BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting karena dapat memberikan petunjuk asal sedimen, transportasi

3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong

BAB I PENDAHULUAN I - 1

STUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN TEKSTUR SEDIMEN DI PERAIRAN SAYUNG, DEMAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

Terbentuknya Batuan Sedimen

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB VI ALTERNATIF PELINDUNG PANTAI

REFARAT MAKALAH ILMIAH OLEH TOBER MARDAIN

BAB IV ANALISA SEDIMENTASI

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

PEMODELAN GENESIS. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 5. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN BREAKWATER TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

STUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU. Oleh

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

07. Bentangalam Fluvial

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Arah Angin Pembentuk Gumuk Pasir Berdasarkan Data Morfologi dan Struktur Sedimen, Daerah Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

BAB III LANDASAN TEORI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

SEDIMENT STRATIGRAPHY IN DUMAI WATERS RIAU PROVINCE. Ramot S Hutasoit 1), Rifardi 2) and Musrifin Ghalib 2)

BAB III METODOLOGI. Studi pustaka terhadap materi desain. Mendata nara sumber dari instansi terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI SEBARAN SEDIMEN SECARA VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

(a) Sisi kiri (selatan)

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

Teori Pembentukan Permukaan Bumi Oleh Faktor Eksogen. Oleh : Upi Supriatna, S.Pd

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia (Sumber

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

ACARA III BENTANG ALAM PESISIR

PROSES SEDIMENTASI SUNGAI KALIJAGA, DAN SUNGAI SUKALILA PERAIRAN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

Pemantauan perubahan profil pantai akibat

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DI MUARA SUNGAI INDRAGIRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

ANALISIS SIRKULASI ARUS LAUT PERMUKAAN DAN SEBARAN SEDIMEN PANTAI JABON KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR

Bambang Istijono 1 *, Benny Hidayat 1, Adek Rizaldi 2, dan Andri Yosa Sabri 2

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING

SEBARAN SEDIMEN DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA SEDIMEN DASAR PERAIRAN PANTAI SLAMARAN PEKALONGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

BAB V RENCANA PENANGANAN

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-2 UKURAN BUTIR SEDIMEN. Oleh

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai Pada daerah penelitian merupakan pantai yang tersusun dari endapan pasir. Pantai pada daerah penelitian secara umum sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Suplai sedimen dari daratan dipengaruhi dari kondisi darat maupun debit aliran sungai, sedangkan transportasi sedimen dari laut dipengaruhi oleh arah arus disepanjang pantai. Perubahan garis pantai pada daerah penelitian dipengaruhi dari kekuatan pengaruh dari laut dan dari darat yang terlihat pada pantai. Pada daerah penelitian pengaruh dari laut bekerja pada daerah tertentu yang mengakibatkan terjadinya abrasi dan pada tempat lain terjadi sedimentasi khususnya pada muara sungai. 5.1.1 Distribusi Sedimen Pantai Seruni Distribusi sedimen pantai dapat memperlihatkan dinamika pantai yang terjadi pada daerah penelitian. Hasil yang didapatkan dari 9 titik pengambilan sampel menunjukan suatu dinamika yang terjadi di sepanjang Pantai Seruni. Berdasarkan rata-rata mean sedimen pantai baik secara vertikal maupun horizontal menghasilkan distribusi sedimen yang terdiri dari pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang dan pasir halus. Pada stasiun 1 dan stasiun 1a nilai mean 1.6Ф 2.9Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir sedang hingga pasir halus dengan sortasi baik 31

32 sedang hingga sortasi sedang (0.68Ф 0.81Ф), nilai skewness (0.086Ф 0.53Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang kasar hingga halus. Pada stasiun 2 dan stasiun 2a nilai mean 2.2Ф 1.733Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir halus hingga pasir sedang dengan sortasi sedang hingga sortasi baik (0.755Ф 0.4Ф), nilai skewness (-0.156Ф -0.41Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang lebih halus. Pada stasiun 3 dan stasiun 3a nilai mean 1.866Ф 0.433Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir sedang hingga pasir kasar dengan sortasi sedang hingga sortasi buruk (0.9Ф 1.208Ф), nilai skewness (0.02Ф -0.36Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang. Pada stasiun 4 dan stasiun 4a nilai mean 1.866Ф 0.433Ф menunjukan penyebaran ukuran butir dari pasir sedang hingga pasir kasar dengan sortasi sedang hingga sortasi buruk (0.9Ф 1.208Ф), nilai skewness (0.02Ф -0.36Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang. Pada stasiun 5 dan stasiun 5a nilai mean 0.466Ф 0.933Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir kasar dengan sortasi baik sedang hingga sortasi buruk (0.658Ф 1.519Ф), nilai skewness (0.87Ф -0.12Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang hingga sangat halus. Pada stasiun 6 dan stasiun 6a nilai mean 2.166Ф 2.033Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir halus dengan sortasi baik hingga sortasi baik sedang (0.467Ф 0.668Ф), nilai skewness (-0.055Ф -0.303Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir sedang hingga kasar.

33 Pada stasiun 7 nilai mean 2Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir halus dengan sortasi sedang (0.775Ф), nilai skewness (-0.03Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir yang sedang. Pada stasiun 8 dan stasiun 8a nilai mean 1.733Ф 1.133Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir sedang dengan sortasi baik sedang hingga sortasi buruk (0.678Ф 1.02Ф), nilai skewness (-0.666Ф -0.2Ф) menunjukan penyebaran ukuran butir sangat halus hingga kasar. Pada stasiun 9 nilai mean -0.466Ф menunjukan penyebaran ukuran butir pasir sangat kasar dengan sortasi baik sedang (-0.63Ф), nilai skewness (1) menunjukan penyebaran ukuran butir kasar hingga halus. Berdasarkan hasil analisis dari nilai mean rata-rata antara 0.4Ф 2.2Ф secara horizontal dan secara vertikal 0.4Ф 2.9Ф terjadi selang seling antara pasir kasar hingga pasir halus di bagian barat Pantai Seruni sedangkan dibagian muara Sungai Lantebong terjadi perubahan ukuran butir dengan nilai mean rata-rata antara 2Ф (-0.4Ф) secara horizontal dan secara vertikal 1.1Ф, ukuran butir yang lebih kasar cenderung mengarah ke muara sungai hal ini dimungkinkan jika dihubungkan dengan kondisi gelombang yang cukup besar sehingga mampu mengikis sedimen yang berada dibawah tanggul sungai serta adanya distribusi sedimen yang berasal dari sungai yang kemudian terendapkan pada garis pantai. Terdapat perubahan ukuran butir pada bagian barat pantai seruni yang cenderung berukuran pasir kasar hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh arus serta aktifitas manusia yang terlihat sangat jelas di lapangan. Hasil distribusi sedimen

34 memperlihatkan adanya perubahan ukuran butir dimana terjadi proses abrasi dan sedimentasi di sisi pembangunan jetties. (Foto 5.1). Y X Foto 5.1 Kerusakan yang diakibatkan abrasi (X) dan sedimentasi (Y) yang terjadi pada bagian barat Pantai Seruni Berdasarkan hasil analisis sedimen terdapat sebaran sedimen pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang dan pasir halus. Pasir sangat kasar dengan nilai mean -0.4Ф dan standard deviation -0.6Ф tergolong sortasi baik sedang (moderately well sorted) berada pada muara Sungai Lantebong. Pasir kasar dengan niali mean 0.4Ф- 0.9Ф dan standard deviation 0.6Ф-1.5Ф tergolong sortasi buruk hingga baik (poorly sorted hingga baik sedang (moderately well sorted) berada pada bagian barat Pantai Seruni. Pasir sedang dengan nilai mean 1.7Ф 2Ф dan standard deviation 0.6Ф - 0.7Ф tergolong sortasi baik sedang hingga sedang (moderately well sorted hingga moderately sorted) berada pada bagian selatan Pantai Seruni. pasir halus dengan nilai mean 1.6Ф 1.7Ф dan standard deviation 2.2Ф 2.9Ф tergolong sortasi baik hingga

35 sedang (well sorted hingga moderately sorted) berada pada bagian barat Sungai Tangngatangnga. Hasil analisis dari grafik semilog, histogram dan kurva kumulatif dapat dilihat ada perubahan ukuran butir di sepanjang garis pantai pada daerah penelitian. Perubahan ukuran butir berupa pasir sangat kasar berada pada stasiun 9 pada muara Sungai Lantebong hal ini disebabkan karena adanya material yang berasal dari muara sungai tersebut serta adanya pertemuan arus yang mampu membawa material yang lebih kasar yang kemudian terendapkan. Pola pengendapannya secara saltasi. Pada sisi barat dari Sungai Tangngatangnga terjadi perubahan ukuran butir baik di sepanjang garis pantai ataupun secara vertikal kearah laut yang disebabkan oleh adanya proses abrasi yang terjadi. Secara umum pola pengendapannya berupa saltasi. Secara keseluruhan bentuk kurva frekuensi pada stasiun 1 hingga stasiun 9 menunjukan distribusi ukuran butir yang lebih halus kearah barat walaupun pada bagian Sungai Tangngatangnga terdapat percampuran ukuran butir. Bentuk kurva frekuensi yang berbeda terdapat pada stasiun 8 dan stasiun 1a dimana bentuk kurvanya berupa bentuk bimodal hal ini menunjukan adanya pengaruh dua arus yang bekerja pada daerah tersebut sehingga material yang terdistribusi akan saling teranyam hal ini juga dipengaruhi adanya pembangunan breakwater disekitar daerah tersebut. 5.1.2 Aktivitas Manusia Perubahan garis pantai yang terjadi pada daerah penelitian secara umum dipengaruhi oleh aktifitas manusia seperti penambahan daratan atau reklamasi pada pantai (foto 5.2). Budidaya rumput laut disekitar daerah penelitian (foto 5.3) menjadi

36 salah satu faktor pendukung pembangunan beberapa bangunan teknik yang merusak keindahan alami pantai, oleh karena itu disepanjang pantai Seruni terdapat beberapa pembangunan breakwater yang juga berfungsi untuk mengurangi energi gelombang dan sebagai tempat dermaga kapal oleh penduduk setempat (foto 5.4). Foto 5.2 Kenampakan reklamasi pantai tahun 2011 Foto 5.3 Kenampakan budidaya rumput laut di Pantai Seruni

37 Foto 5.4 Breakwater di Pantai Seruni dengan material berupa tumpukan batu 5.2 Karakteristik Pantai Pantai pada daerah penelitian yang memanjang dari timur ke barat merupakan pantai dengan endapan pasir (foto 5.5) dengan panjang garis pantai 2.2 km. dibeberapa bagian pantai terdapat pembangunan teknik berupa breakwater, jetties, seawall maupun tanggul, selain pengaruh oleh aktifitas manusia proses alami pantai juga terjadi dibeberapa bagian pantai sperti abrasi dan sedimentasi dimana abrasi dicirikan dengan rusak beberapa prasarana bermain disekitar pantai dan sedimentasi dicirikan dengan endapan di muara sungai. Perubahan morfologi pantai saat ini diakibatkan oleh faktor alam namun sebagian besar dipengaruhi oleh aktifitas manusia yang terlihat langsung pada garis pantai.

38 Foto 5.5 Kenampakan endapan pasir pada garis Pantai Seruni 5.3 Perubahan Garis Pantai Analisis perubahan garis pantai menggunkan citra google earth tahun 2006 dan citra google earth tahun 2009 yang bersih dan tidak mendapat gangguan awan selanjutnya citra tersebut dipotong sesuai dengan luas daerah penelitian dengan sekala 1: 5.000. Untuk mengetahui perubahan garis pantai maka dilakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung di lapangan yang meliputi daerah penelitian sekitar pantai seruni pada tanggal 15 februari 2011. Pada gambar 5.1 memperlihatkan pola garis pantai yang dipengaruhi oleh proses sedimentasi dimana terlihat adanya cuspate berbeda dengan gambar 5.2 dimana peranan bangunan teknik sangat berperan dalam proses perubahan garis pantai. Hasil digitasi citra google erath tahun 2006 tampak terdapat dua muara sungai dan satu kanal seperti pada gambar 5.1. Garis pantai tahun 2006 umumnya di dominasi oleh proses sedimentasi sehingga garis pantai cenderung maju. Pola

39 sedimentasi disekitar muara sungai terlihat kacau hal ini dipengaruhi adanya pertemuan antara arus dari sungai dan gelombang yang kuat yang berasal dari laut sedangkan hasil digitasi citra google erath tahun 2009 terdapat dua muara sungai yang telah diarahkan dengan membuat tanggul dan jetties serta dua kanal seperti pada gambar 5.2. Garis pantai tahun 2009 mengalami kemunduran hal ini dapat dilihat pada bagian sungai Tangngatangnga terjadi pengurangan (abrasi) dan pola sedimentasi pada muara Sungai Lantebong yang terarah dengan pembangunan seawall. Secara umum kondisi garis pantai tahun 2009 dipengaruhi oleh adanya penambahan bangunan teknik disekitar Pantai Seruni. Garis Pantai Tahun 2006 Breakwater Laut Daratan Sungai U Gambar 5.1. Peta garis pantai tahun 2006

40 Garis Pantai Tahun 2009 Seawall Daratan Jetties Laut Breakwater Sungai U Gambar 5.2. Peta garis pantai tahun 2009 Berdasarkan hasil overlay peta garis pantai pada tahun 2006, 2009 dan 2011 dengan interval waktu antara tiga tahun dan dua tahun memeperlihatkan adanya perubahan posisi garis pantai. Perubahan pada bentuk cuspate pada bagian barat pantai Seruni terutama di bagian breakwater dan jetties dicirikan dengan adanya abrasi (foto 5.6). Perubahan bentuk tombolo dan sedimentasi pada garis pantai dipengaruhi dengan adanya pembangunan tanggul dan seawall (foto 5.7). Perubahan garis pantai melalui proses hidrodinamika yang terjadi menyebabkan perubahan di sepanjang garis pantai, berdasarkan hasil pengukuran dari muara sungai Lantebong hingga muara Sungai Tangngatangnga tahun 2006 ±1.7 km dan tahun 2011 ± 2.2 km. berdasarkan hasil perhitungan tersebut pantai

41 mengalami penambahan garis pantai yang diakibatkan oleh sedimentasi di muara sungai Lantebong dan penambahan daratan oleh PEMDA setempat untuk pembangunan rumah sakit (foto 5.8). Perubahan garis pantai yang terjadi pada daerah penelitian selain dipengaruhi oleh faktor alam namun sebagian besar dipengaruhi oleh aktifitas manusia. Foto 5.6 kerusakan pantai yang diakibatkan oleh proses abrasi Foto 5.7 Kenampakan seawall pada garis pantai

Foto 5.8 Kenampakan rekalamasi pantai untuk pembangunan rumah sakit 42