Novy Kurnia Rikardo 1), Utami Sri Hastuti 2), Putri M. Al Asna 3), Laily M. K Mastika 4), Indriana Rahmawati 5), Syifa Sundari 6)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENGOLAHAN DODOL DURIAN SEBAGAI SALAH SATU PRODUK KHAS MALUKU PROCESSING OF DODOL DURIAN AS OF MOLUCCAS SPECIAL PRODUCT

ANALISIS ASPEK MIKROBIOLOGI BAKSO BAKAR YANG DIJUAL DI KECAMATAN TAMPAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

PENGUJIAN ANGKA LEMPENG TOTAL PADA TEPUNG TERIGU DI PASARAN TUGAS AKHIR OLEH: DEDEK TASYA SEMBIRING NIM

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

Proses pengolahan dodol susu terbagi atas pengadaan bahan, persiapan bahan, pernasakan, pendinginan, pengirisan, pembungkusan, dan pengepakan.

STUDI TENTANG PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN KAPANG KONTAMINAN PADA TEPUNG TERIGU

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan)

Diterima 29 Juli 2017, diterima untuk dipublikasikan 9 Agustus 2017

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS TEPUNG CACING SUTRA (Tubifex sp.) EFFECT OF DRYING METHOD OF WHEAT QUALITY SILK WORMS (Tubifex sp.

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN LEMPER MENGGUNAKAN PENGEMASAN VAKUM DAN KOMBINASI PENGEMASAN VAKUM-PASTEURISASI UAP

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar ;

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

KUALITAS DAN DAYA TERIMA NAGASARI PADAT GIZI SEBAGAI MAKANAN ANAK BALITA

STUDI PERPANJANGAN UMUR SIMPAN PRODUK BAKCANG AYAM DENGAN KOMBINASI PERLAKUAN PENGEMASAN VAKUM DAN PASTEURISASI

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

ANGKA LEMPENG TOTAL DAN CEMARAN Escherichia coli PADA PERALATAN PEMOTONGAN DI TINGKAT PEDAGANG AYAM TRADISIONAL KOTA PEKANBARU

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

STATUS JUMLAH KUMAN TOTAL PADA SELADA (Lactusa sativa) DI TINGKAT PEDAGANG

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL BEDAK DINGIN BERMEREK DALAM KEMASAN YANG BEREDAR DI KOTA BANJARMASIN

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PENGARUH LAMA PEMANASAN DALAM RICE COOKER TERHADAP KANDUNGAN ZAT BESI (Fe) DAN TOTAL MIKROBA NASI PUTIH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MAKANAN ENTERAL

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh: MARIA JESSICA ARTA

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( )

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

Analisa Mikroorganisme

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

Food Science and Culinary Education Journal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

ANALISIS KUALITAS TEPUNG AMPAS TAHU

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, teksturnya yang lembut sehingga dapat dikonsumsi anak-anak

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

Food Science and Culinary Education Journal

Transkripsi:

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI JENANG DITINJAU BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) KOLONI KAPANG UNTUK PENENTUAN DAYA TAHAN SIMPAN Microbiological Quality Test of Jenang Cake Based On The Bacterial Total Plate Count For Storage Time Determination Novy Kurnia Rikardo 1), Utami Sri Hastuti 2), Putri M. Al Asna 3), Laily M. K Mastika 4), Indriana Rahmawati 5), Syifa Sundari 6) 1-6) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang (UM) Jalan Semarang, 5 Malang 65145, HP. 089 675 181 525; email: novy.kurnia.r@gmail.com Abstrak Jenang merupakan satu di antara banyak makanan khas Indonesia yang digemari oleh masyarakat. Masyarakat di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Trenggalek biasanya menyajikan jenang ketika acara pernikahan. Bahan untuk membuat jenang ialah: tepung ketan, tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Bahan-bahan tersebut mengandung nutrisi yang diperlukan oleh kapang. Masyarakat konsumen umumnya tidak mengetahui batas waktu simpan jenang. Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan batas waktu simpan jenang pada suhu ruang berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni kapang. Metode penelitian ialah metode eksperimen. Sampel jenang diambil sebanyak 10 g untuk dihaluskan, lalu dilarutkan dalam 90 ml larutan air pepton 0,1%, sehingga diperoleh tingkat pengenceran 10-1. Selanjutnya larutan diencerkan secara bertahap, sehingga diperoleh tingkat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan 10-6. Kemudian dilakukan inokulasi masing-masing larutan sampel tersebut sebanyak 0,1 ml pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), lalu diinkubasikan pada suhu 25 o 27 o C selama 3 x 24 jam. Perlakuan dilakukan dalam 4 ulangan. Selanjutnya dilakukan penentuan ALT koloni kapang. Pengambilan sampel untuk diperiksa dilakukan pada hari ke 0, ke-iii, dan ke- VI. Hasil penghitungan ALT koloni kapang dirujukkan pada ketentuan batas maksimal cemaran kapang menurut SNI 7388:2009, yaitu 2 x 10 2 cfu/g sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ALT koloni kapang pada hari ke-6 ialah : 4,34 x 10 2 cfu/g. Jadi, batas waktu simpan jenang maksimal selama 6 hari. Kata kunci: kualitas mikrobiologi, ALT koloni kapang, daya tahan simpan jenang Abstract Jenang Cake is one of many traditional Indonesian foods. East Java Peoples, especially in Trenggalek usually make jenang at the wedding party. Materials for making jenang are: glutinous rice flour, rice flour, coconut milk, and brown sugar. These materials contain nutrients required by the mold. The consumers generally does not know the storage time limit of jenang. The aims of this research is to determine the storage time limit of jenang at room temperature based on the mold colonies Total Plate Count (TPC). The research method is an experimental. The samples for 10 g were mashed, then dissolved in 90 ml of 0.1% peptone water, to get solution in 10-1 level. Then the solution we dilute again to get 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, and 10-6 levels. Then the sample solution inoculated on Potato Dextrose Agar (PDA) medium for 0,1 ml each, and incubated at 25 o - 27 o C for 3 x 24 hours. Furthermore, the mold colonies TPC were count. The Samples is examined on 0 day, 3 days, and 6 days. The TPC of mold colonies were referred to the maximum limit of mold contamination according to SNI 7388: 2009, i.e. 2 x 10 2 cfu/g 348

sample. The research results showed that: the mold colonies on 6 day is: 4.34 x 10 2 cfu/g. The maximum storage time limit of jenang based on this research is 6 days. Key words: microbiological quality, mold colonies TPC, storage time of jenang PENDAHULUAN Negara Indonesia memiliki berbagai macam makanan khas. Jenang merupakan satu di antara banyak makanan khas Indonesia yang digemari oleh masyarakat. Masyarakat di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Trenggalek biasanya menyajikan jenang ketika acara pernikahan. Bahan untuk membuat jenang ialah: tepung ketan, tepung beras, santan kelapa, dan gula merah. Bahan-bahan tersebut mengandung nutrisi yang diperlukan oleh kapang. Beras banyak mengandung karbohidrat yang mudah dicerna, sedikit protein, lemak, serat, dan sodium (Ji, Y., dkk, 2007). Di beberapa kasus, tergantung tingkat kontaminasi dan tipe kapang dapat menyebabkan kenaikan masalah kesehatan. Kapang kontaminan udara misalnya Penicillium, Aspergillus, Cladosporium, dan Stachybotrys, semuanya memiliki kapasitas spora di udara (Cowan, 2012), sehingga berpotensi tumbuh pada bahan makanan yang tidak ditutup rapat. Bahan makanan contohnya beras, ketan, dan jagung, mudah kontaminasi oleh spora kapang, karena umumnya saat dijual di pasar dalam keadaan terbuka. Kapang yang hidup pada beras misalnya Aspergillus spp dan Penicillium spp. berpotensi memproduksi mikotoksin (Aydin, dkk, 2011). Bahan makanan yang terkontaminasi oleh spora kapang dan tidak kontaminasi, sulit terlihat bedanya karena ukuran spora sangat kecil. Jika bahan makanan tersebut tidak diolah dengan cara yang benar, maka makanan tidak akan tahan lama karena sejak dari bahan baku sudah terdapat mikroba di dalamnya. Jenang sebagai makanan yang sudah siap konsumsi perlu dilihat daya tahan simpannya. Masyarakat konsumen umumnya tidak mengetahui batas waktu simpan jenang. Jenang akan rusak oleh kapang jika disimpan terlalu lama, sehingga tidak dapat dikonsumsi. Angka Lempeng Total koloni kapang yang ditetapkan DIRJEN POM menjadi dasar penentuan kualitas mikrobiologi makanan (Hastuti, 2015). Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan batas waktu simpan jenang pada suhu ruang berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni kapang. METODE PENELITIAN Metode penelitian ialah metode eksperimen. Sampel jenang diambil sebanyak 10 g untuk dihaluskan, lalu dilarutkan dalam 90 ml larutan air pepton 0,1%, sehingga diperoleh tingkat pengenceran 10-1. Selanjutnya larutan diencerkan secara bertahap, sehingga diperoleh tingkat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan 10-6. Kemudian dilakukan inokulasi masing-masing larutan sampel tersebut sebanyak 0,1 ml pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), lalu diinkubasikan pada suhu 25 o 27 o C selama 3 x 24 jam (Gambar 1). Lalu dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah koloni kapang yang tumbuh pada medium. Perlakuan dilakukan dalam 4 ulangan. Selanjutnya dilakukan penentuan ALT koloni kapang. Pengambilan sampel untuk diperiksa dilakukan pada hari ke 0, ke-iii, dan ke- VI. Hasil penghitungan ALT koloni kapang dirujukkan pada ketentuan batas maksimal cemaran kapang menurut SNI 7388:2009, yaitu 2 x 10 2 cfu/g sampel. 349

Gambar 1 : Teknik Pengenceran dan Inokulasi Sampel pada Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Hastuti, 2015) Rumus penghitungan ALT koloni kapang: Medium Lempeng PDA (Hastuti, 2015) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan koloni kapang pada hari ke-0 dan hari ke-3 menunjukkan pada semua tingkat pengenceran menghasilkan angka kurang dari 25 koloni. Berikut data hasil pengamatan koloni kapang (Tabel 1). Tabel 1 ALT Koloni Kapang pada Jenang Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan Lama Waktu Penyimpanan ALT koloni Kapang (cfu/g) 0 x 24 jam 2,6 x 10 3 x 24 jam 7,8 x 10 6 x 24 jam 4,34 x 10 Hasil penelitian menunjukkan ALT koloni kapang pada hari ke-6 ialah : 4,34 x 10 2 cfu/g. Menurut ketentuan SNI 7388 : 2009, batas cemaran kapang maksimal ialah 2 x 10 2 cfu/g. Jadi, batas waktu simpan jenang maksimal selama 6 x 24 jam. 350

(a) (b) (c) Gambar 2: (a-c) Foto koloni kapang pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) hari ke-0 (b) (b) (c) Gambar 3: (a-c) Foto koloni kapang pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) hari ke-6 Dalam jenang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang diperlukan oleh mikroba. Karbohidrat pokok yang terkandung pada santan sebagai salah satu bahan pembuatan jenang ialah gula sukrosa dan beberapa pati (Seow & Gwe, 1997). Mikroba, khususnya kapang akan tumbuh dengan baik jika faktor di lingkungannya mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontaminasi bahan makanan oleh kapang di antaranya tingkat sanitasi meliputi pemilihan bahan dasar, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, dan penyajian makanan (MENKES, 2011). Kualitas bahan baku menjadi penentu makanan konsumsi. Bahan baku yang baik dan tidak ditumbuhi mikroba, dapat diprediksi daya tahan simpannya akan lebih lama jika dibandingkan dengan makanan dengan bahan baku yang kurang baik. Kapang pada tepung ketan yang dijual di pasar bervariasi, contohnya: Aspergillus, Penicillium, dan Rhizopus (Glinsukon, dkk, 1976). Curvularia affinis ditemukan pada beras (Navi, dkk, 1999). Santan yang digunakan juga dapat mempengaruhi daya simpan jenang. Menurut hasil penelitian Kajs, dkk (1976) jumlah kapang pada santan mempengaruhi daya tahan simpannya. Makanan yang disimpan terlalu lama dan telah terkontaminasi kapang akan berubah warna, bentuk dan teksturnya. Hal tersebut disebabkan oleh aktifitas kapang yang terus tumbuh. Jalinan hifa yang terkumpul menyusun tubuh atau koloni kapang yang disebut miselium (Talaro & Talaro, A., 2002). Semakin lama waktu inkubasi, semakin meningkat jumlah koloni kapang karena didukung oleh faktor nutrisi yang cukup dari makanan. Kapang yang mencemari makanan dapat mengganggu kesehatan manusia, karena beberapa spesies kapang ada yang mampu menghasilkan menghasilkan mycotoxin. 351

Tumbuhnya kapang pada makanan simpan dapat dihambat dengan dengan berbagai cara, misalnya mengurangi tingkat kelembaban ruang hingga di bawah 70% (Ahmad, 2009). Kelembaban yang terlalu rendah membuat kapang kesulitan melakukan metabolisme, sehingga pembelahan selnya menjadi terganggu dan berakibat pada sedikitnya koloni kapang yang tumbuh. Kesehatan, pertumbuhan, dan kecerdasan masyarakat juga dipengaruhi oleh keamanan pangan. Penerapan cara produksi yang baik (good manufacture practices) menghasilkan produk pangan yang sehat dan aman (Djaafar & Rahayu, 2007). Produksi makanan yang baik misalnya dengan menjaga ruang produksi tetap dalam keadaan bersih, pengecekan bahan baku sebelum digunakan, memilih bahan baku yang masih dalam keadaan baik, alat yang digunakan dalam keadaan baik dan bersih, serta distribusi hasil poduk hingga dijual sampai kepada konsumen juga dijadikan perhatian. Pengemasan produk yang baik dari jenang membuat daya simpannya lebih lama jika dibandingkan dengan pengemasan yang kurang baik. Pengemasan yang tidak rapat menyebabkan mikroba yang berada di udara, seperti kapang dengan mudah menempel pada makanan tersebut. Kebersihan para pekerja dalam pembuatan produk makanan seperti jenang juga perlu diperhatikan. Jamur, termasuk kapang dapat menempel pada manusia (Hastuti, 2014). Agar tidak terjadi perpindahan kapang dari tubuh manusia ke makanan maupun bahan makanan, maka kebersihan para pekerja perlu dijaga, misalkan dengan mencuci tangan dengan sabun atau anti septik sebelum mengolah bahan makanan. Pengolahan juga menjadi penentu tingkat keawetan makanan. Jenang yang biasa dibuat oleh produsen biasanya tidak ditambah zat pengawet. Sebagian besar produsen jenang di Kabupaten Trenggalek melakukan proses pembuatan jenang secara tradisional dengan menggunakan alat wajan, pengaduk kayu, dan pemanasan dengan kayu bakar. Pemanasan yang cukup lama dapat mematikan mikroba. Pengontrolan temperatur perlu dilakukan ketika proses pembuatan bahan makanan (Ji, Y., dkk, 2007). Temperatur yang tinggi menyebabkan kapang dari udara mati terlebih dahulu sebelum menempel pada bahan yang sedang dioleh menjadi jenang, karena terkena uap panas dan bahan makanan yang sedang diolah tersebut. Penggunaan temperatur tinggi dengan waktu yang cukup lama membuat makanan lebih aman dikonsumsi daripada penggunaan temperatur yang lebih rendah (Black, 2012). Aspek yang dapat dideteksi dengan panca indra untuk jenang yang masih layak konsumsi di antaranya: tekstur kenyal, lengket ketika dipotong, berwarna coklat pekat, beraroma harum, dan berasa enak atau tidak tengik, sedangkan yang sudah tidak layak mempunyai tekstur keras, tidak lengket ketika dipotong, berwarna coklat muda agak putih karena telah terkontaminasi oleh spora kapang, dan beraroma tengik. Santan kelapa mengandung 20% sampai 35% lemak (Tansakul & Chaisawang, 2006), aktifitas mikroba yang bekerja terhadap lemak menghasilkan senyawa metabolit yang menyebabkan bau tengik tersebut. Gambar jenang yang masih layak dan yang sudah tidak layak konsumsi dapat dilihat pada Gambar 4. 352

a Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, b Gambar 4: Jenang: a. layak konsumsi; b) tidak layak konsumsi Keterangan: tekstur jenang yang masih layak dikonsumsi masih lunak dan berwarna coklat, sedang tekstur jenang yang tidak layak dikonsumsi sudah menjadi keras dan berwarna coklat muda, berserbuk karena telah terkontaminasi oleh kapang. Oleh karena itu, sebaiknya pembelian makanan secukupnya. Jenang yang baru dibeli segera dikonsumsi, jika tidak habis dalam satu hari sebaiknya disimpan dalam almari pendingin. Konsumen juga diperlukan pengecekan terhadap makanan yang hendek dibeli untuk mengetahui tingkat kelayakannya. PENUTUP Kesimpulan Waktu simpan jenang pada suhu ruang berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni kapang maksimal selama 6 x 24 jam. Tingkat sanitasi mempengaruhi kontaminasi bahan makanan oleh kapang. Saran Para peneliti yang berminat melakukan penelitan sejenis disarankan melakukan penelitian terhadap makanan sejenis jenang yang disimpan di suhu ruang (±26 o -27 o C) dan suhu rendah (10 o C) dengan jedah waktu perlakuan yang lebih pendek, agar dapat ditentukan daya simpan jenang di kedua macam temperatur tersebut dengan lebih teliti. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, R. Z. 2009. Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian, 28 (1): 15-22. Aydin, A., Aksu, H., & Gunsen, U. 2011. Mycotoxin levels and incidence of mould in Turkish rice. Environ Monit Assess, 178: 271-280. Black, J. G. Microbiology Principles and Explorations Eighth Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Cowan, M. K. 2012. Microbiology a Systems Approach Third Edition. New York: McGraw-Hill. Djafaar, T. F. & Rahayu, S. 2007. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian, 26 (2): 67-75. Hastuti, U. S. 2014. Penuntun Praktikum Mikologi. Malang: UMM Press. Hastuti, U. S. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi untuk Program S-2 Biologi. Malang: UMM Press. Glinsukon, T., Thamavit, & Ruchirawat, M. 1976. Studies on The Population of Taxigenic Fungi in Market Foods and Foodstuffs. J. Sci. Soc. Thailand, 2 (1976): 176-184. 353

Ji, Y., Zhu, K., Qian, & H., Zhou. 2007. Microbiological characteristics of cake prepared from rice flour and sticky rice flour. Science Direct Food Control, 18 : 1507-1511. Kajs, T.M., Hagenmaier, R., Vanderzant, C., & Mattil, K.F. 1976. Microbiological Evaluation of Coconut and Coconut Products. Journal of Food Science. 41: 352-356. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011. Higiene Sanitasi Jasaboga. 2011. Navi, S. S., Bandyopadhayay, R., Hall, A.J., and Bramel-Cox, P.J. 1999. A pictorial guide for the identification of mold fungi on sorghum grain. Information Bulletin no 59. India: International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics. ISBN 92-9066-416-9. Seow, C. C. & Gwee, C. N. 1997. Coconut milk: chemistry and technology. International Journal of Food Science and Technology, 32 : 189-201. SNI 7388 : 2009. 2009. Batas Maksimal Cemaran Kapang. Tansakul, A. & Chaisawang, P. 2006. Thermophysical properties of coconut milk. Journal of Food Enginering, 73 (2006): 276-280. Talaro, K. P. & Talaro, A. 2002. Fundations in Microbiology. New York: The McGraw- Hill Companies. 354