BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang, Sepanjang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III USAHA PENANGKAPAN IKAN LAUT DAN ZAKATNYA DI KECAMATAN PEKALONGAN UTARA. memiliki luas wilayah 77098,8297 Ha, yang terdiri dari

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107º 52-108º36 BT dan 6º15-6º40 LS (Lampiran 1) dengan batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah utara berbatasan dengan laut jawa - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Cirebon. Cakupan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Indramayu saat ini terdiri dari 31 Kecamatan, 307 desa dan 8 kelurahan, dengan luas wilayah 204,011 ha atau 2.040.110 km dengan panjang pantai 114,1 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon sampai Subang. Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah pada umumnya berkisar antara 0 18 m diatas permukaan laut dan wilayah dataran rendahnya berkisar antara 0 6 m diatas permukaan laut berupa rawa, tambak, sawah, pekarangan. Pada tahun 2009 berdasarkan hasil registrasi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.744.897 jiwa terdiri dari laki-laki 888.579 jiwa dan perempuan 856.318 jiwa dengan sex rasio 103.81 dan pada akhir 2010 angka tersebut telah berubah menjadi 1.769.423 jiwa terdiri dari laki-laki 885.345 jiwa dan perempuan 884.078 jiwa (Vihera, 2011). Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pantai utara Pulau Jawa membuat suhu udara di Kabupaten Indramayu cukup tinggi berkisar antara 22.9º - 30ºC. Tipe iklim di Indramayu termasuk iklim tropis, menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk iklim tipe D (iklim sedang) dengan karakteristik iklim antara lain: 1. Suhu udara harian berkisar antara 22,9ºC - 30ºC dengan suhu udara tertinggi 32ºC dan terendah 22ºC 2. Kelembaban udara antara 70 80% 3. Curah hujan rata-rata tahunan 1.587 mm pertahun dengan jumlah hari hujan 91 hari. 28

29 4. Curah hujan tertinggi sekitar 2.008 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 84 hari sedangkan curah hujan terendah sekitar 1.603 mm dengan jumlah hari hujan 68 hari. 5. Angin barat dan angin timur tertiup secara bergantian setiap 5 6 bulan sekali. Kondisi geografis Indramayu berada pada jalur pantura yang merupakan jalur utama perekonomian nasional dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kabupaten Indramayu selain memiliki wilayah darat juga memiliki wilayah pulaupulau kecil yaitu pulau Biawak, Pulau Gosong dan Candikian serta memiliki wilayah perairan dengan garis pantai sepanjang 114 km yang membentang sepanjang pantai utara Cirebon dan Subang yang merupakan daya tarik investasi karena memiliki aksesbilitas yang tingi. Dari gambaran tersebut Kabupaten Indramayu memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009). 4.1.1 Kondisi Umum Desa Karangsong Desa Karangsong terletak di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Batas desa wilayah Karangsong adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Desa Pabean Udik - Sebelah Selatan : Desa Tambak - Sebelah Timur : Laut Jawa - Sebelah Barat : Kelurahan Paoman Desa Karangsong memiliki panjang garis pantai 0,9 km dan merupakan desa dengan tipologi desa pesisir atau pantai dengan wilayah yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa. Sebagai desa pantai atau pesisir, letaknya berada di dataran rendah dengan ketinggian 0,5 meter sampai 1,0 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, dan bersuhu udara rata-rata 27ºC. Penggunaan lahan Desa Karangsong seperti pada tabel berikut. Desa Karangsong memiliki luas 391,45 hektar dengan penggunaan lahan seperti pada Tabel 1.

30 Tabel 1. Penggunaan Lahan Desa Karangsong Kec. Indramayu No Penggunaan Luas (ha) 1. Sertifikat hak milik 158,18 2. Tanah Kas Desa a. Tanah bengkok 16,66 b. Tanah titisara 1,84 3. Jalan 0,03 4. Empang/pertambakan 204,07 5. Pemukiman/perumahan 7,87 6 Perkantoran 0,02 7 Perkuburan 0,03 8 Sawah irigasi tadah hujan 2,75 JUMLAH 391,45 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu (2009) Luas desa Karangsong seluas 391,45 hektar (BAPPEDA Indramayu 2009). Penduduk yang menetap di Desa Karangsong sebagian besar adalah penduduk asli dan hanya sebagian kecil yang berasal dari luar desa. Penduduk Desa Karangsong berjumlah 4.510 jiwa, dengan komposisi laki-laki 2.261 jiwa dan perempuan 2.249 jiwa. Mata pencaharian masyarakat Desa Karangsong cukup bervariasi sehingga memiliki kegiatan yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-harinya. Adapun mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut : Tabel 2. Jenis-Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Karangsong No Jenis Pekerjaan (orang) Prosentase(%) 1 Nelayan 769 53,00 2 Petani 89 6,08 3 Buruh tani 269 18,36 4 Jasa 32 2,18 5 Pertukangan 41 2,80 6 Wiraswasta/pedagang 144 9,84 7 Pegawai Negeri Sipil 60 4,10 8 Swasta 25 1,70 9 ABRI 2 0,01 10 Pensiunan 5 0,03 JUMLAH 1436 100,00 Sumber : Buku Potensi Desa Karangsong Tahun (2007)

31 Pada musim tertentu, serta jauhnya daerah penangkapan karena merosotnya kondisi lingkungan membuat nelayan tradisional beralih ke mata pencaharian lain. Faktor yang menyebabkan terhentinya kegiatan penangkapan antara lain keterbatasan modal dalam membangun kapal, membeli mesin, membeli peralatan tangkap serta area penangkapan ikan yang jauh. Hal ini menyebabkan beberapa nelayan Karagsong mengikuti kegiatan wisata bahari untuk mencari sumber pendapatan (Vihera, 2011). 4.1.2 Perkembangan Perikanan Tangkap di Desa Karangsong Perkembangan perikanan tangkap di Desa Karangsong telah mengalami perubahan pada sektor produksi penangkapan di Karangsong berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu mengalami kenaikan pada tahun 2007 sampai tahun 2010 yaitu pada tahun 2007 hasil tangkapan mencapai 11.484.029 kg dan mengalami kenaikan di tahun 2008 sebesar 13.407.995 kg pada tahun 2009 juga mengalami kenaikan mencapai 14.126.363 kg dan tahun 2010 mengalami kenaikan mencapai 16.535.820.00 kg. 4.1.3 Armada Kapal di Kecamatan Indramayu tabel 3. Armada penangkapan di Kecamatan Indramayu dapat dilihat pada Tabel 3. Armada Kapal Desa <10 GT 10-20 GT > 30 GT Pabean Udik 535 24 Karangsong 231 24 2 Singajaya 9 Paoman 137 1 Singaraja 153 116 30 Margadadi 14 2 2 Lemah Mekar 5 7 Pekandangan Jaya 2 1081 174 34 Sumber : Rencana Kerja UPTD. Perikanan dan Kelautan Kecamatan Indramayu (2011)

32 Umumnya armada perahu yang terpusat di TPI Karangsong merupakan jenis perahu ukuran sedang dan besar, perahu yang beroperasi di daerah Karangsong dengan kapasitas dibawah 10 GT mencapai 231 armada kapal yang mampu mempekerjakan nelayan sebanyak 1.442 nelayan. Dengan banyaknya nelayan kecil yang ada di Desa Karangsong dan daerah fishing ground yang cukup jauh, maka nelayan kecil yang kebanyakan menggunakan alat yang tradisional cukup kesulitan untuk melakukan penangkapan pada musim paceklik. Pada penelitian ini jumlah responden diambil dari kapal dibawah 10 GT di daerah Karangsong karena memiliki jumlah yang mewakili nelayan buruh Karangsong dan metode pengambilan jumlah responden diambil dengan menggunakan metode slovin dengan galat ketidaktelitian sebesar 20% (Lampiran 2). 4.2 Tingkat Pendapatan Nelayan Tingkat pendapatan nelayan buruh di Desa Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat di lihat pada tabel 4. Tabel 4. Tingkat Pendapatan Nelayan Buruh Pendapatan/Bulan (Nelayan) Persentase Rp 1.000.000-2.000.000/Bulan 20 43% Rp 2.240.000-2.800.000/Bulan 10 22% Rp 3.180.000-3.960.000/Bulan 12 26% Rp 5.000.000-5.960.000/Bulan 4 9% Berdasarkan tabel 4, tingkat pendapatan nelayan buruh dari 46 responden yang diteliti pada 23 kapal di bawah 10 GT di desa Karangsong per bulannya paling banyak berkisar antara Rp. 1.000.000-2.000.000,- pada 20 orang nelayan dengan persentase sebanyak 43%, sedang yang paling sedikit berkisar antara Rp. 5.000.000 5.960.000,- per bulannya dengan jumlah 4 orang nelayan atau hanya 9%. Pendapatan lebih banyak diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan diluar menangkap ikan, dimana dari penuturan seluruh responden ratarata hasil tangkapan per kilo nya Rp. 30.000,-. Dari hasil olahan data didapatkan nilai mean atau rata-rata sebesar 2.593.913, median atau nilai tengahnya

33 2.250.000, modus atau frekuensi pemunculan terbanyaknya 1.200.000. Berdasarkan data dari Disnakertrans Jawa Barat tahun 2013 Upah Minimum Regional atau UMR untuk kabupaten Indramayu sebesar Rp. 1.125.000,- maka dapat disimpulkan tingkat pendapatan nelayan buruh dari 23 kapal di bawah 10 GT di Desa Karangsong cukup tinggi. Data tingkat pendapatan nelayan buruh lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. 4.3 Faktor Faktor Internal 4.3.1 Umur Nelayan Umur merupakan salah satu faktor yang mendukung nelayan dalam kegiatan menangkap ikan di laut. Sebab pada usia produktif seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal, berdasarkan data BKKBN usia produktif berkisar antara 15 64 tahun (Repelita 1989 dalam Vihera 2011). Umur nelayan buruh berdasarkan jumlah 46 responden dari kapal di bawah 10 GT di Desa Karangsong dapat dilihat pada tabel 5. Umur Tabel 5.Umur Responden (Nelayan) Presentase 25-30 11 24% 31-35 10 22% 36-40 9 19% 41-45 4 9% >45 12 26% Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa dari 46 responden didapati usia di atas 45 tahun merupakan usia terbanyak yaitu berjumlah 12 orang atau 26 %. Dan yang paling sedikit responden pada rentang usia 41 45 yaitu berjumlah 4 orang atau hanya 9 %. mean atau jumlah rata-rata didapat 39 tahun nilai median atau nilai tengahnya 37, modus atau jumlah frekuensi pemunculan terbanyaknya 35. Data umur responden lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.

34 25-30 31-35 36-40 41-45 >45 9% 26% 19% 24% 22% Gambar 2. Presentase Umur Responden 4.3.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan nelayan buruh dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT di TPI Karangsong dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Tingkat Pendidikan Pendidikan Terakhir (Nelayan) Presentase Tidak Pernah Sekolah 9 20% Tidak Tamat SD 11 24% Tidak Tamat SMP 1 2% SD 24 52% SMP 1 2% Sumber : Hasil Olahan data Mentah Dapat dilihat pada tabel 6 bahwa nelayan buruh di TPI Karangsong tingkat pendidikannya lebih banyak hanya sampai tamat SD yaitu sebanyak 24 orang dari 46 responden atau 52%, paling sedikit dengan tingkat pendidikan tamat SMP dan tidak tamat SMP yaitu masing-masing 1 orang atau 2% saja. Tingkat Pendidikan ini cukup berpengaruh terhadap penyesuaian teknologi baru dalam kegiatan penangkapan. Tingkat pendidikan yang tinggi pada nelayan umumnya akan meningkatkan kemampuan dalam melakukan teknik penangkapan ikan yang tepat, sehingga dapat menghasilkan hasil tangkapan yang optimal. Rendahnya tingkat pendidikan akan berdampak pada sulitnya nelayan dalam menerima teknologi

35 baru akibatnya produksi hasil tangkapan sulit mengalami peningkatan (Vihera 2011). Data tingkat pendidikan nelayan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 5. Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SD Tidak Tamat SMP SD SMP 2% 20% 52% 24% 2% Gambar 3. Presentase Tingkat Pendidikan 4.3.3 Tanggungan Keluarga tanggungan keluarga nelayan buruh TPI Karangsong dari 46 responden pada kapal dibawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 7 Tabel 7. Tanggungan Keluarga Tanggungan (Nelayan) Persentase 1 Orang 1 2% 2 Orang 16 35% 3 Orang 20 43% 4 Orang 9 20% Berdasarkan Tabel 7, jumlah tanggungan keluarga nelayan buruh paling banyak yaitu 3 orang pada 20 nelayan buruh atau 43% dari 46 responden. Sedangkan jumlah tanggungan paling sedikit hanya 1 orang ditanggung oleh 1 orang atau 2%. mean atau jumlah rata-rata dari data diatas 3 nilai median atau nilai tengahnya adalah 3, modus atau jumlah frekuensi pemunculan terbanyaknya 3. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga atau anggota keluarga berhubungan dengan tingkat pengeluaran dari pendapatan yang diperoleh nelayan, semakin banyak anggota keluarga semakin tinggi beban tanggungan yang harus

36 dipenuhi karena tanggungan keluarga merupakan beban yang harus dipenuhi setiap hari. Data jumlah tanggungan keluarga lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. 1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 2% 20% 35% 43% Gambar 4. Presentase Tanggungan 4.3.4 Pengalaman Sebagai Nelayan Buruh Pengalaman nelayan buruh TPI Karangsong dalam melaut dari jumlah 46 responden dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Lama Profesi Sebagai Nelayan Buruh Pengalaman (Nelayan) Presentase 10-15 Tahun 9 20% 16-20 Tahun 8 18% 21-25 Tahun 8 17% 26-30 Tahun 8 17% >30 Tahun 13 28% Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa pengalaman sebagai nelayan buruh paling banyak berada di atas 30 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 28%, sedangkan yang paling sedikit berkisar antara 21-25 tahun dan 26-30 tahun dimana keduanya sama-sama pada angka 17%. mean atau jumlah rata-rata dari pengalaman sebagai nelayan dari 46 responden nelayan buruh pada kapal di bawah 10 GT adalah 26, median atau nilai tengahnya 25, dan modus atau jumlah

37 frekuensi pemunculan terbanyak 14. Data pengalaman sebagai nelayan buruh lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 7. 10-15 Tahun 16-20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun >30 Tahun 28% 20% 18% 17% 17% Gambar 5. Presentase Pengalaman Sebagai Nelayan Buruh 4.3.5 Pekerjaan Selain Sebagai Nelayan Buruh Nelayan buruh TPI Karangsong yang memiliki pekerjaan dan pendapatan sampingan selain sebagai nelayan dari jumlah 46 responden pada kapal dibawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Pekerjaan Selain Sebagai Nelayan Buruh Jenis Pekerjaan Penghasilan (Nelayan) Presentase Tidak Ada Rp. 0,- 41 89% Menarik Becak Rp 200.000-300.000 2 4% Kuli Rp. 100.000-150.000 3 7% Berdasarkan tabel 9 diatas dapat disimpulkan bahwa nelayan buruh di TPI Karangsong banyak yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan diluar kegiatan melaut yaitu sebanyak 41 orang atau sampai 89% dan sedikit sisanya memiliki pekerjaan sebagai tukang becak dan kuli dengan presentase 4% dan 7%. Umumnya nelayan buruh yang memiliki pekerjaan lain selain menangkap ikan dilaut adalah wajar sebab hal tersebut cukup membantu untuk meningkatkan

38 pendapatan dan memenuhi kebutuhan rumah tangga nelayan karena posisi sebagai nelayan buruh mendapat bagian yang paling kecil di banding nahkoda dan pemilik. Data pekerjaan selain sebagai nelayan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 8. Tidak ada Narik Becak Kuli 4% 7% 89% Gambar 6. Presentase Pekerjaan Selain Sebagai Nelayan Buruh 4.3.6 Harga Beli Alat Tangkap Harga beli masing-masing alat tangkap yang digunakan nelayan buruh TPI karangsong dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Harga Beli Alat Tangkap Kisaran harga (Kapal) Persentase Rp. 3.000.000-15.000.000 6 26% Rp. 19.000.000-55.000.000 6 26% Rp. 66.000.000-75.000.000 5 22% > Rp. 76.000.000 6 26% JUMLAH 23 100% Berdasarkan pada tabel 10, alat tangkap dengan harga paling tinggi yaitu diatas Rp. 76.000.000,- dengan jumlah 6 alat tangkap atau 26%, sedangkan yang menggunakan alat tangkap dengan harga paling rendah berkisar antara Rp. 3.000.000 15.000.000,- juga dengan jumlah 6 alat tangkap. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 68.177.826, median atau nilai tengahnya 52.500.000,

39 dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 66.000.000. Data harga beli alat tangkap lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 9. 3.000.000-15.000.000 19.000.000-55.000.000 66.000.000-75.000.000 >76.000.000 22% 26% 26% 26% Gambar 7. Presentase Harga Beli Alat Tangkap 4.3.7 Alat Tangkap yang Digunakan Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan buruh TPI Karangsong dari jumlah 46 responden pada kapal dibawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Alat Tangkap yang digunakan Jenis Alat (Alat Tangkap) Presentase Jaring Play Millenium 12 27% Jaring Pukat Kuro 2 4% Jaring Unyil 2 4% Jaring 10 23% Jaring Kembung 2 4% Arad 2 4% Bubu 8 18% Gill net 2 4% Pukat 2 4% Pukat Senar 2 4% JUMLAH 44 100% Berdasarkan Tabel 11 diatas jenis alat tangkap yang digunakan nelayan buruh paling banyak adalah jaring play milenium yang digunakan oleh 12 orang atau 23% dan yang paling sedikit adalah alat tangkap gill net, pukat dan pukat

40 senar masing-masing digunakan oleh 2 orang dengan presentase hanya 2%. Jenis alat tangkap yang digunakan berpengaruh terhadap jenis tangkapan yang diperoleh, sebab setiap alat tangkap memiliki bentuk, fungsi dan cara pengoperasian masing-masing yang berbeda untuk menangkap jenis ikan tertentu. Data alat tangkap yang digunakan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 10. Jaring Play Millenium Jaring Pukat Kuro Jaring Unyil Jaring(biasa) Jaring Kembung Arad Bubu Gill net Pukat Pukat Senar 18% 4% 4% 4% 4% 4% 23% 27% 4% 4% Gambar 8. Presentase Alat Tangkap yang Digunakan 4.3.8 Alat Tangkap alat tangkap yang digunakan nelayan buruh TPI Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Alat Tangkap Alat (Nelayan) Presentase 1 Alat tangkap 34 76% 2 Alat tangkap 2 4% 3 Alat tangkap 2 4% 700 Alat tangkap 2 4% 840 Alat tangkap 2 4% 850 Alat tangkap 2 4% 900 Alat tangkap 2 4% Berdasarkan tabel 12, nelayan buruh yang menggunakan hanya 1 alat tangkap paling banyak mendominasi yaitu sebanyak 34 orang atau 76%, sisanya yang menggunakan alat tangkap lebih dari satu masing-masing 2 orang saja atau 4%. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 144, median atau nilai

41 tengahnya 1, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 1. alat tangkap yang digunakan nelayan buruh Karangsong tergantung pada komoditas ikan yang akan ditangkap, misalnya untuk menangkap rajungan atau ikan demersal, alat tangkap yang digunakan salah satunya adalah bubu dimana jumlah bubu yang digunakan beberapa nelayan dari 46 responden pada satu kapal lebih dari satu. Data jumlah alat tangkap lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 11. 1 Alat tangkap 2 Alat tangkap 3 Alat tangkap 700 Alat tangkap 840 Alat tangkap 850 Alat tangkap 900 Alat tangkap 4% 4% 4% 4% 4% 76% 4% Gambar 9. Presentase Alat Tangkap 4.3.9 Umur Alat Tangkap Rata-rata umur alat tangkap yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah10 GT dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Umur Alat Tangkap Umur Teknis (Alat) Presentase 1 Tahun 6 26% 1,5 Tahun 1 4% 2 Tahun 2 9% 2,5 Tahun 1 4% 3 Tahun 4 18% 4 Tahun 1 4% 5 Tahun 4 18% 6 Tahun 2 9% 10 Tahun 2 9% JUMLAH 23 100% Sumber : Hasil Olahan Data Pribadi Berdasarkan tabel 13, umur alat tangkap yang paling lama adalah 10 tahun dengan jumlah 2 alat tangkap atau 9%, sedangkan alat tangkap yang terhitung masih baru berumur 1 tahun berjumlah 6 atau 18%. mean atau rata-rata

42 didapat 3, median atau nilai tengahnya 3, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak adalah 1. Data umur alat tangkap lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 12. 1 Tahun 1,5 Tahun 2 Tahun 2,5 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 9% 17% 9% 18% 26% 9% 4% 4% 4% Gambar 10. Presentase Umur Alat Tangkap 4.3.10 Jarak Tempuh Melaut Rata-rata jarak tempuh melaut nelayan buruh TPI Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Jarak Tempuh Melaut Jarak (Nelayan) Persentase 3-6 mil 8 17% 6-12 mil 28 61% >12 mil 10 22% Berdasarkan tabel 14 diatas didapat nelayan buruh dengan jarak tempuh melaut paling banyak pada jarak 6-12 mil yaitu 28 orang atau 61 %, sedangkan jarak melaut yang paling sedikit ditempuh 3-6 mil dengan jumlah 8 orang atau hanya 17 %. Jarak melaut diatas 12 mil rata-rata ditempuh kapal besar dengan mesin kekuatan tinggi, selain itu jauhnya jarak tempuh yang dituju juga berpengaruh pada besar sedikitnya biaya pengeluaran selama berlayar seperti BBM, biaya makan atau makanan ringan nelayan buruh dan nahkoda yang

43 ditanggung nelayan pemilik kapal. Data jarak tempuh melaut lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 13. 3-6 mil 6-12 mil >12 mil 22% 17% 61% Gambar 11. Presentase Jarak Tempuh Melaut 4.3.11 Mesin Kapal mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Mesin Kapal Mesin Kapal (Mesin) Persentase 1 Mesin 14 31% 2 Mesin 20 45% 3 Mesin 11 24% JUMLAH 45 100% Berdasarkan tabel 15 diatas, jumlah mesin kapal yang paling banyak digunakan adalah 2 mesin dengan jumlah 20 mesin atau 45 %, dan paling sedikit 3 mesin dengan jumlah 12 mesin atau 24 %. mean atau jumlah rata-rata didapat 2, median atau nilai tengahnya 2, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak adalah 2. mesin yang digunakan membantu keefektifan nelayan saat melakukan kegiatan penangkapan sebab untuk beberapa

44 kapal dengan jumlah mesin lebih dari satu atau dua, salah satu mesin tersebut berfungsi sebagai penarik alat tangkap yang digunakan. Data jumlah mesin kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 14. 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 24% 31% 45% Gambar 12. Presentase Mesin Kapal 4.3.12 Kekuatan Mesin Kekuatan mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Kekuatan Mesin Kapal Kekuatan Mesin Persentase 8-9 PK 8 18% 11-22 PK 16 35% 24-25 PK 18 40% >25 PK 3 7% JUMLAH 45 100% Berdasarkan tabel 16 diatas, kekuatan mesin kapal paling banyak berkisar antara 24-25 PK yaitu 18 mesin atau 40 %, dan paling sedikit diatas 25 PK dengan jumlah 3 mesin atau hanya 7 %. Kekuatan mesin berpengaruh pada kecepatan kapal saat berlayar, banyaknya solar yang diisi dan saat menarik alat tangkap, biasanya kekuatan mesin disesuaikan dengan ukuran kapal yang digunakan,

45 kapal-kapal kecil umumnya menggunakan mesin dengan kekuatan antara 8-9 PK, 11-12 PK dan 24-25 PK. Data kekuatan mesin kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 15. 8-9 PK 11-22 PK 24-25 PK >25 PK 7% 18% 40% 35% Gambar 13. Presentase Kekuatan Mesin Kapal 4.3.13 Harga Beli Mesin Harga mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dapat dilihat pada tabel 17 Tabel 17. Harga Beli Mesin Harga Beli (Mesin) Persentase Rp. 1.500.000-3.000.000 10 22% Rp. 3.500.000-5.000.000 23 51% Rp. 5.300.000-10.000.000 8 18% > Rp. 10.000.000 4 9% JUMLAH 45 100% Berdasarkan tabel 17, mesin kapal dengan harga beli sekitar Rp. 3.500.000 5.000.000,- merupakan yang terbanyak dengan jumlah 23 mesin atau 51 %, sedangkan mesin dengan harga beli diatas Rp. 10.000.000 paling sedikit hanya mencapai 4 mesin atau 9 % saja. Dari data diatas didapat nilai mean atau jumlah rata-rata 6.642.222, median atau nilai tengahnya 22.500.000, nilai modus atau

46 frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 2.000.000. Tidak semua mesin pada kapal yang digunakan nelayan buruh untuk berlayar dalam kondisi baru, hal itu menyebabkan mesin kapal dengan kekuatan sama pada beberapa kapal yang berbeda harganya tidak sama, karena harga beberapa mesin bekas ditentukan dari lamanya mesin tersebut digunakan oleh pemakai sebelumnya. Data harga beli mesin lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 16. 1.500.000-3.000.000 3.500.000-5.000.000 5.300.000-10.000.000 >10.000.000 18% 9% 22% 51% Gambar 14. Presentase Harga Beli Mesin 4.3.14 Umur Mesin Umur mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 18 Tabel 18. Umur Mesin Umur (Mesin) Persentase 1 Tahun - 3 Tahun 22 49% 4 Tahun -6 Tahun 13 29% 7 Tahun - 10 tahun 10 22% JUMLAH 45 100% Berdasarkan Tabel 18, mesin dengan umur pemakaian paling lama sekaligus paling sedikit digunakan berkisar antara 7-10 tahun dengan jumlah 10 mesin atau 22 %, sedangkan umur mesin dengan pemakaian yang masih terhitung

47 baru berkisar dari 1-3 tahun dan paling banyak digunakan dengan jumlah 22 mesin atau 49 %. Nilai mean atau jumlah rata-rata pada data diatas didapat 4 median atau nilai tengahnya 4, nilai modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 2. Data Umur mesin lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 17. 1 Tahun - 3 Tahun 4 Tahun -6 Tahun 7 Tahun - 10 tahun 22% 49% 29% Gambar 15.Presentase Umur Mesin 4.3.15 Awak Kapal awak kapal atau nelayan buruh dari 46 responden pada kapal dibawah 10 GT di TPI Karangsong dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Awak Kapal Awak Kapal (Kapal) Presentase 3 Orang 6 26% 4 Orang 8 35% 5 Orang 5 22% 6 Orang 1 4% 7 Orang 1 4% 8 Orang 1 4% 9 Orang 1 4% JUMLAH 23 100% Berdasarkan tabel 19, jumlah awak kapal nelayan buruh Karangsong dari 46 responden paling banyak 9 orang pada 1 kapal atau hanya 4 %, sedangkan awak kapal paling sedikit berjumlah 3 orang pada 6 kapal atau 26 %. Nilai mean

48 atau jumlah rata-rata dari data diatas didapat 4, median atau nilai tengahnya 4, modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 4. Banyaknya jumlah awak kapal mempengaruhi pendapatan masing-masing nelayan buruh sebab uang dari hasil komoditas yang telah ditangkap dan dijual dibagi berdasarkan jumlah awak kapal. Data jumlah awak kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 18. 3 Orang 4 Orang 5 Orang 6 Orang 7 Orang 8 Orang 9 Orang 5% 4% 4% 4% 26% 22% 35% Gambar 16. Presentase Awak Kapal 4.3.16 Pendapatan/Trip/Bulan Pendapatan nelayan buruh Karangsong satu trip dan perbulannya dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Pendapatan/Trip/Bulan Pendapatan/trip/Bulan (Nelayan) Presentase 250.000/Trip,1.000.000/Bulan - 560.000/Trip,2.240.00/Bulan 14 31% 600.000/Trip,1.800.000/Bulan - 800.000/Trip2.400.000/Bulan 12 26% 2.000.000Trip/Bulan - 1.645.000/Trip,3.290.000/Bulan 14 30% 2.500.000/Trip,5.000.000/Bulan - 2.980.000/Trip5.960.000/Bulan 6 13% Berdasarkan tabel 20, pendapatan nelayan buruh dalam 1 trip sekaligus dalam satu bulan yang paling besar berkisar antara Rp. 2.500.000/trip- 5.000.000/bulan dan Rp. 2.980.000/trip 5.960.000/bulan diperoleh oleh 6

49 nelayan buruh atau hanya 13 %, sedangkan paling sedikit sekitar Rp. 250.000/trip- 1.000.000/bulan dan Rp. 560.000/trip - 2.240.000/bulan diperoleh oleh 14 nelayan buruh atau 31 %. Beberapa kapal kecil dibawah 10 GT memiliki nahkoda yang mendapat 2 bagian dengan sistem bagi hasil 60% untuk pemilik dan sisanya 40 % untuk awak kapal dan nahkoda yang telah dibagi terlebih dahulu, untuk kapal yang tidak ada jabatan nahkoda didalamnya atau semua awak kapal dapat melakukan pekerjaan yang sama maka hasil pendapatan dibagi sama rata. Data pendapatan/trip/bulan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 19. ± 600.000/1.800.000 - ± 800.000/2.400.000 ± 2.000.000 - ±1.645.000/3.290.000 ± 2.500.000/5.000.000 - ±2.980.000/5.960.000 15% 59% 18% 8% Gambar 17. Presentase Pendapatan/Trip/Bulan 4.3.17 Pengeluaran Pokok Pangan Pengeluaran pokok pangan rumah tangga nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Pengeluaran Pokok Pangan Pengeluaran (Nelayan) Persentase Rp. 300.000-500.000/bulan 13 28% Rp. 550.000-700.000/bulan 10 22% Rp. 750.000-900.000/bulan 15 33% Rp. > 900.000 8 17% Berdasarkan tabel 21 diatas, pengeluaran pokok pangan rumah tangga yang terdiri atas beras, minyak goreng, sayur, tepung dan lauk pauk lainnya didapati 8 orang nelayan buruh dengan pengeluaran pokok pangan paling besar

50 mencapai diatas Rp. 900.000 perbulannya atau 17 %, sedangkan pengeluaran pokok pangan paling sedikit yaitu Rp. 300.000 500.000,- perbulan oleh 13 orang nelayan buruh atau 28%. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 788.043, median atau nilai tengahnya 725.000, mods atau frekuensi terbanyaknya 750.000. Pada beberapa nelayan yang memiliki pendapatan sama besar tidak sama jumlah biaya pokok pangan yang dikeluarkan, hal tersebut disebabkan oleh jumlah keluarga yang menjadi tanggungan, hutang dan biaya lain sesuai kebutuhan sehari-hari tiap nelayan buruh yang berbeda-beda. Data pengeluaran pokok pangan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 20. 300.000-500.000/bulan 550.000-700.000/bulan 750.000-900.000/bulan >900.000 17% 28% 33% 22% Gambar 18. Presentase Pengeluaran Pokok Pangan 4.3.18 Biaya Pendidikan Anak Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pendidikan anak nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 22. Biaya Pendidikan Anak Nelayan Biaya Pendidikan (Anak Nelayan) Presentase Belum Sekolah 6 9% SD(Dana BOS) 10 16% SMP(Dana BOS) 32 49%

51 Biaya Pendidikan (Anak Nelayan) Presentase 70.000/Bulan(SMK Pelayaran Kelas 1,2,3) 6 9% 100.000/Bulan (Kelas 1 SMA) 2 3% 125.000/Bulan (Kelas 2 SMA) 5 8% 150.000/Bulan (Kelas 3 SMA) 4 6% JUMLAH 65 100% Berdasarkan tabel 22 diatas, jumlah anak nelayan buruh dari 46 responden sebanyak 65 orang, didapati biaya pendidikan paling mahal pada tingkat pendidikan kelas 3 SMA yaitu Rp. 150.000 perbulannya untuk 4 orang atau hanya 8 %, sedangkan biaya pendidikan paling murah Rp. 70.000 perbulan untuk 6 orang yang diantaranya duduk dikelas 1, 2 dan 3 SMK Pelayaran dengan presentase 9 %, selebihnya pada anak nelayan buruh yang duduk dibangku SD dan SMP menikmati pendidikan gratis yang merupakan program dari pemerintah atau dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Data biaya pendidikan anak nelayan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 21. Belum Sekolah SD(Gratis) SMP(Gratis) 70.000/Bulan(SMK Pelayaran Kelas 1,2,3) 100.000/Bulan (Kelas 1 SMA) 125.000/Bulan (Kelas 2 SMA) 150.000/Bulan (Kelas 3 SMA) 3% 8% 6% 9% 9% 16% 49% Gambar 19. Presentase Biaya Pendidikan Anak

52 4.3.19 Biaya Listrik dan Air Selama Sebulan Biaya air dan listrik yang dikeluarkan selama sebulan oleh nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 23. Biaya Tabel 23. Biaya Listrik dan Air Selama Sebulan (Nelayan) Persentase Rp. 35.000(Listrik)& 30.000(Air) Rp. 60.000(Listrik)& 30.000(Air) 8 17% Rp.70.000(Listrik)& 40.000(Air) Rp. 90.000(Listrik)& 60.000(Air) 10 22% Rp.100.000(Listrik)& 40.000(Air) Rp. 120.000(Listrik)& 50.000(Air) 18 39% Rp. 140.000(Listrik)& 60.000(Air) - 200.000(Listrik)& 70.000(Air) 10 22% Berdasarkan tabel 23 diatas, didapati biaya listrik dan air selama sebulan paling besar mencapai Rp. 100.000 (Listrik) & 40.000 (Air) Rp. 120.000 (Listrik) & 50.000 (Air) perbulannya oleh 18 nelayan buruh atau 39 %, sedangkan paling kecil sekitar Rp. 70.000 (Listrik) &40.000 (Air) Rp. 90.000(Listrik) & 60.000(Air) perbulan oleh 8 nelayan buruh atau sebanyak 22 %. Dari penuturan responden biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik serta air rumah tangga nelayan selain ditentukan dari pemakaian air dan listrik selama sebulan dipengaruhi juga oleh jumlah keluarga dan pendapatan yang diperoleh. Data biaya listrik dan air selama sebulan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 22. 35.000/30.000-60.000/30.000 70.000/40.000-90.000/60.000 100.000/40.000-120.000/50.000 140.000/60.000-200.000/70.000 39% 22% 17% 22% Gambar 20. Presentase Biaya Air dan Listrik Selama Sebulan

53 4.3.20 Biaya Kesehatan Biaya kesehatan yang dikeluarkan nelayan buruh Karangsong dalam satu bulan dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 24. Biaya Tabel 24. Biaya Kesehatan (Nelayan) Presentase Rp. 20.000-35.000/Bulan 15 33% Rp. 40.000-50.000/Bulan 16 35% Rp. 60.000-80.000/Bulan 8 17% Rp. 100.000-200.000/Bulan 7 15% Berdasarkan tabel 24 diatas, didapati biaya kesehatan yang dikeluarkan paling banyak berkisar antara Rp. 40.000 sampai 50.000,- perbulan pada 16 nelayan buruh atau 35 %, sedangkan biaya kesehatan paling sedikit antara Rp. 100.000 sampai 200.000,- perbulan oleh 7 nelayan buruh. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 61.521 median atau nilai tengahnya 47.500, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 50.000. Biaya untuk membeli perlengkapan yang berkaitan dengan kesehatan meliputi sabun, sikat gigi, shampo, pasta gigi, obat-obatan atau suplemen makanan yang dikeluarkan masing-masing nelayan buruh untuk seluruh anggota keluarganya. Data biaya kesehatan dapat dilihat dilampiran 23. 20.000-35.000/Bulan 40.000-50.000/Bulan 60.000-80.000/Bulan 100.000-200.000/Bulan 17% 15% 33% 35% Gambar 21. Presentase Biaya Kesehatan

54 4.3.21 Pendapatan Berdasar Jenis Kapal Jenis jenis kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 25. Tabel 25. Pendapatan Berdasar Jenis Kapal Jenis Kapal Pendapatan/Bulan (Kapal) Presentase 2 GT Rp. 1.000.000-2.400.000 8 35% 3 GT Rp. 1.800.000-3.650.000 5 22% 4 GT Rp. 2.240.000-3.960.000 5 22% 5 GT Rp. 2.000.000 1 4% 6 GT Rp. 3.520.000-3.880.000 2 9% 7 GT Rp. 5.600.000 1 4% 9 GT Rp. 5.960.000 1 4% JUMLAH 23 100% Berdasarkan tabel 25 diatas, jenis kapal dengan muatan 2 GT adalah yang paling banyak dengan jumlah 8 kapal atau mencapai 35 % dengan pendapatan rata-rata berkisar antara Rp. 1.000.000 2.400.000,- per bulannya, sedangkan jumlah kapal paling sedikit dengan muatan 5, 7 dan 9 GT dengan jumlah masing masing 1 kapal atau hanya 4 % dengann pendapatan rata-rata Rp. 2.000.000/ bulan pada kapal 5 GT, Rp. 5.600.000/bulan pada kapal 7 GT, Rp. 5.960.000 untuk kapal 9 GT. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 2.593.913 median atau nilai tengahnya 2.250.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 1.200.000. Muatan tempat penyimpanan hasil tangkapan atau GT kapal merupakan faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan buruh, karena jumlah GT pada kapal menentukan seberapa banyak hasil tangkapan yang dapat diangkut oleh kapal. Data pendapatan berdasar jenis kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 24.

55 2 GT 3 GT 4 GT 5 GT 6 GT 7 GT 9 GT 4% 9% 4% 4% 22% 22% 35% Gambar22. Presentase Pendapatan Berdasar Jenis Kapal 4.3.22 Biaya Makan Dalam 1 Trip Biaya makan yang dikeluarkan untuk 1 trip pada nelayan buruh Karangsong dapat dilihat pada tabel 26. Tabel 26. Biaya Makan 1 trip Biaya (Nelayan) Presentase Rp. 350.000-500.000/Trip 10 22% Rp. 600.000-950.000/Trip 22 48% Rp. > 1.000.000/Trip 14 30% Berdasarkan tabel 26 diatas, biaya yang dikeluarkan untuk makan nelayan buruh Karangsong pada kapal dibawah 10 GT dari 46 responden dalam 1 trip paling banyak berkisar antara Rp. 600.000-950.000,- dengan jumlah 22 orang atau 48 %, sedangkan paling sedikit Rp. 350.000-500.000,- dengan jumlah 10 orang atau 22 %. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 1.490.217 median atau nilai tengahnya 600.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 500.000. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk keperluan makan dalam 1 trip tergantung dari banyaknya jumlah awak kapal. Data biaya makan dalam 1 trip lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 25.

56 350.000-500.000 600.000-950.000 > 1.000.000 30% 22% 48% Gambar 23. Presentase Biaya Makan 1 Trip 4.3.23 Biaya Solar dalam 1 Trip Biaya bahan bakar kapal atau BBM yang dikeluarkan untuk 1 trip pada nelayan buruh Karangsong dapat dilihat pada tabel 27. Tabel 27. Biaya Solar Dalam 1 Trip Biaya (Solar) (Nelayan) Presentase Rp. 150.000-250.000/Trip 8 17% Rp. 300.000-450.000/Trip 20 44% Rp. 600.000-800.000/Trip 6 13% Rp. 1.000.000-10.000.000/Trip 12 26% Berdasarkan tabel 27 diatas, untuk biaya bahan bakar solar yang dikeluarkan paling banyak pada kisaran Rp. 300.000-450.000/trip nya dengan jumlah 20 orang atau 44%, sedangkan paling sedikit pada kisaran Rp. 600.000-800.000,- dengan jumlah 6 orang atau hanya 13%. mean atau jumlah ratarata didapatkan 1.490.217 median atau nilai tengahnya 350.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 300.000. Besarnya biaya tersebut tergantung pada jauhnya jarak yang akan ditempuh, semakin banyak persediaan

57 solar pada kapal semakin jauh jarak yang dapat ditempuh untuk menangkap ikan pada perairan-perairan dengan ikan yang melimpah sehingga berpeluang untuk mendapat hasil tangkapan lebih banyak. Data biaya solar dalam 1 trip lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 26. 150.000-250.000/Trip 300.000-450.000/Trip 600.000-800.000/Trip 1.000.000-10.000.000/Trip 26% 17% 13% 44% Gambar 24. Presentase Biaya Solar Dalam 1 Trip 4.3.24 Biaya Perawatan Kapal Selama Setahun Biaya perawatan kapal nelayan Karangsong pada kapal 10 GT dari 46 responden dapat di lihat pada tabel 28 Tabel 28. Biaya Perawatan Kapal Selama Setahun Biaya/Tahun (Nelayan) Persentase Rp. 1.000.000-1.500.000 22 48% Rp. 1.700.000-2.500.000 10 22% Rp. 2.700.000-8.000.000 14 30% Berdasarkan tabel 28 diatas, biaya untuk perawatan kapal yang dikeluarkan nelayan selama setahun paling banyak pada kisaran Rp. 1.000.000-1.500.000,- dengan jumlah 22 orang nelayan buruh pada 10 kapal atau 48 %, sedangkan paling sedikit yaitu pada kisaran Rp. 1.700.000-2.500.000,- dengan jumlah 10 orang pada 5 kapal atau 22 %. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 2.208.695 median atau nilai tengahnya 1.700.000, dan modus atau

58 frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 1.000.000. Perawatan yang dilakukan pada kapal meliputi pengecatan, dempul pada bagian kapal, biaya mengamplas dan mengganti beberapa papan kapal yang sudah lapuk. Data biaya perawatan kapal selama setahun dapat dilihat dilampiran 27. 1.000.000-1.500.000 1.700.000-2.500.000 2.700.000-8.000.000 30% 48% 22% Gambar 25. Presentase Biaya Perawatan Kapal Selama Setahun 4.3.25 Biaya Perawatan Mesin Selama Setahun Biaya perawatan mesin selama satu tahun yang dikeluarkan nelayan Karangsong pada kapal dibawah 10 GT dari 46 responden dapat dilihat pada tabel 29. Tabel 29.Biaya Perawatan Mesin Dalam Satu Tahun Biaya (Nelayan) Presentase Rp. 500.000-1.000.000 / Tahun 8 17% Rp.1.200.000-2.000.000 / Tahun 18 39% Rp. 2.400.000-4.000.000 / Tahun 6 13% Rp. 5.000.000-12.000.000 /Tahun 14 31% Berdasarkan tabel 29 diatas, biaya perawatan mesin kapal selama satu tahun paling banyak berkisar antara Rp. 1.200.000-2.000.000,- per tahun pada 18 orang atau 39 %, paling sedikit Rp. 2.4000.000 4.000.000,- pertahun pada 6 orang atau hanya 13 %. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 3.230.434

59 median atau nilai tengahnya 2.000.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 500.000. Kerusakan pada mesin cukup sering terjadi pada setiap trip yang disebabkan oleh gelombang besar atau terbentur karang, perawatan yang dilakukan pada mesin sekitar mengganti oli mesin dan mengganti beberapa sparepat yang rusak. Data biaya perawatan mesin kapal dalam satu tahun lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 28. 500.000-1.000.000 / Tahun 1.200.000-2.000.000 / Tahun 2.400.000-4.000.000 / Tahun 5.000.000-12.000.000 /Tahun 31% 17% 13% 39% Gambar 26. Presentase Biaya Perawatan Mesin Selama Setahun 4.3.26 Biaya Perawatan Alat Tangkap Selama Setahun Biaya perawatan alat tangkap yang dikeluarkan nelayan buruh Karangsong pada kapal dibawah 10 GT dari 46 responden dapat dilihat pada tabel 30. Tabel 30. Biaya Perawatan Alat Tangkap Dalam Satu Tahun Biaya (Nelayan) Presentase Rp. 500.000-1.800.000/Tahun 12 26% Rp. 2.000.000-3.750.000/Tahun 14 31% Rp. 5.000.000-10.000.000/Tahun 14 30% Rp. >10.000.000/Tahun 6 13% Berdasarkan tabel 30 dan diagram pie diatas, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan alat tangkap selama setahun paling banyak berkisar antara Rp. 2.000.000-3.750.000,- dan Rp. 5.000.000 10.000.000,- dengan jumlah

60 sebanyak masing-masing 14 orang atau 30-31 %, paling sedikit diatas Rp. 10.000.000 dengan jumlah 6 orang atau 13 %. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 5.724.782 median atau nilai tengahnya 3.600.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 500.000. Perawatan yang dilakukan pada jaring meliputi mengganti atau menambal beberapa bagian alat tangkap yang rusak disebabkan oleh arus kencang, tersangkut karang atau bagian kapal dan karena faktor umur alat tangkap itu sendiri. Data biaya perawatan alat tangkap selama setahun lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 29. 500.000-1.800.000 2.000.000-3.750.000 5.000.000-10.000.000 >10.000.000 13% 30% 26% 31% Gambar 27. Presentase Biaya Perawatan Alat Tangkap Dalam Satu Tahun 4.4 Faktor Faktor Eksternal 4.4.1 Daerah Penangkapan pada Musim Barat Daerah yang menjadi lokasi penangkapan nelayan buruh selama musim barat dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 31. Tabel 31. Daerah Penangkapan Musim Barat Daerah (Nelayan) Presentase Balongan 22 48% Pulau Seribu 4 9% Pulau Biawak 4 9% Pulau Biawak dan Pulau Rakit 2 4% Pulau Rakit 2 4% Tegal 2 4% Cirebon 2 4% Tangerang 2 4% Pantai Balok 2 4% Pantai Dadap 4 9%

61 Berdasarkan tabel 31 diatas, lokasi penangkapan pada musim barat yang paling banyak dituju nelayan adalah daerah Balongan dengan jumlah 22 orang atau mencapai 48 %, sedangkan Pulau Biawak, Pulau Rakit, Tegal, Cirebon, Tangerang dan pantai Balok daerah yang paling sedikit dituju oleh nelayan dimusim barat dimana ke enam daerah tersebut dikunjungi oleh 2 orang nelayan atau hanya 4 %. Data daerah penangkapan musim barat lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 30. Balongan Pulau Biawak Pulau Rakit 4% 5% 9% 4% 4% 4% 9% 4% 9% Pulau Seribu Pulau Biawak dan Pulau Rakit Tegal 48% Gambar 28. Presentase Daerah Penangkapan Musim Barat 4.4.2 Daerah Penangkapan pada Musim Timur Daerah yang menjadi lokasi penangkapan nelayan buruh selama musim timur dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 32. Tabel 32. Daerah Penangkapan Musim Timur Daerah (Nelayan) Presentase Pulau Biawak 16 35% Pulau Rakit 2 4% Karawang 2 4% Pantai Eretan 2 4% Pulau Seribu 4 9% Laut Jawa 4 9% Kalimantan 4 9% Balongan 6 13% Cirebon 6 13%

62 Berdasarkan tabel 32 diatas, lokasi penangkapan di musim timur yang paling banyak dituju adalah pulau Biawak dengan jumlah 16 nelayan atau 35 %, sedangkan Pulau Rakit, Karawang dan Pantai Eretan adalah wilayah daerah penangkapan yang paling sedikit dikunjungi pada musim timur dengan jumlah masing-masing 2 nelayan atau hanya 4 %. Data daerah penangkapan musim timur lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 31. Pulau Biawak Pulau Rakit Karawang Pantai Eretan Pulau Seribu Laut Jawa Kalimantan Balongan Cirebon 13% 13% 35% 9% 9% 9% 4% 4% 4% Gambar 29. Presentase Daerah Penangkapan Musim Timur 4.4.3 Penangkapan Ikan pada Musim Panen Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan buruh Karangsong pada musim panen dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 33. Tabel 33. Penangkapan Ikan pada Musim Panen Musim Penangkapan (Nelayan) Presentase Bulan 1,2,3 - Bulan 5,6,7,8 12 26% Bulan 6,7,8 - Bulan 7,8,9,10,12 22 48% Bulan 8,9,10,11,12,1,2 - Bulan 9,10,11,12 12 26% Berdasarkan tabel 33 diatas, rata-rata penangkapan ikan pada musim panen dilakukan nelayan pada kisaran bulan 6, 7, 8 (Juni Agustus) sampai bulan 7, 8, 9, 10, 11, 12 (Juli Desember) dengan jumlah 22 orang atau 48 %, sedangkan sisanya bulan 1, 2,3 (Januari Maret) sampai bulan 5, 6, 7, 8 (Mei Agustus)

63 dan Bulan 8, 9, 10, 11, 12, 1, 2 (Agustus Februari) sampai bulan 9, 10, 11, 12 (September Desember) dilakukan masing-masing oleh 12 orang atau 26 %. Data penangkapan ikan pada musim panen lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 32. Bulan 1-3/Bulan 5-8 Bulan 6-8/Bulan 7-12 Bulan 8-2/Bulan 9-12 26% 26% 48% Gambar 30. Presentase Penangkapan Ikan Pada Musim Panen 4.4.4 Penangkapan Ikan pada Musim Paceklik Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan buruh Karangsong pada musim paceklik dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 34. Tabel 34. Penangkapan Ikan pada Musim Paceklik Musim Penangkapan (Nelayan) Presentase Bulan 1,2,3,4 - Bulan 2,3,4,5 28 61% Bulan 3,4 - Bulan 4,5,6,7,8 10 22% Bulan 5,6,7,8 - Bulan 11,10,11,12,1 8 17% Berdasarkan tabel 34 diatas, bulan-bulan penangkapan pada musim paceklik paling banyak dilakukan nelayan pada kisaran bulan 1, 2, 3, 4 (Januari April) sampai bulan 2, 3, 4, 5 (Februari Mei) dengan jumlah 28 orang atau 61

64 %, sedangkan bulan 5, 6, 7, 8 ( Mei Agustus) dan bulan 11, 12, 1 (November Januari) merupakan bulan-bulan paling sedikit bagi nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan dengan jumlah hanya 8 orang atau 17 %. Data penangkapan ikan pada musim paceklik lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 33. Bulan 1-4/Bulan 2-5 Bulan 3-4/Bulan 4-8 Bulan 5-8/Bulan 11-1 17% 22% 61% Gambar 31. Presentase Penangkapan Ikan pada Musim Paceklik 4.4.5 Hasil Tangkapan Musim Panen Faktor musim memiliki pengaruh cukup besar pada pendapatan nelayan karena kondisi cuaca dan perairan yang mendukung untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak tergantung pada keadaan musim ketika nelayan berlayar. Hasil tangkapan nelayan Karangsong pada musim panen dapat dilihat pada tabel 35. Hasil Tangkapan Tabel 35. Hasil Tangkapan Musim Panen Hasil Penjualan (Nelayan) Presentase 1 Kuintal -2 Kuintal Rp. 3.000.000-6.000.000 18 39% 2,5 Kuintal - 5 Kuintal Rp. 7.500.000-15.000.000 12 26% 6 Kuintal - 3 Ton Rp. 18.000.000-90.000.000 16 35%

65 Berdasarkan tabel 35 diatas, hasil tangkapan nelayan buruh Karangsong untuk kapal dibawah 10 GT pada 46 responden pada musim panen rata-rata 1-2 kuintal dengan jumlah 18 orang atau 39 %, dan hasil penjualan berkisar antara Rp. 3.000.000-6.000.000,- sedangkan paling sedikit sekitar 2,5-5 kuintal pada 12 orang atau 26 % dengan hasil penjualan berkisar antara Rp. 7.500.000 15.000.000,-. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 19.700.000 median atau nilai tengahnya 9.000.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 6.000.000. Data hasil tangkapan musim panen lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 34. 1 Kuintal -2 Kuintal 2,5 Kuintal - 5 Kuintal 6 Kuintal - 3 Ton 35% 39% 26% Gambar 32. Presentase Hasil Tangkapan Musim Panen 4.4.6 Hasil Tangkapan Musim Paceklik pada tabel 36. Hasil tangkapan nelayan Karangsong pada musim paceklik dapat dilihat Tabel 36. Hasil Tangkapan Musim Paceklik Hasil Tangkapan Hasil Penjualan (Nelayan) Presentase 10 kg - 20 kg Rp. 300.000-600.000 18 39% 25 kg - 70 kg Rp. 750.000-2.100.000 8 17% 1 Kuintal - 1 Ton Rp. 3.000.000-30.000.000 20 44%

66 Berdasarkan tabel 36 di atas, untuk hasil tangkapan pada musim paceklik dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT paling banyak 1 kuintal sampai 1 ton pada 20 orang nelayan atau 44 % dengan hasil penjualan tangkapan berkisar antara Rp. 3.000.000 30.000.000,- sedangkan paling sedikit 25-70 kg pada 8 orang atau 17 % dengan hasil jual tangkapan berkisar antara Rp. 750.000 2.100.000,-. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 3.913.043 median atau nilai tengahnya 1.500.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 3.000.000. Dari penuturan beberapa responden ada beberapa yang tidak melakukan kegiatan penangkapan untuk sementara jika terjadi cuaca buruk dalam kondisi ekstrim dan menunggu sampai reda terutama nelayan dari kapal yang tidak dilengkapi mesin penarik alat tangkap atau mengoperasikan alat tangkap secara manual, kerusakan dan kurangnya kinerja alat tangkap pada cuaca ekstrim juga sering terjadi, kendala paling banyak yang dialami nelayan ialah kesusahan dalam menarik jaring atau jenis alat tangkap lainnya karena arus kencang. Data hasil tangkapan musim paceklik lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 35. 10 kg - 20 kg 25 kg - 70 kg 1 Kuintal - 1 Ton 44% 39% 17% Gambar 33. Presentase Hasil Tangkapan Musim Paceklik 4.4.7 Trip Dalam 1 Bulan Besar pendapatan yang diperoleh nelayan buruh juga dipengaruhi faktor jumlah trip yang dilakukan dalam 1 bulan, jumlah trip yang dilakukan nelayan buruh dalam 1 bulan dapat dilihat pada tabel 37.

67 Tabel 37. Trip Dalam 1 Bulan Trip (Nelayan) Presentase 1 Trip 4 4% 2 Trip 10 22% 3 Trip 20 43% 4 Trip 10 22% 5 Trip 2 4% Berdasarkan tabel 37 diatas, jumlah trip paling banyak dalam 1 bulan yang dilakukan nelayan buruh Karangsong dengan kapal dibawah 10 GT dari 46 responden adalah 3 trip dilakukan sebanyak 20 orang atau 43 %, sedangkan jumlah trip paling sedikit yaitu 5 trip dan hanya dilakukan 2 nelayan buruh atau 4 %. mean atau jumlah rata-rata didapatkan 3 median atau nilai tengahnya 3, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 3. Banyak sedikitnya trip dalam satu bulan selain tergantung dari lamanya satu trip yang dilakukan selama melaut, proses penjualan hasil tangkapan di TPI, waktu istirahat nelayan serta persiapan untuk trip selanjutnya. Data jumlah trip dalam satu bulan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 36. 1 Trip 2 Trip 3 Trip 4 Trip 5 Trip 4% 22% 9% 22% 43% Gambar 34. Presentase Trip Dalam 1 Bulan

68 4.5 Pengeluaran Nelayan Buruh 4.5.1 Pengeluaran Total Rumah Tangga Nelayan Buruh Biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk keperluan pokok pangan dan non pokok pangan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT selama sebulan dapat di lihat pada tabel 38 Tabel 38. Pengeluaran Total Rumah Tangga/Bulan Konsumsi (Rp) Pendidikan (Rp) Kesehatan (Rp) Rekreasi (Rp) Tabungann (Rp) Total Pengeluaran (Rp) 300.000-500.000 /bulan (13 Orang) (28%) Belum Sekolah (6 Orang) (9%) 20.000-35.000 /Bulan(15Orang) (33%) Tidak Ada (0%) Tidak Menabung (7 Orang) (15%) 385.000 725.000/bulan (19%) 550.000-700.000 /bulan (10 Orang) (22%) 750.000-900.000 /bulan (15 Orang) (33%) > 900.000 (8 Orang) (8%) SD&SMP(Gratis) (42 Orang) (65%) SMK Pelayaran Kelas 1, 2, 3 (70.000/Bulan) (6 Orang) (9%) Kelas 1 SMA (100.000/Bulan) (2 Orang) (3%) Kelas 2 SMA (125.000/Bulan) (5 Orang) (8%) 150.000/Bulan (Kelas 3 SMA) (4 Orang) (6%) 40.000-50.000 /Bulan(16Orang) (35%) 60.000-80.000 /Bulan(8Orang) (17%) 100.000-200.000 /Bulan(7Orang) (15%) Tidak Ada (0%) Tidak Ada (0%) Tidak Ada (0%) 100.000-150.000 (10 Orang) (22%) 200.000-250.000 (Orang) (28%) 300.000-350.000 (9 Orang)(20%) 400.000-650.000 (7 Orang)(15%) 790.000 1.070.000 /bulan (22%) 1.130.000 1.435.000 /bulan (37%) 1.540.000 3.185.000/bulan (22%) Berdasarkan tabel 36 di atas, biaya pengeluaran total rumah tangga yang dikeluarkan nelayan buruh terdiri untuk konsumsi, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan tabungan. Dari jumlah biaya pengeluaran yang dikeluarkan paling besar ratarata di alokasikan untuk konsumsi sedangkan sisa pengeluaran lainnya tidak lebih besar dari biaya konsumsi. Untuk pendidikan nelayan menyekolahkan anaknya paling tinggi hanya sampai tamat SMA dengan biaya paling tinggi Rp. 150.000 perbulannya untuk kelas 3 SMA, dari penuturan responden didapati tidak ada yang melanjutkan untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi disebabkan dana yang tidak mencukupi, hal itu berdampak kepada beberapa anak

69 nelayan yang setelah tamat SD, SMP atau SMA menganggur, mencari pekerjaan lain atau bahkan ikut kelaut menjadi nelayan. Kesehatan merupakan salah satu modal pembangunan, dengan memiliki kesehatan yang baik masyarakat dapat bekerja, anak-anak dapat berkonsentrasi dalam belajar sehingga akan dihasilkan produktivitas yang baik pula (Arenawati 2010). Pola pengeluaran rumah tangga merupakan dasar yang biasa dipakai untuk memprediksi sebuah rumah tangga akan dapat mengalami catastrophic payment(pembayaran ketika terjadi bencana) atau tidak saat ada anggota keluarganya yang jatuh sakit (Sihombing 2013). Biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh nelayan buruh Karangsong untuk anggota keluarganya berkisar dari Rp. 20.000-200.000 per bulannya. Dilihat dari biaya untuk kesehatan yang dikeluarkan nelayan buruh Karangsong dengan jumlah maksimum Rp.200.000 dapat dikatakan masih kurang sebab faktor yang mempengaruhi catastrophic payment dalam kesehatan adalah ciri pelayanan kesehatan yang tidak dapat diprediksi besar biayanya, tingkat keparahan penyakit, serta cara pembiayaan yang digunakan apakah harus mencicil atau tunai saat itu juga dan mengingat semakin mahalnya biaya rawat inap dirumah sakit saat ini (Sihombing dan Thinni, 2013). Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan rekreasi dari 46 responden tidak ada sama sekali, sebab dari penuturan para responden mereka tidak dapat meluangkan waktu untuk berekreasi disebabkan kesibukan melaut, memperbaiki alat tangkap, mengecek kondisi mesin kapal atau mengangkut hasil tangkapan ke tempat pelelangan. Biaya terakhir yang dikeluarkan dialokasikan untuk tabungan. Tabungan rumah tangga adalah pendapatan rumah tangga yang tidak dikonsumsi habis dan merupakan selisih pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga (Kamus Bisnis dan Bank 2013), rata-rata tabungan yang dimiliki nelayan buruh Karangsong berkisar antara Rp. 100.000-650.000,- perbulannya sedangkan ada 7 nelayan buruh yang tidak menabung sama sekali. Besarnya biaya konsumsi atau kebutuhan pangan yang dikeluarkan melebihi pengeluaran lainnya terutama tabungan menggambarkan perilaku nelayan buruh yang masih sangat konsumtif dan tidak berpikir ke depan atau visioner, sebab tabungan dibutuhkan untuk