PENJADWALAN PEMBANGUNAN RUMAH TIPE 300 DALAM MENGEFISIENKAN WAKTU PADA CV BASUKI RAHMAT PRABUMULIH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KEPUSTAKAAN. untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

JALUR KRITIS (Critical Path)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Operations Management

Prosiding Manajemen ISSN:

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Operations Management

Pertemuan 5 Penjadwalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. yang diharapkan stakeholder dari proyek tersebut (Project Managemen

Analisis Penerapan Network Planning Dalam Upaya Efisiensi Biaya dan Waktu Pada Penyelesaian Proyek Pengembangan Gedung RSD dr.

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PROYEK (CPM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

Novie Susanto, Ratna Purwaningsih, Erwin Ardiansyah. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERT-CPM

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

MAKALAH RISET OPERASI NETWORK PLANNING

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM

Analisis Network Proyek Rehabilitasi Sekolah Dasar Negeri Combongan 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN (WAKTU) PROYEK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

NETWORK (Analisa Jaringan)

Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Pertemuan V

BAB II LANDASAN TEORI. produk dan jasa dari satu tempat mudah mencapai tempat lain, maka hanya

ANALISIS PENERAPAN METODE PROJECT MANAGEMENT PADA BAGIAN PERENCANAAN PT X

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

Parno, SKom., MMSI. Personal Khusus Tugas

BAB II STUDI PUSTAKA

Penjadwalan Proyek. Oleh Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat

PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Waktu Proyek 10/24/2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Waktu Dalam Proyek

MATERI 8 MEMULAI USAHA

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK (Perencanaan Waktu-3 : CPM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #5 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

STUDI KASUS PENJADWALAN PROYEK PADA PROYEK RUMAH TOKO X MENGGUNAKAN MICROSOFT PROJECT 2010

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

Optimalisasi Waktu Pengerjaan Proyek Ruko Dengan Metode Diagram Preseden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAR CHART METHOD NETWORK ANALYSIS

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

JURNAL OSEATEK APLIKASI MS PROJECT PADA PERENCANAAN PROYEK TK PERTIWI KABUPATEN PEMALANG

MINGGU KE-6 MANAJEMEN WAKTU (LANJUTAN)

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

PERTEMUAN 11 Float dan Lintasan Kritis

MONITORING DAN ANALISIS JADWAL PROYEK MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE INTENSITY DAN CPM PADA PROYEK HOTEL

Secara alamiah tidak ada barang yang dibuat oleh manusia yang. tidak bisa rusak, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan

Transkripsi:

PENJADWALAN PEMBANGUNAN RUMAH TIPE 300 DALAM MENGEFISIENKAN WAKTU PADA CV BASUKI RAHMAT PRABUMULIH A Jalaluddin Sayuti, MK. Wardah, Titi Andriyani Politeknik Negeri Sriwijaya Abstrak CV Basuki Rahmat Prabumulih is a company that has the scope of services development (developer), including build houses and shops. In determining the time to complete a housing project, CV Basuki Rahmat Prabumulih only based on the plan has been prepared based on scheduling tasks in accordance with the usual experience completed. Because only based on experience and not using a particular method in calculating scheduling, CV Basuki Rahmat Prabumulih sometimes experience delays in the completion of development projects. Calculation method Network Planning methods of Critical Path Method (CPM) is one good method to be used in calculating the scheduling for the project, because by using this method will be visible anywhere activities that need to be solved first and which activities can be performed delays in workmanship. This is evident from the construction of housing type 300 made by CV Basuki Rahmat Prabumulih takes over 231 days, whereas using CPM method takes only 201 days. Keywords: method, plan, project, scheduling PENDAHULUAN Jasa konstruksi di Indonesia saat ini sudah berkembang, hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunan-pembangunan gedung, kantor, pusat perbelanjaan, rumah, dan lain-lain. Dalam bidang konstruksi, penjadwalan sangat penting, karena penjadwalan merupakan acuan dalam penyelenggaraan proyek dan sekaligus sebagai landasan pengawasan pelaksanaan proyek yang bersangkutan, dengan penjadwalan akan ditetapkan waktu dan urutan dari bermacam-macam aktivitas yang akan dilakukan. Menurut Herjanto (2007:307), penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan pelaksanaan bagi suatu kegiatan operasi. Penjadwalan bertujuan meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan. CV Basuki Rahmat Prabumulih merupakan perusahaan yang mempunyai lingkup pelayanan jasa pengembangan (developer), termasuk di dalamnya mendirikan rumah maupun pertokoan. CV Basuki Rahmat Prabumulih telah membangun perumahan untuk ditempati oleh kalangan masyarakat menengah yakni perumahan Mahkota I yang berlokasi di Jalan Padat Karya Kelurahan Muara Dua, Prabumulih dengan berbagai tipe rumah seperti tipe 36, tipe 45, tipe 70, dan tipe 90. Melihat antusias masyarakat yang cukup baik terhadap pembanguan perumahan tersebut, CV Basuki Rahmat Prabumulih kembali membangun perumahan untuk kalangan masyarakat menengah ke atas yakni perumahan Mahkota II yang berlokasi di Jalan Krakatau Kelurahan Muara Dua, Prabumulih dengan berbagai tipe rumah seperti tipe 200, tipe 250, tipe 75 75

300, dan tipe 350. Saat pembangunan perumahan Mahkota II, CV Basuki Rahmat Prabumulih mengalami keterlambatan penyelesaian pengerjaan proyek, hal ini di sebabkan karena dalam proses pembangunan rumah, CV Basuki Rahmat tidak menggunakan metode perhitungan penjadwalan proyek yang baik. Selama ini CV Basuki Rahmat Prabumulih dalam menentukan waktu untuk menyelesaikan suatu proyek perumahan hanya berpedoman pada perencanaan yang telah disusun berdasarkan penjadwalan pekerjaan sesuai dengan pengalaman yang biasa diselesaikan. Susunan perencanaan pekerjaan ini selalu diikuti dalam proses pembangunan meskipun perusahaan telah mengikuti susunan yang ada, namun dari sekian banyak kegiatankegiatan, perusahaan masih melakukan secara acak kegiatan-kegiatan mana saja yang didahulukan proses pengerjaannya. Rumah-rumah tipe 200, tipe 250, tipe 300 dan tipe 350 pada perumahan Mahkota II mengalami keterlambatan penyelesaian pembangunan, namun rumah tipe 300-lah yang sangat mengalami keterlambatan penyelesaian pembangunan diantara rumah-rumah lainnya. Selain karena kendala yang sudah dijelaskan sebelumnya, hal ini juga disebabkan karena keterbatasan dan terlambatnya material. Faktor cuaca yang tidak menentu juga sangat mempengaruhi proses pembangunan perumahan tersebut. Waktu yang ditetapkan untuk penyelesaian pembangunan rumah tipe 300 adalah 200 hari, namun rumah tersebut diselesaikan oleh CV Basuki Rahmat selama 231 hari. Meskipun mengalami keterlambatan selama 31 hari. Keterlambatan dalam penyelesaian proyek akan berdampak buruk bagi perusahaan, yaitu memperburuk image perusahaan yang berarti tidak mampu menyelesaikan proyek sesuai kontrak yang telah disepakati. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan yang matang dan baik sehingga proyek dapat dilaksanakan dengan waktu yang efisien. Penjadwalan disusun untuk menjadi acuan dalam penyelenggaraan proyek sekaligus sebagai landasan pengawasan pelaksanaan proyek yang bersangkutan. Penjadwalan menetapkan waktu dan urutan dari bermacam-macam tahapan, keterkaitan satu aktivitas dengan aktivitas lain. Berdasarkan situasi di atas, maka penulis akan mengemukakan bagaimana menghitung penjadwalan proyek pembangunan rumah tipe 300 dengan metode CPM. Tujuan Penelitian ini adalah dapat mengetahui: 1. Perhitungan penjadwalan dengan metode CPM proyek pembangunan rumah tipe 300 pada CV Basuki Rahmat Prabumulih. 2. Perbandingan perhitungan penjadwalan pembangunan tipe 300 menggunakan metode CPM dengan perhitungan yang dilakukan oleh CV Basuki Rahmat Prabumulih. 76

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek Pengerjaan proyek dapat berjalan dengan baik dan selesai dengan waktu yang telah ditetapkan, maka dibutuhkan suatu sistem yang disebut dengan manajemen proyek. Menurut Herjanto (2007:351), proyek meliputi tugas-tugas tertentu yang dirancang secara khusus dengan hasil dan waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu dan dengan keterbatasan sumber daya. Sedangkan Haming dan Nurnajamuddin (2011:78), mendefisikan manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan kegiatan personil serta sumber daya lain untuk menangani dan menyelesaikan pembuatan suatu produk baru, atau suatu bisnis baru sebuah perusahaan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan spesifikasi pesanan pelanggan atau manajemen pelanggan. Penjadwalan Proyek Penjadwalan sangat penting karena merupakan acuan dalam penyelenggaraan proyek dan sekaligus sebagai landasan pengawasan pelaksanaan proyek yang bersangkutan, dengan penjadwalan akan ditetapkan waktu dan urutan dari bermacam-macam aktivitas yang bersangkutan. Haming dan Nurnajamuddin (2011:81), menyatakan bahwa penjadwalan proyek disusun untuk menjadi acuan dalam penyelenggaraan proyek, sekaligus sebagai landasan pengawasan pelaksanaan proyek yang bersangkutan. Penjadwalan menetapkan waktu dan urutan dari bermacam-macam tahapan, keterkaitan satu aktivitas dengan aktivitas lain. Macam-macam Metode Penjadwalan Proyek Herjanto (2007:358), mengatakan bahwa secara umum ada dua macam metode penjadwalan proyek, yaitu: Metode Bagan Balok (Gantt Chart) dan Metode Jaringan Kerja (Network Planning) Pengertian Efisien Waktu Menurut Mulyadi (2007:3), efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat pelaksanaan hingga proyek itu selesai. Pengertian Network Planning Untuk menyelesaikan suatu proyek, perusahaan harus mempunyai perencanaan serta penjadwalan yang tepat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya permasalahanpermasalahan yang mungkin timbul pada saat proses penyelesaian. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghindari atau mengatasi permasalahan keterlambatan tersebut adalah dengan menggunakan Network Planning. Menurut Herjanto (2007:359), menjelaskan bahwa Network Planning adalah salah satu model yang bayak digunakan dalam menyelenggarakan proyek, yang produknya berupa informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada didalam diagram jaringan kerja yang bersangkutan. Manfaat Network Planning Menurut Handoko (2000:402), manfaat Network Planning bagi suatu proyek antara lain: 1. Perencanaan suatu proyek yang kompleks. 77

2. Schedulling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan yang praktis dan efisien. 3. Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan dana yang tersedia. 4. Schedulling ulang untuk mengatasi hambatan-hambatan dan keterlambatan-keterlambatan. 5. Menentukan trade-off (kemungkinan pertukaran) antara waktu dan biaya 6. Menentukan probabilitas penyelesaian suatu proyek tertentu. Pengertian Aktivitas, Peristiwa, dan Lintasan Kritis Jaringan kerja atau Network Planning merupakan suatu rangkaian aktivitas yang berkaitan dalam menghasilkan barang atau jasa, yang terarah pada usaha percapaian tujuan. Terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan di dalam Network Planning, yaitu aktivitas dan peristiwa. Menurut Heizer dan Render (2005:80), aktivitas adalah salah satu unsur dari suatu proyek yang biasanya digambarkan sebagai anak panah dalam suatu network. Handoko dkk. (2000:120), menyatakan peristiwa adalah permulaan atau akhir dari suatu kegiatan. Selain aktivitas dan peristiwa, hal lain yang perlu diperhatikan adalah lintasan kritis. Lintasan kritis ini lebih mengarahkan perhatian manajemen pada situasi yang pentinng, memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang dapat mempercepat penyelesaian seluruh rangkaian kegiatan. Menurut Herjanto (2007:370), lintasan kritis merupakan lintasan dengan jumlah waktu yang paling lama dibandingkan dengan semua lintasan yang mungkin. Jumlah waktu pada lintasan kritis sama dengan umur proyek. Dalam Network Planning, apabila terjadi penundaan pada lintasan atau kegiatan kritis maka akan menyebabkan terjadinya penundaan penyelesaian pada seluruh rangkaian proyek atau produksi. Sehingga dengan adanya lintasan kritis, akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan memfokuskan pengerjaan pada kegiatan-kegiatan yang memerlukan perhatian khusus. Simbol-simbol dan Ketentuan dalam Network Planning Untuk dapat membaca dengan baik suatu diagram jaringan kerja perlu dijelakan pengertian dasar hubungan antar simbol yang ada. Menurut Tarlian dan Ahmad (2006:177), adapun simbolsimbol yang digunakan dalan Network Planning adalah sebagai berikut: a. Anak Panah (arrow) Menyatakan sebuat kegiatan atau aktivitas. Kegiatan disini didefinisikan seagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, yang menunjukan bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. b. Lingkaran kecil (node) Menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) disini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Seperti 78

halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tidak berarti apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa dummy tidak mempunyai duration (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai atau menghabiskan sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Dalam pelaksanaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturanaturan sebagai berikut: 1. Diantara dua event yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah 2. Nama atau aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor event 3. Aktivitas harus mengalir dan event bernomor rendah ke event bernomor tinggi 4. Diagram hanya memiliki sebuah inisial event dan sebuah terminal event. c. Anak panah terputus-putus (dummy) Anak panah terputus-putus (dummy) menunjukkan suatu kegiatan semu, dummy diperlukan untuk menggambarkan adanya suatu hubungan diantara dua kegiatan, karena dummy merupakan kegiatan semu maka hubungan antar peristiwa tidak perlu diperhitungkan karena tidak memiliki nama dalam perhitungan waktu, sumber daya dan ruangan, sehingga lama kegiatannya sama dengan nol. Notasi yang digunakan dalam Network Planning Menurut Soeharto (2002:247), untuk memudahkan perhitungan penentuan waktu ini digunakan notasi-notasi sebagai berikut: TE= earliest event occurence time, yaitu saat tercepat terjadinya event TL= latest event occurence time, yaitu saat paling lambat terjadinya event ES= earliest activity start time, yaitu saat tercepat dimulainya aktivitas EF= earliest activity finish time, yaitu saat tercepat diselesaikannya aktivitas LS= latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas LF= latest activity finisih time, yaitu saat paing lambat diselesaikannya aktivitas t= activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas S= total slack/total float SF= free slack/free float Langkah-langkah dalam Menyusun Network Planning Untuk dapat menggunakan Network Planning didalam perencanaan, penjadwalan serta pengawasan suatu proyek ataupun produksi, perusahaan perlu mengikuti langkah-langkah penyusunan serta sistematika. Adapun sistematika lengkap dalam penyusunan Network Planning atau jaringan kerja menurut Heizer dan Render (2005:509), adalah: a. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan b. Menyusun hubungan antar kegiatan c. Menyusun network diagram yang menghubungkan semua kegiatan 79

d. Menetapkan waktu untuk setiap kegiatan dan menyusunnya kedalam network diagram. e. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada network diagram Metode dalam Network Planning Dalam Network Planning terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi perusahaan. Teknik yang sangat luas pemakaiannya adalah metode jalur kritis (critical path method/cpm) dan teknik menilai dan meninjau kembali (program evaluation and review technique/pert). a. CPM (Critical Path Method) Menurut Sumayang (2003:162), menjelaskan bahwa CPM merupakan suatu keseimbangan antara waktu dan biaya, sehingga CPM merupakan penjadwalan proyek dengan menggunakan fungsi waktu dan biaya. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005:87), dalam proses identifikasi jalur kritis, terdapat beberapa notasi-notasi yang digunakan dalam CPM yaitu: 1. Mulai terdahulu (earliest start ES) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai. 2. Selesai terdahulu (earliest finish EF) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. 3. Mulai terakhir (latest start LS) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. b. PERT (Program Evaluation and Review Technique) Menurut Sumayang (2003:160), PERT merupakan metode jaringan yang mempunyai tiga perkiraan waktu yaitu perkiraan waktu paling optimis, waktu paling tepat dan waktu paling pesimis. Ketiga perkiraan waktu tersebut menurut Heizer dan Render (2005:94), yaitu: 1. Waktu yang paling optimis (Wo) merupakan kemungkinan waktu penyelesaian yang paling pendek, jika semua pekerjaan berjalan dengan lancar 2. Waktu yang paling pesimis (Wp) merupakan kemungkinan waktu penyelesaian yang paling panjang, dengan memprhitungkan kemungkinan-kemungkinan penundaan. 3. Waktu normal (Wn) merupakan kemungkinan waktu penyelesaian sebagaimana mestinya. Persamaan dan Perbedaan CPM dan PERT Terdapat persamaan dan perbedaan yang mendasar diantara CPM (Critical Path Method) dan PERT (Program Evaluation Review Technique). Menurut Herjanto (2007:360), persamaan dan perbedaan kedua teknik tersebut adalah: 80

a. Persamaan CPM dan PERT 1. Sama-sama merupakan teknik yang paling bayak digunakan dalam menentukan perencanaan, pengendalian dan pengawasan proyek. 2. Keduanya menggambarkan kegiatan-kegiatan dari suatu proyek dalam suatu jaringan kerja. 3. Keduanya dapat dilakukan berbagai analisis untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan waktu, biaya, atau penggunaan sumber daya. b. Perbedaan CPM dan PERT 1. CPM menggunakan satu jenis waktu untuk taksiran waktu kegiatan, sedangkan PERT menggunakan tiga jenis waktu yaitu waktu paling optimis, waktu paling tepat dan waktu pesimis 2. CPM menganggap proyek terdiri dari kegiatan-kegiatan yang membentuk satu atau beberapa lintasan, sedangkan PERT menganggap proyek terdiri peristiwa yang susul menyusul. 3. CPM menggunakan pendekatan yang menggunakan anak panah sebagai representasi dari kegiatan, sedangkan PERT menggunakan pendekatan lingkaran atau node sebagai simbol kegiatan. Analisa Skala Waktu Optimal Network Planning Salah satu hal penting di dalam analisa proyek adalah mengetahui kapan proyek tersebut dapat diselesaikan. Untuk menjawab hal tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu waktu yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan, hubungan dengan kegiatan lain dan kapan kegiatan tersebut dimulai dan berakhir. Setelah hal-hal tersebut diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan-perhitungan, adapun cara perhitungan yang haurs dilakukan terdiri atas dua cara yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computition). Sehingga dengan dilakukannya kedua perhitungan tadi dapat diketahui jalur kritis dan juga kapan proyek atau produksi tersebut dapat diselesaikan. a. Perhitungan Maju (Forward Computation) Perhitungan maju merupakan perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event. Maksudnya ialah menghitung saat yang paling cepat terjadinya event dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannnya aktivitas-aktivitas. Menurut Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad Dimyati (2006:182-184), terdapat tiga langkah yang dilakukan di dalam perhitungan maju, yaitu: 1. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke-nol sehingga untuk initial event berlaku TE = 0. 2. Jika initial event terjadi pada hari yang ke-nol maka, Gambar 1 Initial Event terjadi pada hari yang ke-nol 81

(Sumber: Tarliah dan Ahmad, 2006:183) ES (ij) = TE (j) = 0 EF (ij) = ES (Ij) + t (ij) = TE (i) + t (Ij) 3. Event yang menggambarkan beberapa aktivitas (merge event) Gambar 2 Merge Event (Sumber: Tarliah dan Ahmad, 2006:184) Merge Event Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas-aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling cepat terjadi sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang berakhir pada event tersebut. TE (j) = maks (EF (i1j), EF (i2j),...,ef (inj) Rumus: ES (i,j) = TE (j) = 0 EF (i,j) = ES (i,j) + t (i,j) = TE (i) + t (i,j) Dimana: ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas TE = Saat tercepat terjadinya event EF = Saat tercepat diselesaikannya aktivitas t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas b. Perhitungan Mundur (Backward Computation) Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju initial event. Tujuannya adalah untuk menghitung saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL, LS dan LF). Seperti halnya pada perhitungan maju, menurut Tarliah dan Ahmad (2006:185-186), terdapat tiga langkah yang dilakukan di dalam perhitungan mundur (backward computation), yaitu: 1. Pada terminal event berlaku TL = TE 2. Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu dikurangi dengan durasi atau waktu aktivitas tersebut. 82

Gambar 3 (Sumber: Tarliah dan Ahmad, 2006:185) Saat paling lambat memulai aktivitas LS = LF t LF (ij) = TL dimana TL = TE Maka: LS (ij) = TL (j) t (ij) 3. Event yang mengeluarkan beberapa aktivitas (burst event) Gambar 4. Burst Event Sumber: Tarliah dan Ahmad (2006:185) Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahului telah terjadi. Oleh karena itu saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut. TL(i) = min (LS(i,j 1 ), LS(i,j 2 ),...LS(i,j n ). Rumus: LS = LF-t LF(i,j) = TL dimana TL = TE Maka: LS(i,j) = TL(j) t(i,j) Dimana: LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas LF = Saat paling lambat diselesaikannya aktivitas TL = Saat paling lambat terjadinya event t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float atau Slack) Salah satu manfaat dari metode Network Planning adalah dapat membantu perusahaan dalam membuat jadwal penyelesaian suatu proyek atau produksi. Untuk dapat membuat jadwal yang sesuai dengan rencana, maka harus diketahui kegiatan-kegiatan mana saja yang perlu diselesaikan terlebih dahulu dan kegiatan mana yang dapat dilakukan penundaan pada 83

pengerjaannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan penundaan atau mempunyai kelonggaran waktu dalam proses pengerjaannya, dapat diketahui setelah melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur. Kelonggaran waktu (slack/float) tersebut dapat digunakan penjadwalan tanpa menyebabkan keterlambatan pada keseluruhan penyelesaian proyek atau produksi. Terdapat dua macam kelongggaran waktu di dalam network planning, yaitu total slack dan free slack. Total Float dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas (S = LS ES), atau dapat dihitung dengan mencari selisih antara saat antara saat paling lambat diselesaikannya aktivitas dengan saat paling cepat diselesaikannya aktivitas. S = LS EF Dimana: S = Total float LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas Free Float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network. Rumus: SF = EF ES t Dimana: SF = Free Float EF = Saat tercepat diselesaikannya aktivitas ES = Saat tercepat dimulainya aktivtias t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas Suatu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran (Float) disebut aktivitas kritis, dengan kata lain aktivitas kritis mempunyai S = SF = 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan Dalam Menghitung Penjadwalan Dengan Menggunakan Metode CPM (Critical Path Method) 1. Menginventarisasi Kegiatan-Kegiatan Proyek Penyusunan ini dilakukan berdasarkan pengalaman dan data dalam proyek di masa lalu. Adapun rincian dari kegiatan-kegiatannya dapat di lihat pada tabel berikut: 84

Tabel 1 Daftar Kegiatan Proyek di CV Basuki Rahmat Prabumulih No Jenis Pekerjaan Kode Kegiatan 1 Pekerjaan persiapan A 2 Pekerjaan tanah (galian) B 3 Pekerjaan pondasi kolom C 4 Pekerjaan struktur kolom/tiang kolom D 5 Pekerjaan pondasi dinding E 6 Pekerjaan dinding dan kusen F 7 Pekerjaan rangka atap G 8 Pekerjaan atap (plafond dan genting) H 9 Pekerjaan saniter dan instalasi I 10 Pekerjaan plester dalam dan luar J 11 Pekerjaan lantai dan acian K 12 Pekerjaan penutup (kaca, pintu, jendela) L 13 Pekerjaan pengecatan M 14 Pekerjaan pelengkap/assesories N 15 Pekerjaan lainnya O (Sumber: CV Basuki Rahmat Prabumulih, 2014) 85

2. Menyusun Hubungan Antar Kegiatan Proyek Tabel 2 Daftar Uraian Kegiatan-Kegiatan dan Kegiatan Sebelumnya No Jenis Pekerjaan Kegiatan Kegiatan Sebelumnya 1 Pekerjaan persiapan A - 2 Pekerjaan tanah (galian) B A 3 Pekerjaan pondasi kolom C B 4 Pekerjaan struktur kolom/tiang kolom D C 5 Pekerjaan pondasi dinding E C 6 Pekerjaan dinding dan kusen F E 7 Pekerjaan rangka atap G D 8 Pekerjaan atap (plafond dan genting) H G 9 Pekerjaan saniter dan instalasi I F,H 10 Pekerjaan plester dalam dan luar J F,H 11 Pekerjaan lantai dan acian K I 12 Pekerjaan penutup (kaca, pintu, jendela) L F 13 Pekerjaan pengecatan M J,K 14 Pekerjaan pelengkap/assesories N L 15 Pekerjaan lainnya O M,N Sumber: Data primer diolah, 2015 3. Menyusun Network Diagram yang Menghubungkan Semua Kegiatan Langkah ini menyatakan hubungan kegiatan yang telah di susun pada butir kedua, di susun menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Gambar 5 Diagram Jaringan Awal Untuk Menunjukkan Hubungan Antar Kegiatan 86

4. Menetapkan Waktu Untuk Setiap Kegiatan dan Menyusunnya Ke Dalam Network Diagram Tabel 3 Kegiatan-Kegiatan yang Disertakan Kurun Waktu No Jenis Pekerjaan Kode Kegiatan Waktu (Hari) 1 Pekerjaan persiapan A 6 2 Pekerjaan tanah (galian) B 6 3 Pekerjaan pondasi kolom C 15 4 Pekerjaan struktur kolom/tiang D 25 kolom 5 Pekerjaan pondasi dinding E 6 6 Pekerjaan dinding dan kusen F 12 7 Pekerjaan rangka atap G 24 8 Pekerjaan atap (plafond dan H 25 genting) 9 Pekerjaan saniter dan instalasi I 20 10 Pekerjaan plester dalam dan luar J 37 11 Pekerjaan lantai dan acian K 24 12 Pekerjaan penutup (kaca, pintu, L 20 jendela) 13 Pekerjaan pengecatan M 50 14 Pekerjaan pelengkap/assesories N 12 15 Pekerjaan lainnya O 6 Sumber: Data primer diolah, 2015 Setelah penyusunan perkiraan kurun waktu untuk masing-masing kegiatan selesai, maka tahap selanjutnya adalah menggambarkan jaringan yang dapat menghubungkan keseluruhan kegiatan yang akan dilaksanakan. Hubungan tersebut digambarkan dalam sebuah network diagram. Gambar 6 Network Awal Proyek Disertai Kurun Waktu 87

5. Mengidentifikasi Jalur Kritis (Critical Path) pada Network Diagram Yang dimaksud jalur kritis pada langkah ini adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup pembangunan rumah, dan apabila terjadi keterlambatan maka akan mengakibatkan keterlambatan secara keseluruhan. Dalam langkah ini terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Dari kedua perhitungan tersebut dapat diidentifikasi jalur kritis yang dapat dihitung float/slack, yang merupakan kelonggaran waktu penyelesaian dari suatu kegiatan. a. Cara Penghitung Maju (Forward Computation) Hasil perhitungan di atas, dapat di lihat pada Tabel 4 dan Gambar 5 berikut ini: Tabel 4. Daftar Waktu Mulai dan Waktu Selesai Kegiatan Proyek Dengan Perhitungan Maju Waktu Perhitungan Maju No Kode Kegiatan (Hari) Mulai (ES) Selesai (EF) 1 A 6 0 6 2 B 6 6 12 3 C 15 12 27 4 D 25 27 52 5 E 6 27 33 6 F 12 33 45 7 G 24 52 76 8 H 25 76 101 9 I 20 101 121 10 J 37 101 145 11 K 24 121 145 12 L 20 45 65 13 M 50 145 195 14 N 12 65 195 15 O 6 195 201 Sumber: Data primer diolah, 2015 Gambar 7 Network Diagram Dengan Perhitungan Maju 88

b. Cara Penghitungan Mundur (Backward Computition) Berikut ini merupakan perhitungan mundur dalam penyelesaian pembangunan rumah. TL (13) karena TL (13) merupakan terminal event, maka TL (13) = 201 TL (12) LS (12,13) = LF (13) t (12,13) = 201 6 = 195, maka TL (12) adalah 195 TL (11) LS (11,12) = LF (12) t (11,12) = 195 50 = 145, maka TL (11) adalah 145 TL (10) LS (10,12) = LF (12) t (10,12) = 195 12 = 183, maka TL (10) adalah 183 TL (9) LS (9,11) = LF (11) t (9,11) = 145 24 = 121, maka TL (9) adalah 121 TL (8) Min (LS (8,9), LS (8,11) ) LS (8,9) = LF (9) t (8,9) = 121 20 = 101, maka TL (8) adalah 101 LS (8,11) = LF (11) t (7,11) = 145 37 = 108, maka TL (7) adalah 108 Min (LS (8,9), LS (8,11) ) = Min (101 ; 108) = Min (101) = 101, maka TL (8) adalah 101 TL (7) Min (LS (7,8), LS (7,10) ) LS (7,8) = LF (8) t (7,8) = 101 0 = 101, maka TL (7) adalah 101 LS (7,10) = LF (10) t (7,10) = 183 20 = 163, maka TL (7) adalah 163 Min (LS (7,8), LS (7,10) ) = Min (101 ; 163) = Min (101) = 101, maka TL (7) adalah 101 89

TL (6) LS (6,8) = LF (8) t (6,8) = 101 25 = 76, maka TL (6) adalah 76 TL (5) LS (5,7) = LF (7) t (5,7) = 101 12 = 89, maka TL (5) adalah 89 TL (4) LS (4,6) = LF (6) t (4,6) = 76 24 = 52, maka TL (4) adalah 52 TL (3) Min (LS (3,4), LS (3,5) ) LS (3,4) = LF (4) t (3,4) = 52 25 = 27, maka TL (3) adalah 27 LS (3,5) = LF (5) t (3,5) = 89 6 = 83, maka TL (3) adalah 83 Min (LS (3,4), LS (3,5) ) = Min (27 ; 83) = Min (27) = 27, maka TL (3) adalah 27 TL (2) LS (2,3) = LF (2) t (2,3) = 27 15 = 12, maka TL (2) adalah 12 TL (1) LS (0,1) = LF (2) t (1,2) = 12 6 = 6, maka TL (1) adalah 6 TL (0) LS (0,1) = LF (1) t (0,1) = 6 6 = 0, maka TL (0) adalah 0 Hasil perhitungan di atas, dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 8 berikut ini: Tabel 5. Daftar Waktu Mulai dan Waktu Selesai Kegiatan Proyek Dengan Perhitungan Mundur No Kode Waktu Perhitungan Lambat (Latest) Kegiatan (Hari) Mulai (LS) Selesai (LF) 1 A 6 0 6 2 B 6 6 12 90

3 C 15 12 27 4 D 25 27 52 5 E 6 27 89 6 F 12 89 101 7 G 24 52 76 8 H 25 76 101 9 I 20 101 121 10 J 37 101 145 11 K 24 121 145 12 L 20 101 183 13 M 50 145 195 14 N 12 183 195 15 O 6 195 201 Sumber: Data primer diolah, 2015 Gambar 8 Network Diagram Dengan Perhitungan Mundur c. Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float/Slack) 1. Total Float Rumus: S = LF ES t Dimana: S= Total Float LF= Saat paling lambat dimulainya aktivitas ES= Saat tercepat dimulainya aktivitas t= Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas 2. Free Float Rumus: SF= EF ES t Dimana: SF= Free Float EF= Saat tercepat diselesaikannya aktivitas ES= Saat tercepat dimulainya aktivitas t= Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas 91

Peranan total float dan free float dalam penjadwalan aktivitas-aktivitas yang tidak kritis mengikuti dua aturan umum, yaitu sebagai berikut: 1. Jika total float sama dengan free float, maka aktivitas-aktivitas yang tidak kritis dapat dijadwalkan di mana saja, diantara ES dan LF-nya masing-masing. 2. Jika free float lebih kecil dari total float, maka saat dimulainya aktivitas yang tidak kritis dapat di undur terhadap saat tercepat dimulainya aktivitas tersebut. Lamanya pengunduran waktu ini tidak boleh lebih dari besarnya free float, sehingga penjadwalan dari aktivitas-aktivitas yang berikutnya tidak terganggu. Semua perhitungan yang telah dilakukan mulai dari perhitungan maju, perhitungan mundur, total float dan free float dapat dirangkum dalam suatu tabel. Tabel tersebut memuat seluruh informasi yang diperlukan untuk pembangunan rumah. Tabel informasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 6 Tabel Informasi Network No. Kode Waktu Perhituungan Awal (Earliest) Perhitungan Lambat (Latest) Total Free Kegiatan (Hari) Mulai (ES) Selesai (EF) Mulai (LS) Selesai (LF) Float Float 1 A 6 0 6 0 6 0 0*) 2 B 6 6 12 6 12 0 0*) 3 C 15 12 27 12 27 0 0*) 4 D 25 27 52 27 52 0 0*) 5 E 6 27 33 27 89 56 0 6 F 12 33 45 89 101 56 0 7 G 24 52 76 52 76 0 0*) 8 H 25 76 101 76 101 0 0*) 9 I 20 101 121 101 121 0 0*) 10 J 37 101 145 101 145 7 7 11 K 24 121 145 121 145 0 0*) 12 L 20 45 65 101 183 118 0 13 M 50 145 195 145 195 0 0*) 14 N 12 65 195 183 195 118 118 15 O 6 195 201 195 201 0 0*) Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Ket: *) aktivitas atau kegiatan kritis d. Lintasan Kritis Berdasarkan diagram jaringan kerja CV Basuki Rahmat Prabumulih, dapat diturunkan tiga lintasan, yaitu: A-B-C-D-G-H-I-K-M-O dengan waktu proyek selama 201 hari A-B-C-D-G-H-J-M-O dengan waktu proyek selama 194 hari 92

A-B-C-E-F-L-N-O dengan waktu proyek selama 83 hari Berdasarkan ketiga lintasan itu, lintasan terpanjang merupakan lintasan kritisnya yang memiliki total float dan free float sama dengan nol dapat di lihat pada Tabel 9, yang menjadi lintasan kritis adalah lintasan A-B-C-D-G-H-I-K-M-O. Gambar 9 Network Planning Dengan Perhitungan Maju dan Mundur Serta Penentuan Lintasan Kritis Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 9, aktivitas atau kegiatan yang menjadi lintasan kritis adalah sebagai berikut: A (0,1) = Pekerjaan persiapan B (1,2) = Pekejaan tanah (galian) C (2,3) = Pekerjaan pondasi kolom D (3,4) = Pekerjaan struktur kolom atau tiang kolom G (4,6) = Pekerjaan rangka atap H (6,8) = Pekerjaan atap (plafond dan genting) I (8,9) = Pekerjaan saniter dan instalasi K (9,11) = Pekerjaan lantai M (11,12) = Pekerjaan pengecatan O (12,15) = Pekerjaan lainnya Semua aktivitas tersebut tidak dapat dilakukan penundaan pada proses pengerjaannya, karena jika hal tersebut dilakukan maka akan terjadi penundaan pada keseluruhan penyelesaian proyek. Kurun waktu penyelesaian proyek pembangunan rumah Tipe 300 pada CV Basuki Rahmat Prabumulih secara keseluruhan dengan menggunakan metode CPM (Critical Path Method) adalah 201 hari. Perbandingan Analisis Pembangunan Rumah Tipe 300 dengan Menggunakan Metode CPM dengan yang dilakukan CV Basuki Rahmat Prabumulih Perencanaan dan penjadwalan yang dilakukan oleh CV Basuki Rahmat Prabumulih dalam menyelesaikan pembangunan rumah Tipe 300 menghabiskan waktu selama 231 hari, sedangkan perhitungan yang dilakukan melalui metode CPM (Critical Path Method), kurun waktu penyelesaian pembangunan rumah Tipe 300 adalah selama 201 hari. Jika dibandingkan antara perencanaan dan penjadwalan yang dilakukan oleh CV Basuki Rahmat Prabumulih, dengan perencanaan dan penjadwalan yang dilakukan dengan menggunakan Network Planning melalui 93

No metode CPM (Critical Path Method), dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Network Planning perusahaan dapat menghemat waktu selama 30 hari, atau dengan kata lain telah terjadi efisiensi waktu dengan menggunakan Network Planning. 3. Rincian Upah Pekerja Pengerjaan suatu proyek tidak lepas dari peran pekerja. Jumlah pekerja untuk pengerjaan rumah tipe 300 adalah sebanyak 10 orang. Setiap jenis pekerjaan, para pekerja dibentuk menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 sampai 4 orang. Berikut adalah rincian upah pekerja: Jenis Pekerjaan Tabel 7 Rincian Upah Pekerja CV Basuki Rahmat Prabumulih Upah Pekerja per hari/ orang (Rp) Jumlah Pekerja (Orang) Lama Penyelesaian (hari) Total Upah Pekerja (Rp) (Upah Pekerja x Jumlah Pekerja) Total Upah Pekerja Sampai Pekerjaan Selesai (Rp) (Total Upah Pekerja x Lama Penyelesaian) 1 Pekerjaan persiapan 50.000 3 6 150.000 900.000 2 Pekerjaan tanah (galian) 70.000 6 210.000 1.260.000 3 Pekerjaan pondasi kolom 70.000 15 210.000 3.150.000 4 Pekerjaan struktur 70.000 25 210.000 5.250.000 kolom/tiang kolom 5 Pekerjaan pondasi dinding 70.000 6 210.000 1.260.000 6 Pekerjaan dinding dan kusen 100.000 3 12 300.000 3.600.000 7 Pekerjaan rangka atap 70.000 24 210.000 5.040.000 8 Pekerjaan atap (plafond dan 70.000 25 210.000 5.250.000 genting) 9 Pekerjaan saniter dan 100.000 20 300.000 6.000.000 instalasi 10 Pekerjaan plester dalam dan 70.000 37 210.000 7.770.000 luar 11 Pekerjaan lantai dan acian 70.000 24 210.000 5.040.000 12 Pekerjaan penutup (kaca, 70.000 20 210.000 4.200.000 pintu, jendela) 13 Pekerjaan pengecatan 70.000 4 50 280.000 14.000.000 14 Pekerjaan 70.000 12 280.000 3.360.000 pelengkap/assesories 15 Pekerjaan lainnya 70.000 6 420.000 2.520.000 Total 68.600.000 Sumber: CV Basuki Rahmat, 2015 94

No Jenis Pekerjaan Tabel 8 Rincian Upah Pekerja Dengan Hasil Perhitungan Metode CPM Upah Pekerja per hari/ orang (Rp) Jumlah Pekerja (Orang) Lama Penyelesaian (hari) Total Upah Pekerja (Rp) (Upah Pekerja x Jumlah Pekerja) Total Upah Pekerja Sampai Pekerjaan Selesai (Rp) (Total Upah Pekerja x Lama Penyelesaian) 1 Pekerjaan persiapan 50.000 3 6 150.000 900.000 2 Pekerjaan tanah 70.000 \ 6 210.000 1.260.000 (galian) 3 Pekerjaan pondasi 70.000 15 210.000 3.150.000 kolom 4 Pekerjaan struktur 100.000 25 300.000 7.500.000 kolom/tiang kolom 5 Pekerjaan pondasi dinding 6 Pekerjaan dinding dan kusen 7 Pekerjaan rangka atap 70.000 3 24 210.000 5.040.000 8 Pekerjaan atap 70.000 25 210.000 5.250.000 (plafond dan genting) 9 Pekerjaan saniter dan 100.000 20 300.000 6.000.000 instalasi 10 Pekerjaan plester dalam dan luar 11 Pekerjaan lantai dan 70.000 24 210.000 5.040.000 acian 12 Pekerjaan penutup (kaca, pintu, jendela) 13 Pekerjaan pengecatan 100.000 50 400.000 20.000.000 14 Pekerjaan pelengkap/assesories 15 Pekerjaan lainnya Total 56.660.000 Sumber: Data primer diolah, 2015 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode CPM total upah pekerja hanya Rp 56.660.000, sedangkan total upah pekerja yang dikeluarkan CV Basuki Rahmat Prabumulih mencapai Rp 68.600.000. Dengan menggunakan Network Planning metode CPM (Critical Path Method) waktu penyelesaian proyek hanya membutuhkan 201 hari, sedangkan waktu penyelesaian rumah tipe 300 yang dilakukan CV Basuki Rahmat Prabumulih adalah selama 231 hari. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode Network Planning metode 95

CPM (Critical Path Method) dapat menghemat biaya upah pekerja sebanyak Rp 11.940.000 dan menghemat waktu selama 30 hari. Metode Network Planning dengan metode CPM (Critical Path Method) dapat dimanfaatkan untuk menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaiakan berbagai tahapan suatu proyek. Jadi, untuk menanalisis jaringan kerja (Network Planning) dapat menggunakan metode CPM, karena dengan metode ini dapat mengefisienkan biaya upah pekerja melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang dikerjakan. PENUTUP Hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan Network Planning dengan metode CPM (Critical Path Method), dapat dilihat kegiatan-kegiatan mana saja yang merupakan kegiatan kritis atau yang harus diprioritaskan yaitu mulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah (galian), pekerjaan pondasi kolom, pekerjaan struktur kolom, pekerjaan rangka atap, pekerjaan atap (plafond dan genting), pekerjaan saniter dan instalasi, pekerjaan lantai dan acian, pekerjaan pengecatan hingga pekerjaan lainnya. Metode CPM dapat menghemat waktu penyelesaian rumah dan biaya upah pekerja. Hal ini dapat dilihat dari penyelesaian pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan yang memakan waktu 231 hari sedangkan dengan metode CPM memakan waktu 201 hari, sehingga dapat menghemat waktu selama 30 hari. Selain itu, upah pekerja yang dikeluarkan hanya sebesar Rp 56.660.000 sehingga dapat menghemat biaya sebesar Rp 11.940.000 dari total upah pekerja sebanyak Rp 68.600.000. DAFTAR PUSTAKA Dimyati, Tjutju Tarliah dan Ahmad Dimyati. 2006. Operation Research. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Haming, Murfidin dan Mahfud Numajamuddin. 2007. Manajemen Produksi Modern. Jakarta: PT Bumi Aksara. Handoko, Hani T., 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE. Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta: Gramedia. Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Erlangga. 96

Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Managemen Produksi dan operasi. Jakarta. Salemba Empat. 97