ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

Edi Susilo, Nopriadi, Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur Dengan Metode Grafik Barber-Johnson Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: (online); X (Printed)

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI TOI PADA BANGSAL BAITUL MA RUF DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALYSIS THE EFFICIENCY OF INPATIENT WARD ACCORDING TO STANDARD OF BARBER JOHNSON IN BHAYANGKARA HOSPITAL SEMARANG IN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR MENURUT STANDAR EFISIENSI BOR DEPKES TIAP BANGSAL RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KUDUS BULAN JUNI DESEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit umum daerah dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR BANGSAL KELAS III BERDASARKAN INDIKATOR BARBER JOHNSONTAHUN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Tinjauan Keakuratan Data pada Sensus Harian Rawat Inap Di Rumah Sakit Khusus Bedah Banjarmasin Siaga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH ANALISA TREND INDIKATOR RAWAT INAP MENURUT BANGSAL TAHUN DI RSUD RA KARTINI JEPARA DI SUSUN OLEH

PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

DESKRIPSI ANGKA TOI DI BANGSAL DEWI KUNTHI BULAN JANUARI JUNI di RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2015 ANIS SUNARNI. Maryani Setyowati, M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR TAHUN BERDASARKAN TREND BOR TAHUN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH.

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mardian, et al, Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Balung Tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit. (SIRS) seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN. Indikator URI BOR LOS TOI BTO GDR NDR. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

ANALISIS DESKRIPTIF FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI BTO DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 EVIANA ANJAR SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN

SISTEM PENGOLAHAN DATA RAWAT INAP DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN BERBASIS MULTIUSER

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR BERDASARKAN STANDAR BOR DEPKES DI BANGSAL RAWAT INAP RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PELAKSANAAN PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RAWAT INAP DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN EFISIENSI PENGELOLAAN BANGSAL BERDASARKAN INDIKATOR GRAFIK BARBER JOHNSON DI PUSKESMAS PERAWATAN KARANGDADAP TAHUN 2014

BAB III. METODyE PENELITIAN

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Dari

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAPORAN INDIKATOR KINERJA RAWAT INAP RSUD TIDAR KOTA MAGELANG TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DITINJAU DARI PERSEPSI PENGGUNA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

KAJIAN EFISIENSI PELAYANAN RUMAH SAKIT. The Efficiency Study Of Hospital Services

Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

HUBUNGAN KUALIFIKASI PETUGAS FILING DENGAN KETEPATAN PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI RS BHAYANGKARA POLDA DIY

TINJAUAN PELAKSANAAN SENSUS HARIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013

Analisis Pemanfaatan Data Sensus Harian Rawat Inap Untuk Pelaporan Indikator Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

ANALISA KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR BERDASARKAN INDIKATOR GRAFIK BARBER JOHNSON DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2015 KARY TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil, dan ahli serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. (1) pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan maupun

Indikator Kinerja Rumahsakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit mempunyai peran yang penting dalam memberikan

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN REKAM MEDIS DI KLINIK ASRI MEDICAL CENTER

TINJAUAN PEMBUATAN INDIKATOR EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSKIA UMMI KHASANAH BANTUL TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB III METODE PENELITIAN. Rekapitulasi SHRI :

INDIKATOR KINERJA UTAMA

ABSTRACT. Keywords: hospital's internal report. xvi

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat J

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

KARYA TULIS ILMIAH. PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR DI BANGSAL MERAK DASAR, MERAK 1 DAN MERAK 2 DI RSUP Dr KARIADI TAHUN

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi yang menyediakan tempat tidur rawat inap,

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan yaitu harus sesuai

GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR TERKAIT PEMANFAATAN BED OCCUPANCY RATE (BOR) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN

Transkripsi:

Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 231 ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 Maya Nanda Dewi, Kori Puspita Ningsih 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta ABSTRACT Background: Hospital Statistic can be applied as a measurement tool of service quality by the hospital and as a concern for decision-making. Barber Johnson Graphic (BJG) can be used as an information source in decision-making process. Barber Johnson indicators are BOR, LOS, TOI, BTO to measure beds utilization efficiency. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta has employed computerized Barber Johnson Graphic, however, in 2015 the graphics did not indicate efficiency. Objective: To analyze the efficiency of beds management based on BJG in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta in 2015. Methods: This study was descriptive qualitative with cross sectional approach. Result: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta has been using computerized system to collect and process data of daily inpatient census, and to present hospital indicators with BJG. Based on BJG comparison between wards, it showed that Arafah ward presented efficient area with the value of hospital indicators were BOR= 76.14%, LOS= 5.02, TOI= 1,57, and BTO= 55,38. Whereas the least efficient area is showed by IMC ward with the value of hospital indicators were BOR= 46.81%, LOS= 14.59, TOI=16.57, and BTO= 11,71. Conclusion: Beds management in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta has employed computerized system. BJG showed that Arafah ward was the most efficient ward in bed management, and IMC is the least efficient in bed management. Keywords: Efficiency, Beds Management, Barber Johnson Graphic. PENDAHULUAN Statistik rumah sakit merupakan tindak lanjut kegiatan pelaporan dari masingmasing kegiatan pelayanan yang telah diberikan oleh rumah sakit. Oleh sebab itu, statistik rumah sakit digunakan sebagai tolok ukur kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit dan dasar untuk pengambilan keputusan. Menurut Hatta, di dalam proses pengambilan keputusan dalam mengatasi berbagai masalah harus didasari pada hal yang ilmiah dan juga fakta (evidence based). (1) Sudra mengatakan bahwa parameter yang digunakan untuk membuat Grafik Barber Johnson terdiri atas BOR (Bed Occupancy Ratio), LOS (Length of Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over). RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah rumah sakit swasta tipe B terakreditasi paripurna KARS 2012 yang mempunyai 12 bangsal dan keseluruhan tempat tidurnya saat ini berjumlah 205. (2) Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 23 Juni 2016, pada tahun 2015 dengan jumlah TT 205, pertemuaan keempat parameter Barber Johson berada di luar daerah efisien. Grafik Barber Johnson tersebut dibuat dengan komputerisasi dengan sumber data sebagai berikut: 1. BOR: 62,52%; 2. LOS: 4,28 Hari; 3. TOI: 2,56 Hari; 4. BTO: 53,34 Kali. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi pengelolaan tempat

232 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 tidur rumah sakit berdasarkan Grafik Barber Johnson di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan TT rumah sakit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan mengetahui perbandingan efisiensi pengelolaan TT rumah sakit antarruang perawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan Rancangan penelitian cross Sectional. Subjek penelitian ini adalah Petugas SHRI (Perawat bangsal) sebagai Responden A, Petugas pengolahan data sebagai Responden B, Supervisor admisi rawat inap sebagai Triangulasi Sumber. Sedangkan Objek Penelitian ini adalah Data jumlah TT tersedia, Jumlah hari perawatan, Jumlah pasien masuk, Jumlah pasien keluar;, Periode waktu, Laporan Indikator Rumah Sakit (BOR, LOS TOI, BTO). Teknik pengumpulan data pada peelitian ini menggunakan Teknik Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi. Sedangkan Instrumen pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara, Tape Recorder, Check List Observasi, Check List Dokumentasi, dan Buku Catatan. HASIL DAN PEMBAHASAN SHRI di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan berdasarkan ruang perawatan atau bangsal. Hal tersebut sesuai dengan Rustiyanto, yang menyatakan bahwa Semua lembaran sensus harian disusun menurut bangsal-bangsal. (3) Data waktu pada SHRI mencakup hari dan tanggal. Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang masuk dalam perhitungan TT tersedia adalah jumlah TT diruang perawatan termasuk TT di kamar bayi. Hal tersebut tidak sejalan dengan Sudra (2010) yang menyebutkan bahwa Bassinet (TT untuk bayi baru lahir) dihitung terpisah dari TT biasa. Berdasarkan wawancara dengan Triangulasi Sumber, hal tersebut dikarenakan RS masih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) No 340/MenKes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa rumah sakit Tipe B harus mempunyai kapasitas TT minimal 200 TT. Untuk memenuhi syarat tersebut, maka kamar bayi masuk dalam hitungan TT tersedia dan dilakukan penambahan jumlah TT untuk kebutuhan statistik yaitu dari 15 TT menjadi 30 TT. Namun pada kenyataannya, jumlah TT di kamar bayi tetap berjumlah 15 TT. Saat ini RS PKU muhammadiyah Yogyakarta mengacu pada PerMenKes No. 56 Tahun 2014 yang tidak memiliki ketentuan untuk jumlah TT seluruh rumah sakit, saat ini jumlah TT pada SIMRS di RS PKU

Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 233 Muhammadiyah Yogyakarta belum diperbarui sesuai dengan jumlah TT yang ada. Rata-rata TT terpakai menunjukkan jumlah TT yang terpakai atau digunakan dari jumlah TT tersedia. Data primer pasien masuk diperoleh dari admisi pendaftaran rawat inap yang secara otomastis akan meng-input pasien masuk pada laporan SHRI. Data primer pasien pindahan dari ruang lain diperoleh dari perawat ruang perawatan yang koordinasi dengan perawat ruang lain dengan meg-input di komputer. Sama halnya dengan pasien pindahan dari ruang lain, data primer pasien dipindahkan ke ruang lain diperoleh dari perawat ruang perawatan yang koordinasi dengan perawat ruang lain dengan meg-input di komputer. Data primer pasien keluar diperoleh dari bagian keuangan atau penetapan biaya yang meregister pasien keluar. Data tersebut secara otomatis akan menjadi data pasien keluar pada data SHRI. Resume pada SHRI mencakup ringkasan data yang terdapat pada SHRI. Rekapitulasi SHRI di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah otomatis menggunakan SIMRS. Dalam proses Rekapitulasi SHRI, Sudra (2010) berpendapat bahwa jumlah sisa pasien bulan Januari akan menjadi jumlah pasien awal bangsal yang bersangkutan pada tanggal 1 Februari. Berdasarkan studi dokumentasi data rekapitulasi SHRI di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diketahui bahwa sisa pasien tanggal 1 Juli yaitu 22+13+23+46=104, total sisa pasien tanggal 1 Juli tersebut sama dengan pasien awal pada tanggal 2 Juli yaitu 104 pasien. Begitu juga diketahui sisa pasien tanggal 2 Juli yaitu 14+21+19+41=95, total sisa pasien tanggal 2 Juli tersebut sama dengan pasien awal pada tanggal 3 Juli yaitu sebanyak 95 pasien Perhitungan indikator rumah sakit di RS PKU Muhammadiyah sudah komputerisasi. Hal tersebut sesuai dengan Rustiyanto, yang menyatakan bahwa pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan tangan (manual) maupun mempergunakan alat elektronik, sehingga akan menghasilkan keluaran (output) yang dapat berbentuk tabel, grafik, atau ringkasan seperti jumlah angka rata-rata, persentase, dan sebagainya. (3) Berdasarkan wawancara dengan Triangulasi Sumber, SIMRS di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah optimal sejak tahun 2006, namun pada saat itu perhitungan indikator rumah sakit secara komputerisasi hasilnya berbeda dengan perhitungan secara manual. Khusus untuk kebutuhan statistik rumah sakit, SIMRS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bisa optimal mulai tahun 2009, sehingga perhitungan SIMRS dan manual hasilnya sama. Berikut ini adalah bukti kesesuaian hasil perhitungan SIMRS dengan perhitungan manual berdasarkan rumus Barber Johnson pada indikator RS tahun 2015:

234 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Tabel 1 Kesesuaian Hasil Perhitungan SIMRS dengan Perhitungan Manual Indikator Perhitungan Perhitungan No RS SIMRS Manual 1 BOR 62,54% 62,54% 2 LOS 4,28 Hari 4,28 Hari 3 TOI 2,56 Hari 2,56 Hari 4 BTO 53, 34 Kali 53, 34 Kali Sumber: Hasil Olah Data Perhitungan Manual dan SIMRS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015 Indikator RS Pada periode tahun 2015 dihitung dengan mengikutsertakan kamar bayi. Hal tersebut tidak sejalan Sudra, yang menyatakan bahwa Hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir (perinatologi) akan dicatat, dihitung, dan dilaporkan secara terpisah. Jadi jumlah TT tidak termasuk TT bayi baru lahir dan jumlah HP (Hari Perawatan) tidak termasuk HP bayi baru lahir. Berikut ini adalah perbandingan nilai indikator RS dengan kamar bayi dan tanpa kamar bayi. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai BOR RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tanpa mengikutsertakan kamar bayi lebih tinggi daripada nilai BOR dengan mengikutsertakan kamar bayi. Kenaikan nilai BOR sebesar 0.34% yaitu dari 62,54% menjadi 62,88%, tetapi berdasarkan perbandingan dengan nilai ideal, nilai BOR dengan mengikutsertakan kamar bayi dan tanpa kamar bayi sama-sama belum mencapai nilai ideal. Tabel 2 Perbandingan nilai Indikator RS No dengan Kamar Bayi dan Indikator RS Tanpa Kamar Bayi Indikator RS dengan Kamar Bayi Indikator RS tanpa Kamar Bayi Nilai Ideal 1 BOR 62,54% 62,88% 75-85% 2 3-12 AvLOS 4,28 Hari 4,32 Hari Hari 3 1-3 TOI 2,56 Hari 2,55 Hari Hari 4 53, 34 >30 BTO Kali 53,1 Kali Kali Sumber: Hasil Olah Data Perhitungan Manual Indikator RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015 Penyajian Indikator RS dalam Bentuk Grafik Barber Johnson. Penyajian Indikator Rumah Sakit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang diwujudkan dalam bentuk Grafik Barber Johnson juga dibuat otomatis dengan SIMRS. GBJ pada Tahun 2015 tersebut pertemuan titik dan daerah efisien jelas sehingga mudah dipahami. Hal ini sesuai dengan teori Rustiyanto (2010) yang menyebutkan bahwa data statistik seharusnya disajikan dengan cara yang mudah dicermati, menarik dan mudah untuk dipahami dan digunakan. Berikut ini adalah Grafik Barber Johnson RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015.

Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 235 Gambar 1 Grafik Barber Johnson Tanpa Kamar Bayi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015 Penyajian Indikator RS dalam bentuk GBJ pada periode tahun 2015 tersebut mengikutsertakan kamar bayi. Hal tersebut tidak sejalan Sudra, yang menyatakan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir (perinatologi) akan dicatat, dihitung, dan dilaporkan secara terpisah. Berikut ini adalah pembuatan GBJ oleh peneliti dengan tidak mengikutsertakan kamar bayi: Berdasarkan kedua GBJ tersebut dapat diketahui bahwa pertemuan titik keempat indikator rumah sakit di luar daerah efisien, namun pertemuan titik keempat indikator lebih mendekati daerah efisien jika tidak mengikutsertakan kamar bayi. Dari kedua GBJ tersebut juga diketahui bahwa pengelolaan TT di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta belum efisien. Hal ini sesuai dengan Sudra (2010) yang menyatakan bahwa untuk interpretasi atau membaca GBJ, lihatlah posisi titik BJ (titik perpotongan) terhadap daerah efisien. Apabila titik BJ di dalam daerah efisien berarti penggunaan TT pada periode yang bersangkutan sudah efisien. Sebaliknya, apabila apabila titik BJ masih berada di luar daerah efisien berarti pengguanan TT pada periode tersebut masih belum efisien. Mengetahui perbandingan efisiensi pengelolaan TT rumah sakit antar ruang perawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015. Gambar 2 Grafik Barber Johnson Tanpa Kamar Bayi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015.

236 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Gambar 3 Perbandingan Grafik Barber Johnson Antar Ruang Perawatan Berdasarkan GBJ ruang perawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2015 dapat diketahui bahwa ruang perawatan Arafah berada pada daerah efisien. Menurut Sudra, untuk interpretasi atau membaca GBJ, lihatlah posisi titik BJ (titik perpotongan) terhadap daerah efisien. Apabila titik BJ di dalam daerah efisien berarti penggunaan TT pada periode yang bersangkutan sudah efisien. Nilai keempat indakator RS diruang arafah sudah mencapai daerah efisien. Berikut ini adalah perbandingan nilai keempat indikator RS Ruang Arafah dengan nilai ideal masing-masing indikator RS menurut Sudra: Tabel 3 Perbandingan Indikator RS Ruang Arafah dengan Nilai Ideal No Indikator RS Indikator Nilai ruang RS Ideal Arafah 1 BOR 76,14% 75%- 85% 2 LOS 5,02 Hari 3-12 Hari 3 TOI 1,57 Hari 1-3 Hari 4 BTO 55,38 Kali >30 Kali Sumber: Olah Data Hasil Dokumentasi Mengenai Nilai Indikator Ruang Arafah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015 Berdasarkan perbandingan GBJ antar ruang perawatan, ruang perawatan yang paling jauh dari daerah efisien adalah IMC. Menurut Sudra, apabila apabila titik BJ masih berada diluar daerah efisien berarti pengguanan TT pada periode tersebut masih belum efisien. Hal tersebut dikarenakan semua indikator rumah sakit ruang IMC tidak mencapai nilai ideal. Berikut ini adalah perbandingan nilai indikator rumah sakit Ruang IMC dengan nilai ideal masing-masing indikator RS menurut Sudra: Tabel 4 Perbandingan Nilai Indikator RS Ruang IMC dengan Nilai Ideal No Indikator Indikator RS RS ruang IMC Nilai Ideal 1 BOR 46,81% 75%-85% 2 LOS 14.59 Hari 3-12 Hari 3 TOI 16,57 Hari 1-3 Hari 4 BTO 11,71 Kali >30 Kali

Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 237 Sumber: Olah Data Hasil Dokumentasi Mengenai Nilai Indikator Ruang IMC RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015 Nilai BOR ruang IMC Berada dibawah Stanndar. Yaitu hanya 46,8%. Menurut penelitian Dwianto dan Lestari, semakin rendah nilai BOR maka semakin sedikit tempat tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah tersedia. (4) Dengan kata lain, penggunaan tempat tidur yang rendah menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Nilai LOS ruang IMC melebihi standar, yaitu 14,59 Hari. Menurut penelitian Indriani dan Sugiarti, menyatakan bahwa dari aspek medis semakin panjang lama dirawat, maka bisa menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang baik, sedangkan dari aspek ekonomi semakin panjang lama dirawat berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar pasien. (5) Nilai TOI ruang IMC melebihi standar, yaitu 16,57 Hari. Menurut Penelitian Lestari, jika nilai TOI tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurangnya permintaan ( deman) akan tempat tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat. TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi tanpa mempengaruhi LOS. (6) Nilai BTO ruang IMC Berada dibawah Standar, yaitu hanya 11,71 Kali. Menurut penelitian Susilo dan Nopriadi, Rendahnya BTO juga akan berdampak pada BOR dan TOI. (7) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengumpulan data sensus harian rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan SIMRS, namun jumlah TT belum sesuai dengan kondisi saat ini dan TT Kamar Bayi dihitung TT tersedia. Pengolahan data SHRI di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta otomatis dari SIMRS dan perhitungan indikator rumah sakit dengan mengikutsertakan kamar bayi maupun tanpa kamar bayi menunjukkan nilai BOR tanpa kamar bayi lebih tinggi walau sama-sama belum mencapai nilai ideal. Penyajian indikator efisiensi rumah sakit pada Grafik Barber Johnson tahun 2015 baik dengan mengikutsertakan kamar bayi maupun tanpa kamar bayi menunjukkan bahwa pengelolaan TT di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta belum efisien, namun titik pertemuan indikator RS lebih mendekati daerah efisien jika TT bayi dipisah. Perbandingan Efisiensi antar Ruang Perawatan Berdasarkan Grafik Barber Johnson di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015. Berdasarkan Grafik Barber Johnson ruang perawatan tahun 2015, dari 12 ruang perawatan hanya 1 ruang perawatan yang berada pada daerah efisien yaitu ruang Arafah. Sedangkan ruang perawatan yang paling jauh dari daerah efisien adalah ruang IMC.

238 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 Saran Kepala rekam medis mengusulkan pengembangan SIMRS terkait data jumlah TT untuk disesuaikan dengan kondisi saat ini dan pimpinan RS sebaiknya melakukan evaluasi terkait kebijakan pengelolaan jumlah TT Kamar Bayi. Pimpinan RS melakukan evaluasi pengelolaan TT Ruang IMC misalnya kebijakan terkait pemisahan perhitungan pengelolaan TT atau pengurangan jumlah TT ruang IMC. KEPUSTAKAAN 1. Hatta, Gemala. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia. 2010 2. Sudra, R.I. Statistik Rumah Sakit. Jakarta: Graha Ilmu. 2010 3. Rustiyanto, Eri. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Graha Ilmu. 2010 4. Dwianto dan Lestari, Tri. Analisa Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson pada Bangsal Kelas III di RSUD Pandan Arang Boyolali Periode Triwulan Tahun 2012. 2013. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Volume 1, No. 2, Hal.76-77. 5. Indriani, Peni dan Sugiarti, Ida. Gambaran Effisiensi Penggunaan Tempat Tidur Ruang Perawatan Kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya Tahun 2011 dan 2012. 2014. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Volume 2, No.1, Hal 72. 6. Lestari, Tri. Analisis Penggunaan Tempat Tidur Berdasarkan Grafik Baber Johnson Perbulan Tahun 2012 Untuk Memenuhi Standar Mutu Pelayanan Rawat Inap Di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo. 2013 Jurnal Ilmiah dan Informatika Kesehatan, Volume 3, No.1, Hal. 10. 7. Susilo, Edi dan Nopriadi. Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur dengan Metode Grafik Barber Johnson di Rs Lancang Kuning.2012. Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 1, No. 4, Hal 184