BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien yang dirawat diruang ICU (Intencive Care Unit) dilakukan secara terus menerus dalarn 24 jam. Perawatan diruang ICU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah supporting system yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. cukup besar (Kulik & Mahler et al, 1989; dalam DiMatteo,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

Vivin Candra Ikawati* Sulastri**

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004)

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang tidak jelas, dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan. menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010).

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

TITIN KUSRINI J

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perawat dengan keluarga pasien.oleh karena itu perawat harus. mempunyai bekal berkomunikasi dengan baik (Mubarak, 2009).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasien yang dirawat diruang ICU (Intencive Care Unit) mengalami keadaan gawat yang mengancam kehidupan. Untuk itu perawat diruang ICU cenderung cepat dan cermat serta kegiatannya dilakukan secara terus menerus dalarn 24 jam. Perawatan diruang ICU sering menggunakan alat-alat canggih yang asing bagi pasien maupun keluarga. Keadaan tersebut dapat menimbulkan krisis dalam keluarga, terutama jika sumber krisis merupakan stimulus yang belum pernah dihadapi oleh keluarga sebelumnya. Selain itu peraturan di ICU cenderung ketat, keluarga tidak boleh menunggu pasien secara terus menerus sehingga hal ini akan menimbulkan kecemasan bagi keluarga pasien yang dirawat di ICU mengingat keluarga adalah suatu system terbuka dimana setiap ada perubahan atau gangguan pada salah satu system dapat mengakibatkan perubahan atau gangguan pada salah satu system dapat mengakibatkan perubahan atau gangguan bagi seluruh system tersebut. Keluarga yang mengerti di ICU pun mengalami kecemasan apalagi keluarga yang tidak mengerti perawatan di ICU akan semakin memperberat kecemasan. Oleh karena itu kecemasan yang dialami oleh salah satu keluarga mempengaruhi seluruh keluarga lain. (Kusuma, 2007) 1

2 Bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical care paients) dalam kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi. Mendapatkan informasi tentang kondisi medis pasien dan hubungan dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperlukan oleh keluarga pasien. Para peneliti mendapatkan data peningkatan kejadian stress yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah pasien berada di ruang ICU. Disamping itu perawatan pasien diruang ICU menimbulkan stress bagi keluarga pasien juga karena lingkungan rumah sakit, dokter dan perawat merupakan bagian yang asing, bahasa medis yang sulit dipahami dan terpisahnya anggota keluarga dengan pasien. Untuk itu pelayanan keperawatan perlu memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam frekuensi, jenis, dan dukungan komunikasi. Sejalan dengan itu, pelayanan keperawatan juga perlu memahami kepercayaan, niali-nilai keluarga, menghormati struktur, fungsi, dan dukungan keluarga (Potter & Perry, 2009). Data yang telah diperoleh jumlah pasien yang dirawat diruang ICU RSUD dr. Sayidiman pada tahun 2006 sebanyak 354 pasien. Berdasarkan Hasil penelitian Kusuma (2007) tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang ICU dengan tingkat kecemasan keluarga terhadap perawatan ICU RSUD Dr. Sayidiman Magetan didapatkan 17% keluarga berpengetahuan baik ICU, 83% berpengetahuan buruk tentang ICU dan tingkat kecemasan yang dialami

3 keluarga 33% kecemasan berat, 67% kecemasan ringan. (Kusuma, 2007) Anggota keluarga juga mengalami kecemasan saat menghadapi salah satu anggota keluarga yang dirawat di ruang HND dengan penyakit stroke, peneliti yang saat ini bertugas di ruang Unit Stroke akan meneliti sejauh mana tingkat kecemasan anggota keluarga yang menghadapi pasien stroke berdasarkan pengalaman pengalaman mereka saat menghadapi salah satu anggota keluarganya yang dirawat di ruang HND, yang dapat mempengaruhi atau berhubungan dengan pelayanan perawatan pasien, apakah pasien akan sembuh, atau pasien akan dirawat lebih lama atau malah kondisinya semakin buruk dan harus dirawat di ruang yang lebih intensif, yaitu ruang ICU.(Pambudi, 2008) Pelayanan keperawatan menjadi tumpuan bagi pasien dan keluarganya karena keberadaan perawat yang terus menerus bersama pasien sehingga secara terus menerus pula bertanggung jawab untuk mempertahankan homeostatis pasien. Perhatian, rasa percaya, dan dukungan yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarganya menjadi dasar yang membuat hubungan perawat, pasien dan keluarganya unik dan kuat. Tidak ada pelayanan kesehatan profesional lain yang mempunyai kesempatan yang konsisten dan sering berinteraksi dengan pasien pada kerangka kerja yang sama. Pelayanan keperawatan dapat mengusahakan sumber dukungan yang kuat bagi pasien yang dapat diperoleh dari dukungan keluarga (Hudak & Gallo, 1997).

4 Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan menjadi sia-sia apabila tidak didukung oleh peran serta dukungan keluarga (Taylor, 1995 dalam ambari, 2010). Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan dari commission of the family (1998, dalam Dolan dkk, 2006 ) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, pasien, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh tekanan (Ambari, 2010). Saling mendukung, saling mengasihi, dan saling menghargai antar sesama anggota keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga merupakan fungsi internal keluarga yang disebut fungsi efektif. Friedman, 1986 dalam Setiawati dan Dermawan (2008). McAdam and Puntillo (2009), dalam penelitiannya mengidentifikasi bahwa sumber kecemasan anggota keluarga di ruang perawatan intensif adalah : jenis kekerabatan dengan klien, tingkat pendidikan, tipe perawatan klien, kondisi medis klien, pertemuan keluarga dengan tim perawatan, cara penanggulangan, dan kebutuhan keluarga, terpisah secara fisik dengan keluarganya yang dirawat diruang ICU, tarif yang mahal, perawat yang kurang memberi penjelasan

5 tentang penyakit yang diderita oleh pasien dan mengapa perlu untuk dirawat di ICU. Waktu kunjungan keluarga terhadap klien yang dibatasi oleh peraturan jam kunjungan. Padahal kunjungan keluarga tidak menimbulkan efek buruk pada stabilitas klien, atau konsekuensi negatif pada klien atau keluarga, bahkan kehadiran keluarga lebih sering memiliki efek positif pada kondisi klien. (Durant et al., 2007; Roland et al., 2001 dalam Komarudin, 2011) Sebuah keluarga adalah merupakan unit dasar dari masyarakat dimana anggotanya mempunyai suatu komitmen untuk memelihara satu sama lain baik secara emosi maupun fisik. Stres atau cemas yang dihadapi dan dialami oleh salah satu anggota keluarga mempengaruhi seluruh keluarga. Cemas merupakan perasaan internal yang sumbernya sering kali tidak spesifik dan mengancam keamanan seseorang dan kelompok. Cemas disebabkan oleh karena krisis situasi, tidak terpenuhinya kebutuhan, perasaan tidak berdaya dan kurang kontrol pada situasi kehidupan. Cemas bisa terjadi pada siapa saja baik orang sehat atau orang sakit. Bagi orang sakit kecemasan akan meningkat, terlebih jika yang bersangkutan didiagnosa menderita penyakit terminal seperti stroke yang dipandang oleh masyarakat sebagai penyakit penyebab kematian. Pihak keluarga juga merasa cemas jika yang yang sakit adalah orang yang sangat dicintai, sebagai tulang punggung keluarga atau sumber dari segalanya bagi keluarga. (Pambudi, 2008)

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah sumber kecemasan keluarga pasien yang di rawat di ruang ICU. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber kecemasan keluarga pasien yang di rawat di ruang ICU yang meliputi: terpisahnya secara fisik dengan keluarga yang dirawat, Keluarga merasa bahwa anggota keluarga yang sakit merasa terisolir dengan yang sehat, Takut kematian atau kecacatan tubuh, Kurang informasi dan komunikasi dengan petugas ICU, Tarif mahal. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1 Bagi IPTEK Sebagai pengembang ilmu pengetahuan yang telah didapat dan dapat sebagai bahan kajian untuk kegiatan penelityian selanjutnta, khususnya mengenai sumbersumber kecemasan keluarga pada keluarga yang di rawat di ruang ICU.

7 1.4.1.2 Bagi Institusi Prodi DIII Keperawatan Bagi dunia pendiddikan keperawatan khususnya institusi Prodi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan teori keperawatan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang ICU dimana keluarga pasien ini Adela sebagai support system untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. 1.4.2.2 Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi menejemen dirumah sakit dalam melengkapi fasilitas dan kebijakan peraturan di ruang ICU yang dibutuhkan sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada pasien dan keluarga.

8 1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan untuk pengembangan bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. 1.5 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada persamaan atau perbedaan dari penelitian yang terdahulu. Dalam penelitian ini peneliti tertarik meneliti tentang sumber-sumber kecemasan keluarga pada pasien penyakit kritis/di ICU, yang sebelumnya ada judul sebagai berikut: 1. Vivin Chandra, 2011. Hubungan tingkat komunikasi terapeutik perawat dengan anggota keluarga terhadap tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis.variabel yang diteliti yaitu komunikasi terapeutik, perawat, keluarga, dan kecemasan, Metode yang digunakan yaitu data dianalisa secara deskriptip, dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien yang dirawat di ICU. Sampel sebanyak 30 responden dengan Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik aksidental sampling. Alat ukur komunikasi perawat menggunakan kuesioer dengan skala likert (Arikunto, 2006). Alat ukur pengelolaan kecemasan. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan

9 Korelasi Kendal Tau. Perbedaan dari penelitian ini adalah variaber yang diteliti dan metode penelitian. 2. Rustiana Rahendraningrum, 2011. Tingkat kecemasan ibu hamil tentang hubungan seks pada kehamilan. Variabel yang diteliti yaitu Kecemasan, ibu hamil, seks kehamilan. Metode penelitian adalah dengan cara menyelesaikan dengan metode keilmuan (Nursalam dan Pariani, 2001). Pada bab ini akan diuraikan tentang desain penelitian kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, populasi, sampel, sampling desain, proses pengumpulan data dan analisa dataserta masalah etika dalam melaksanakan penelitian (Arikunto, 2005). Hasil penelitian, bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang berjudul Tingkat kecemasan ibu hamil tentang hubungan seks pada kehamilan di poli hamil RSIA Muslimat Ponorogo. Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 data yaitu data umum dan data khusus. Data umum dalam penelitian ini adalah data demografi, responden yang meneliti umur, pendidikan, status, pekerjaan, hamil ke berapa, sumber informasi dan data usia kehamilan. Sedangkan data khusus yaitu mengenai tingkat kecemasan ibu hamil tentang hubungan eks pada kehamilan. Perbedaan dari penelitian ini adalah variaber yang diteliti dan metode penelitian. 3. Hariyanto, 2011. Efektifitas terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi. Variabel yang diteliti yaitu

10 terapi musik, kecemasan, preoperasi. Metode yang diteliti adalah cara memecahkan masalah dengan menggunakan metode keilmuan (Nursalam dan Pariani, 2001). Pada bab ini akan disajikan desain penelitian, kerangka kerja, variabel, definisi operational, sampling desain, pengumpulan data dan analisa data dan etika penelitian. Hasil penelitian, pada bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang Efektifitas terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi di Ruang Flamboyan Dr. Hardjono Ponorogo yany telah diteliti pada tanggal 23 Mei 201-03 Juli 2011. Penyajian data dibagi menjadi 2 yaitu data umum dan data khusus. Data umum meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, dukungan keluarga, pengalaman masa lalu pernah mengalami opersi dan musik yang disenangi responden. Sedangkan data khususnya meliputi tentang kecemasan preopersi sebelum duberikan terapi musik, tingkat kecemasan preoperasi sesudah diberikan terapi musik, dan efektifitas terapi musik terhadap penurunan kecemasan preoperasi. Perbedaan dari penelitian ini adalah variaber yang diteliti dan metode penelitian.