BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda. Organisasi adalah sebuah wadah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

Lampiran: Keputusan Kongres XIV GP Ansor Tahun 2011 No. 06/K-XIV/P5/ I/2011. PERATURAN DASAR DAN PERATURAN RUMAH TANGGA Surabaya, 16 Januari 2011

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

POKOK-POKOK PROGRAM PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA JOMBANG MASA KHIDMAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. saling mengetahui kekayaan dan kebudayaan bangsa lain, teknologi. mengelola input menjadi output yang berguna bagi khalayak umum.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Marwan Gupron, 2013

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

MODEL PROSES PEMBERDAYAAN PEMUDA KARANG TARUNA

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga (AD/ART) Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Husna. Wetar Copper Project

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. eksistensinya harus diakui oleh konstitusi. Pengakuan tersebut harus harus tetap

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB VI P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

KHOLIDIN CH & FAHRUR ROZI ASWAJA NU CENTER BOJONEGORO

BAB IV PROFIL ORGANISASI

PERLUKAH PERGURUAN TINGGI PASCA PESANTREN. Disusun oleh : Azwan Lutfi Pembina Ponpes As ad Jambi

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan akhir dari proses pendidikan. dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sangatlah minim sekali.

KEPUTUSAN KONFERENSI BESAR XVIII GERAKAN PEMUDA ANSOR TAHUN 2012 Nomor : 02/KONBES-XVIII/VI/2012

ORGANISASI KEMASYARAKATAN. (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila. Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

Struktur Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STMIK Potensi Utama Periode

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk

Program Leader Class Sebagai Investasi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangsungan sebuah organisasi tidak bisa dilepaskan dari kaderisasi. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber daya manusia yang handal untuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan organisasi itu sendiri. Tanpa adanya kaderisasi yang baik, maka kehancuran organisasi tersebut tinggal menunggu waktu, ibarat sebuah gunung es yang sewaktu-waktu dapat hancur dan mencair. Setiap organisasi membutuhkan kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian, organisasi dapat mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri (Budiardjo, 2008 : 39). Kaderisasi adalah proses penyiapan sumber daya manusia agar kelak mereka menjadi pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih baik. Dari berbagai masalah kebangsaan yang muncul, kaderisasi merupakan salah satu persoalan yang rumit. Kemacetan kaderisasi telah melingkupi segala sektor kehidupan baik di pemerintahan, organsasi politik, pemuda maupun sektor olah raga di Indonesia (Sholikhah. 2008 : 1). Fungsi kaderisasi atau pencetakan calon pemimpin tidak telepas dari penanaman etika kader. Kaderisasi merupakan salah satu media rekrutmen, pemantapan komitmen dan penguatan terhadap ideologi organisasi yang berkaitan serta pemahaman terhadap pencapaian visi dan misinya. Proses 1

2 kaderisasi sebagai penguatan organisasi merupakan sebuah orientasi jangka panjang. Sehingga proses kaderisasi tersebut harus secara terus menerus dilakukan untuk memperkuat ikatan dalam sebuah organisasi. Dengan adanya kaderisasi, diharapkan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) akan bertahan dalam waktu cukup lama, tidak bersifat ad-hoc dalam mengemban visi dan melaksanakan misinya. Pepatah Belanda mengatakan on mis baar, yang berarti tidak ada di dunia ini atau organisasi apapun yang tidak tergantikan. Pada saatnya seorang pemimpin secara alamiah atau sebab lain pasti akan turun dan digantikan oleh yang lain. Apalagi bagi pemimpin oganisasi modern, yang anggotanya terdiri dari manusia-manusia yang mempunyai pemikiran rasional, mempunyai wawasan ke depan, serta semakin tidak populernya teori timbulnya pemimpin karena dilahirkan (Romli, 2011 : 1). Pemimpin tumbuh dan berkembang karena melalui proses pembinaan dan dimatangkan oleh lingkungan. Sistem pengaderan di dalam suatu organisasi akan sangat tergantung dari besar kecilnya organisasi, lingkup atau bidang kegiatan yang menjadi misi pokok, sistem nilai yang dianut, serta eksistensi organisasi, apakah sementara atau jangka panjang. Suatu organisasi bisnis, di dalam menyiapkan pemimpinnya akan berlainan dengan organisasi pemerintahan, politik, atau organisasi sosial serta organisasi massa. Demikian juga dalam menetapkan kualitas sumber daya manusianya. Namun terdapat suatu kesamaan prinsip yaitu bagaimana mendapatkan manusia terbaik dan berkualitas sehingga mampu memimpin

3 organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penerapan fungsi manajemen sumber daya manusia harus menjadi landasan ilmiah agar mendapatkan manusia yang cocok atau sesuai. Hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES, 2009 : 3-4) yang secara kredibelitas sudah tidak diragukan keabsahannya mengungkapkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam terbesar di Indonesia serta diakui oleh dunia. Dengan predikat tersebut membuat Nahdlatul Ulama (NU) mampu memikat banyak kalangan termasuk partai politik. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi kemasyarakatan tentu memiliki jenjang kaderisasi yang tersturuktur. Ini diperlukan untuk memantapkan ke-nu-an bagi setiap calon kader organisasi ke depannya. Selain itu juga agar kader memahami pentingnya aturan organisasi serta membiasakan hidup berorganisasi. Semua harus ditanamkan oleh calon-calon kader sedini mungkin. Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi kemasyarakatan Islam yang didirikan pada 16 Rajab 1344/ 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy ari dan KH. Abdul Wahab Hasbullah. Dalam pengertian harfiah Nahdlatul Ulama (NU) berarti kebangkitan ulama. Berdasarkan statuten Nahdlatul Ulama (NU) pertama 1930 dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama (NU) terakhir tahun 2004, jelas sekali bahwa Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial keagamaan yang

4 mengukuhkan dirinya menjadi pengawal tradisi Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang sering disingkat dengan kata Aswaja. Menurut Nasir (2010 : 187) definisi aswaja secara umum adalah satu kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi Muhammad. SAW dan thoriqoh para shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqih) dan hakikat (tasawwuf dan akhlaq). Sedangkan definisi aswaja secara khusus adalah golongan yang mempunyai i tikad/keyakinan yang searah dengan keyakinan jamaah asya iroh dan maturidiyah bermadzhab empat yang diusahakan melalui berbagai ikhtiar di bidang agama, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Islam berdasarkan Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah dasar gerakan keagamaan Nahdlatul Ulama (NU). Pemihakan tujuan Nahdlatul Ulama (NU) pun sangat jelas, yakni fakir miskin, yatim piatu, petani, pedagang, dan pendidikan madrasah, masjid, musholla, serta pesantren. Tidak ada satu poin pun dalam tujuan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) menyebutkan untuk merebut kekuasaan politik atau pembentukan partai politik. Meskipun demikian dalam perjalanan sejarah Nahdlatul Ulama (NU) banyak didominasi dengan kegiatan politik dan berorientasi kepada kekuasaan negara. Keterlibatan Nahdlatul Ulama (NU) dalam dunia politik sudah terjadi sejak didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) meskipun secara tegas Nahdlatul Ulama (NU) bukan partai politik. Dalam konteks Nahdlatul Ulama (NU), perkembangan politik demokratis tidak bisa dipisahkan dari pesantren sebagai entitas politik selain sebagai lembaga

5 pendidikan yang merupakan basis gerakannya. Persaingan para elitnya dalam memperebutkan kekuasaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah menunjukkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) telah jauh masuk dalam pusaran liberalisasi politik. Elit Nahdlatul Ulama (NU) yang memilih terjun dalam politik pragmatis ini membuat mereka terfragmentasi di partai politik. Perebutan akses politik ini jelas sarat kepentingan ekonomi pribadi ataupun golongan. Perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Ponorogo dapat dikatakan cukup pesat, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya banyak tokoh, kiyai, ulama yang memiliki pengaruh kuat serta basis massa yang besar. Selain itu banyaknya pondok pesantren yang berafiliasi pada Nahdlatul Ulama (NU) juga memiliki peranan dalam perkembangan organisasi. Sebagai organisasi massa berbasis Islam tentu kepemimpinan yang dihasilkan tidak hanya di bidang politik, banyak kader muda Nahdlatul Ulama (NU) yang kompeten di berbagai sektor utamanya bisnis dan birokrasi dan juga dakwah. Sebagai organisasi struktural, kepemimpinan yang dihasilkan juga tidak sebatas kepemimpinan dalam arti politis atau yang bersifat eksternal tetapi juga kepemimpinan yang bersifat internal yaitu dalam upaya pengembangan organisasi. Selain itu, perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Ponorogo juga dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan sebagai manifestasi dari pengaderan yang selama ini telah dilaksanakan.

6 Kuwalitas kepemimpinan yang dimaksud adalah dalam rangka pelaksanaan program kerja organisasi. Perkembangan lembaga pendidikan di semua level dari tingkatan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai dengan Perguruan Tinggi (Insuri) yang berkembang menjadi Unsuri, adalah bentuk pelaksanaan kuwalitas kepemimpinan yang baik. Selain itu, Nahdlatul Ulama (NU) Ponorogo juga telah mengembangkan berbagai bidang usaha yang bersifat riil tentu semua merupakan wujud dari kepemimpinan yang baik. Sebagai organisasi massa yang berbasis Islam terbesar sebagaimana yang telah diuraikan diatas, tentu Nahdlatul Ulama (NU) juga memiliki orientasi dalam membangun kepemimpinan lokal sebagai bentuk manifestasi dari tujuan visi serta misinya. Tercapainya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh pola kaderisasi yang diterapkan serta dilaksanakan didalam internalnya. Kepemimpinan yang berkualitas memiliki gambaran masa depan yang ingin dicapai, tidak takut mengambil resiko, jujur dalam menjalankan dan melakukan aktivitas sesuai sistem dan prosedur, memiliki rencana strategis, mampu membangkitkan semangat kerjasama dengan orang lain (Satibi, 2011 : 3-5). Perkembangan masyarakat Indonesia berjalan semakin cepat, berbagai perkembangan tersebut semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi. Dalam perkembangan tersebut mutlak diperlukan sumber daya manusia yang responsif, kompetitif, dan memiliki mobilitas tinggi dalam berpikir maupun bertindak, sehingga dapat berpartisipasi aktif dan konstruktif. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan berbagai upaya

7 membina dan membangun generasi muda yang tangguh dan cerdas sebagai sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Salah satu pembinaan pembangunan generasi muda yang tangguh dan cerdas serta menjadi seorang pemimpin yang ideal diantaranya dilakukan melalui pengaderan, dimana dengan pengaderan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Kepemimpinan melihat jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya di permukaan dan di dalam organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang pemimpin dalam organisasi yaitu menciptakan visi, membangun tim, memberikan penugasan, mengembangkan orang (mengkader) dan memotivasi anak buah (Wulandari, dkk, 2013 : 3). Peranan Nahdlatul Ulama (NU) Ponorogo dalam pemerintaahan tentu sangat signifikan mengingat bahwa organisasi telah melakukan pengaderan dan memiliki masa yang cukup banyak. Peranan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya adalah peningkatan mutu sumber daya manusia melalui peningkatan keimanan dan ketakwaan, peningkatan ilmu pengetahuan. Sedangkan pada aspek politik meskipun Nahdlatul Ulama (NU) tidak berpolitik praktis tetapi memiliki peranan sebagai agen control terhadap kebijakan yang ada. Dalam bidang perekonomian sebagaimana telah disebutkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) Ponorogo telah mengembangkan banyak badan usaha seperti swalayan atau mini market, memiliki jaringan pengusaha nahdlatul Ulama (NU) tentu pada gilirannya akan meningkatkan

8 kesejahteraan anggotanya serta mampu merangsang peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo. Setidaknya siklus tersebut menjelaskan bagaimana peran penting sebuah kepemimpinan dalam mewujudkan pembangunan mandiri. Dengan visi, strategi, dan perencanaan yang tepat akan mengubah pola kelembagaan pada daerah tersebut. Pola yang diharapkan adalah efektifitas kelembagaan yang mendukung proses pembangunan daerah. Dengan penggunaan potensi yang tepat pada akhirnya mampu mewujudkan seuatu pembangunan daerah yang mandiri. Jadi secara umum peranan kepemimpinan sangat penting untuk menentukan bagaimana model kelembagaan yang diinginkan untuk mendukung terlaksananya pembangunan daerah yang bervisi kedepan untuk mewujudkan pembangunan yang mandiri. Melalui latar belakang masalah dan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pola Kaderisasi Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dalam Membangun Kepemimpinan Kabupaten Ponorogo.

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pola kaderisasi yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun kepemimpinan di Kabupaten Ponorogo?. 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses kaderisasi Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun kepemimpinan di Kabupaten Ponorogo?. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui pola kaderisasi yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun kepemimpinan di Kabupaten Ponorogo. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses kaderisasi Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun kepemimpinan di Kabupaten Ponorogo.

10 D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini yaitu: 1. Bagi Universitas Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan di bidang pengaderan dan kepemimpinan serta berguna sebagai tambahan pengetahuan serta dapat dikembangkan di kemudian hari. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang proses pengaderan dalam rangka pembentukan kepemimpinan yang dilakukan oleh organisasi massa di segala aspek kehidupan 3. Bagi Organisasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi organisasi, khususnya untuk meningkatkan kualitas pengaderan dalam rangka membangun kepemimpinan yang baik. 4. Bagi Peneliti Berikutnya Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya dan sumbangan karya yang dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.