I. PENDAHULUAN. kesehatan, perbaikan ekonomi, penyediaan sandang, serta lapangan kerja. Kegiatan. adalah dengan meningkatkan ketahanan pangan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

PANGAN SARI KELOMPOK RUMAH PANGAN LESTARI YANG MENJADI INSPIRASI GUBERNUR BALI

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Diah Rina K. Seminar Dosen Fakultas Pertanian UMY 21 Mei 2016

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. rumah tangga. Menurut (Hanafie, 2010) ketahanan pangan bagi suatu negara

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

M K R P L TABANAN ANTARA SEMANGAT DAN HARAPAN Oleh: I Nyoman Sugama DAN Nyoman Suyasa

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Sejahtera di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU

1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah VIII Tahun

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN SIDRAP

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

Lesson Learn. Peningkatan Penerapan Rumah Pangan Lestari dalam Upaya Membentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari

BAB I PENDAHULUAN. Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4 persen dari total penduduk

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Desain dan Instalasi Jaringan Irigasi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa Kayen, Kabupaten Pacitan

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

KATA PENGANTAR. Ungaran, Desember 2014 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Ir. Gayatri Indah Cahyani, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

1. Desa Bukik gadang. 2. Desa Tumpuak Tangah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

IV. METODE PENELITIAN

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

Jalan Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35 Bogor 16720

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 ANALISIS KEBIJAKAN DAN PROGRAM MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

I. PENDAHULUAN. cukup luas sangat menunjang untuk kegiatan pertanian. Sebagai negara agraris yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

Perkembangan dan Manfaat Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kalimantan Selatan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dari pembangunan nasional, karena berkaitan erat dengan pembangunan industri, perbaikan pangan dan kesehatan, perbaikan ekonomi, penyediaan sandang, serta lapangan kerja. Kegiatan pertanian pada mendatang akan tetap penting dan diperlukan, maka perlu dijaga agar kegiatan dapat terus berlangsung. Karakteristik keberlanjutan pembangunan pertanian nasional harus memperhatikan aspek lingkungan, aspek daya produksi dan aspek kebersamaan atau keadilan sebagai satu kasatuan yang utuh (Solahuddin, 1999). Langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk mencapai pembangunan pertanian adalah dengan meningkatkan ketahanan pangan. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Berdasarkan definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga (Purwati, 2011). Namun demikian, perwujudan ketahanan pangan perlu memperhatikan sistem hirarki mulai dari tingkat global, nasional, regional, wilayah, rumah tangga dan 1

2 individu (Simatupang, 2006). Lebih jauh, disebutkan oleh Rachman dan Ariani (2007) menyebutkan bahwa tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah merupakan syarat keharusan dari terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja tidak cukup, syarat kecukupan yang harus dipenuhi adalah terpenuhinya kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga atau individu. Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan pada bulan Oktober 2010 di Jakarta, menyerukan tentang ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Terkait dengan hal ini, pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, (Purwati, 2011). Diversifikasi pangan sangat penting perannya dalam mewujudkan ketahanan pangan karena kualitas konsumsi pangan dilihat dari indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH) nasional masih rendah.. Agar mampu menjaga keberlanjutannya, maka perlu dilakukan pembaharuan rancangan pemanfaatan pekarangan dengan memperhatikan berbagai program yang telah berjalan seperti Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP), dan Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan (GPOP), (Purwati, 2011).

3 Pada masa Orde Baru strategi pembangunan lebih ditekankan pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, perlibatan masyarakat sebagai salah satu stakeholder pembangunan senantiasa diabaikan. Kegiatan pembangunan sebagian besar adalah usaha pemerintah, akibatnya prakarsa dan kreativitas masyarakat terdesak oleh peran pemerintah yang terlalu dominan top down dalam pelaksanaan pembangunan. Menurut Chambers (1983), pendekatan target dan topdown, program pengentasan kemiskinan seringkali menetapkan tujuan tanpa melibatkan kelompok miskin itu sendiri. Belajar dari kegagalan berbagai program pemberdayaan petani dan masyarakat desa yang tidak partisipatif, maka menggunakan pendekatan partisipatif dengan melibatkan beneficiaries (petani miskin) dan stakeholders merupakan suatu keniscayaan. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL) yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah (Kemtan, 2011).

4 Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan Lembaga Penelitian lainnya. Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Litbang.Deptan, 2014). Kementrian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengadakan pembinaan sebagai langkah peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT/140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal, dengan mengadakan pembinaan dan pendampingan KWT yang dilaksanakan oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Provinsi Bali. Kawasan Rumah Pangan Lestari pada KWT Tunas Sejahtera dalam implementasinya belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, terlebih program KRPL ini merupakan program pemerintah yang perencanaannya menggunakan top down planning, yakni model perencanaan yang dilakukan dari pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat. Sebagai suatu inovasi KRPL harusnya mampu

5 menjawab tuntutan masyarakat sasaran akan pemenuhan kebutuhan dasar yakni sandang, pangan, dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Berikut disajikan data jumlah Kelompok Wanita Tani (KWT) binaan BPTP Provinsi Bali pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Kelompok Wanita Tani Binaan BPTP Provinsi Bali No. Kabupaten/Kodya Desa/Dusun Nama Kelompok Jumlah Anggota 1 Denpasar Cengkilung 1. Pangan Sari 96 Salih 2. Pala Sari 46 2 Badung Baha 3. Sari Tani 33 Getasan 4. Nadi Kusuma 20 3 Gianyar Tunon 5. Putri Pangan Lestari 45 Blahbatuh 6. Tunas Sejahtera 29 4 Tabanan Tegallinggah 7. Catur Wahana 2 40 Kesiut 8. Merta Sari Werdi 30 5 Bangli Catur 9. MKRPL Catur 80 Kintamani 10. MKRPL Surakarma 40 6 Buleleng Tamblang 11. Merta Nadi 20 Tajun 12. Sari Luwih 24 7 Klungkung Selisih 13. Puncak Pangan Sari 31 Bungbungan 14. Bungbungan Pagan Sari 25 8 Karangasem Nongan 15. Taman Sari 34 Pesaban 16. Darma Kerti 35 9 Jembrana Baluk 17. - 20 Dauh Waru 18. - 20 Jumlah 18 668 Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Bali 2014 Tabel 1 menunjukan jumlah dan persebaran KWT binaan BPTP Provinsi Bali pada tahun 2014 tersebar di sembilan kabupaten di Bali, dengan jumlah KWT sebanyak 18 kelompok, dan jumlah anggota yang bergabung sebanyak 668 orang. Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Sejahtera berlokasi di Banjar Antugan, yang terletak di wilayah Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, dan merupakan wilayah kecamatan dan pedesaan. Anggota kelompok yang

6 kesemuanya adalah wanita, memiliki pekerjaan yang beragam mulai dari ibu rumah tangga sampai dengan pegawai bank. Tingkat mengenyam pendidikan tertinggi adalah 15 tahun (S1), sedangkan terendah dua tahun (tidak tamat SD). Anggota KWT Tunas Sejahtera berusia mulai dari 32 tahun hingga 66 tahun, namun rentang usia yang berbeda tidak menyurutkan semangat anggota untuk memajukan desa dengan melaksanakan kegiatan KRPL. KWT Tunas Sejahtera merupakan kelompok wanita tani yang didirikan pada tanggal 1 Maret 2013, berawal dari kegiatan KRPL yang diadakan oleh BPTP Provinsi Bali. Dua tahun berjalan, KWT Tunas Sejahtera banyak menemui kendala dalam berbagai aspek antara lain, aspek teknis yaitu pemindahan Kebun Bibit Desa (KBD) dan tidak berjalannya pokja (kelompok kerja) yang mempengaruhi pengembangan tanaman pangan pada KBD, aspek ekonomis adanya ketidakpercayaan anggota terhadap hasil yang diperoleh dibandingkan dengan penghasilan dari pekerjaan pokok, serta aspek sosial juga mempengaruhi perkembangan KWT Tunas Sejahtera yaitu mulai dari adanya persepsi negatif masyarakat di lingkungan kelompok yang menganggap adanya penerimaan keuntungan yang diberikan kepada pemilik lahan KBD yang merupakan anggota KWT, sehingga lokasi kebun, dan lahan budidaya harus dipindahkan dan dibangun kembali. Kendala yang dihadapi KWT Tunas Sejahtera tersebut mempengaruhi jumlah keanggotaan aktif kelompok yang pada awal terbentuk sebanyak 44 orang, setelah berjalan selama dua tahun anggota kelompok yang aktif berkurang sebanyak 18 orang dan saat ini tersisa 26 orang anggota aktif.

7 Melihat kaitan antara aspek teknis, aspek ekonomis, aspek sosial yang mempengaruhi banyaknya penurunan jumlah anggota dari Kelompok Wanita Tani Tunas Sejahtera, maka perlu diadakan penelitian, mengingat KWT Tunas Sejahtera sebagai satu-satunya KWT binaan BPTP Provinsi Bali di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar yang masih exis mengembangkan komoditas pangan lokal di lahan KBD, pekarangan anggota KWT Tunas Sejahtera, hingga mendistribusikan ke SMP N 1 Blahbatuh. Diharapkan rekomendasi dari hasil penelitian mampu mendorong peningkatan pengembangan komoditas pangan lokal lebih luas di lingkungan masyarakat Kecamatan Blahbatuh. 1.2 Rumusan Masalah Penerapan program pemerintah yang tidak mencapai harapan terhadap kebutuhan masyarakat adalah penyebab dari kegagalan atau tidak berlanjutnya suatu program pemerintah kepada masyarakat, khususnya pada kelompok wanita tani. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana dampak teknis KRPL terhadap anggota dalam pelaksanaan program KRPL di KWT Tunas Sejahtera, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar? 2. Bagaimana dampak ekonomis KRPL terhadap anggota dalam pelaksanaan program KRPL di KWT Tunas Sejahtera, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar? 3. Bagaimana dampak sosial KRPL terhadap anggota dalam pelaksanaan program KRPL di KWT Tunas Sejahtera, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar?

8 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, untuk megetahui hal-hal berikut. 1. Dampak teknis KRPL terhadap anggota dalam pelaksanaan program KRPL di KWT Tunas Sejahtera, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. 2. Dampak ekonomis KRPL terhadap anggota dalam pelaksanaan program KRPL di KWT Tunas Sejahtera, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. 3. Dampak sosial KRPL terhadap anggota dalam pelaksanaan program KRPL di KWT Tunas Sejahtera, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi kelompok wanita tani; dapat mengetahui sejauh mana kelompok wanita tani memperoleh dampak dari kegiatan KRPL. 2. Bagi ilmu pengetahuan; dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam hal dampak sebuah program pemerintah terhadap kelompok masyarakat, khususnya kelompok wanita tani. 3. Bagi mahasiswa; dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan, dengan apa yang dialami pada kehidupan nyata, serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Pertanian Universits Udayana, Provinsi Bali.

9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Evaluasi dalam penelitian ini adalah menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dan dampak kegiatan-kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematis dan objektif. Evaluasi ini untuk proses penyempurnaan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari pada KWT Tunas Sejahtera, dan melihat dampak yang terjadi pada aspek teknis, aspek ekonomis, aspek sosial yang ada di dalam kelompok, serta sebagai pengambilan keputusan kelompok dan penyelenggara program dimasa mendatang. Dampak merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh sebuah proyek KRPL dilihat dari tiga aspek antara lain, aspek teknis yaitu, kemampuan kelompok di dalam mengembangkan KBD (Kebun Bibit Desa) sesuai petunjuk yang telah diberikan oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Bali), aspek ekonomis untuk melihat kemampuan ekonomi anggota setelah mengikuti keanggotaan kelompok selama dua tahun, dan aspek sosial yang mencakup kondisi pergaulan anggota di dalam kelompoknya serta diluar kelompoknya.