II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Salak Tanaman salak dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Klas : Monocotyledoneae Ordo : Principes Familia : Palmae Genus : Salacca Spesies : Salacca zalacca (Gaert.) Voss. Sinonim : Salacca edulis Reinw (Tjitrosoepomo 1988) Sebagian ahli menganggap salak yang tumbuh di Sumatra bagian utara berasal dari jenis yang berbeda, yakni Salacca sumatrana Beccari. Salacca zalacca sendiri dibedakan lagi atas 2 varietas, yakni Salacca zalacca Var. Zalacca dari Jawa dan Salacca zalacca Var amboinensis (Becc) Mogea dari Bali dan Pulau ambon (Schuling dan Mogea 1992). Varietas salak dibedakan berdasarkan tekstur daging buah, warna kulit buah, besar buah, aroma dan rasa daging buah. Beberapa yang terkenal di antaranya salak Padangsidempuan dari Sumatra utara, salak condet dari Jakarta, salak pondoh dari Jogyakarta dan salak Bali yang berasal dari Bali. Salak pondoh dan salak bali merupakan varietas salak yang memiliki nilai komersial tinggi (Schuling dan Mogea 1992) Salak merupakan salah satu komoditas unggulan buah asli Indonesia dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Potensi yang unggul dari salak ini untuk agribisnis telah memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani. Keragaman genetik salak yang tinggi memungkinkan tanaman ini dikembangkan untuk memperoleh varietas unggul (Utama et al. 2006) Salak (Salacca zalacca) adalah spesies dari tanaman palem yang berasal dari Malaysia dan Indonesia. Salak tumbuh dengan baik di Asia Tenggara 3
4 (Mongkontanawat 2013, Leontowicz et al. 2006). Salak merupakan buah yang tersebar di seluruh kepulauan di nusantara. Banyak sekali jenis salak, sehingga cukup sulit untuk menghafalkannya. Maka biasanya salak diberi nama menurut penanamannya (Thamrin et al. 2011). Tanaman salak pondoh dapat tumbuh tersebar, dari dataran rendah sampai dataran tinggi (800 mdpl) dan pada daerah yang terkena sinar matahari secara langsung. Namun pada daerah yang terkena sinar matahari secara langsung ini, diperlukan tanaman pelindung terutama pada saat awal penanaman agar tidak layu. Pada tanaman yang sudah berproduksi, pohon pelindung dapat dikurangi dengan cara dipangkas (Rochani 2005) Budidaya salak masih dilakukan secara tradisional. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos dan sampah yang dibenamkan ke dalam tanah. Frekuensi pemupukan yang dilakukan yaitu sebanyak 2 kali per tahun dengan tidak membedakan umur tanaman. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan, namun adapula yang memberi pupuk setelah panen raya. Dosis pupuk kandang yang diberikan yaitu 5 sampai 6 kg per tanaman per tahun (Sukewijaya et al. 2009). Tanaman salak pondoh dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup gembur, subur, cukup mengandung bahan organik, drainase baik dan cukup lembab. Tanaman salak pondoh tidak tahan terhadap air yang menggenang tetapi harus cukup mendapat air (lembab). Media tanam paling baik untuk pertumbuhan salak adalah pasir kuarsa karena memiliki nutrisi yang lengkap (Lestari 2011). Pemangkasan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan pelepah daun yang baru, membersihkan areal tanah agar peredaran udara lebih baik, dan merangsang pembungaan yang lebih teratur. Pemangkasan dilakukan pada saat musim hujan atau pada saat menjelang bunga mekar. Pada tanaman yang mulai produktif berbunga atau berbuah, pemangkasan dilakukan pada tunas atau anakan pada pangkal batang agar tidak mengurangi produktivitas pohon induknya. Pemangkasan dengan meninggalkan tujuh atau lebih pelepah menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Pemangkasan minimum dengan meninggalkan 9
5 12 pelepah adalah lebih baik bagi mendapatkan bunga yang lebih banyak, lebih besar dan lebih sehat (Hashim 2005) 2. Kualitas Salak Salak pondoh memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan salak Bali dan salak Nglumut. Kadar vitamin C pada ketiga salak ini lebih tinggi dibandingkan dengan salak asal Malaysia. Jenis kultivar salak mempengaruhi kadar vitamin C (Ariviani dan Nur 2013). Proses pematangan pada salak pondoh super lebih cepat daripada pada salak pondoh hitam. Hal ini karena pondoh super memiliki polisakarida dan lignin yang lebih tinggi dari pondoh hitam (Lestari et al. 2013) Peningkatan berat buah dipengaruhi oleh perlakuan penjarangan yang berfungsi untuk mengurangi beberapa buah di setiap tandan sehingga kompetisi antara buah-buahan dalam kelompok itu menjadi lebih kecil dan proporsi asimilat untuk setiap buah menjadi lebih besar. Tanaman salak pada umur buah tua dapat meningkatkan berat daging dan gula buah tetapi mengalami penurunan asam dan tanin. Kandungan gula dari varietas salak gading, madu dan budeng yang dipanen pada umur tua sangat tinggi ( Bowo dan Sukartiningrum 2011) Buah salak terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit buah, daging buah yang diselubungi selaput tipis dan biji. Setiap buah salak pondoh memiliki satu sampai tiga biji, berwarna coklat kehitaman, keras, dan pada biji terdapat sisi cembung dan sisi datar (Santoso 1990). Buah termasuk dalam kelompok struktur tumbuhan yang bersifat tertentu, artinya buah akan tumbuh sampai mencapai ukuran tertentu, kemudian berhenti dan akhirnya mengalami penuaan dan kematian. Demikian juga untuk buah salak, selama buah salak belum mencapai ukuran tertentu maka buah akan terus menerus menerima fotosintat sampai mencapai ukuran maksimum. Selama penerimaan fotosintat masih berlangsung maka yang terjadi adalah semakin bertambahnya bahan kering sehingga pengaruhnya, berat buah akan bertambah. Bertambahnya berat buah ini menyebabkan lingkar buah semakin besar sehingga sisik kulit buah ikut melebar (Santosa dan Fauzia 2011).
6 3. Pembentukan Biji dan Buah Menurut Kamil (1982) biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan, tabung sari sari memasuki kantung embrio melalui mikropil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau hasilnya penyatuan, yaitu inti sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang lain dengan kedua inti polar menghasilkan inti sel endosperm pertama yang akan membelah-belah menghasilkan jaringan endosperm. Penampilan fenotipe pembungaan salak terdapat tiga tipe yaitu sebagai berikut : 1. Salak jantan ditandai dengan tongkol bunga yang hanya terdapat bunga jantan saja 2. Salak tipe A, ditandai dengan tongkol bunga yang terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (hermaprodit) 3. Salak tipe B, ditandai dengan tongkol bunga yang terdiri atas bunga jantan rudimenter dan bunga sempurna yang kelamin jantan rudimenter, hingga seolaholah pohon betina Pembungaan salak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama iklim atau musim. Pada musim hujan, tanaman salak cenderung menghasilkan tipe bunga A, sedangkan pada musim kemarau tipe bunga B. Adanya variasi tipe bunga menyebabkan buah salak menghasilkan biji beragam yaitu salak berbiji satu, dua atau tiga (Rukmana 1999) Buah merupakan bagian yang penting dari tanaman karena organ ini merupakan tempat yang sesuai bagi perkembangan, perlindungan, dan penyebaran biji. Pada buah normal, pembentukan buah dimulai dengan adanya proses persarian (polinasi) kepala putik (stigma) oleh serbuk sari (polen) secara sendiri (self pollination) atau oleh bantuan angin, serangga penyerbuk (polinator), dan manusia (cross pollination). Selanjutnya polen berkecambah dan membentuk tabung polen (pollen tube) untuk mencapai bakal biji (ovule). Peristiwa bertemunya polen (sel jantan) dengan bakal biji (sel telur) di dalam bakal buah
7 (ovary) disebut pembuahan (fertilisasi). Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah bersamaan dengan pembentukan biji. Akhirnya akan dihasilkan buah yang fertil (berbiji) (Pardal 2001) Partenokarpi dibedakan menjadi dua tipe yaitu obligator dan fakultatif. Tipe obligator terjadi secara alami (genetic) tanpa ada pengaruh dari luar. Hal ini terjadi karena tanaman memiliki gen yang dapat menyebabkan buah menjadi tanpa biji misalnya pisang. Sedangkan partenokarpi fakultatif terjadi karena pengaruh dari luar misalnya tanaman tomat pada perlakuan suhu dingin dan panas yang dapat menghasilkan buah partenokarpi (Pardal 2001, Karmana 2006) Buah tanpa biji pada kultivar jeruk mandarin dapat diinduksi dengan beberapa faktor bunga jantan atau betina yang steril, poliploidi, cuaca yang tidak normal dan aplikasi zat pengatur tumbuh (Bermejo et al. 2011). Pada partenokarpi proses penyerbukan dan pembuahan berlangsung normal. Namun, pembuahan tersebut mempunyai sifat tidak menumbuhkan bakal biji sama sekali (Setiadi 2007). Partenokarpi atau buah tanpa biji berguna untuk meningkatkan daya tarik konsumen sehingga harga buah tanpa biji juga akan mahal (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian 2009) 4. Kolkisin Pemuliaan tanaman memerlukan adanya keragaman genetik. Keragaman genetik dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen kimiawi seperti kolkisin. Perlakuan dengan menggunakan mutagen kolkisin menyebabkan perubahan pada jumlah dan struktur kromosom yang akan menghasilkan perubahan fenotipe bentuk penampilan tanaman (Oktavia et al. 2013). Salah satu program pemuliaan tanaman yang dapat digunakan untuk mendapatkan kultivar atau varietas unggul adalah dengan teknik pemuliaan mutasi. Penggunaan teknik mutasi dalam program pemuliaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan tanaman poliploidi. Pada poliploidi terjadi penggandaan sel kromosom (Sinaga et al. 2014) Sebagai upaya memenuhi kebutuhan suatu tanaman dapat dilakukan melalui mutasi kromosom menggunakan bahan kimia berupa kolkisin.
8 Kolkisin merupakan suatu senyawa yang dapat mempengaruhi penggandaan kromosom pada proses pembelahan sel. Pemberian kolkisin pada tanaman diharapkan dapat merubah morfologi tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan maupun produksi benih (Saputra et al. 2014). Kolkisin merupakan alkaloid yang berasal dari biji dan umbi tanaman. Kolkisin berpengaruh menghentikan aktifitas benang spindel sehingga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri pada anafase saat pembelahan sel (Pramono 2008, Wiendra et al. 2011). Dengan terhentinya proses pemisahan kromosom pada metafase mengakibatkan penambahan jumlah kromosom dalam sel sehingga menjadi tanaman poliploid dan memiliki akar, batang, daun, bunga serta buah lebih besar dibandingkan tanaman diploid (Redaksi Trubus 2008, Ajijah dan Bermawie 2003) Peningkatan jumlah kromosom berkaitan dengan ukuran sel dan inti sel. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi terjadinya poliploidi. Peningkatan jumlah kromosom pada bawang wakegi disertai dengan peningkatan ukuran sel dan diameter inti sel ujung akar yang lebih besar pada perlakuan kolkisin dibandingkan kontrolnya (Setyowati et al. 2013, Hindarti 2002). Konsentrasi pemakaian kolkisin sebagai senyawa penginduksi poliploidi beragam tergantung pada jenis tumbuhan. Pada tanaman andalas dapat diketahui dengan menggunakan perlakuan kolkisin dengan konsentrasi 0.005% selama 72 jam perendaman sampai 0.15% selama 96 jam perendaman mampu menginduksi tanaman menjadi tetraploid tetapi semakin tinggi konsentrasi kolkisin dengan waktu perendaman yang sama akan menyebabkan persentase muncul akar yang semakin rendah (Fajrina et al. 2012) Penggunaan mutagen fisik seperti iradiasi sinar gamma hanya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biji-biji dari tanaman padi dan palawija agar berumur pendek, tahan serangan hama dan cepat panen. Sedangkan penggunaan mutagen kimia seperti kolkisin banyak menghasilkan keuntungan diantaranya dapat menyebabkan tanaman memiliki ukuran buah yang lebih besar serta tidak berbiji (Soedjono 2003).
9 B. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini antara lain : 1. Terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi kolkisin terhadap pembentukan salak tanpa biji 2. Konsentrasi kolkisin berpengaruh terhadap peningkatan kualitas salak