PERBANDINGAN BESARNYA KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL PADA PEMANENAN KAYU MENGGUNAKAN METODE REDUCED IMPACT LOGGING DAN CONVENTIONAL LOGGING DI IUPHHK PT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

DAMPAK PEMANENAN KAYU TERHADAP TERJADINYA KETERBUKAAN LANTAI HUTAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU Medan 2)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

KETERBUKAAN AREAL HUTAN AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI PULAU SIBERUT KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT ADYTIA MACHDAM PAMUNGKAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Syahrani Samarinda Telp. (0541) Fax (0541)

TINGKAT KERUSAKAN DAN KETERBUKAAN AREAL AKIBAT PENYARADAN KAYU DI HUTAN ALAM DATARAN RENDAH TANAH KERING REINALDO SAPOLENGGU

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING META FADINA PUTRI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

PERENCANAAN PEMANENAN KAYU

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)

PERBANDINGAN DAMPAK PENYARADAN MENGGUNAKAN MONOCABLE (MESIN PANCANG TARIK) DAN BULLDOZER TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

III. METODOLOGI PE ELITIA

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

KERUSAKAN TINGKAT TIANG DAN POHON AKIBAT PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH DI IUPHHK-HA PT. SARI BUMI KUSUMA KALIMANTAN TENGAH ANIS WIJAYANTI

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yosep Ruslim 1 dan Gunawan 2

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

BAB III METODE PENELITIAN

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

II. METODOLOGI. A. Metode survei

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

IV. METODE PENELITIAN

LIMBAH PEMANENAN DAN FAKTOR EKSPLOITASI PADA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

LAPORAN PERHITUNGAN RD, RS, PERSEN PWH, JARAK SARAD RATA RATA DI PETA BERDASARKAN METODE SACHS (1968)

KATA PENGANTAR. Denpasar, Maret 2016 Kepala Balai, Ir. S y a f r i, MM NIP

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

KOMPOSISI JENIS SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM TROPIKA SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU

Transkripsi:

PERBANDINGAN BESARNYA KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL PADA PEMANENAN KAYU MENGGUNAKAN METODE REDUCED IMPACT LOGGING DAN CONVENTIONAL LOGGING DI IUPHHK PT. RATAH TIMBER MARISA M WINDA SITANGGANG DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

PERBANDINGAN BESARNYA KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL PADA PEMANENAN KAYU MENGGUNAKAN METODE REDUCED IMPACT LOGGING DAN CONVENTIONAL LOGGING DI IUPHHK PT. RATAH TIMBER MARISA M WINDA SITANGGANG Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN MARISA M WINDA SITANGGANG. E14070018. Perbandingan Besarnya Kerusakan Tegakan Tinggal pada Pemanenan Kayu menggunakan Metode Reduce Impact Logging dan Conventional Logging di IUPHHK PT. Ratah Timber. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN. Teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar belum digunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia. Reduced Impact Logging (RIL) merupakan teknik yang dipergunakan untuk memperbaiki pemanenan kayu di hutan alam tropis. Dibandingkan menggunakan metode Conventional Logging, metode Reduced Impact Logging dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pemanenan kayu. Tujuan penelitian, yaitu: (1) Mengidentifikasi dan menghitung tingkat kerusakan pohon berdiameter 20 cm yang disebabkan pemanenan kayu menggunakan metode RIL dan CL; (2) Menganalisis hubungan tingkat kerusakan pohon berdiameter 20 cm dengan kelerengan lahan, kerapatan tegakan dan intensitas pemanenan pada pemanenan kayu menggunakan metode RIL dan CL; dan (3) Membandingkan besarnya kerusakan pohon berdiameter 20 cm akibat pemanenan kayu menggunakan metode RIL dan CL. Penelitian ini dilakukan di IUPHHK PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2011. Plot pengamatan dibuat berupa petak berbentuk persegi berukuran 100 m x 100 m, masing-masing 10 plot untuk kedua metode pemanenan. Data yang dikumpulkan berupa kerapatan awal tegakan, intensitas pemanenan, dan kemiringan lahan. Hasil penelitian menunjukkan (1) Tingkat kerusakan paling besar yang terjadi baik pada metode pemanenan CL maupun RIL adalah tingkat kerusakan berat, masing-masing sebesar 66,5% dan 74,51%; (2) Faktor yang mempengaruhi terjadinya kerusakan tegakan tinggal pada pemanenan kayu adalah intensitas pemanenan; dan (3) Metode RIL dapat menurunkan kerusakan tegakan tinggal sebesar 9,56% atau sebanyak 2,9 pohon per hektar dibandingkan dengan metode CL. Kata kunci: pemanenan kayu, hutan alam tropis, reduce impact Logging, conventional logging, kerusakan tegakan tinggal.

SUMMARY MARISA M WINDA SITANGGANG. E14070018. Comparison of Residual Stand Damage on Timber Harvesting Using Reduce Impact Logging and Conventional Logging Methods in IUPHHK PT. Ratah Timber. Supervised by JUANG RATA MATANGARAN. The implementation of planning techniques and timber harvesting is not yet carried out appropriately on timber harvesting in natural forests of Indonesia. Reduced Impact Logging (RIL) is considered as a technique to reform timber harvesting in tropical natural forests. Compared to Conventional Logging, Reduced Impact Logging can reduce the environmental damage caused by timber harvesting. This research purposes are to (1) Identify and quantify the extent of stand damage of trees with diameter 20 cm and up caused by timber harvesting using RIL and CL methods; (2) Analyze the correlation of stand damage of trees with diameter 20 cm and up with slope, stand density and harvesting intensity on timber harvesting using RIL and CL methods; and (3) Compare the amount of the damaged trees with diameter 20 cm and up due to timber harvesting using RIL and CL methods. The research was carried out at IUPHHK PT. Ratah Timber, East Kalimantan from April to July 2011. Plot observations created on square-shaped plots measuring 100 m x 100 m, each 10 plots for both methods. Data collected were number of stand density, intensity of harvesting, and the slope. The results showed (1) Greatest extent of damage that occurred in both CL and RIL harvesting methods was heavily damaged, respectively 66,5% and 74,51%; (2) The factor that influenced residual stand damage on timber harvesting is intensity of harvesting; and (3) RIL method can reduce the residual stand for 9,56% or 2,9 trees per hectar compared to CL method. Keywords: timber harvesting, tropical natural forest, reduce impact logging, conventional logging, residual stand damage.

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Besarnya Kerusakan Tegakan Tinggal pada Pemaenann Kayu Menggunakan Metode Reduced Impact Logging dan Conventional Logging di IUPHHK PT. Ratah Timber adalah benar-benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2011 Marisa M Winda Sitanggang

LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Perbandingan Besarnya Kerusakan Tegakan Tinggal pada Pemanenan Kayu Menggunakan Metode Reduced Impact Logging dan Conventional Logging di IUPHHK PT. Ratah Timber Nama : Marisa Margareth Winda Sitanggang NIM : E14070018 Menyetujui: Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS NIP. 19631221 198803 1 001 Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Hutan, Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001 Tanggal lulus :

i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih karunia, hikmat dan penyertaannya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Perbandingan Besarnya Kerusakan Tegakan Tinggal pada Pemanenan Kayu Menggunakan Metode Reduced Impact Logging dan Conventional Logging di IUPHHK PT. Ratah Timber. Penelitian dilaksanakan di IUPHHK PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur pada April sampai dengan Juli 2011. Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya masih tidak dilakukan secara professional, sehingga keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan mengalami kegagalan. Pemanenan kayu yang dilakukan di hutan alam tropis selama ini sangat merusak hutan tropis karena produsen tidak menghiraukan kaidah-kaidah pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan. Reduced Impact Logging (RIL) merupakan teknik pemanenan yang digunakan untuk memperbaiki pemanenan kayu di hutan alam tropis agar dapat mengurangi dampak negatif kegiatan pembalakan hutan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibandingkan bersarnya kerusakan tegakan tinggal yang terjadi dengan menerapkan metode CL (Conventional Logging) dan RIL pada proses pemanenan kayu. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan metode RIL pada proses pemanenan kayu di hutan alam tropis dapat mengurangi kerusakan tegakan tinggal yang terjadi. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Desember 2011 Penulis

ii UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melancarkan penelitian dan pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS sebagai pembimbing atas saran, nasehat, arahan, dan bimbingan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Kedua orang tua tercinta serta seluruh keluarga atas kasih sayang, doa, dukungan moral, dan material serta semangat yang diberikan kepada penulis selama menempuh studi. 3. Segenap Direksi, Staf, dan Karyawan PT. Ratah Timber yang telah menyediakan sarana dan prasarana serta membantu dalam pengambilan data penelitian di lapangan. 4. Teman-teman Manajemen Hutan angkatan 44 atas semangat, dukungan, dan kekeluargaanya. 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

iii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangururan pada tanggal 25 Maret 1989 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Arifin Sitanggang dan Ibu Nurhaida Naibaho. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tahun 1995 hingga 2001 di SD Negeri No. 173741 Pangururan. Jenjang pendidikan penulis dilanjutkan ke pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada tahun 2001 sampai 2004 di SLTP Swasta Budi Mulia Pangururan. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Swasta Cahaya Medan. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2007 dengan mayor Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Gunung Burangrang-Cikeong, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi dan Praktek Kerja Lapang di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif sebagai anggota International Forestry Student s Association (IFSA) pada periode 2008-2009 dan sebagai anggota Forest Management Student Club (FMSC). Penulis pernah menjadi asisten praktikum Fisika Dasar Tahun Ajaran 2009/2010. Sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dengan judul Perbandingan Besarnya Kerusakan Tegakan Tinggal pada Pemanenan Kayu Menggunakan Metode Reduced Impact Logging dan Conventional Logging di IUPHHK PT. Ratah Timber di bawah bimbingan Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS.

iv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4 2.1 Pemanenan Hutan... 4 2.2 Conventional Logging... 4 2.3 Reduced Impact Logging... 5 2.4 Kerusakan Tegakan Tinggal... 9 2.5 Keterbukaan Areal... 16 BAB III METODOLOGI... 19 3.1 Lokasi Penelitian... 19 3.2 Objek dan Alat Penelitian... 19 3.3 Batasan Masalah Penelitian... 20 3.4 Desain Petak dan Plot Pengamatan... 20 3.5 Tahapan Penelitian... 20 3.5.1 Pemanenan menggunakan Metode RIL... 20 3.5.2 Pemanenan menggunakan Metode CL... 24 3.6 Pengumpulan Data... 25 3.6.1 Kerusakan tegakan tinggal... 25 3.6.2 Keterbukaan areal... 26 3.7 Data Sekunder... 26 3.8 Analisis Data... 27 3.8.1 Kerusakan tegakan tinggal... 27 3.8.2 Keterbukaan areal akibat kegiatan penyaradan... 28 3.8.3 Analisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keruskan tegakan tinggal... 28 3.8.4 Analisis pengaruh penerapan metode RIL pada pemanenan kayu... 29 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN... 31 4.1 Kondisi Biofisik... 30 4.1.1 Letak dan luas IUPHHK... 30

v 4.1.2 Jenis tanah dan geologi... 31 4.1.3 Topografi... 31 4.1.4 Iklim... 32 4.1.5 Hidrologi... 32 4.1.6 Kondisi hutan... 33 4.2 Kondisi Sosial Ekonomi... 34 4.2.1 Kependudukan... 34 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 35 5.1 Kondisi Plot Penelitian... 35 5.2 Kegiatan Pemanenan Kayu... 38 5.3 Kerusakan Tegakan Tinggal... 39 5.3.1 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan... 39 5.3.2 Kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal akibat kegiatan penyaradan... 45 5.3.3 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan dan penyaradan... 48 5.4 Hubungan antara Intensitas Pemanenan, Kerapatan Tegakan, dan Kelerengan Lahan terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal... 50 5.4.1 Hubungan antara intensitas pemanenan, kerapatan tegakan, dan kelerengan lahan terhadap kerusakan tegakan tinggal pada pemanenan menggunakan metode CL... 50 5.4.2 Hubungan antara intensitas pemanenan, kerapatan tegakan, dan kelerengan lahan terhadap kerusakan tegakan tinggal pada pemanenan menggunakan metode RIL... 53 5.5 Pengaruh Penerapan Metode RIL pada Pemanenan Kayu terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal... 55 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 58 6.1 Kesimpulan... 58 6.2 Saran... 58 DAFTAR PUSTAKA... 59 LAMPIRAN... 61

vi No. DAFTAR TABEL Halaman 1 Perbedaan metode pemanenan RIL dan CL... 7 2 Kerusakan tegakan tinggal dan areal terbuka akibat pemanenan kayu... 10 3 Kerusakan tegakan tinggal berdasarkan jumlah populasi... 10 4 Rata-rata produktivitas dan efisiensi penebangan... 11 5 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan terkendali... 12 6 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan konvensional... 13 7 Tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan konvensional... 13 8 Tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan terkendali... 14 9 Distribusi kelas diameter (cm) dalam 1 ha... 15 10 Persentase tingkat kerusakan pohon... 15 11 Keterbukaan lahan akibat penyaradan yang direncanakan... 16 12 Keterbukaan lahan akibat penyaradan konvensional... 17 13 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT. Ratah Timber... 30 14 Luas areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan... 30 15 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah... 31 16 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber... 31 17 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata-rata di sekitar areal IUPHHK PT. Ratah Timber... 32 18 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber... 33 19 Perkiraan kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber pada akhir 2010... 33 20 Jumlah dan kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. Ratah Timber... 34 21 Kondisi plot penelitian yang menggunakan metode pemanenan CL... 36 22 Kondisi plot penelitian yang menggunakan metode pemanenan RIL... 37 23 Bentuk kerusakan dan jumlah pohon yang rusak pada plot penelitian akibat penebangan menggunakan metode CL... 40 24 Bentuk kerusakan dan jumlah pohon yang rusak pada plot penelitian akibat penebangan menggunakan metode RIL... 40 25 Tipe kerusakan tegakan tinggal pada penebangan menggunakan metode CL... 42 26 Tipe kerusakan tegakan tinggal pada penebangan menggunakan metode RIL... 42

vii 27 Distribusi diameter pohon yang rusak dan persentase kerusakan setiap plot akibat penebangan pada plot menggunakan metode CL... 43 28 Distribusi diameter pohon yang rusak dan persentase kerusakan setiap plot akibat penebangan pada plot menggunakan metode CL... 44 29 Kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan menggunakan metode CL... 45 30 Kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan menggunakan metode RIL... 46 31 Analisis uji t berpasangan untuk pemanenan menggunakan metode CL dan RIL pada keterbukaaan areal... 47 32 Kerusakan tegakan tinggal setelah penebangan dan penyaradan pada pemanenan menggunakan metode CL... 48 33 Kerusakan tegakan tinggal setelah penebangan dan penyaradan pada pemanenan menggunakan metode RIL... 49 34 Besarnya kerusakan tegakan tinggal intensitas pemanenan, kerapatan tegakan, dan kelerengan lahan pada metode pemanenan CL... 51 35 Hasil analisis ragam hubungan kerusakan tegakan tinggal menggunakan intensitas pemanenan, kerapatan tegakan, dan kelerengan lahan pada metode pemanenan CL... 52 36 Hubungan antar peubah dengan besarnya kerusakan tegakan tinggal... 52 37 Besarnya kerusakan tegakan tinggal intensitas pemanenan, kerapatan tegakan, dan kelerengan lahan pada metode pemanenan RIL... 53 38 Hasil analisis ragam hubungan kerusakan tegakan tinggal dengan intensitas pemanenan, kerapatan tegakan, dan kelerengan lahan pada metode pemanenan RIL... 54 39 Hubungan antar peubah dengan besarnya kerusakan tegakan tinggal... 54 40 Hasil uji t berpasangan untuk pemanenan menggunakan metode CL dan RIL pada kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan... 56

viii DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1 Bagan alir pemanenan kayu menggunakan metode RIL... 24 2 Bagan alir pemanenan kayu menggunakan metode CL... 26

ix DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1 Pohon layak tebang berdasarkan LHC pada plot CL... 62 2 Pohon layak tebang berdasarkan LHC pada plot RIL... 64 3 Rekapitulasi keterbukaan areal jalan sarad pada plot CL... 66 4 Rekapitulasi keterbukaan areal jalan sarad pada plot RIL... 69 5 Rekapitulasi kerusakan pada kegiatan penebangan pada plot CL... 71 6 Rekapitulasi kerusakan pada kegiatan penebangan pada plot RIL... 75 7 Pengecatan kuning pada pohon sebagai tanda batas plot... 79 8 Patah batang pada tegakan tinggal akibat penebangan pada plot menggunakan metode CL... 79 9 Pohon miring pada tegakan tinggal akibat penebangan pada plot menggunakan metode RIL... 80 10 Patah batang pada tegakan tinggal akibat penebangan pada plot menggunakan metode RIL... 80 11 Luka batang pada tegakan tinggal akibat penebangan pada plot menggunakan metode RIL... 81 12 Penyaradan dengan menggunakan bulldozer CAT D7G... 81 13 Penandaan trase sarad pada pemanenan menggunakan metode RIL... 81 14 Peta lokasi penelitian... 82

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumberdaya hutan yang banyak dimanfaatkan adalah kayu. Kayu akan mempunyai nilai manfaat apabila dapat dikeluarkan dari hutan untuk didistribusikan kepada konsumen yang memerlukan manfaat dari hasil hutan tersebut. Kegiatan mengeluarkan kayu atau hasil hutan lainnya dari hutan ke lokasi lain disebut dengan pemanenan hutan (Suparto 1997). Terdapat berbagai tahapan dalam pemanenan hasil hutan kayu, mulai dari perencanaan pemanenan, pembukaan wilayah hutan, penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengangkutan, sampai pada penimbunan kayu. Elias (2008) menyatakan pada proses pemanenan kayu, produsen sering hanya mementingkan keuntungan material dan intensitas yang berlebihan tetapi tidak melihat dampak kerusakan yang diakibatkan dalam proses pemanenan. Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan pemanenan kayu ini tidak dapat dihindarkan. Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya belum dilakukan secara professional, sehingga keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan oleh penerapan silvikultur belum diintegrasikan dengan sistem pemanenan kayu. Selain itu, teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar belum digunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia. Reduced Impact Logging (RIL) merupakan teknik pemanenan yang digunakan untuk memperbaiki pemanenan kayu di hutan alam tropis. Para ahli pemanenan kayu menganggap selama ini pemanenan kayu yang dilakukan di hutan alam tropis sangat merusak hutan tropis, karena produsen tidak menghiraukan prinsip-prinsip dan kaidahkaidah pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan dan tidak mengikuti prinsip pengelolaan hutan lestari yang berdasarkan kelestarian ekosistem (Elias 2002a). Selama ini telah diketahui oleh para rimbawan bahwa teknik-teknik Reduced Impact Logging dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pemanenan kayu. Namun, produsen pada dasarnya jarang menerapkannya dengan berbagai alasan, antara lain: biaya pemanenan sangat tinggi, tidak ada

2 tenaga terampil yang dapat melaksanakan, dan lain-lain. Hal ini disebabkan kurangnya wawasan terhadap konsep, keuntungan dan manfaat RIL terhadap pengelolaan hutan lestari (Elias 2002a). PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola hutan dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Kayu (IUPHHK) pada hutan alam berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2009. Keputusan Menteri Kehutanan tersebut merupakan izin perpanjangan kedua setelah sebelumnya mendapatkan izin perpanjangan pertama berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/2000. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2009, luas areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber adalah ± 93.425 ha, terletak di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Jangka waktu IUPHHK berlaku selama 45 tahun terhitung sejak tanggal 8 November 2010 dan akan berakhir pada tanggal 7 November 2055. Manajemen PT. Ratah Timber memiliki komitmen untuk mengelola hutan secara lestari dan bercita-cita untuk mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan alam lestari (SFM). Salah satu metode yang dikembangkan untuk memperbaiki metode dan tahapan pengelolaan hutan adalah Reduced Impact Logging (RIL). RIL merupakan metode logging yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif kegiatan pembalakan hutan terhadap lingkungan. Langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan uji coba RIL mulai dari tahun 2009 sebanyak 2 petak, yaitu: petak H1 dan petak H2, tahun 2010 sebanyak 2 petak tebangan, yaitu: petak J12 dan petak J13, dan pada tahun 2011 adalah implementasi RIL untuk seluruh petak tebang. Penelitian kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan menggunakan metode Conventional Logging dan Reduce Impact Logging sangat penting dilakukan mengingat tujuan perusahaan untuk mendapatkan sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC).

3 1.2 Tujuan 1. Mengidentifikasi dan menghitung tipe kerusakan pohon berdiameter 20 cm yang disebabkan oleh pemanenan kayu menggunakan metode RIL dan CL. 2. Menganalisis hubungan tingkat kerusakan pohon berdiameter 20 cm dengan kelerengan, kerapatan tegakan dan intensitas penebangan pada pemanenan kayu menggunakan metode RIL dan CL. 3. Membandingkan besarnya kerusakan pohon berdiameter 20 cm akibat pemanenan kayu menggunakan metode RIL dan CL.

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Nugraha et al. (2007) menyatakan bahwa kegiatan pemanenan sebagai bagian dari sistem silvikultur merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam suatu kegiatan pengelolaan hutan. Di satu sisi, pemanenan kayu bertujuan untuk menghasilkan kayu dan produk hutan lainnya untuk diolah menjadi barang-barang yang dibutuhkan konsumen, sedangkan silvikultur diarahkan untuk menjamin keberlangsungan produktivitas hutan dan nilai-nilai non-pasar yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, pemanenan harus mampu melindungi tegakan tinggal, mempercepat regenerasi pohon dan tumbuhan lain yang sesuai dengan rencana jangka panjang silvikultur, serta melindungi dari kerusakan tanah, air dan satwa yang ada di dalamnya. 2.2 Conventional Logging Conventional logging (pemanenan konvensional) sering-kali dideskripsikan sebagai suatu metode operasi pemanenan yang tidak terencana dan tidak terkontrol. Pemanenan seperti ini akan menyebabkan kerusakan berlebih sehingga akan terjadi ketidakseimbangan antara regenerasi alami dan produksi serta hasil hutan pun akan berkurang. Elias (1998) menyatakan bahwa Conventional Logging adalah praktek pemanenan kayu yang umum dilakukan di hutan alam tropika Indonesia hingga saat ini. Pemilik izin atau kontraktor pada pemanenan kayu biasanya melaksanakan pemanenan kayu dengan cara yang sangat sederhana, kebanyakan tanpa rencana pemanenan kayu yang matang, arahan kerja yang tidak tepat dalam operasi pemanenan, menggunakan teknik yang tidak benar, dan kurangnya dalam pengawasan, sebagai berikut: 1. Peta pohon yang tidak disertai dengan peta kontur 2. Jaringan jalan sarad dan arah rebah pohon yang akan ditebang tidak direncanakan di peta dan di lapangan 3. Operasi penebangan dan penyaradan tidak menggunakan peta pemanenan kayu 4. Teknik penebangan yang salah (takik rebah dan takik balas masih terlalu tinggi) dan membahayakan penebang

5 5. Jaringan jalan sarad yang terjadi pada umumnya merupakan pola jaringan jalan sarad acak (tidak sistematis) 6. Teknik penyaradan jarang menggunakan teknik whincing. Bulldozer langsung mendekati kayu yang akan disarad 7. Operator chainsaw dan operator bulldozer bekerja secara terpisah dan tidak menggunakan peta lokasi pohon dalam kegiatan mereka 8. Tidak ada kegiatan perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu. 2.3 Reduced Impact Logging Reduced Impact Logging (RIL) adalah metode pemanenan kayu berdasarkan prespektif hutan dan survei hutan dalam rangka memperoleh data yang diperlukan untuk mendesain lay out petak-petak tebang, unit-unit inventarisasi dan merencanakan operasi pemanenan kayu (Elias 1998). RIL merupakan metode pemanenan kayu yang ramah lingkungan bila dibandingkan dengan metode pemanenan kayu konvensional. Metode RIL merupakan penyempurnaan/perbaikan cara pemanenan kayu CL. RIL menekankan pada perencanaan yang mendetil dan terperinci, menggunakan teknik-teknik yang tepat pada pelaksanaan pemanenan, melakukan pengawasan yang ketat dalam operasi pemanenan untuk meminimalkan kerusakan pada tegakan tinggal dan tanah. Dalam penerapan konsep RIL ada enam titik krusial perbaikan teknik perbaikan pemanenan kayu (Elias, 1998), sebagai berikut: 1. Perencanaan sebelum pemanenan 2. Pembukaan wilayah hutan 3. Operasi penebangan 4. Operasi penyaradan 5. Operasi pengangkutan 6. Operasi perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu. Ciri-ciri adanya penerapan RIL dalam suatu FMU (Forest Management Unit) (Elias 2002a), sebagai berikut: 1. Peta pohon dan garis kontur berskala besar yang dipakai sebagai bahan/informasi dasar untuk mendesain rencana pemanenan kayu 2. Peta rencana pemanenan kayu yang memuat informasi berikut:

6 a. Topografi/garis kontur b. Areal yang dilindungi dan dikeluarkan dari areal tebangan/tidak boleh ditebang c. Lokasi/posisi pohon masak tebang, pohon inti, pohon lindung dan pohon induk d. Jaringan jalan angkutan dan jaringan jalan sarad e. Rencana arah penyaradan dan arah rebah pohon yang akan ditebang 3. Penggunaan peta pemanenan kayu dalam operasi penebangan dan penyaradan 4. Penebangan sesuai dengan arah rebah yang direncanakan dan menggunakan teknik yang tepat 5. Pembuatan jalan sarad sesuai dengan rencana 6. Menggunakan teknik winching 7. Koordinasi operator chainsaw, operator bulldozer, mandor, supervisor dan inspector blok secara teratur 8. Breefing rutin mengenai prosedur dan teknik penebangan 9. Menetapkan tarif upaya yang adil dan transparan. Kelebihan metode pemanenan RIL terletak pada perencanaan yang baik yang didukung data lengkap dan akurat, pengetahuan teknik dan standar pembangunan prasarana PWH dan teknik pemanenan kayu ramah lingkungan, serta sebab-akibat kerusakan yang mungki terjadi dan cara-cara mencegah kerusakan lingkungan yang dapat dihindari (Elias, 2008). Perbedaan antara metode pemanenan RIL dan CL dapat seperti disajikan pada Tabel 1.

7 Tabel 1 Perbedaan metode pemanenan RIL dan CL No. Kegiatan RIL CL 1. Perencanaan a. Sebelum perencanaan penebangan 1) Inventarisasi hutan sebelum penebangan 2) Pemetaan kontur dan pohon b. Penataan zona penebangan 1) Penataan areal produksi kayu 2) Manajemen areal non produksi kayu c. Perencanaan penebangan Perencanaan jalan 1) Pembuatan rencana penebangan 2) Operasi sebelum penebangan 3) Persiapan lapangan sebelum penebangan 2. Operasi penebangan a. Supervisi operasi pembalakan 1) Supervisor produksi dan inspektur blok 2) Mandor 3) Penebang dan helper 4) Operator bulldozer dan helper Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada b. Operasi penebangan 1) Pemeriksaan chainsaw 2) Pembukaan TPn dan jalan sarad 3) Penebangan a) Sesuai perencanaan pada peta b) Pemeriksaan keadaan lokasi penebangan c) Penentuan arah rebah pohon, pembuatan jalur penyelamatan dan pemberi peringatan d) Pembersihan batang dari cabang dan pemotongan tajuk pohon e) Pengukuran dan pemotongan batang Tidak ada Tidak ada Tidak ada

8 No. Kegiatan RIL CL f) Memasang nomor pohon pada tunggak dan pada ujung bontos g) Membuka jalur winching h) Menuju pohon lain yang akan ditebang Tidak ada c. Operasi penyaradan 1) Pemeriksaan bulldozer 2) Pembuatan TPn dan jalan sarad 3) Operasi penyaradan d. Operasi di TPn Tidak ada 3. Pemeliharaan a. Pemeliharaan dan servis 1) Pemeliharaan peralatan bergerak 2) Pemeliharaan gedung bahan bakar dan oli 3) Servis lapangan 4) Pembuangan sampah dan limbah beracun b. Kesehatan camp Pemeliharaan persediaan air, genangan air dan fasilitas tambahan c. Keselamatan kerja Tidak ada Tidak ada Tidak ada 4. Pasca pemanenan a. Penutupan jalan b. Penutupan jalan sarad c. Penutupan penyeberanagan sementara d. Penutupan jalan tambang e. Penutupan TPn f. Penutupan camp dan bengkel g. Pemeliharaan rutin Sumber: Nugraha et al. 2007 dan Elias 1998 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

9 2.4 Kerusakan Tegakan Tinggal Kerusakan tegakan tinggal adalah kerusakan yang terjadi pada bagian tegakan yang sebenarnya tidak termasuk dalam rencana untuk dipanen hasilnya pada waktu itu. Kerusakan kerusakan itu, antara lain: pohon roboh atau pohon masih berdiri yang bagian batang, banir atau tajuknya rusak dan diperkirakan tidak dapat tumbuh lagi dengan normal. Penebangan dengan sistem tebang pilih (konvensional) membuat mosaik gangguan hutan. Pembalakan biasanya menyebabkan beberapa kerusakan terhadap tegakan tinggal. Kerusakan tersebut termasuk pengupasan dan pemadataan tanah akibat pergerakan alat berat sepanjang jalan sarad pada kegiatan untuk mengeluarkan kayu dari dalam hutan. Penarikan dan pengangkutan kayu juga menyebabkan rusaknya vegetasi tegakan tinggal. Tumbuhan pada tingkat pancang, tiang dan pohon, terutama yang ada di sekitar lintasan jalan hutan menjadi rusak atau mati (Ernayati & Nina 2004). Hasil penelitian RIL di negara-negara berkembang yang mempunyai hutan alam tropika luas dimulai sejak tahun 1980-an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanenan kayu secara konvensional dalam sistem TPTI mengakibatkan kerusakan lebih berat dan lebih besar pada tanah dan tegakan tinggal dibandingkan dengan cara pemanenan kayu berwawasan lingkungan. Hasil penelitian Elias (1997) pada Tabel 2 menunjukkan bahwa metode pemanenan berwawasan lingkungan mampu mengurangi 50% kerusakan tegakan tinggal dibandingkan dengan metode pemanenan konvensional. Jika dilihat tingkat kerusakan berdasarkan besarnya luka pada tiap pohon yang mengalami kerusakan akibat pemanenan kayu, tingkat kerusakan berat memiliki proporsi yang paling besar, yaitu: 28,99% (pemanenan menggunakan metode CL) dan 11,99% (pemanenan menggunakan metode RIL). Menurut jumlah pohon dan tahapan perkembangan vegetasi, kerusakan tegakan tinggal paling besar terjadi pada tiang dan pohon, yaitu: 40,42% (pemanenan menggunakan metode CL) dan 19,08% (pemanenan menggunakan metode RIL).

10 Tabel 2 Kerusakan tegakan tinggal dan areal terbuka akibat pemanenan kayu No. Keterangan Metode Pemanenan CL RIL 1. Berdasarkan jumlah/populasi pohon dan tahapan perkembangan vegetasi (%) a. Anakan b. Pancang c. Tiang dan pohon 33,47 34,93 40,42 17,65 19,59 19,08 2. Berdasarkan ukuran luka (%) a. Luka ringan b. Luka sedang c. Luka berat 3. Areal terbuka (%) a. Disebabkan penebangan b. Disebabkan penyaradan Sumber: Elias (1997) 7,23 4,65 28,99 11,10 8,73 4,16 2,93 11,99 7,65 5,21 Hasil penelitian yang dilakukan Elias (2002b) menyatakan tingkat kerusakan pada pohon berdiameter 10 cm berkisar antara 9,39% sampai 35,42% dengan rata-rata 21,96% (Tabel 3). Tabel 3 Kerusakan tegakan tinggal berdasarkan jumlah populasi Pohon Pohon Pohon Kerusakan Tingkat Plot Sebelum yang yang Rusak Tegakan Pemanenan Kayu Dipanen ( 10 cm) Tinggal Kerusakan ( 10 cm) (%) 1 697 6 146 21,13 Ringan 2 748 17 249 35,43 Sedang 3 620 2 58 9,59 Berat Sumber: Elias (2002b) Berdasarkan Tabel 3, intensitas pemanenan yang semakin tinggi akan menyebabkan kerusakan tegakan tinggal semakin tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan tipe-tipe kerusakan pohon akibat penebangan, sebagai berikut. 1. Rusak tajuk : 49,45% 2. Patah batang : 23,08% 3. Roboh : 19,23% 4. Luka batang/kulit dan pecah batang : 8,24% Penebangan adalah salah satu aktivitas pemanenan yang merupakan awal dari rangkaian pemanenan kayu. Penebangan didefenisikan sebagai proses untuk merebahkan pohon dan membagi batang sesuai ketentuan yang berlaku. Umumya,

11 teknik yang dilakukan operator chainsaw didasarkan pada kebiasaan dan kenyamanannya tanpa mempertimbangkan standar kerja. Hasil penelitian Suhartana dan Krisdianto (2005) menyatakan bahwa kerusakan tegakan tinggal pada penebangan dengan teknik pemanenan konvensional lebih tinggi daripada penanenan dengan teknik berdampak rendah (Tabel 4). Tabel 4 Rata-rata kerusakan tegakan Plot Intensitas Kerapatan Pohon Kemiringan Kerusakan Tebang Awal yang Rusak Lahan Tegakan (pohon/ha) (pohon/ha) (pohon/ha) (%) (%) a. Teknik Penebangan Konvensional 1 6 155 10 13 6,71 2 9 147 12 21 8,69 3 7 162 11 18 7,10 4 6 141 9 9 6,67 28 605 42 61 29,17 M 7 151,25 10,50 15,30 7,29 SD 1,41 9,18 1,29 5,32 0,95 CV 20,10 6,10 12,30 34,80 13,00 (%) b. Teknik Penebangan Berdampak Rendah 1 7 152 6 12 4,14 2 5 125 2 14 4,17 3 8 253 14 17 5,52 4 4 119 5 10 3,48 24 549 27 53 17,31 M 6,00 137,30 6,75 13,25 4,33 SD 1,83 17,78 5,12 2,99 0,86 CV 30,50 12,90 75,80 22,60 19,90 (%) Keterangan: = Jumlah, M= Nilai tengah, SD= Standar deviasi, CV= koefisien keragaman Sumber: Suhartana dan Krisdianto (2005) Tabel 4 menyatakan bahwa kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan secara konvensional adalah 7,29%. Ini berarti menebang 7 pohon/ha akan menyebabkan kerusakan tegakan sebesar 7,29% x (151,25-7) pohon/ha = 10,5 pohon/ha. Kerusakan yang disebabkan penebangan dengan teknik berdampak rendah adalah 4,33%. Ini berarti menebang 6 pohon/ha akan menyebabkan kerusakan tegakan tinggal sebanyak 4,33% x (137,3-6) pohon/ha = 5,7 pohon/ha. Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kerusakan

12 pohon yang disebabkan penebangan berdampak rendah lebih kecil daripada penebangan secara konvensional dengan perbedaan sebesar 2,96%. Kesimpulan ini diperkuat oleh hasil uji t sebesar 10,864**. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf nyata 99% (3,707). Hal ini berarti perbedaan kerusakan tegakan pada kedua teknik pemanenan adalah berbeda sangat nyata (** sangat nyata). Dulsalam et al. (1989) menyatakan dalam kegiatan penyaradan kayu, betapapun hati-hatinya dilaksanakan akan tetap menimbulkan kerusakan pada vegetasi dan tanah yang timbul karenanya tidak mungkin ditiadakan sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh gerakan-gerakan bulldozer sewaktu mendatangi dan menyarad kayu yang menabrak dan menggusur pohon-pohon yang masih berdiri di sekitarnya. Selama bulldozer bergerak dari dan ke tempat pengumpulan, kemungkinan kerusakan tegakan akan selalu terjadi. Berdasarkan hal tersebut, maka semakin rapat tegakan yang dilalui bulldozer, akan semakin banyak kerusakan yang terjadi. Hasil penelitian Suhartana (2001) menunjukkan bahwa kerusakan tegakan tinggal rata-rata untuk penebangan terkendali sebesar 7,05% dan untuk konvensional rata-rata sebesar 11,7%. Terjadi penurunan sebesar 4,70 % bila teknik penebangan terkendali digunakan (Tabel 5 dan Tabel 6). Tabel 5 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan terkendali No. Pohon Pohon Sebelum Kemiringan Kerusakan Pohon Rusak Petak Ditebang Pemanenan lapangan Pohon (Plot) (pohon/ha) (pohon/ha) (pohon/ha) C NC C NC (%) (%) 1 9 130 125 5 6 5 1 10 4,9 2 10 200 190 10 5 14 1 20 7,89 3 9 150 143 7 18 7 1 15 5,7 4 12 280 270 10 26 25 1 25 9,7 40 760 728 32 55 51 4 70 28,15 R 10,00 190,00 182,00 8,00 13,75 12,75 1,00 17,5 7,05 SD 1,41 66,83 64,75 2,45 9,03 9,03 1,00 6,45 2,17 KK (%) 14,10 35,17 35,58 30,62 65,67 70,82-36,86 30,78 Keterangan: = Jumlah; R = Rata-rata; SD = Simpangan baku; KK = Koefisien Keragaman; C = Niagawi; NC = Non-Niagawi Sumber : Suhartana (2001)

13 Tabel 6 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan konvensional No. Pohon Pohon Sebelum Kemiringan Kerusakan Pohon Rusak Petak Ditebang Pemanenan lapangan Pohon (Plot) (pohon/ha) (pohon/ha) (pohon/ha) C NC C NC (%) (%) 1 12 275 266 9 39 37 2 25 14,83 2 10 190 184 6 21 29 1 20 11,66 3 8 140 137 3 13 12 1 10 9,85 4 10 160 155 5 16 15 1 15 10,66 40 765 742 23 89 84 5 70 47 R 10 191,25 185,50 5,75 22,25 21,00 1,25 17,5 11,75 SD 1,63 59,49 57,05 2,50 11,64 11,16 0,50 6,45 2,18 KK (%) 16,30 31,11 30,75 43,38 52,31 53,14 40,00 36,80 18,55 Keterangan: = Jumlah; R = Rata-rata; SD = Simpangan baku; KK = Koefisien keragaman; C = Niagawi; NC = Non-Niagawi Sumber : Suhartana (2001) Sukadaryati et al. (2002) menyatakan kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan dengan menggunakan bulldozer Caterpilar D7G di areal hutan alam yang dipanen dengan sistem tebang pilih, ternyata menimbulkan tingkat kerusakan tegakan tinggal yang berbeda antara teknik penyaradan konvensional dan terkendali (Tabel 7 dan Tabel 8). Tabel 7 Tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan konvensional No. Kerapatan Jumlah Kerusakan Tegakan Kelerengan Tegakan Pohon Disarad Tinggal Petak (pohon/ha) (pohon/ha) (pohon/ha) (%) (%) 1 246 6 42 17,5 16 2 278 5 51 18,7 9 3 210 7 49 24,1 18 4 198 8 45 23,7 23 5 226 5 38 17,2 17 JML 1158 31 225 101,2 80 R 231,6 6,2 45,0 20,2 16,0 SD 31,6 1,3 5,2 3,4 5,1 KK 13,6 21,0 11,7 18,8 32,2 Keterangan : JML = jumlah, R = rata-rata, SD = standar deviasi, KK= koefisien keragaman Sumber : Sukadaryati et al. (2002)

14 Tabel 8 Tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan terkendali No. Kerapatan Jumlah Kerusakan Tegakan Kelerengan Tegakan Pohon Disarad Tinggal Petak (pohon/ha) (pohon/ha) (pohon/ha) (%) (%) 1 285 7 32 11,5 18 2 259 6 24 9,5 12 3 204 5 22 11,1 14 4 218 5 19 8,9 10 5 232 8 35 15,6 22 JML 1198 31 132 56,6 76 R 239,6 6,2 26,4 11,3 15,2 SD 32,5 1,3 6,8 2,6 4,8 KK 13,6 21,0 25,8 23,2 31,7 Keterangan : JML = jumlah, R = rata-rata, SD = standar deviasi, KK= koefisien keragaman Sumber : Sukadaryati et al. (2002) Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8 dapat dilihat bahwa kerusakan tegakan tinggal yang diakibatkan sistem penyaradan konvensional pada rata-rata kerapatan tegakan dan jumlah pohon yang disarad serta kelerengan berturut-turut sebesar 231,6 pohon/ha dan 6,2 pohon/ha serta 16% akan menimbulkan kerusakan tegakan tinggal rata-rata sebesar 45 pohon/ha atau sekitar 20,2%. Sementara kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan terkendali pada kondisi kerapatan tegakan tinggal dan jumlah pohon yang disarad relatif sama (rata-rata kerapatan tegakan 239,6 pohon/ha; rata-rata pohon yang disarad 6,2 pohon/ha) menimbulkan rata-rata kerusakan tegakan tinggal relatif lebih rendah, yaitu sebesar 26,4 pohon/ha atau 11,3%. Ini berarti, penyaradan secara terkendali mampu menurunkan tingkat kerusakan tegakan tinggal sebesar 18,6 19 pohon/ha atau sebesar 8,9%. Hasil penelitian Matangaran (2003) yang dilaksanakan di PT. Siak Raya Provinsi Riau menunjukkan bahwa tingkat kerusakan semai, tiang, dan pancang masing-masing 39,10%, 38,40%, dan 38,70%. Semakin besar diameter pohon yang ditebang, akan semakin banyak pohon di sekitarnya yang rusak dan beberapa jenis pionir ditemukan di areal bekas tebangan. Persentase kerusakan di sekitar pohon yang ditebang sebesar 24,20% (Tabel 9 dan Tabel 10).

15 Tabel 9 Distribusi kelas diameter (cm) dalam 1 hektar Area Hutan Kelas Diameter (cm) dalam 1 ha 20-25 25,1-30 30,1-35 35,1-40 40,1-45 45,1-50 > 50 Hutan Alam 76 107 46 42 44 57 18 Keterbukaan Areal 1 Tahun 53 75 50 25 25 8 7 Keterbukaan Areal 5 Tahun 55 73 83 28 45 25 11 Keterbukaan Areal 10 Tahun 102 97 75 38 33 38 15 Keterbukaan Areal 17 Tahun 110 105 53 58 30 35 23 Sumber: Matangaran (2003) Tabel 10 Persentase tingkat kerusakan pohon Tipe Kerusakan Pohon (%) Kerusakan Berat a. Pohon roboh 7,3 b. Pecah Batang 10,2 Kerusakan Sedang a. Rusak Tajuk 3,4 Kerusakan Ringan a.kulit dan Batang terluka 2,2 b. Rusak Banir 1,1 Sumber: Matangaran (2003) Muhdi (2001) menyatakan bahwa faktor kelerengan mempunyai peranan penting pada pergeseran kayu saat dilakukan penyaradan. Pada kondisi lapangan yang miring, bulldozer menggunakan pisaunya untuk membuat jalan sarad yang lebih landai. Penggunaan pisau juga dilakukan pada saat mendorong kayu yang disarad. Hasil penelitian Elias (1998) menyatakan besarnya kerusakan struktur tegakan akibat penebangan, yaitu: jumlah pohon yang rusak akibat kegiatan penebangan rata-rata adalah 146 pohon (21,13%) dari populasi pohon sebanyak 691 pohon/ha. Pohon-pohon yang rusak tersebut terdiri dari kelas diameter 10 sampai 20 cm sebanyak 101 pohon (14,62%), kelas diameter 21 sampai 30 cm sebanyak 33 pohon (4,77%), kelas diameter 31 sampai 40 cm sebanyak 9 pohon (1,31%), dan kelas diameter 41 sampai 50 cm sebanyak 3 pohon (0,44%).

16 2.5 Keterbukaan Areal Kegiatan penyaradan kayu merupakan salah satu elemen kegiatan pemanenan kayu yang mempunyai peranan penting yang fungsinya adalah untuk memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan dengan memperhatikan keselamatan kayu yang disarad. Besarnya volume kayu yang akhirnya dapat dimanfaatkan dipengaruhi oleh kerusakan kayu yang terjadi selama kegiatan penyaradan (Suhartana 1996). Berikut hasil penelitian Suhartana (1996) tentang minimasi keterbukaan lahan melalui penyaradan yang direncanakan dan penyaradan konvensional (Tabel 11 dan Tabel 12). Tabel 11 Keterbukaan lahan akibat penyaradan yang direncanakan Kemiringan Pohon disarad Kerapatan Tegakan No. Petak Lapangan (pohon/ha) (pohon/ha) (%) Keterbukaan Lahan (%) 1 3 110 5,00 4,00 2 5 120 9,00 7,00 3 11 180 35,00 20,00 4 10 170 33,00 19,00 5 4 115 7,00 5,00 6 6 125 10,10 8,00 7 9 160 19,00 16,50 8 9 165 20,00 16,50 9 7 135 13,00 10,00 10 8 150 17,00 12,00 11 5 121 8,50 7,00 12 4 117 7,10 6,00 13 3 111 5,10 4,00 14 11 185 25,00 21,00 15 10 171 22,10 19,75 16 6 127 10,50 8,00 17 6 130 11,00 9,00 18 8 156 17,50 14,25 19 7 140 14,00 11,00 20 4 116 7,10 5,00 Jumlah 138 2.804 275,00 223,00 Rata-rata 6,80 140,20 13,75 11,15 Simpangan baku 2,61 24,71 6,69 5,82 Sumber: Suhartana (1996)

17 Tabel 12 Keterbukaan lahan akibat penyaradan konvensional No. Petak Pohon disarad (pohon/ha) Kerapatan Tegakan (pohon/ha) Kemiringan Lapangan (%) Keterbukaan Lahan (%) 1 10 169 22,00 25,00 2 9 164 19,00 21,00 3 3 109 5,00 7,00 4 5 119 9,00 10,00 5 7 134 13,00 15,00 6 6 124 10,10 12,00 7 7 135 14,00 15,50 8 10 170 25,00 24,25 9 9 159 20,00 21,25 10 8 149 14,10 19,00 11 5 118 8,60 10,50 12 4 114 7,00 8,50 13 4 113 7,10 9,00 14 3 108 5,10 7,25 15 6 125 11,10 11,75 16 6 123 11,00 12,25 17 8 150 14,00 19,00 18 9 158 20,00 21,50 19 10 180 23,00 23,50 20 5 117 8,50 10,25 Jumlah 134 2.738 266,60 303,50 Rata-rata 6,70 136,90 13,30 15,17 Simpangan baku 2,34 23,24 6,19 6,09 Sumber: Suhartana (1996) Tabel 11 kolom 5 menyajikan besarnya derajat keterbukaan lahan akibat penyaradan yang direncanakan berkisar antara 4 sampai 21% dengan nilai ratarata 11,50%. Pada Tabel 12 kolom 5 dapat dilihat bahwa besarnya keterbukaan lahan akibat penyaradan konvensional berkisar antara 7 sampai 25% dengan nilai rata-rata 15,17%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa besarnya derajat keterbukaan lahan rata-rata untuk penyaradan yang direncanakan lebih kecil daripada derajat keterbukaan lahan rata-rata untuk penyaradan konvensional. Kelestarian ekosistem hutan yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara lintas generasi merupakan keharusan. Beragam upaya dapat dilakukan untuk melestarikan ekosistem hutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknik pembalakan kayu ramah lingkungan di hutan tropis

18 untuk mengurangi dampak kerusakan ekosistem hutan dan anakan pohon yang ditinggalkan. Hal ini mutlak perlu dilakukan mengingat kapanpun dan di manapun, praktek pembalakan hutan akan selalu menghasilkan dampak kerusakan. Praktek pembalakan hutan merupakan sebuah aktivitas yang tidak dapat dihindari karena merupakan sebuah upaya pemanfaatan hutan bagi berbagai kepentingan (Nugraha et al. 2007).

19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian dilakukan selama empat bulan dari April sampai Juli 2011. 3.2 Objek dan Alat Penelitian Objek penelitian adalah besarnya kerusakan tegakan tinggal yang terjadi setelah kegiatan pemanenan kayu yang menggunakan metode pemanenan RIL dan CL. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Pita meter untuk mengukur jarak lapang 2. Peta kerja, peta sebaran pohon, peta topografi, peta rencana jalan sarad, dan peta realisasi jalan sarad untuk perencanaan pemanenan 3. Kompas untuk mengukur azimuth 4. Patok untuk menandai batas plot penelitian di lapangan 5. Label pohon sebagai identitas pohon 6. Tally sheet untuk pencatatan hasil di lapangan 7. Alat tulis 8. GPS untuk menentukan batas sudut plot pengamatan dan untuk mengetahui jalur penyaradan 9. Klinometer untuk mengukur kemiringan lapangan 10. Tambang untuk pengukuran jarak pada survei lapangan 11. Haga untuk mengukur tinggi pohon 12. Tabel koreksi jarak untuk penambahan jarak lapang pada kelerengan tertentu 13. Kamera untuk dokumentasi 14. Software Arcview 3.2, Global Mapper 10, Map Source 3.0 untuk pemetaan dan Microsoft Excel untuk pengolahan data.

20 3.3 Batasan Masalah Penelitian Kerusakan tegakan tinggal diukur pada pohon yang terkena dampak operasi penebangan dan penyaradan. Pohon yang dimaksud adalah pohon berdiameter 20 cm. Penebangan mekanis dilakukan menggunakan chainsaw dan penyaradan dilakukan menggunakan bulldozer CAT D7G. 3.4 Desain Petak dan Plot Pengamatan Petak penelitian terdiri dari empat petak tebang yang masuk ke dalam RKT PT. Ratah Timber tahun 2010 dan 2011, masing-masing dua petak untuk penebangan menggunakan metode CL dan metode RIL. Petak tebang yang menggunakan metode CL berada pada RKT tahun 2010 dan petak tebang yang menggunakan metode RIL berada pada RKT tahun 2011. Hal ini karena seluruh petak tebang tahun 2011 harus menggunakan metode RIL, sehingga data yang diambil untuk metode CL harus pada petak tebang RKT 2010 yang tidak menerapkan metode RIL. Petak tebang yang diamati atau dilakukan penebangan dipilih secara purposive. Pada masing-masing petak yang terpilih dibuat plot pengamatan berukuran 100 m x 100 m sebanyak 10 plot untuk masing-masing metode pemanenan. Petak tebang yang terpilih pada metode pemanenan CL adalah petak J5 (4 plot) dan J15 (6 plot), sedangkan plot pengamatan metode pemanenan RIL dibuat pada petak P36B (5 plot) dan P38 (5 plot). Jumlah seluruh plot adalah 20 buah. Plot yang diambil mewakili kelerengan yang berbeda, kerapatan tegakan yang berbeda dan intensitas penebangan yang berbeda. 3.5 Tahapan Penelitian 3.5.1 Pemanenan menggunakan metode RIL 1. Survei penentuan lokasi penelitian (petak tebang dan plot pengamatan) pada peta areal kerja yang masuk ke dalam RKT PT. Ratah Timber tahun 2010 dan 2011. a. Plot yang diambil mewakili kelerengan yang berbeda, kerapatan tegakan yang berbeda dan intensitas pemanenan yang berbeda. 1) Kelerengan lahan berkisar antara 28,76% sampai 63,87%

21 2) Kerapatan tegakan berkisar antara 28 pohon/ha sampai 64 pohon/ha 3) Intensitas pemaenan berkisar antara 2 pohon/ha sampai 9 poho/ha. b. Batas petak penelitian ditetapkan berada dekat dengan jalan angkutan sehingga memudahkan akses ke lokasi penelitian. c. Titik sudut batas masing-masing plot direncanakan lengkap dengan koordinat GPS. 2. Pembuatan plot pengamatan di lapangan. a. Penentuan lokasi sudut batas plot dengan GPS. b. Penandaan plot pengamatan di lapangan menggunakan patok yang terbuat dari kayu pada tiap sudut sisi plot sebagai tanda batas. c. Pembatasan plot dengan memberi tanda berupa cat berwarna kuning pada pohon berdiameter 3 sampai 10 cm. d. Pada setiap plot pengamatan dilakukan pengecekan pohon yang masih berdiri dan tunggak untuk memeriksa kebenaran data LHC perusahaan. e. Pada plot menggunakan metode pemanenan RIL tidak dilakukan pengukuran topografi karena telah tersedia peta rencana pemanenan yang mencakup peta kontur. 3. Pembuatan jalur-jalur rintisan, pengecekan pohon yang masih berdiri dan tunggak dan survei kemiringan lapangan (topografi) pada plot pengamatan. Pada tahap ini diperlukan sebuah tim untuk pengukuran di lapangan, yaitu 1 orang perintis dan penentu azimut (compassman); 1 orang penarik tali untuk menandai setiap titik untuk ukuran tali dan untuk mengecek akurasi dari arah azimuth yang telah dibuat oleh compassman; 2 orang pemeriksa pohon yang masih berdiri dan tunggak, 2 orang untuk menentukan kemiringan lapangan serta pencatatannya dan memberi label pada pohon. Pengenal jenis harus berkoordinasi dengan pemberi label di lapangan. 4. Perencanaan pemanenan kayu menggunakan metode RIL pada peta sebaran pohon dan peta kontur skala 1 : 2000. Perencanaan pemanenan kayu menggunakan metode RIL meliputi perencanaaan jaringan jalan sarad dan arah rebah pohon di atas peta kontur yang di dalamnya terdapat peta sebaran pohon.

22 a. Membuat sketsa trase sarad pada peta pohon dengan memperhatikan konfigurasi lapangan, penyebaran pohon dan topografi lapangan b. Menetapkan tim survei trase sarad yang melaksanakan pembuatan lintasan/rintisan trase sarad. 5. Pelaksaan pemanenan kayu di petak penelitian pemanenan kayu a. Penandaan rencana jalan sarad di lapangan 1) Memplotkan hasil sketsa trase sarad di atas peta ke lapangan. Rencana jalan sarad di atas peta dipindahkan ke lapangan dengan menggunakan peta rencana pemanenan kayu, kompas, klinometer dan pita meter. 2) Membuat rintisan dan penandaan dengan pita merah di lapangan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Hasilnya berupa penandaan dengan pita merah yang diikatkan atau diselipkan pada pohon yang akan dilewati jaringan jalan sarad. b. Penandaan arah rebah Arah rebah ditentukan agar memudahkan penyaradan dan tidak memotong jalan sarad. Arah rebah dibuat dengan sudut 45 sampai 60 terhadap sumbu jalan sarad. Arah rebah juga diusahakan tidak merusak tegakan tinggal dan arah rebah dikondisikan dengan topografi lapangan. c. Penebangan 1) Perebahan pohon dilakukan sesuai dengan arah rebah yang telah direncanakan. Penebangan dimulai dari pohon yang dekat dari TPn. 2) Persiapan penebangan difokuskan pada keselamatan kerja dan efisiensi penebangan. 3) Tinggi tunggak diusahakan seminimum mungkin. 4) Pemotongan tajuk dan pembagian batang mengikuti prosedur yang berlaku sehingga dapat memaksimalkan volume dan nilai kayu yang dipanen. d. Penyaradan 1) Sebelum memulai penyaradan, operator bulldozer mengkonstruksi jalan sarad. 2) Penyaradan dilakukan setelah konstruksi jalan sarad selesai.

23 3) Bulldozer sedapat mungkin tetap berada di atas jalan sarad dan tetap menggunakan jalan sarad yang telah dibuat. 4) Sedapat mungkin mengoptimalkan penggunaan winch (bulldozer dilengkapi winch tidak kurang dari 30 m) 5) Kayu-kayu yang paling jauh dari TPn disarad terlebih dahulu. 6. Pengukuran kerusakan tegakan tinggal akibat penebagan. 7. Pengukuran panjang dan lebar jalan sarad yang telah dibuat pada proses penyaradan. Bagan alir pemanenan kayu menggunakan metode RIL seperti disajikan pada gambar 1. Penentuan lokasi penelitian (petak tebang dan plot pengamatan) Pembuatan plot di lapangan Pembuatan jalur pengukuran topografi Pengecekan tunggak dan pohon berdiri pada plot Penandaan jalan sarad di lapangan Penebangan dan penyaradan Pengamatan dan pencatatan kerusakan tegakan dan keterbukaan lahan akibat kegiatan pemanenan Gambar 1 Bagan Alir Pemanenan Kayu Menggunakan Metode RIL.