PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KARIOTIPE UJUNG AKAR BAWANG MERAH DAN TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN

Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin

STUDI IDENTIFIKASI MITOSIS AKAR BAWANG MERAH MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah

ANALISIS MITOSIS PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN ISOLASI DAN IDENTIFIKASI..., RICKY SINGGIH PURNOMO,ARGOTEKNOLOGI, UMP 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

RESPON BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP LAMA PERENDAMAN COLCHICINE SKRIPSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

Pengaruh Sakarin Terhadap Mitosis Pada Akar Allium cepa dengan Metode Remasan (Squash)

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG

Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Kolkhisin terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum) Varietas Lado F1

TINJAUAN PUSTAKA Marigold (T. erecta)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG

TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa superba L.) merupakan tanaman asli daratan

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MODUL IV REPRODUKSI SEL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kolkisin terhadap pertumbuhan, ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN

PENGARUH PERLAKUAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM DAN FENOTIP TANAMAN CABE KERITING (Capsicum annuum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Subkelas : Hamamelidae; Ordo : Caryophyllales; Familia : Basellaceae; Genus :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

Program Studi Magister Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali. *)

RESPON PRODUKSI BENIH KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN KOLKISIN.

JUMLAH DAN PANJANG ABSOLUT KROMOSOM BAWANG MERAH KULTIVAR SAMAS (ALLIUM ASCALONICUM L. CV. SAMAS) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Salak Tanaman salak dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

2. KERANGKA TEORITIS Tinjauan Pustaka Tanaman Leek Botani Tanaman leek mempunyai taksonomi sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

PEWARNA ALTERNATIF DAUN JATI MUDA (Tectona grandis) DAN DAUN JAMBU MONYET (Annacardium occidentale L.)

Pengamatan Pembelahan Mitosis pada Sel Ujung Akar Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Mikroskop Binokuler. Oleh Marthen Kause NIM ABSTRAK

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas :

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Subdivisi :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Adapun salah satu tanda kekuasaan Allah mengenai morfologi tanaman

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

STUDI KARAKTERISASI ANGGREK SECARA SITOLOGI DALAM RANGKA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suryo (1995) dan Nasir (2001), poliploid individu suatu organisme

RESPONS PERTUMBUHAN KECAMBAH BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PENGUPASAN KULIT ARI BENIH DAN KONSENTRASI KOLKISIN

Bumi memiliki lebih dari spesies tanaman hidup.

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Manfaat Semangka

BAB I PENDAHULUAN. Hama adalah salah satu dari sekian banyak alasan kenapa produk dari hasil

e JBST 2017 ABSTRAK Ainur Rohmah 1*), Tintrim Rahayu 2**), Ari Hayati 3 123, Jurusan Biologi FMIPA UNISMA, Indonesia

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

II. TINJAUAN PUSTAKA. didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim

MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA

PENGARUH MUTAGEN KOLKISIN PADA BIJI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) TERHADAP JUMLAH KROMOSOM DAN PERTUMBUHAN. Panam, Pekanbaru 28293, Riau

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Aglaonema sp.berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Bawang Merah. ada didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman

Karakter Morfologi dan Sitologi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Hasil Induksi Kolkisina pada Generasi Vegetatif Kedua

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL

Transkripsi:

1 PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyawa anilin dan alisin yang dikandungnya (Rukmana, 1994). Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional (Deptan, 2005). Bahan aktif minyak atsiri bawang merah terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin (Muhlizah dan Hening- S, 2000). Rata-rata produksi bawang merah nasional saat ini masih rendah. Rendahnya daya produksi bawang merah antara lain disebabkan karena sedikitnya kultivar-kultivar unggul dan proses pengolahan pertanian yang kurang baik (Rukmana, 1994; Wibowo, 1991). Kultivar-kultivar unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman, diantaranya dengan pemuliaan konvensional, induksi mutasi dan prosedur transgenik. Pemuliaan dengan mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan kolkisin pada jaringan meristem (Suryo, 1995). Penggunaan kolkisin dengan konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan jumlah kromosom, sehingga tanaman bersifat poliploid. Tanaman yang bersifat poliploid umumnya memiliki ukuran morfologi lebih besar dibandingkan tanaman diploid (Suminah, et al, 2002). Dengan demikian kualitas tanaman yang diberi perlakuan diharapkan lebih baik dibandingkan tanaman diploid. Setiap jenis tanaman memiliki respon yang berbeda-beda terhadap pemberian kolkisin (Suryo, 1995). Umumnya kolkisin akan bekerja efektif pada konsentrasi 0,01-1% untuk jangka waktu 6-72 jam (Suminah, et al., 2005). Oleh karena itu, penting rasanya untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi kolkisin terhadap tanaman, khususnya bawang merah dan bawang bombay.

2 Tujuan Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi kolkisisn terhadap jumlah kromosom tanaman bawang merah 2. Mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi kolkisisn terhadap ukuran sel and inti sel tanaman bawang merah

3 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu anggota dari familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyawa anilin dan alisin yang dikandungnya (Rukmana, 1994). Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional (Deptan, 2005). Bahan aktif minyak atsiri bawang merah terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin (Muhlizah dan Hening- S, 2000). Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Liliidae Ordo: Liliales Famili: Liliaceae (suku bawang-bawangan) Genus: Allium Spesies: Allium cepa var. aggregatum L.

4 Kromosom Bawang Merah Kromosom antar tanaman berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Baik dari bentuk, jumlah, dan panjangnya. Allium cepa memiliki jumlah kromosom 2n = 16 (Sastrosumarjo, 2006). Hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Selain itu, kromosom allium cepa sering digunakan untuk mempelajari analisis mitosis juga karena ia memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat preparatnya (Stack, 1979). Kolkisin Menginduksi Poliploidi Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae) (Suminah, et al., 2002), sedangkan menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom tanaman (terbentuk tanaman poliploid). Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi. Menurut Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis. Suminah (2005) juga menjelaskan bahwa kolkisin ini dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi. Mansyurdin, et al. (2002) memaparkan bahwa semakin tingi konsentrasi kolkisin makin tinggi persentase sel yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah makin tinggi pula.

5 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pratikum ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 : pemberian kolkisin pada tanaman, dan tahap 2: pengamatan kromosom ujung akar tanaman. Pemberian kolkisin pada tanaman dilaksanakan tiga hari sebelum pengamatan kromosom. pengamatan kromosom ujung akar tanaman bawang merah dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Desember 2010 di Lab Microtechnique Departemen AGH, FAPERTA, IPB. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah: Akar bawang merah Akar bawang bombay Kolkisin Alat alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah: Mikroskop Silet Cawan petri Pinset Gelas objek Gelas penutup Bunsen Pensil dengan ujung berpenghapus Tisu Metode Pelaksanaan Mengecambahkan bawang merah pada kapas basah Meneteskan larutan kolkisin 0,0%; 0,01%; 0,1%; dan 0,5% selama tiga hari Mengamati jumlah kromosom sesuai dengan prosedur analisis mitosis Bandingkan jumlah kromosom setiap perlakuan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kolkisin terhadap Jumlah Kromosom Tanaman Bawang Merah Hasil pengamatan mikroskopis terhadap jumlah kromosom sel sel ujung akar bawang merah dengan berbagai dosis kolkisin dapat dilihat pada gambar 19 dan 20. Hasil pengamatan pada gambar 19 dan 20 menunjukkan bahwa penggunaan kolkisin konsentrasi 0.05%, 0.1%, dan 0.2% dapat meningkatkan jumlah kromosom dan menghasilkan berbagai tingkat ploidi pada kromosom ujung akar bawang merah. Hal yang sama telah dilaporkan oleh Suminah, et al. (2002) yang melaporkan bahwa pemberian kolkisin 1% menyebabkan variasi bentuk, ukuran, dan jumlah pada kromosom ujung akar bawang merah. Perubahan jumlah kromosom ini disebabkan oleh pemberian kolkisin dengan konsentrasi kritis. Pemberian kolkisin pada konsentrasi kritis tersebut dapat mencegah terbentuknya benang benang mikrotubuli dari gelendong inti (benang benang spindel) sehingga perpindahan tahap metafase ke anafase tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan kromosom tanpa terjadi penggandaan dinding sel. Jika konsentrasi tersebut terus dipertahankan, makan penggandaan tersebut dapat terus terjadi. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan jumlah kromosom dalam inti menjadi lebih banyak dibandingkan sebelumnya dan menghasil variasi tingkat ploidi pada kromosom ujung akar bawang merah. Suryo (2005) menjelaskan bahwa apabila konsentrasi kritis kolkisin terus dibiarkan maka akan terus terjadi pertambahan genom yang penambahannya mengikuti deret ukur. (a) (b) (c) Gambar 19. Hasil Pengamatan Mikroskopis Tanpa Pra Perlakuan Sederhana terhadap Kromosom Ujung Akar Bawang Merah pada Dosis (a) 0.05%, (b) 0.1%, dan (c) 0.2%

7 (a) (b) (c) Gambar 20. Hasil Pengamatan Mikroskopis dengan Pra Perlakuan Sederhana terhadap Kromosom Ujung Akar Bawang Merah pada Dosis (a) 0.05%, (b) 0.1%, dan (c) 0.2% Gambar 19 dan 20 juga memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah kromosom tidak terjadi pada semua sel ujung akar bawang merah, khususnya pada dosis 0.05%. Daryono (1998) menjelaskan bahwa pemberian kolisin pada konsentrasi 0.01% dengan lama 3, 6, dan 12 jam belum dapat menginduksi pembentukan sel sel tetraploid pada tanaman melon. Hal ini dapat terjadi pemberian kolkisin pada konsentrasi yang rendah belum dapat menghambat pembentukkan beang benang gelendong, sehingga proses pemisahan kromosom pada stadium anafase tetap berlangsung dan pada akhirnya, sel tersebut akan tetap diploid. Pemberian kolkisin dengan konsentrasi yang tepat akan dapat mencegaah terpbentuknya benang benang gelendong yang mengakibatkan perambahan jumlah kromosom (Suryo, 2005). Pengaruh Kolkisin terhadap Ukuran Sel Tanaman Bawang Merah Selain mengamati jumlah kromosom ujung akar bawang merah, pada pratikum ini juga dilakukan pengamatan terhadap ukuran sel ujung akar bawang merah. Pengamatannya sendiri hanya membandingkan antar gambar sel ujung akar bawang merah, tanpa dilakukan pengukuran terhadap sel tersebut. Gambar 21 Kromosom Ujung Akar Bawang Merah dengan Kolkisin 0.1%

8 Gambar 21 memperlihatkan bahwa sel yang sudah mengalami penggandaan kromosom memilki ukuran sel yang lebih besar dibandingkan sel yang belum mengalami penggandaan kromosom. Daryono (1998) menjelaskan bahwa pemberian kolkisin dapat meningkatkan luas permukaan sel melon 1.7 3.4 kali sel semula. Pemberian kolkisin dapat meningkatkan jumlah kromosom pada sel. Peningkatan jumlah kromosom ini dapat menekan dinding sel ke arah luar sehingga semakin lama akan membuat sel semakin besar. Gambar 22 Kromosom Ujung Akar Bawang Merah yang Pecah Apabila peningkatan jumlah kromosom terus terjadi, maka dapat menyebabkan dinding sel pecah karena tidak mampu menampung jumlah kromosom yang terlalu banyak. Pecahnya dinding sel akibat peningkatan jumlah kromosom dapat dilihat pada gambar 23. Gambar 23 Pembesaran pada Akar Bawang Merah akibat Pemberian Kolkisin Peningkatan ukuran sel akibat pemberian kolkisin juga dapat dilihat dari terjadi pembesaran pada ukuran akar tanaman bawang. Pembesaran pada akar bawang merah akibat pemberian kolkisin dapat dilihat pada gambar.. Haryanti (2009) menjelaskan bahwa pemberian kolkisin menyebabkan ukuran sel tanaman kacang hijau lebih besar namun menjadi lebih pendek.

9 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian kolkisin pada ujung akar bawang merah dapat mempengaruhi jumlah kromosom ujung akar bawang merah. Pemberian kolkisin tersebut meningkatkan jumlah dan menyebabkan variasi ploidi kromosom ujung akar bawang merah Pemberian kolkisin mempengaruhi ukuran sel ujung akar tanaman bawang merah. Pemberian kolkisin tersebut meningkatkan ukuran sel ujung akar bawang merah dan membuat akar bawang merah lebih besar namun lebih pendek. Saran Perlu dilakukan penanaman bawang merah yang sudah diberi perlakuan kolkisin di lapang, agar dapat melihat pengaruh pemberian kolkisin tersebut terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Perlu dilakukan percobaan mengenai teknik pemberian kolkisin dan lama waktu pemberiannya terhadap bawang merah, sehingga didapatkan hasil yang optimal dalam penggunaan kolkisin pada tanaman bawang merah.

10 DAFTAR PUSTAKA BPPP Deptan. 2005. Prospek dan rah Pengembangan Agrobisnis Bawamg Merah. Jakarta. 25 hal. Daryono B. S. 1998. Pengaruh kolkisin terhadap pembentukan sel sel melon tetraploid. Buletin Agro Industri. (5) : 2 11. Mansyurdin, Hamru, dan D. Murni. 2002. Induksi tetraploid pada tanaman cabai merah keriting dan cabai rawit dengan kolkisin. Stigma. 12 (3) : 297 300Sastrosumarjo, S., Yudiwanti, S. I. Aisyah, S. Sujiprihati, M. Syukur, R. Yunianti. 2006. Panduan laboratorium, hal. 261. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.) Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor Sri, H., R. B. Hastuti, N. Setiari, dan A. Banowo. 2009. Pengaruh kolkisin terhadap pertumbuhan, ukuran sel metafase dan kandungan protein biji tanaman kacang hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 10 (2) : 112 120. Sastrosumarjo, S. 2006. Panduan laboratorium, hal. 38-63. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.) Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor. Stack S. M., and D. E. Comings. 1979. The cromosomes and DNA of Allium cepa. CHROMOSOMA. 70:161 181 Suminah, Sutarno, A. D. Setyawan. 2002. Induksi poliploidi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian kolkisin. BIODIVERSITAS. 3 (1) : 174 180. Suprihati, D., Elimasni, E. Sabri. 2007. Identifikasi karyotipe terung belanda (Solanum betaceum Cav.) kultivar Brastagi Sumatera Utara. Jurnal Biologi Sumatera Utara. 2(1): 7 11. Suryo, H. 2007. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 446 hal.