BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sutanto, 2014 Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 KOTA TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy

WALIKOTA BUKITTINGGI PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

I PENDAHULUAN. harus meninggalkan unsur-unsur keagamaan dan hubungan sosial. bukan hanya berarti suatu cara untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan

PENERIMAAN PESERTA DIDIK ( P P D B ) BARU TAHUN LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Standar Mahasiswa & Pengelolaan Alumni STIKES HARAPAN IBU

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 4 TAHUN 2005

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS PENDIDIKAN

CIRI-CIRI SUATU PROFESI ADA STANDAR UNJUK KERJA YANG BAKU DAN JELAS. ADA LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS YANG MENGHASILKAN PELAKUNYA DENGAN PROGRAM DAN JENJ

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

No Item Penilaian Keterangan/ Bukti Fisik

BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ami Ridho Utami, 2014

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

BAB I P E N D A H U L U A N (AKHIR) Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat strategis dalam

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Jl. LMU. Adisucipto 2 Telp Fax S A L A T I G A

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

PERATURAN SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Nomor : 800/ 303 /2010

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

PERSYARATAN DAN SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU JALUR REGULER ONLINE SMP DAN SMA NEGERI KOTA BANDAR LAMPUNG

PPDB PPDB. Tahun Pelajaran 2017/2018. Panitia PPDB SMAN 1 Sragen 2017 by tgh

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

I. KETENTUAN UMUM PERSYARATAN PESERTA III. TATA CARA PENDAFTARAN. Pendataan / Rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

Sigit Sanyata

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah merambah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan satuan pendidikan. Pelaksanaan UN didasari oleh Undang-Undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dibagi menjadi 3 tingkat

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) JALUR KHUSUS, PROMISI DAN PMDK SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KOTA BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL

PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

WALI KOTA METRO PERATURAN WALI KOTA METRO NOMOR TAHUN 2011 TENTANG. SISTEM ONLINE PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMP/MTs, SMA/MA DAN SMK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi besar untuk membantu siswa mencapai perkembangan psiko-sosialnya. Layanan pendidikan di sekolah diarahkan untuk memfasilitasi perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), upaya optimalisasi potensi siswa dimulai sejak siswa memilih sekolah. Oleh karena itu, siswa akan memilih sekolah terbaik untuk perkembangan potensi dirinya. Sekolah sebagai salah satu lingkup pendidikan formal tentunya akan melakukan seleksi penerimaan siswa. Dalam sistem seleksi penerimaan siswa, sejak tahun pelajaran 2003/ 2004 berdasarkan SK Wali Kota Bandung Nomor 421/kep.413-Huk/2004, seleksi dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur akademis dan jalur non-akademis. Jalur akademis merupakan seleksi penerimaan calon siswa SMA yang dilakukan berdasarkan nilai rata-rata dalam Ijazah/ Surat Tanda Lulus dengan pembobotan 80% dari nilai Ujian Nasional (UN) dan 20% dari nilai Ujian Sekolah (US) kemudian diperingkat dan diambil sesuai dengan daya tampung sekolah pilihan. Jalur non-akademis atau disebut juga jalur khusus. Jalur non-akademis merupakan seleksi penerimaan calon siswa SMA yang memiliki prestasi dalam bidang olahraga, seni, dan keterampilan dilengkapi dengan bukti sah lembaga atau organisasi terkait. Selain itu, jalur non-akademis

2 juga menyeleksi calon siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu (bina lingkungan) dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi terkait. Penyelenggaraan jalur non-akademis sebagai bentuk penghargaan dari Pemerintah Kota Bandung kepada siswa SMP yang telah meraih prestasi dalam bidang olahraga, seni, dan keterampilan lain. Jalur non-akademis lain juga diberikan kepada siswa yang tidak mampu (bina lingkungan) sebagai bentuk kepedulian pemerintah kepada masyarakat yang tidak mampu agar siswa dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah yang dekat dengan tempat tinggal sehingga tidak memberatkan secara ekonomi. Siswa bina lingkungan juga dibebaskan dari segala kewajiban biaya sekolah dan ditanggung oleh pemerintah setempat. Berdasarkan hasil penelusuran terhadap penerimaan siswa jalur nonakademis di SMAN se-kota Bandung, terdapat ± 900 siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa jalur non-akademis ditempatkan di setiap kelas secara merata dan disatukan dengan siswa lainnya yang masuk melalui jalur akademis. Kondisi ini juga berlaku untuk seluruh kegiatan sekolah lainnya. Oleh karena itu analisis tentang kebijakan lokal mengenai penerimaan siswa baru (PSB) melalui jalur non akademis dan kaitannya dengan layanan konseling dalam menangani masalah yang dihadapi oleh para siswa SMA harus dilakukan. Untuk melakukan proses tersebut diperlukan data awal, sebab pada dasarnya analisis akan dapat dilakukan setelah diketahui kondisi yang ada. Selanjutnya kondisi tadi diteliti secara mendalam, dan apabila penelitian tersebut menghasilkan program yang lebih berbobot dan bermakna yang dapat diimplementasikan sebagai model layanan serta dapat digeneralisasi/ ditransferability pula pada

3 penanganan masalah sejenis di sekolah lainnya. Berbagai data dan informasi yang diperoleh melalui penelitian ini menjadi satu hal yang sangat penting bagi proses selanjutnya, baik berupa proses layanan konseling dalam menangani masalah penyesuaian diri siswa jalur khusus maupun dalam melakukan penanganan yang berkaitan dengan masalah-masalah lainnya. Di lapangan khususnya di SMAN 3 Bandung, memperlihatkan bahwa siswa yang diseleksi melalui jalur non akademis mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan tuntutan sosial dan akademis. Permasalahan penyesuaian diri ini di antaranya: (a) terlihat dari hasil prestasi belajar yang diberada di bawah SKBM (Standar Kompetensi Belajar Minimal) hampir untuk semua mata pelajaran; (b) perhatian siswa mudah teralih dan lambat dalam menangkap pelajaran terutama mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia; (c) siswa memperlihatkan kondisi yang tidak konsisten seperti terlihat over confidence dan situasi lain siswa berubah menjadi tidak percaya diri serta cenderung menarik diri; (d) beberapa siswa memperlihatkan kesulitan untuk menyesuiakan diri dengan teman-teman, melanggar tata tertib sekolah, motivasi belajar yang turun, dan membolos pada pelajaran tertentu; (e) munculnya rasa rendah diri karena ketidakseimbangan antara prestasi non-akademis dan prestasi akademis; serta (f) pada siswa bina lingkungan menunjukkan adanya sikap mengisolasi diri. Apabila permasalahan ini tidak segera diatasi secara tepat, akan menghambat pembentukan konsep diri yang positif (Gunawan, 2005). Selain itu, permasalah penyesuaian diri akan menghambat pencapaian aktualisasi diri yang merupakan salah satu ciri kepribadian sehat. Kepribadian sehat hanya akan

4 terwujud apabila seseorang dapat menyesuaikan diri secara dinamis dengan lingkungannya (Allport, 1967). Untuk mengantisipasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa jalur nonakademis, sekolah berkewajiban memberi layanan dan menciptakan lingkungan yang kondusif dalam penyelenggaraan pendidikannya. Salah satu layanan di sekolah yang dapat mengembangkan penyesuaian diri siswa adalah layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam pembelajaran dan perkembangan diri siswa (Natawidjaja, 1990). Bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen integral dari pendidikan yang juga diselenggarakan di sekolah harus mampu memberikan layanan bantuan yang bersifat psikoedukatif, yang tidak diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Dengan melihat kebutuhan dan mengedepankan prinsip pengembangan potensi pribadi-sosial siswa, terutama bagi siswa yang mengalami masalah penyesuaian diri, maka diperlukan upaya pencegahan, penanganan dan pengembangan terhadap masalah ini dari pihak sekolah, khususnya konselor melalui program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan penyesuaian dirinya. Bertitik tolak dari masalah penyesuaian diri di atas, penelitian ini diarahkan pada penyusunan program bimbingan konseling pribadi sosial untuk mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3 Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis sebagai berikut. Secara teoretis: (a) bagi pribadi peneliti dalam

5 meningkatkan wawasan untuk melakukan penelitian khususnya yang menyangkut profesi konseling; (b) konsep yang dihasilkan dari penelitian ini dapat bermanfaat juga bagi peneliti sejenis yang melakukan kajian terhadap aspek-aspek yang sama; (c) dapat dijadikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang menyangkut peningkatan kemampuan para konselor dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana utama dari program bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya dalam memberikan layanan konseling kelompok; (d) untuk penambahan literatur yang sudah ada serta sebagai bahan acuan dalam menelaah masalah yang sama. Secara praktis: (a) dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman oleh konselor (guru pembimbing) khususnya di SMA Negeri 3 Bandung bagi pelaksanakan layanan konseling kelompok dalam menangani masalah penyesuaian diri siswa; (b) dapat meningkatkan pemahaman konselor terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para siswa dan sekaligus dapat menentukan langkah profesional intervensi konseling yang akan dilakukan; (c) dapat bermanfaat bagi pemegang kebijakan di sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling kelompok dalam menanggulangi berbagai masalah yang timbul dalam aktivitas pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan. B. Batasan dan Rumusan Masalah Program Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa Jalur Non Akademis dalam Penyesuian Diri di Sekolah, merupakan rancangan kegiatan yang

6 disusun oleh konselor dalam kurun waktu satu semester tentang upaya pemberian layanan, dengan tujuan untuk membantu siswa SMA yang masuk melalui jalur non akademis dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Program ini merupakan pengembangan dari layanan bimbingan dan konseling yang ada sekarang. Dalam pengembangan program layanan, juga dilakukan upaya-upaya untuk memaksimalkan berbagai hal yang menjadi faktor pendukung dan meminimalisir faktor penghambat pelaksanaan layanan. Siswa jalur non akademis adalah siswa yang masuk ke SMA Negeri berdasarkan prestasi olah raga, seni, dan keterampilan lain yang telah diraihnya selama menjadi siswa di SMP. Selain itu yang termasuk ke dalam jalur non akademis adalah siswa bina lingkungan yaitu siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu dan berada dekat di sekitar sekolah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kelurahan setempat. Siswa bina lingkungan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran dan penyesuaian diri di sekolah dengan indikator prestasi rendah, perasaan minder, kurang percaya diri, dan kurang dapat bersosialisasi. Penyesuaian diri menurut Zainun Mu tadin (2002) merupakan proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Dari pengertian tersebut, yang dimaksud penyesuaian diri siswa jalur non akademis pada penelitian ini ini adalah suatu proses dinamis agar individu dapat menyelaraskan sikap dan perilakunya dalam bejara baik di sekolah maupun di lingkungan sosial. Terdapat

7 dua aspek penyesuaian diri yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial siswa di sekolah. Penyesuaian pribadi mencakup unsur bagaimana siswa menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya, dan mampu menerima diri apa adanya sehingga dapat menentukan sikap dalam menghadapi permasalahan yang dialaminya. Sedangkan penyesuaian sosial adalah perilaku-perilaku siswa yang berkaitan dengan hubungan interpersonal baik dengan guru, teman sebaya, dan personil sekolah lainnya, termasuk di dalamnya penyesuaian akademis. Penyesuaian akademis yang diamati, bagaimana sikap siswa terhadap berbagai mata pelajaran dan usahausaha yang dilakukan untuk mencapai prestasi akademik dan kaitannya dengan cita-cita karir di masa depan. Penelitian ini bermula dari pengamatan peneliti terhadap siswa yang diterima melalui jalur non-akademis yang memperlihatkan masalah penyesuaian diri di SMA Negeri 3 Bandung. Masalah penyesuaian diri ini berdampak pada perkembangan pribadi-sosial siswa yang menjadi terhambat. Merujuk pada kondisi di atas, secara umum masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah program bimbingan dan konseling yang dapat pengembangkan penyesuaian diri siswa? Secara operasional, masalah penelitian ini dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran penyesuaian diri siswa jalur non-akademis SMAN 3 Bandung?

8 2. Bagaimana program hipotetik bimbingan dan konseling untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3 Bandung? 3. Bagaimana efektivitas hasil uji coba program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3 Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan dan konseling yang efektif untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non-akademis. Tujuan spesifik dari penelitian adalah untuk mengungkap dan menganalisis data empiris tentang karakteristik penyesuaian diri siswa dengan penjabaran sebagai berikut. 1. Memperoleh gambaran umum penyesuaian diri siswa SMAN 3 Bandung jalur non-akademis. 2. Memperoleh program bimbingan konseling hipotetik untuk mengembangkan penyesuian diri siswa SMAN 3 Bandung jalur nonakademis. 3. Memperoleh program bimbingan dan konseling yang efektif berdasarkan kondisi siswa jalur non-akademis di SMAN 3 Bandung.

9 D. Manfaat Penelitian Urgensi penelitian ini adalah menganalisis kebijakan lokal mengenai penerimaan siswa baru (PSB) melalui jalur non akademis dan kaitannya dengan layanan bimbingan dan konseling dalam menghadapi masalah yang dihadapi oleh para siswa. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut. 1. Secara teoritis, konsep yang dihasilkan dari penelitian ini dapat bermanfaat peneliti sejenis dalam mengkaji aspek-aspek yang sana, selain itu penelitian ini dapat berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya yang menyangkut peningkatan kemampuan konselor dalam melaksanakan mengembangkan program bimbingan dan konseling 2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman oleh konselor khususnya di SMAN 3 Bandung dalam memahami masalah penyesuaian diri siswa, dapat meningkatkan pemahaman konselor terhadap permasalahan siswa dan sekaligus dapat menentukan langkah intervensi serta penanggulangan masalah penyesuaian diri. E. Asumsi Penelitian Untuk menghasilkan layanan bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan data atau informasi yang valid, reliabel dan akurat berkaitan dengan penyesuaian diri siswa dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut.

10 1. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa jalur non akademis, pada umumnya menunjukkan gejala yang sama yaitu mengalami hambatan dalam penyesuian diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, intervensi yang tepat melalui bimbingan kelompok (Warnika, 2007). 2. Apabila permasalahan penyesuaian tidak segera diatasi secara tepat, akan menghambat pembentukan konsep diri yang positif (Adi Gunawan, 2005). 3. Permasalah penyesuaian diri akan menghambat pencapaian aktualisasi diri yang merupakan salah satu ciri kepribadian sehat. Kepribadian sehat hanya akan terwujud apabila seseorang dapat menyesuaikan diri secara dinamis dengan lingkungannya (Allport, 1967).