BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

I. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk lansia diakibatkan oleh penurunan angka

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan. Menurut survey Badan Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan. secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai

RETNO DEWI NOVIYANTI J

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

repository.unimus.ac.id

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada jaringan atau organ. Proses penuaan tersebut akan mempengaruhi fungsi

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : ERY MAITATORUM J

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, tetapi juga perkembangan kecerdasaanya. (Kurniasih,dkk, 2010). Namun, anak usia di bawah lima tahun (balita)

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

NUTRIGENOMIK. Titta Novianti

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

MODUL NUTRITION FOR SKIN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI PADA IBU NIFAS DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier S Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, Fe, ZINC, VITAMIN C DAN KADAR IL-6 PADA IBU HAMIL MINGGU DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI TESIS

EFEKTIFITAS PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU 24 JAM POST PARTUM TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI BAYI DALAM RANGKA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

Vitamin D and diabetes

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB 1 PENDAHULUAN. diprediksikan terdapat peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

THE RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND IMMUNONUTRITION INTAKE WITH IMMUNITY STATUS

BAB I PENDAHULUAN. Peradangan sendi pada artritis gout akan menimbulkan serangan nyeri

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka harapan hidup meningkat dari 70,2 tahun pada 1965, menjadi 77,8 tahun pada 2010. Sementara di Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman, angka harapan hidup mencapai 72 tahun untuk pria, dan 76 tahun untuk wanita (Dinkes Sleman, 2011). Naiknya angka harapan hidup ini disebabkan peningkatan status sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, dan pengetahuan masyarakat (Azizah, 2011; Eliopoulos, 2010). Seiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan ini akan mempengaruhi seluruh sistem tubuh, termasuk sistem imun, yang mengakibatkan penurunan respon imun. Dengan menurunnya sistem imun, maka lansia akan mudah terserang penyakit, terutama penyakit infeksi. Penurunan fungsi organ tubuh lainnya, bersamaan dengan adanya penyakit kronis seperti diabetes, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi. Seringkali, infeksi ringan pada usia tua, akan lebih cepat meluas (Fatmah, 2006). Munculnya penyakit infeksi yang mudah meluas pada usia tua dapat menurunkan derajat kualitas hidup lansia. Selain mempengaruhi kualitas hidup, seringnya sakit pada lansia juga akan mempengaruhi kesehatan psikologis. Dari segi finansial, lansia akan membutuhkan biaya perawatan kesehatan yang lebih besar ketika sakit (Azizah, 2011). Seharusnya, dalam usia tua, lansia memiliki keadaan tubuh yang tetap sehat, yang dikenal dengan healthy aging. Dengan keadaan sehat tanpa proses

2 patologis dalam tubuhnya, lansia akan memiliki kualitas hidup yang baik, dan menekan biaya perawatan kesehatan (Darmojo dan Martno, 2004; Eliopoulos, 2010). Untuk mendapatkan kesehatan yang baik dalam usia lanjut, ada banyak cara yang dapat dilakukan. Mengoptimalkan sistem imun dapat membawa dampak yang baik untuk tubuh. Ketika respon imunitas tubuh baik, maka tubuh akan memiliki kekebalan dari serangan patogen. Peningkatan respon imunitas ini dapat dilakukan dengan mengasup makanan yang mengandung zat yang dapat meningkatkan sistem imun, atau dikenal dengan imunonutrisi. Peningkatan imunitas juga dapat dilakukan dengan menjaga status gizi tetap ideal (Heyland dkk, 2001; Joseph dkk, 2008). Nutrisi yang dapat meningkatkan sistem imun dapat berupa asam amino, asam lemak rantai panjang, nukleotida, serta antioksidan dari vitamin dan mineral. Antioksidan dari vitamin dan mineral antara lain berasal dari vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, dan zink. Vitamin dan mineral tersebut dapat ditemukan pada bahan makanan sehari-hari. Ketika seseorang mengasup sumber vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, maka sistem imun tubuhnya juga akan bekerja secara optimal (Calder, 2007; Junaidi, 2010). Fungsi vitamin dan mineral untuk sistem imun antara lain membantu diferensiasi sel epitel sebagai barier imunitas pertama seperti yang dilakukan vitamin A. Selain itu, vitamin C dapat meningkatkan aktivitas sel limfosit, vitamin E dan selenium berperan sebagai antioksidan yang menghalangi kerusakan sel makrofag, sel dendrit, limfosit, dan sel NK. Sedangkan zink akan meningkatkan respon imun. Sejauh ini, penelitian mengeni efek pemberian imunonutrisi pada pasien dengan kondisi respon imunitas yan rendah, terbukti dapat mempercepat

3 masa penyembuhan. Maka, diperkirakan manusia yang sehat pun akan memiliki respon imun yang optimal jika mengkonsumsi imunonutrisi dalam jumlah yang cukup (Bastian dan Weiman, 2002; Graat dkk, 2002; Holford, 2005; Ericson dkk, 2000). Status gizi juga mempengaruhi imunitas. Kejadian infeksi sering terjadi pada seseorang yang mengalami malnutrisi. Dalam keadaan malnutrisi, tubuh tidak akan membentuk pertahanan imunitas yang baik. Sedangkan infeksi sendiri sering menurunkan nafsu makan sehingga membawa pada status gizi yang lebih buruk. Dalam keadaan obesitas, terutama pada lansia akan terjadi penurunan fungsi dari limfosit, aktivitas sel NK, dan mitogenesis limfosit, sehingga dapat menurunkan imunitas (Moriguchi dkk, 1998; Supariasa, 2001). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan asupan imunonutrisi dari vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, dan zink, serta status gizi terhadap kejadian penyakit infeksi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Adakah perbedaan asupan imunonutrisi dan status gizi dengan kejadian penyakit infeksi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?

4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk melihat adanya atau tidaknya perbedaan asupan imunonutrisi dan status gizi dengan kejadian penyakit infeksi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk melihat gambaran asupan gizi dan asupan imunonutrisi pada lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. b. Untuk melihat gambaran status gizi lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. c. Untuk melihat gambaran kesehatan lansia di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. d. Untuk melihat perbedaan persen limfosit antara lansia sehat dan sakit di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan serta pengalaman penelitian mengenai imunonutrisi, status gizi, dan imunitas pada lansia. 2. Bagi Subjek Penelitian Menambah pengetahuan serta berbagi pengalaman mengenai peranan imunonutrisi dan status gizi bagi imunitas lansia. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah literatur mengenai kecukupan asupan imunonuntrisi (vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, dan zink) pada lansia.

5 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Lee dan Wan (2000) yang berjudul Vitamin E Supplementation Improves Cell-Mediated Immunity and Oxidative Stress of Asian Men and Women. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dimana 13 wanita dan 13 pria sehat berusia antara 25-35 tahun diberi suplementasi vitamin E sebesar 400 IU per hari selama 28 hari. Pada hari pertama, sebelum diberi kapsul vitamin E, responden dipuasakan semalam dan sampel darah responden diambil untuk melihat proliferasi limfosit dan marker stres oksidatif. Setelah 28 hari intervensi, responden kembali diambil sampel darahnya. Hasil penelitian menunjukkan, setelah mengkonsumsi vitamin E 400 IU selama 28 hari, proliferasi limfosit menjadi lebih baik dan marker stres oksidatif menurun. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah samasama meneliti vitamin dengan sistem imun. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak dalam racangan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian intervensi, sementara penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian obervasional. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan bukan hanya meneliti vitamin E, namun juga vitamin A, vitamin C, selenium, dan zink, serta status gizi yang akan dihubungkan dengan kejadian penyakit infeksi pada lansia. 2. Prasad dkk, tahun 2007 melakukan penelitian berjudul Zinc Supplementation Decreases Incidence of Infections in the Elderly: Effect of Zinc on Generation of Cytokines and Oxidative Stress. Penelitian ini merupakan penelitian randomized controlled trial secara double blind. Subjek penelitian adalah 50 lansia sehat, yang dibagi secara acak ke dalam kelompok intervensi dan

6 placebo. Kelompok intervensi akan mendapatkan suplementasi 15 mg zink elemental dalam 1 kapsul zink glukonate setiap hari selama 12 bulan. Selama 12 bulan tersebut, akan dicatat kejadian sakit dan infeksi dari responden, serta akan dilakukan pengukuran serum zink dan marker stres oksidatif dari kelompok intervensi dan placebo baik sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian ini adalah, pada kelompok intervensi ditemukan bahwa kadar serum zink meningkat secara signifikan, dan terdapat menurunan marker stres oksidatif secara signifikan. Kejadian infeksi juga lebih rendah secara signifikan pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok placebo. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah samasama melihat hubungan zink dengan kejadian infeksi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan ada pada rancangan penelitian, dimana penelitian ini merupakan penelitian intervensi. Perbedaan lain adalah varibel yang diteliti, dimana penelitian ini hanya menggunakan zink, namun penelitian yang akan dilakukan menggunakan juga meneliti vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium dan status gizi. 3. Kanthi Permaningtyas Tritisari pada tahun 2011 melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Asupan Immunonutrient dan Status Gizi dengan Angka Limfosit pada Lansia di Banteng Baru, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang melihat hubungan antara asupan imunonutrisi dari protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan zink, serta status gizi dengan angka limfosit lansia. Penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi, asupan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E memiliki hubungan dengan angka limfosit lansia.

7 Kesamaan penelitian ini adalah sama-sama mengukur hubungan vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan zink dengan imunitas. Perbedaan penelitian ini adalah perbedaan variabel terikat, dimana penelitian ini mengukur angka limfosit, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengukur kejadian infeksi. 4. Penelitian Reid dkk (2002) dengan judul The Acute Phase Protein Response to Infection in Edematous and Nonedematous Protein Energy Malnutrition. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dimana peneliti akan melihat plasma protein C-reaktif, α 1 -acid glicoprotein, α 1 -antitripsin, haptogobulin dan fibrinogen pada 14 bayi dibawah satu tahun yang mengalami kurang energi protein dengan edema, dan 9 bayi dibawah satu tahun yang mengalami kurang energi protein tanpa edema. Subjek merupakan bayi di bawah satu tahun yang masuk ke rumah sakit karena malnutrisi dan infeksi. Penelitian ini ingin melihat perbedaan marker infeksi pada keadaan malnutrisi dengan dan tanpa edema. Pengambilan sampel darah akan dilakukan tiga kali, yaitu pada saat infeksi (± hari kedua setelah masuk rumah sakit), pada saat sudah tidak infeksi namun masih malnutrisi (± hari kedelapan setelah masuk rumah sakit), dan saat penyembuhan (± 54 hari setelah masuk rumah sakit). Hasil penelitian penunjukkan bahwa pada kejadian kurang energi protein, baik dengan atau tanpa edema, terjadi peningkatan marker inflamasi pada saat infeksi. Penurunan marker inflamasi pada periode setelah infeksi dan masa penyembuhan lebih signifikan pada responden dengan edema. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti hubungan status gizi dengan infeksi. Perbedaan penelian ini dengan

8 penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel penelitian, dimana penelitian ini hanya melihat kasus malnutrisi, dan penelitian yang akan dilakukan melihat status gizi kurang, normal dan lebih. Penelitian ini mengambil sampel dari kasus yang telah mengalami infeksi, sementara penelitian yang akan dilakukan akan mengambil sampel dari populasi yang belum diketahui memiliki penyakit infeksi atau tidak.