan sebagai berikut: a) Pada kondisi pemantauan kualitas udara ambien, probe harus ditempatkan pada jarak sekurang-kurangnya 15 m dari jalan raya. b) Ketinggian probe stasiun tetap antara 3 sampai 6 m sedangkan pengambilan contoh uji secara manual, ketinggian probe 1,5 m dari permukaan tanah. c) Untuk pengambilan contoh uji partikulat dilakukan minimal 2 m di atas permukaan tanah datar pada pinggir jalan raya. d) Probe harus berjarak sekurang-kurangnya 15 m dari suatu sumber pengganggu untuk stasiun pemantau e) Probe ditempatkan minimal 2 kali ketinggian gedung yang terdekat untuk stasiun pemantau. 3 dari 7

3.6 Pemantauan kondisi meteorologis untuk stasiun tetap Untuk mendukung pemantauan kualitas udara ambien, perlu dilakukan pemantauan kondisi meteorologis yang meliputi arah angin, kecepatan angin, kelembaban dan temperatur. Penetapan lokasi pemantauan meteorologis sebagai berikut: 3.6.1 Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif dekat dengan bangunan atau pohon tertinggi (gambar 2) a) Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi bangunan atau pohon tertinggi dan membentuk sudut 30 o terhadap terhadap bangunan atau pohon tertinggi. b) Minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan atau pohon tertinggi di sekitarnya. c) Tinggi lokasi stasiun pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter dari permukaan tanah. 3.6.2 Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif jauh dari bangunan atau pohon tertinggi (jarak stasiun ke bangunan atau pohon tertinggi minimal 10 kali tinggi bangunan atau pohon tertinggi (gambar 3)) a) Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi bangunan atau pohon tertinggi. b) Tinggi lokasi untuk penempatan stasiun pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter dari permukaan tanah. Anemometer Min 2 m Sample inlet max 30 o max 30 o b a Shelter Keterangan gambar : a adalah tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m) b adalah minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (minimal 10 m) Gambar 2 Lokasi peralatan pemantau meteorologis yang relatif dekat dengan bangunan atau pohon tertinggi 4 dari 7

h1 Anemometer b sample inlet h2 Shelter a 10 h1 minimum 10 h2 minimum Keterangan gambar: a adalah tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m); b adalah minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (minimal 10 m); h1 adalah tinggi pohon; h2 adalah tinggi rumah atau bangunan. Gambar 3 Lokasi peralatan pemantau meteorologis 5 dari 7

Lampiran A (normatif) Pelaporan Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut: 1) Nama lokasi. 2) Tanggal pengukuran. 3) Nama petugas. 4) Catatan fasilitas pemantauan (fasilitas sampling, jarak titik pengambilan contoh uji dari bangunan, pohon). 5) Data kondisi meterologi. 6) Denah lokasi. 6 dari 7

Bibliografi Clean Air Society of Australia and New Zealand, 1990, Guide for the siting of sampling units Standards Association of Australia. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: KEP- 205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber tidak Bergerak. Stern, Arthur C., 1993. Air Pollution, vol. III, Academic Press Inc., San Diego. Stern, Arthur C., 1993. Air Pollution, vol. VII, Academic Press Inc., San Diego. Williamson, S.J., 1973. Fundamentals of Air Pollution, Addison-Wesley Publishing Corporation. Kozak, J.H. dan Sudarmo, P., Air Quality Monitoring Networks in Indonesia 1991, Jakarta, 1992 Soedomo M., 1999. Kumpulan Karya ilmiah mengenai Pencemaran Udara, Penerbit ITB, Bandung World Bank, 1997 Urban Air Quality Management Strategy in Asia: Jakarta, World Bank Technical Paper 379. 7 dari 7