G. TANDIKAT, SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

G. TALANG, SUMATERA BARAT

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

II. TINJAUAN PUSTAKA

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

Telepon: , , Faksimili: ,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Jenis Bahaya Geologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Transkripsi:

G. TANDIKAT, SUMATERA BARAT KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah : Tandikai, Tandike : A. B dan K Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 0 25'57" LS, 100 19'01,69" BT Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan : 2438 m dml, 1740 m dari Kota Padang : Padang, Bukittinggi, Padang Panjang : Strato Volcano : Desa Ganting, Kec.Sepuluh Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Koordinat 00 25 10,2 LS, dan 100 25 9,6 BT Elevasi: 1247mdpl PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Pendakian dilakukan dari arah timur dari Kampung Ganting melalui Lalo, melalui jalan setapak sampai ke Puncak, dengan waktu tempuh 6 jam (Hamidi 1970), juga dapat dicapai dari sebelah barat laut dari kampung Malalak, kemudian tiba di Rimbo Piatu dengan merintis jalan untuk sampai di Puncak (Kemerling 1919)

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Hasil erupsi G. Tandikat pada masa lampau banyak menghasilkan batuan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan lindung di G. Tandikat, sumberdaya alam berupa tempat tersimpannya cadangan air tanah, untuk irigasi, air minum di kota-kota dan lainnya. Juga terdapat beberapa mata air panas sebagai sumber mineral untuk kesehatan. Sumberdaya panas bumi di daerah ini belum diexplorasi, padahal sumberdaya alam ini sangat murah dan sangat bermanfaat untuk keperluan energi listrik dan industri. Wisata G. Tandikat mempunyai pemandangan yang indah sebagaimana layaknya sebuah gunungapi, dapat dijadikan objek tujuan wisata.di sekitar G. Tandikat ini terdapat perkebunan markisa, mata air panas, air terjun serta kawasan hutan lindung dan banyak tempat tempat yang baik untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata. SEJARAH LETUSAN letusan 1914 Diketahui telah terjadi dua kali letusan dalam sejarah yaitu letusan tahun 1889 dan Letusan 1889 Kegiatan dari kawah B ini terjadi pada 19 Pebruari petang hari. Di atas puncaknya tampak tiang asap tinggi dan nyala api, terasa getaran gempa bumi dan terdengar suara letusan. Hujan abu jatuh di sekitarnya. Pada 20 Pebruari, di malam hari memperlihatkan agak kuat, diselingi beberapa istirahat pendek dan panjang. Sampai 17 April 1889 G. Tandikat masih mengeluarkan tiang asap, kadang-kadang dengan hujan abu.. Pada 27 Maret 1889 juga G. Marapi kegiatanya mulai meningkat. Pada 29 Maret 1889 abu yang jatuh di atas jalan kereta api antara Padang Panjang Bukittinggi dengan ketebalan sampai 1 cm. Kepulan tiang asap terlihat lagi pada 3 dan 4 Desember 1889 yang pada pagi hari kelihatan jelas dari Bukittinggi. Letusan 1914 Pada 31 Mei kira-kira pukul 9 malam terjadi letusan. Material letusan berjatuhan di sekitar puncak.

Menurut Administratur Veen ( Natuurk. Tijdschr. Nederl. Ind. 1915, p. 188 ) terjadi leleran lava yang mengalir di bagian puncaknya saja. Menurut Kemmmerling ( 1921, p.26 ), yang terjadi bukan leleran lava tetapi lemparan bom gunungapi pijar. Karaker Letusan Berdasarkan produk yang dihasilkan G. Tandikat dari peta Geologi Gunungapi menurut Zainuddin dkk, menunjukan bahwa hasil endapan G. Tandikat tidak ditemukan adanya endapan piroklastik jatuhan, hanya ditemukan aliran piroklastik dan aliran lava. Data letusan yang tercatat hanya abu tipis dan tampak di sekitar kawah. Karakter letusannya cenderung bertipe strombolian dan aliran lava yang terkadang menghasilkan pula aliran piroklastik. GEOLOGI G. Tandikat adalah gunungapi kembar dengan G. Singgalang, yang tumbuh diatas granit tua, sekis dan batu gamping dari Bukit Barisan. Hasil letusan lampau dari gunung Kembar ini menutupi daerah seluas 247 km 2, dan 143 km 2 adalah bahan letusan G. Tandikat (Neuman Van Padang 1951). Bahan letusan yang dikeluarkan gunung Kembar menempati bidang datar seluas 210 km 2, dan 120 km 2 hasil letusan G. Tandikat dan 90 km 2 dari G. Singgalang, (Kemmerling 1921). Endapan hasil letusan G. Tandikat ini tersebar ke arah selatan-baratdaya yaitu ke Dataran Pariaman, dan ke arah timur terbatas sampai Batang Air Singgalang Kecil dan Batang Air Anai, ke barat sampai Batang Air Mangui, sedangkan ke bagian utara terhalang oleh G. Singalang. Kegiatan letusan berpindah-pindah kearah selatanbaratdaya. Di daerah puncaknya terdapat Kawah A yang besar dengan diameter 1125 1250 m, kelilingnya 3925 m. Kawah ini terbuka kearah Batang Air Paraman Sani dan Batang Air Singgalang kecil. Terdapatnya bukaan ini karena pematang kawah tersebut roboh, dan yang terbesar kearah selatan dengan terbentuknya jurang yang dalam. (Verbeek 1883). Didalam kawah besar ini tumbuh kerucut baru dengan kawah B agak eksentris, berbentuk corong dengan garis tengah 405 365 m, kelilingnya 1209 m, dengan kemiringan tebing kawah mencapai 40 50 o C dengan kedalaman mencapai 150 m. Selain Kawah A dan B, terdapat pula 9 lubang bekas letusan kecil (buah dalam kawah B dan 6 buah pada lereng kerucut B), dengan garis tengah antara 10 70 m dan kedalaman antara 4 30 m.

Morfologi Morfologi G. Tandikat sangat dipengaruhi bukan hanya oleh aktivitas gunung apinya, tetapi dipengaruhi pula oleh susunan batuan dan aktivitas gunungapi disekitarnya, seperti batuan dasar tersier Tua, aktivitas vulkanik Maninjau dan gunungapi Singgalang. Didaerah G. Tandikat ini terbagi menjadi beberapa kelompok morfologi, yaitu : Satuan Morfologi Perbukitan Tua Satuan ini menempati daerah sekeliling G. Tandikat, yang dicirikan oleh bentuk perbukitan berelief kasar sampai sedang dengan lembah-lembah yang relatif dalam dan terjal, serta banyak ditemui jeram-jeram dengan garis ketingian berkisar antara 200 1200 meter diatas muka laut. Kelompok ini mempunyai beberapa puncak-puncak bukit antara lain : Bt. Karikih, Bt. Tjantjang Baning, Bt. Birah Tingi, Bt. Upang-upang, Bt. Djadjaran, Bt. Batu Barong, Bt. Ubang Badar, Bt. Padang Satoempak, Bt. Tilaboeng. Pada bagian barat satuan ini terdapat sungai B. Air Manggu yang berlembah sangat terjal dan dalam, tersusun oleh batuan lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik tua produk Kaldera Maninjau. Seperti di bagaian tenggara terdapat Bt. Karikih yang berrelief kasar dengan lereng yang sangat erjal. Daerah ini disusun oleh batuan beku granit dan batuan metamorf yang mempunyai tingkat pelapukan relatif tingi yang dipengaruhi oleh sesar normal, sehingga di sekitar lembah anai sering terjadi longsoran-longsoran. Sedangkan di bagian timur timurlaut terdapat Bt. Tilaboeng dan Bt. Padang Satoempak yang berelief kasar sedang dengan lereng relatif terjal. Satuan ini tersusun oleh lava, aliran piroklastik produk G. Singgalang. Satuan Morfologi Kerucut G. Tandikat, terbagi menjadi 4 sub satuan yaitu : Satuan Morfologi Puncak dan Kawah, terdapat di sekitar puncak Satuan Morfologi Tubuh, terdapat pada tubuh G. Tandikat Satuan Morfologi Lereng dan Kaki, terdapat pada bagian bawah kerucut Satuan Morfologi Dataran, terdapat pada bagian kaki kerucut Tandikat. Stratigrafi Batuan di G. Tandikat dan sekitarnya dikelompokan kedalam beberapa Kelompok satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda, antara lain : Satuan Batuan Tua merupakan batuan dasar yang terbentuk sebelum pembentukan G. Tandikat, penyebarannya terdapat disekeliling G. Tandikat tersebut, terdiri dari :

Satuan Batuan Dasar yang tersusun dari batuan granit dan batuan metamorf, yang terdapat di sebelah tenggara yaitu di sekitar lembah Anai dan Bt. Karikih. Batuan Produk Kaldera Maninjau, merupakan satuan yang menyebar di sebelah barat dan selatan. Satuan batuan disebelah barat membentuk tebing-tebing yang curam dan dalam, merupakan dinding luar kaldera maninjau. Pada bagian selatan umumnya membentuk bukit-bukit yang relatif terjal, seperti di sepanjang jalan raya Sitjintjin, Sungai Durian dan Kampung Tandikat. Satuan batuan ini didominasi oleh aliran pikoklastik dan jatuhan piroklastik, yang terdiri dari fragmen batu apung yang berukuran maksimum 20 cm, serabut-serabut gelas, litik bertekstur andesitik berukuran pasir kerikil, mineral mafik, berwarna putih sampai kekuningan, dan lepas-lepas sampai agak kompak. Setempat-setempat terdapat lapisan-lapisan batu pasir kasar yang kaya akan kuarsa. Batuan ini mencerminkan produk suatu letusan Besar di masa lalu. Batuan Produk G. Singgalang Satuan batuan ini merupakan hasil endapan aktifitas G. Singgalang, tersebar di bagian utara dan timur daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari lava andesit yang bertekstur porfiritik, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik yang mengandung batu apung (Pumis). Singkapan yang baik ditemukan di sepanjang tebing S. Singgalang, pada Bukit batas pemisah produk G. Singgalang dengan produk G. Tandikat. Satuan batuan ini ditemukan juga di Bt.Padang Satoempak dan Bt. Tilaboeng. Batuan Produk G. Tandikat Satuan Batuan produk Gunungapi Tandikat dibentuk oleh dua titik erupsi, yaitu Kawah A dan Kawah B. Dari Kawah A dihasilkan 24 aliran lava (Tl 1 Tl 24 ) dan 4 aliran piroklastik (Tap 1 Tap 4 ), sedangkan dari Kawah B dihasilkan satu aliran lava (Tl 25). Satuan-satuan batuan tersebut adalah terdiri dari : Aliran Piroklastik Tandikat Satuan batuan ini menyebar memanjang membentuk sebuah punggungan terjal dengan dinding lembah yang curam seperti di sekitar S. Malancar dan Kampung Malancar, di bagian barat menutupi produk kaldera Maninjau. Terdapat pula aliran piroklastik lainnya yang membentuk morfologi kipas di bagian selatan, seperti terdapat di sekitar Bt. Silasung, Bt. Bulaan, Kandang Ampek dan Perkampungan Bungakaju.

Satuan batuan ini secara umum mudah runtuh (tidak kompak), berwarna abu-abu, coklat, tersusun oleh fragmen litik, mengambang dalam matriks berukuran pasir kasar terpilah buruk, kemas terbuka bentuk fragmen menyudut- menyudut tanggung, sangat padat. Dengan fragmen dari batuan andesitik berwarna abu-abu, tekstur fanerik, kristalin, subhedral anhedral, ukuran fenokris maksimum 0.4 cm, porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen, tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan mineral mafik. Satuan aliran piroklastik ini terbagi menjadi empat satuan dari muda ke tua adalah : aliran piroklastik 1 sampai aliran piroklastik 4, dengan nama Tap 1 Tap 4, (peta Geologi G. Tandikat) Aliran Lava Tandikat Satuan batuan lava Tandikat ini mempunyai kenampakan dilapangan terkadang berupa bukit, atau berupa punggungan dengan ujung-ujung lava membentuk bukit atau tersebar berupa umpulan bongkah batuan atau tersingkap di lembah sungai, yang umumnya terkekarkan. Untuk satuan batuan lava ini terurai menjadi beberapa satuan lava yang terpisah karena umurnya tidak sama dan jenis lavanya agak berbeda. Namun secara umun lava ini terdiri dari batuan lava andesitik yang berwarna abu-abu terang sampai gelap, terkadang tampak mempunyai textur porfiritik, dengan fenokris dari plagioklas dan piroksen dengan masa dasar halus, ada yang bervesikuler ada yang tidak. Berdasarkan hasil pemetaan geologi gunungapi terbagi menjadi 25 satuan lava Tandikat yang tersusun mulai dari Lava Tandikat 1 (Tl 1 ) sampai dengan Lava Tandikat 25 ( Tl 25 ) Lahar Tandikat Satuan lahar ini secara umum tersebar dibagian kaki G. Tandikat, pada daerah morfologi dataran yang dicirikan oleh aliran sungai yang landai. Satuan Batuan ini merupakan satuan batuan hasil rombakan batuan yang lebih tua dengan ciri-ciri, warna kecoklatan, kadang terlihat adanya perlapisan dengan struktur sedimen, atau berupa breksi batuan lahar, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk bongkah-bongkah batuan bersudut mengambang dalam masa dasar berukuran pasir sampai abu dan cukup kompak. Satuan Aluvial Satuan ini merupakan satuan batuan termuda yang tersebar pada aliran sungai yang datar dan berkelok, berupa hasil endapan batuan yang berlangsung terus sampai kini.

Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan ditafsirkan berdasarkan pengamatan di lapangan, ditunjang dengan penafsiran foto udara dan peta topografi. Berdasarkan ciri-ciri gejala struktur yang dapat diamati di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa G. Tandikat merupakan daerah yang mengalami penurunan, ini dibuktikan dengan adanya sesar normal di sebelah timur, sebelah barat dan utara, yang pembentukannya sangat dipengaruhi oleh sistim Sesar semangko (Sesar Sumatera) yang berarahkan barat laut tenggara. Berikut ini uraian singkat dari beberapa struktur geologi yang berkembang disekitar G. Tandikat. Sesar Batang Anai Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah utara selatan, memanjang 11.5 km dimana blok bagian timur relatif naik dibandingkan blok bagian barat. Sesar ini merupakan pembahas antara batuan dasar dan produk G. tandikat, sedangkan batuan yangt tersesarkan adalah batuan dasar. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai dan gawir-gawir yang dalam dan curam serta memanjang. Sesar Lembah Anai Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah timur laut barat daya, blok bagian tenggara relatif naik terhadap blok bagian barat laut. Sesar ini mempunyai panjang 4 km dan merupakan penyebab terbentuknya Lembah Anai dan diperkirakan pembentukannya akibat adanya ketidakstabilan setelah akhir pembentukan Sesar Batang Anai. Ciri-ciri sesar inin di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang, zone hancuran di sepanjang jalan raya Lembah Anai pada musim hujan, serta shear joint yang kedudukannya berkisar N 125 o E/75 o dan N 330 o E/46 o, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan dasar. Sesar Batang Air Manggu Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal bararah hampir utara selatan, memanjang sepanjang 8 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini merupakan penyebab terbentuknya lembah yang sangat dalam dan terjal di sebelah barat yang dilalui Batang Air manggu, sedangkan batuan yang tersesarkan

adalah batuan vulkanik produk kaldera Manijau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir gawir yang dalam, curam dan memanjang, adanya triangular facet yang terdapat pada dinding luar sebelah timur Kaldera Maninjau. Sesar Rimba Piatu Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah sejajar dengan Sesar Batang Air Manggu, panjangnya 10 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini merupakan pembatas antara produk kaidera maninjau dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk kaldera Maninjau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan berupa bukit yang antara lain Bt. Rimba Piatu dan G. Sanggul. Sesar Batang Air Singgalang Bukit Struktur sesar ini terdapat disebelah timur daerah penelitian, merupakan sesar normalberarah hampir barat laut - tenggara sepanjang 4 km, blok bagian barat daya relatif turun dibandingkan blok bagian timur laut. Sesar ini merupakan pembatas produk G. Singggalang dan produk G. Tandikat sebelah timur, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain : kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang. Sesar Kampung Lalo Struktur sesar ini terdapat di bagian timur laut daerah penelitian, merupakan sesar normal, memanjang hampir barat timur sepanjang 5 km, blok bagian selatan relatif turun dibandingkan blok bagian utara. Sesar in melalui Kampung Lalo dan merupakan pembatas antara rpoduk G. Singggalang dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan lembah yang sempit dan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang. Sesar Puncak G. Tandikat Struktur sesar ini terdapat di puncak G. Tandikat, merupakan sesar normal berarah utara selatan, panjang 3.5 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini penyebab terbentuknya rekahan dinding kawah A kearah selatan, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik G. Tandikat sendiri, yaitu aliran lava Tandikat 11 dan 19 (Tl 11 dan Tl 19). Ciri-ciri sesar ini lapangan antara lain

adanya lembah yang sempit dan memanjang, adanya gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang. Keberadaan Struktur di daerah ini menunjukan bahwa komplek G. Tandikat sangat terpengaruh oleh Struktur Sesar Semangko, menunjukan pula daerah G. Tandikat berada pada daerah yang relatif lemah. Struktur Kawah Di daerah G. Tandikat terdapat minimal 11 buah kawah. Kawah A terdapat di puncak G. Tandikat yang merupakan kawah paling besar dengan diameter 112.5 1250 meter, terbuka kearah selatan ( Hulu Batang Air Paraman Sari ) dan ke arah timur ( Hulu Batang Air Singgalang Katjil ). Didalam Kawah A muncul Kawah B yang letaknya eksentrik berbentuk corong, berbaris tengah 365 405 meter, kedalamnan kawahnya sekitar 100 meter. Selain Kawah A dan Kawah B, terdapat pula 9 buah lubang bekas letusan kecil yaitu 3 buah di dalam Kawah B dan pada lereng bagian luarnya sebanyak 6 buah, berdiameter 10 70 meter dan kedalaman antara 4 30 meter. Kelurusan Vulkanik Kelurusan vulkanik dijumpai di puncak G. Tandikat, bearah utara selatan. Kemungkinan besar aktifitas G. Singgalang dan G. Tandikat dikontrol oleh kelurusan vulkanik ini. Karena keduanya merupakan gunungapi kembar dan berdekatan. GEOFISIKA Seismik Kegiatan kegempaan G. Tandikat dimonitor oleh seismograf dari jenis PS 2, dimana trandusernya ditempatkan di daerah lereng G.Tandikat kurang lebih 1 jam perjalanan dari Pos PGA, sedangkan rekordernya ditempatkan di kantor pos pengamatan G. Tandikat di Desa Ganting. Gempa yang terekam adalah Gempa Vulkanik Dangkal, Gempa Vulkanik Dalam, Gempa Tektonik Lokal dan Gempa Tektonik Jauh. GEOKIMIA Kimia Batuan Dari hasil analisis petrografi menunjukan bahwa batuan G. Tandikat pada umumnya bersifat andesitik. Lava-lava G. Tandikat mempunyai kandungan SiO 2 berkisar antara 55.06% berat, dan K 2 O berkisar antara 1.39% berat.

Analisa Kimia Batuan G. Tandikat SiO 2 55.06 FeO 3.65 Fe 2 O 3 4.22 Al 2 O 3 17.61 FeO 2 1.48 MnO 0.35 P 2 O 5 0.16 CaO 8.04 MgO 3.06 Na 2 O 2.41 K 2 O 1.39 S total 0.68 H 2 O - 110 o L 0.60 Hilang dibakar 1.29 Total 100.00 Geokimia Air Telaga kawah Sebelah timur Telaga kawah sebelah barat Kekeruhan Jernih Jernih Warna 10 10 mgpt/1 Bau Tidak ada Tidak ada Rasa Tidak ada Tidak ada PH 3,6 3,6 Sisa kering 260,0 260,0 mg/1 Sisa pijar 200,0 200,0 mg/1 Hilang dalam 60,0 60,0 mg/1 pemijaran Kesadahan 3,2 3.0 od Ca++ 6,1 6.1 mg/1 Mg++ 10,6 9.2 mg/1 SiO2 18,0 20.0 mg/1 Zat organic 1,2 1.2 mg/1 CO2 (bebas ) 61,8 61,8 mg/1 HCO3 12.4 12.4 mg/1 CO3-0.0 0.0 mg/1 Fe+++(Total) 0.5 0.4 mg/1 Mn +++ 0.0 0.0 mg/1 SO4-134.9 134.9 mg/1 C1-11.4 11.4 mg/1 NO2-0.0 0.0 mg/1 Na+ & K+ ( dihit. Sb. Na+ 49.7 49.7 mg/1 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Pemantauan yang dilakukan adalah dengan metoda visual dan instrumental, yang dilakukan dari Pos Pengamatan G. Api Tandikat, pada posisi, 100 o 22,004 BT dan 0 o 25,147 LS di Kampung Cikadungduang, Desa Ganting, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar.

Visual Pengamatan visual dilakukan baik dari Pos Pengamatan maupun pengamatan visual di sekitar kawah. Kegiatan Gunungapi Tandikat masih berpusat di dalam kawah B, kawah yang memiliki kedalaman kurang lebih 150 m dari puncak. Di dalam kawah ini juga terdapat tembusan-tembusan solfatara dan fumarola aktif dengan asapnya yang khas putih tipis mencapai tinggi antara 2 sampai 25m dari dasar kawah. Seismik Peralatan permanen yang digunakan untuk memonitor kegempaan G. Tandikat selama 24 jam terdiri dari satu unit seismograf PS 2 sistim pancar, dengan sensor seismografnya ditempatkan pada tubuh G. Tandikat pada posisi Stasiun 100 o 21,607 BT dan 0 o 25,139 LS, di ketinggian 1350 m dpl.dengan alat perekam ditempatkan di pos PGA tersebut. Pemantauan lainnya dilakukan secara temporer, misalnya pengukuran suhu, pengukuran deformasi, pengukuran metoda geolistrik, pengukuran geomagnit dan pengukran metoda geokimia gas dan air. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/kegiatan gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, sebaran jenis produk erupsi terdahulu, dan studi lapangan. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tandikat dibagi dalam tiga tingkat kerawanan dari rendah ke tinggi yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana III Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 13-4689-1998) Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), dan gas racun. Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang letaknya terdekat dengan sumber erupsi atau daerah puncak dan sekitarnya. Kawasan ini diberlakukan untuk semua gunungapi aktif tipe A sehubungan dengan perkembangan yang terjadi belakangan ini di beberapa gunungapi kawasan puncak digunakan untuk

bangunan dan atau hunian tetap/permanen ataupun kegiatan lain yang bersifat komersial. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan pengunjung dari bahaya letusan gunungapi di Kawasan Rawan Bencana III. Kawasan Rawan Bencana III terdiri atas dua bagian, yaitu: a. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda aliran massa berupa: lava, kemungkinan awan panas dan atau gas racun. b. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda material lontaran: berupa bom vulkanik dan lontaran batu lainnya, serta jatuhan piroklastik (hujan abu lebat). Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, lahar, hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan kemungkinan aliran piroklastik (awan panas) atau gas racun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lava, lahar, kemungkinan awan panas dan atau gas beracun. 2. Kawasan rawan bencana terhadap lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang berpotensi terlanda oleh aliran massa berupa lahar dan lontaran, seperti: hujan abu dan kemungkinan lontaran batu (pijar).

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tandikat

DAFTAR PUSTAKA G. Suantika dkk, 1995, Pengamatan Visual dan Pemasangan Seismograf PS 2 dan pengamatan seismik di G. Tandikat, Sumbar. G Suantika dkk, 1998, Pengamatan Visual dan Seismik G. Tandikat. Zainuddin dkk, 1996. Laporan Pemetaan Geologi G. Tandikat, Kab. Padang Pariaman Sumbar. K. Kusumadinata 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal 48 57 S. Hamidi. 1970, Laporan Pemeriksaan G. Tandikat dan Daerah Bahayanya Waziel Effendi dkk, 1995, Laporan Pemetaan Geologi Foto G. Tandikat dan Sekitarnya, Kab. Padang Pariaman, Sumbar.