Gambar 2. Bagan fungsi jalur hijau

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

ANALISIS DAN SINTESIS

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB VI R E K O M E N D A S I

KONDISI FISIK AREA PARKIR DI KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA PACITAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2008 TENTANG PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PERKOTAAN

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

IDENTIFIKASI ATRIBUT GREEN CITY DI KOTA SRAGEN (PENEKANAN PADA RTH JALUR HIJAU DAN JALUR BIRU)

TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK LANSEKAP JALAN

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

f. Nilai estetis (Aesthetic values)

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

BUPATI BANGKA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBUATAN JALUR HIJAU DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

PEDOMAN TEKNIS PENANAMAN POHON PADA SISTEM JARINGAN JALAN (INTERIM)

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) BAB I PENDAHULUAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Jalur hijau harus mempertimbangkan segala aspek sosial, fungsi jalur hijau dan nilai-nilai yang terkandung dalam perencanaannya. Gambar 2 di bawah ini menunjukkan hal apaa saja yang menjadikan syarat pemilihan jenis tanaman yang akan diimplementasikan sebagai jalur hijau sesuai dengan fungsi utama jalur hijau. Gambar 2. Bagan fungsi jalur hijau 8

9 A. Jalur Hijau Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (www.bangda.kemendagri.go.id, akses pada 15 Januari 2015). Jalur Hijau adalah suatu daerah di pinggir jalan yang memiliki elemen pembentuk lanskapnya didominasi oleh vegetasi atau tanaman, baik itu pohon, perdu, semak, dan penutup tanah. Jenis tanaman yang diaplikasikan sebagai elemen jalur hijau memiliki kriteria perakaran yang tidak merusak konstruksi jalan, percabangan tidak mudah patah, dan serta mudah dalam pemeliharaan (www.pu.go.id,peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014). Penghijauan dalam arti luas adalah segala upaya untuk memulihan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. (Zoer aini, 2005). Penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam

10 ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (www.penataanruang.com, akses pada 15 Januari 2015). Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap Iainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen Iansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015). Tanaman Konservasi Tanah adalah jenis tanaman berbentuk pohon, perdu/semak atau tanaman penutup tanah yang karena sistem perakarannya dapat berfungsi untuk mencegah erosi pada tanah berlereng (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015). Tanaman Penutup adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara. Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman tanaman yang tetap (permanen) (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015). B. Fungsi Elemen Tanaman Lanskap Elemen Lansekap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna dan suasana yang merupakan pembentuk lansekap, baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Elemen lansekap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda hidup dan benda mati; sedangkan yang dimaksud dengan benda

11 hidup ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah, pasir, batu dan elemen-elemen Iainnya yang berbentuk padat maupun cair (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015). Lansekap Jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015). 1. Tanaman Penyerap Polutan dan Kebisingan Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan yang menyebabkan efek fisik dan efek psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara (Zoer aini, 2005). Tanaman penyerap pencemaran udara dan kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai masa daun yang padat dan dapat menyerap pencemar udara dari gas emisi kendaraan dan kebisingan. Manajemen berupa perubahan penggunaan lahan.

12 2. Tanaman Peneduh Jalan Tanaman peneduh jalan adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar kesamping seperti pohon rindang yang dapat memberikan keteduhan, penahan silau cahaya matahari dan penyerap polutan (www.usu.ac.id, 2015). 3. Tanaman Sebagai Pengarah Tanaman pengarah, penahan dan pemecah angin adalah jenis tanaman yang berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan satu komposisi membentuk kelompok (www.pu.go.id,peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014). 4. Tanaman Sebagai Pembentuk Ruang Tanaman berfungsi sebagai penghalang pandangan terhadap objek yang kurang menarik. Dengan ketinggian tertentu, tanaman dapat difungsikan sebagai pengatur ruang pribadi (Rustam Hakim, 2005). Penggolongan tanaman berdasarkan aspek arsitektural berarti tanaman itu fungsinya lebih ditingkatkan sebagai pembentuk ruang. Membentuk ruang berarti mengolah bidang ataupun unsur pembentuk ruang, yaitu unsur lantai, unsur dinding dan unsur atap (Zoer aini, 2005).

13 C. Tanaman Sebagai Penambah Nilai Estetika Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga) bentuk fisik tanaman (batang, percabangan dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman dan komposisi tanaman. Nilai estetis tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan elemen lansekap lainnya. Nilai estetika dan eksotika bermanfaat buat manusia dalam hal penyembuhan stress, menenangkan dan menyejukkan hati, menikmati keindahannya, sebagai kebanggaan, rasa puas kalau dapat merawatnya dengan baik sampai berbunga, serta meningkatkan pendapatan (https://banyuagung.wordpress.com/mylandscape/fungsi-peran-tanaman-dalamlanskap/). 1. Memberikan Nilai Estetika dan Meningkatkan Kualitas Lingkungan Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, perca bang, tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetis dari tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan element lansekap lainnya. Dalam konteks lingkungan, kesan estetis itu menyebabkan nilai kualitasnya akan bertambah.

14 2. Warna Warna dari suatu tanaman dapat menimbulkan efek visual tergantung pada refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut. Efek psikologis yang ditimbulkan dari warna seperti telah diuraikan sebelumnya, yaitu warna cerah memberikan rasa senang, gembira serta hangat. Sedangkan warna lembut memberikan kesan tenang dan sejuk. Dan bila beberapa jenis tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan menimbulkan nilai estetis. 3. Bentuk Bentuk tanaman dapat digunakan untuk menunjukan bentuk 2 atau 3 dimensi, memberikan kesan dinamis, indah, sebagi aksen, kesan lebar/luas, dan sebagainya. 4. Tekstur Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh : cabang batang, ranting, daun, tunas dan jarak pandangterhadap tanaman tersebut. 5. Skala Skala/proposi tanaman adalah perbandingan tanaman dengan tanaman lain atau perbandingan tanaman lain atau perbandingan tanaman dengan lingkungan sekitarnya.

15 D. Tanaman Sebagai Pelestari Lingkungan Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan, fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan antara lain adalah sebagai berikut. 1. Menyegarkan Udara dan Sebagai Paru-Paru Lingkungan Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil Karbondioksida (CO2) dalam proses fotosintesis dan menghasilkan Oksigen ( O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan. Fotosistesis adalah proses mendasar yang sangat penting untuk tanaman hortikultura karena 90-95% dari berat basah tanaman merupakan hasil langsung dari aktivitas fotosintesis. Fotosintesis adalah proses metabolisme tumbuh-tumbuhan berhijau daun yang sangat dinamis, tanggap terhadap panjangnya hari dan faktorfaktor iklim. Kemampuan melepaskan O2 tergantung kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju fotosintesis tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah. O2 sebagai hasil dari fotosintesis, sebagian dimanfaatkan kembali oleh tanaman untuk berjalannya proses respirasi (pernapasan) (Zoer aini, 2005). 2. Mengontrol Iklim Mikro Kelembaban udara menunjukkan kandungan uap air di atmosfer pada suatu saat dan waktu tertentu. Kelembaban udara berhubungan dengan keseimbangan energi dan merupakan ukuran banyaknya energi radiasi berupa panas laten yang dipakai untuk menguapkan air yang

16 terdapat di permukaan yang menerima radiasi. Semakin banyak air yang diuapkan, semakin banyak energi yang terbentuk panas laten dan makin lembap udaranya. Uap air di atmosfer berfungsi sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Evaporasi dipengaruhi oleh suhu dan merupakan pertukaran antara panas laten dan panas yang terasa. Tanaman yang tinggi, laju evapotranspirasinya lebih besar. Kehilangan panas karena terjadi evaporasi akan menyebabkan suhu di sekitar tanaman lebih sejuk (Zoer aini, 2005). 3. Sebagai Ruang Hidup Satwa Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhuk hidup lainnya, contohnya burung. Burung sebagai komponen ekositem mempunyai peranan penting, diantaranya adalah mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan penyebaran biji. 4. Penyanggah dan Perlindungan Permukaan Tanah dari Erosi Fungsi jalur hijau lainnya yaitu sebagai penyanggah dan pelindung permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk penyediaan air tanah dan pencegah erosi (Zoer aini, 2005). Erosi merupakan suatu proses hilangnya lapisan tanah, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Di daerah beriklim tropika basah, seperti sebagian besar daerah di Indonesia, air hujan merupakan penyebab utama terjadinya erosi sehingga pembahasannya dibatasi erosi tanah yang disebabkan oleh air (Foth, 1995).

17 Menurut Sitanala Arsyad (1989 ), erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air. Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan (pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan hutan kota terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan hutan kota karena memberikan rasa keindahan dan kenyamanan. Tanah dengan penutup tanah yang baik berupa vegetasi, mulsa residu tanaman akan memperkecil erosi dan run off (www.pu.go.id,peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan akses pada 17 Desember 2014). E. Pemilihan jenis tanaman dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut Bentuk Tanaman Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat, dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat

18 merupakan tanaman pohon, tanaman perdu, tanaman semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain adalah : a. Perakaran tidak merusak konstruksi jalan b. Mudah dalam perawatan c. Batang/percabangan tidak mudah patah d. Daun tidak mudah rontok/gugur. Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman lansekap jalan, maka untuk menentukan pemilihan jenis tanamannya ada dua hal lain yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Dari contoh-contoh berikut ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemilihan jenis tanaman lansekap jalan, dan disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta rendah evapotranspirasinya. Tabel 1. Fungsi dan jenis tanaman No. Fungsi Persyaratan Jenis Tanaman 1 Peneduh a. Ditempatkan pada jalur tanaman ( minimal 1,5 m) Kiara Payung (Filicium b. Percabangan 2 m di atas decipiens) tanah. Tanjung c. Bentuk percabangan batang (Mimusops elengi) tidak merunduk. Angsana d. Bermassa daun padat. (Ptherocarphus e. Ditanam secara berbaris. indicus) 2 Penyerap polusi udara a. Terdiri dari pohon, perdu/semak. b. Memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara. c. Jarak tanam rapat. d. Bermassa daun padat. Angsana (Ptherocarphus indicus) Akasia daun besar (Accasia mangium) Oleander (Nerium oleander)

19 3 Penyerap kebisingan a. Terdiri dari pohon, perdu/semak. b. Membentuk massa. c. Bermassa daun rapat. d. Berbagai bentuk tajuk. 4 Pemecah angin a. Tanaman tinggi, b. Perdu / semak. c. Bermassa daun padat d. Ditanam berbaris atau membentuk massa. e. Jarak tanam rapat <3m. 5 Pembatas pandang 6 Penahan silau lampu kendaraan (pada median) a. Tanaman tinggi, perdu/semak b. Bermassa daun padat c. Ditanam berbaris atau membentuk massa d. Jarak tanam rapat. a. Tanaman perdu/semak b. Ditanam rapat. c. Ketinggian 1,5 m d. Bermassa daun padat Bogenvil (Bougenvillea Sp) Tanjung (Mimusops elengi) Kiara payung (Filicium decipiens) Teh-tehan pangkas (Acalypha sp) Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Bogenvil (Bogenvillea sp) Oleander (Nerium oleander) Cemara (Cassuarinaequisetifolia) Angsana (Ptherocarphus indicus) Tanjung (Mimusops elengi) Kiara Payung (Filicium decipiens) Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Bambu (Bambusa sp) Cemara (Cassuarina equisetifolia) Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Oleander (Nerium oleander) Bogenvil (Bogenvillea sp) Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

20 Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 2012 Oleander (Netrium oleander) Nusa Indah (Mussaenda sp) F. Penentuan Lokasi Penanaman Vegetasi Lokasi penanaman jalan harus berdasarkan ketentuan teknis yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan bidang jalan. Bagian-bagian jalan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/prt /m /2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan adalah sebagai berikut: Gambar 3. Bagian bagian jalan Dalam mempersiapkan perencanaan Lansekap Jalan selain merencanakan pemilihan jenis tanaman dan lokasi penempatannya, harus disertai dengan perencanaan pelaksanaan dan perencanaan pemeliharaannya.

21 1. Jalur penanaman Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang manfaat jalan. Pohon pada sistem jaringan jalan di dalam kota dapat ditanam di batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu. Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. Penyesuaian dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut letak jalur tanaman. Hal-hal yang dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan lansekap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan sebagaimana diatur dalam peraturan Departemen Pekerjaan Umum No : 033/T/BM/1996 tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan adalah sebagai berikut : a. Pada jalur tanaman Tepi dan Median Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur tengah (median) disesuaikan dengan potongan melintang standar tergantung pada klasifikasi fungsi jalan yang bersangkutan. Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan

22 kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00-6.00 meter Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan ("U - turn"), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan. b. Jalan Arteri Primer Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa ditribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan (www.wikipedia.org/jalan arteri primer, akses pada 14 Januari 2015).

23 Gambar 4. Jalan Arteri Primer c. Jalan Kolektor Primer Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan lokal atau kawasan-kawasan bersekala kecil dan atau pelabuhan regional dan pelabuhan lokal (www.wikipedia.org/jalan kolektor primer, akses pada 14 Januari 2015). Gambar 5. Jalan Kolektor Primer d. Pada daerah tikungan Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas

24 samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan. Gambar 6. Perletakan tanaman pada daerah tikungan e. Pada daerah persimpangan Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lansekap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang. Persimpangan adalah pertemuan jalan dari berbagai arah, yang dapat merupakan simpang sebidang yaitu simpang 3, simpang 4 atau lebih, dan atau bisa berupa simpang tidak sebidang (www.pu.go.id No: 033/T/BM/1996 Maret 1996 akses pada 17 Januari 2015).

25 Gambar 7. Perletakan tanaman pada daerah persimpangan 2. Peletakan tanaman Tanaman jalan harus diletakkan pada tempat atau daerah yang sesuai dengan rencana dan tetap memperhatikan aspek fungsi, keselarasan, keharmonisan, keindahan dan keselamatan. Hal-hal utama yang perlu diperhatikan adalah jarak tanaman dengan perkerasan dan jarak antara tanaman di jalur tanam.

26 a. Jarak tanaman terhadap perkerasan Peletakan tanaman dengan berbagai fungsi selalu akan berkaitan dengan letaknya di jalur tanaman, hal ini memperlihatkan bahwa kaitan titik tanam dengan tepi perkerasan perlu dipertimbangkan. Jarak titik tanam dengan tepi perkerasan mempertimbangkan pertumbuhan perakaran tanaman agar tidak mengganggu struktur perkerasan jalan. Gambar 8. Jarak titik tanam pohon dengan tepi perkerasan Gambar 9. Jarak titik tanam perdu dengan tepi perkerasan

27 b. Jarak antar tanaman pohon Tanaman pohon yang ditanam berbaris terutama pada jalur tanaman mempertimbangkan jarak titik tanam bagi tanaman pohon. Gambar 10. Jarak tanam tidak rapat antar pohon Gambar 11. Jarak tanam jarang pada pohon c. Jarak antar tanaman perdu Tanaman perdu/semak ditanam berbaris pada jalur tanaman ditanam membentuk massa. Gambar 12. Jarak titik tanam rapat perdu

28 Gambar 13. Jarak titik tanam tidak rapat perdu Gambar 14. Jarak titik tanam jarang perdu 3. Kriteria pengaturan penanaman a. Tepi jalan (i). Jenis tanaman tidak boleh melebihi tinggi kabel pada tiang listrik atau telepon atau menutupi rambu-rambu lalu lintas, tanpa harus memotong cabangnya terus menerus, selain itu jenis tanaman tidak boleh merusak struktur atau utiliti bawah tanah. Di perkotaan dengan lahan yang terbatas hanya rumput yang diperbolehkan. (ii). Pohon yang ditanam harus diatur agar bayangan pohon tidak menutupi pancaran cahaya lampu jalanan. (iii). Jarak atur tanaman minimum 9 meter dari tepi perkerasan untuk daerah luar perkotaan dan 4 meter untuk daerah

29 perkotaan, dan harus diperlihara untuk jalan yang berdekatan dengan utiliti umum. (iv). Perdu/semak atau pohon dapat ditanam sepanjang pedestrian pada sisi jalan yang jauh dari jalur lalu lintas. b. Pada Median (i). Hanya perdu/semak dan tanaman berbunga yang dapat ditanam pada median. Tinggi tanaman ini tidak boleh menghalangi lampu kendaraan. Untuk median yang kurang dari 1,5 meter dapat ditanam tanaman dengan ketinggian kurang dari 1,00 meter, dengan ketentuan tidak ada bagian dari cabang tanaman yang menghalangi badan jalan. (ii). Pada median terbuka untuk belokan, ketinggian perdu/semak harus diatur pada 0,5 meter agar pengendara mempunyai daerah bebas pada garis pandang dan harus diatur 2,5 meter sebelum bukaan median untuk menghindari hambatan samping ketika kendaraan membelok, dan juga mempermudah pejalan kaki melihat kendaraan. Pohon besar dan rimbun harus dihindari agar tidak menjadi penghalang bagi pengendara dalam jarak dekat. (iii). Jarak atur tanaman minimum adalah 0,5 meter dari garis tepi jalan.

30 c. Sepanjang Lengkung Horizontal/tikungan (i). Pada sisi dalam tikungan, jarak atur tanaman ditampilkan pada Gambar 15. Jarak atur tanaman dimaksudkan untuk memberikan jarak pandang sepanjang tikungan dan menghilangkan penggunaan tanda dua garis (bukan daerah yang dilewati). Jarak atur tanaman secara berangsurangsur menyempit seiring pertemuan sudut tikungan dengan alinyemen ruas jalan. (ii). Ketinggian maksimum untuk semak/perdu 0,50 m dan ruang bebas minimum dari jalan ke tajuk pohon harus diatur minimal setinggi 5 m. Gambar 15. Pengaturan penanaman pada daerah lengkungan horizontal/tikungan