Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

BAB III LANDASAN TEORI

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

Pengertian,tipe- tipe sedimen dan prosess terjadinya

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

BAB I PENDAHULUAN. wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

Pengukuran Laju Pengendapan Dalam Penentuan Toleransi Penambangan Sirtu Di DAS Lukulo Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TRANSPORT SEDIMEN DARI DARAT KE LINGKUNGAN BAHARI

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azwar Samitra, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. berlangsung antara kompnen-komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya.

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Profil Daerah Aliran Sungai Lokasi dan Geografis. Sumatera Utara yang memiliki luas km 2. Hingga Desember 2012,

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Sistem terbuka dalam sebuah DAS

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGUKURAN SEDIMEN TERLARUT DI MUARA DESA NUSAPATI KECAMATAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN MEMPAWAH

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

PREDIKSI BEBAN SEDIMENTASI WADUK SELOREJO MENGGUNAKAN DEBIT EKSTRAPOLASI DENGAN RANTAI MARKOV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

KAJIAN DEBIT DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KOMERING SUMATERA SELATAN

JRSDD, Edisi September 2016, Vol. 4, No. 3, Hal: (ISSN: )

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI ANALISIS SEDIMENTASI DI SUNGAI PUTE RAMMANG-RAMMANG KAWASAN KARST MAROS

I. PENDAHULUAN Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

KATA PENGANTAR. Solo, November 2014 Kepala Balai. Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar yang ada pada cover adalah kumpulan benda-benda langit dengan berbagai fenomena

TINJAUAN SEDIMEN JENIS MELAYANG MENGGUNAKAN METODE INTEGRASI KEDALAMAN DI SUNGAI WAILELA KOTA AMBON Ronaldo Talapessy Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura e-mail: rossyfi@yahoo.com ABSTRAK Tinjauan Sedimen melayang di daerah aliran sungai wailela yang bermuara di Teluk Ambon dilakukan untuk mengetahui proses sedimen yang terangkut bersama aliran air sungai dari tanah tererosi pada daratan daerah aliran sungai (DAS) sehingga bermuara sekitar pesisir sungai dan Teluk Ambon. Dampak dari sedimentasi yaitu menimbulkan kekeruhan air, mengganggu kehidupan ekosistem perairan, dan pendangkalan pada kawasan pesisir sekitar sungai dan lebih luas pada laut Teluk Ambon. Salah satu bagian dalam sedimentasiadalah laju sedimentasi. Laju Sedimentasi dilakukan dengan cara penentuan konsentrasi sedimen dan debit aliran sungai. Debit limpasan air sungai wailela adalah 0,94528 m 3 /s, konsentrasi sedimen melayang adalah 261,92792mg/L, laju sedimen melayang sebesar 259,35758g/detik. Berdasarkan Standar Skala Kualitas Lingkungan, maka konsentrasi sedimen melayang pada sungai wailela termasuk kategori jelek. Kata Kunci: Laju,Sedimen, Debit. PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu daerah dibatasi oleh topografi yang mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalir melalui anak-anak sungai dan keluar pada bagian muara. Sedimen yang terangkut bersama aliran air sungai berasal dari tanah tererosi yang bermuara di Teluk Ambon. Akibatnya, akan menimbulkan kekeruhan air laut yang menyebabkan terganggunya kehidupan ekosisten perairan seperti kematian hewan laut dan biota laut, pendangkalan pada kawasan Teluk Ambon yang dapat mengganggu jalur pelayaran dan ekonomi. Besarnya angkutan sedimen sungai merupakan salah satu komponen informasi hidrologi selain banjir, kekeringan dan potensi sumber daya air. Data angkutan sedimen sangat dibutuhkan dalam perencanaan prasarana sumber daya air antara lain untuk memperkirakan umur guna waduk (dead storage), perhitungan dimensi kantong lumpur (sandtrap) dan untuk operasi dan pemeliharaan irigasi. Parameter yang mempengaruhi angkutan sedimen dalam suatu sungai antara lain vegetasi penutup (land covering), penggunaan lahan (landuse) jenis tanah/batuan, kemiringan lahan dan intensitas hujan yang mempengaruhi besarnya debit. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya angkutan sedimen sebagai sumber kekeruhan air pada daerah aliran air sungai Wailela dan laju sedimen yang bermuara di Teluk P R O SI D I N G 49

Ambon. Tinjauan laju sedimen dapat memprediksi total sedimentasi yang akan terjadi di Teluk Ambon untuk beberapa tahun kedepan. METODE PENELITIAN Lokasi pengambilan sampel sedimen dilaksanakan pada daerah sekitar muara sungai Wailela Kota Ambon. Waktu pelaksanaan sampling dilaksanakan pada bulan November 2013. Metode yang digunakan untuk memperoleh laju sedimen adalah metode integrasi integrasi kedalaman (Gambar 1.). Parameter yang diukur untuk menentukan laju sedimen yaitu Debit. Debitmerupakan jumlah air yang mengalir di dalam saluran atau sungai per unit waktu (Rahayu. S., Dkk, 2009). Secara matematis debit aliran diperoleh (Tippler P. A., 1991): Q = V A... (1) Q = Debit limpasan air sungai (m 3 /s) V = Kecepatan aliran sungai (m/s) A = Luas Penampang Vertikal (m 2 ) Gambar 1. Pembagian Sub Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan Suspended Sediment Sampler US DH 48untuk pengambilan sampel sedimen melayang di aliran sungaipada beberapa titik yang telah ditentukan, GPS (Global Positioning System) digunakan dalam menentukan posisi data dan sampel yang diambil, Stopwatch untuk mengukur waktu arus air sungai, mistar berskala digunakan untuk mengukur kedalaman sungai, tali untuk mengukur lebar penampang sungai. Berdasarkan metode integrasi kedalaman pengambilan sampel air menggunakan cara merawas. Sampel air yang telah diambil akan dilakukan perlakuan pemisahan sehingga diperoleh endapan sedimen. Endapan sedimen melayang akan dianalisis untuk menentukan laju sedimentasi yang terjadi di muara sungai Wailela kota Ambon. Prediksi laju sedimentasi menggunakan persamaan (Gregory and Walling, 1976) yaitu: Qs = Q Cs... (2) Qs = debit sedimen air sungai (g/detik) Q = debit aliran air sungai (m 3 /detik) Cs = konsentrasi sedimen (mg/liter) 50 P R O SI D I N G

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengambilan sampel sedimen melayang di daerah sungai wailela dianalisis di laboratorium untuk diukur dan dihitung besar konsentrasi sedimen yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi Sedimen Muara Sungai Wailela Stasiun Cs (mg/l) (mg/l) I 218,68877 II 300,98531 261,92792 III 266,10969 Kategori konsentrasi sedimen melayang pada sungai tersebut digunakan standar skala kualitas lingkungan Kep. Men. KLH No.2/1988 (Anonim, 1988) yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kategori Konsentrasi Sedimen Melayang (Cs) Berdasarkan Standar Skala Kualitas Lingkungan Komponen Lingkungan Konsentrasi Sedimen Melayang (mg/l) Nilai dan Rentangan Sangat Jelek Jelek Sedang Baik 500 250 500 100 250 0 100 Berdasarkan Standar Skala Kualitas Lingkungan konsentrasi konsentrasi sedimen pada daerah muara Sungai Wailela termasuk kategori jelek dengan nilai 261,92792 mg/l. Pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang sungai dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel sedimen melayang. Hasil pengukuran disubtitusi ke persamaan (1) yang menghasilkan debit limpasan air sungai (Q) yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Debit Limpasan Air Sungai Wailela Stasiun V (m/s) A (m 2 ) Q (m 3 /s) (m 3 /s) I 0,01614 24,73375 0,39880 0,94528 II 0,04714 25,8298 1,21402 III 0,06061 20,93525 1,22302 Perhitungan debit limpasan air sungai akan digunakan untuk menghitung laju sedimen melayang menggunakan persamaan (2) yang hasilnya ditunjukan dalam Tabel 3. P R O SI D I N G 51

Tabel 4. Laju Sedimen Melayang Muara Sungai Wailela Stasiun Qs (g/detik) (g/detik) I 87,21308 II 365,40219 259,35758 III 325,45747 Secara fisis sedimen dari sungai terjadi karena penyinaran matahari yang terus menerus terhadap batuan di gunung yang bersifat keras seperti granit, andesit, dasit, diorit dan sejenisnya membuat batuan lapuk. Batuan yang telah mengalami pelapukan ini sangat mudah terkena proses erosi. Erosi umumnya dikerjakan oleh air disamping manusia dan faktor yang lain. Pada peristiwa transportasi material di sungai, batuan dengan ukuran pasir, kerikil, kerakal, bongkah dan bolder biasanya terendapkan di bagian hulu, karena dipengaruhi oleh beratnya sendiri dan elevasi (slope) yang makin mendekati landai ke arah hilir. Proses sedimentasi mengalami pemilahan (sorting) butiran batuan secara alami dan umumnya hanya butir sedimen halus seperti pasir dan lumpur saja yang sampai di laut sehingga idealnya makin ke arah laut sedimen makin halus. Lumpur atau pasir yang terangkut dalam bentuk larutan suspensi (suspension) partikel-partikel lumpur tersebar di air. Partikel-partikel lumpur dan pasir dalam air akan masuk secara terus menerus dari DAS ke laut dan akan disebarkan oleh arus laut ke segala arah. Pada lokasi dengan kondisi tenang partikel ini akan diendapkan. Proses sedimentasi atau pengendapan akan disusul oleh proses pemampatan (diagenesis) dan pada akhirnya proses pembatuan (lithification) yang mengakibatkan pengendapan lumpur di muara-muara sungai yang besar, maka akan terbentuknya delta. Sedimentasi pada setiap DAS di muara akan mempercepat proses pendangkalan yang nantinya akan menggangu jalur pelayaran kapal yang masuk dan keluar Teluk Ambon. Salah satu cara yang digunakan mengatasi pengendapan lumpur adalah cara pengerukan. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh besarnya laju sedimen melayang tergantung dari parameter konsentrasi sedimen dan debit limpasan air sungai. Nilai kedua paramater ini semakin besar maka dapat diprediksi bahwa besar laju sedimen melayang berbanding lurus. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Debit limpasan air rerata sungai wailela adalah 0,94528 m 3 /s, rerata konsentrasi sedimen 261,92792 mg/l,rerata laju sedimen melayang sebesar 259,35758g/detik. 2. Konsentrasi sedimen melayang pada sungai wailela termasuk kategori jelek berdasarkan standar skala kualitas lingkungan. 52 P R O SI D I N G

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1988. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, NOMOR: KEP-02/MENKLH/I/1988. Situs : weiekae.files.wordpress.com/.../kep_mlh_02_1988_in... Diakses Tanggal: 13 11 2013 Rahayu S., dkk. 2009. Monitoring Air Di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Centre ICRAF Asia Tenggara. Bogor. Tippler P. A. 1991. Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Erlangga. Ciracas. Walling E. D, Gregory K. J. 1993. Drainage Basin Form And Process: A Geomorphological Approach. Wiley. P R O SI D I N G 53

54 P R O SI D I N G