Mimien Henie Irawati Bt. M. Al Muhdhar

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK AWAL PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MANIFESTASI PERILAKU MASYARAKAT PADA PILOT PROJECT WILAYAH BEBAS SAMPAH

Oleh: *Ahmad Johanto. Abstrak

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 PENERAPAN STRATEGI PJBL BERBANTUAN MODUL 6M MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

PERILAKU PEDAGANG SAYUR DALAM MENGELOLA KEBERSIHAN LINGKUNGAN HIDUP., H.Oman Roesman, 1

PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN SISWA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN PENERAPAN E-MEDIA

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU

PENGELOLAAN SAMPAH KERTAS DI INDONESIA

PERILAKU PEDAGANG SAYUR DALAM MENGELOLA KEBERSIHAN LINGKUNGAN HIDUP

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

ABSTRACT. By Jacinta Karmila 2 Herpratiwi 3 Adelina Hasyim 4. Keywords: Attitudes, Motivation, Media for Learning

Abstract. Keywords: Waste Recycling Relationships, Creativity Utilizing Garbage, Trash Managing Behavior. Abstrak

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 2, No. 2 (Juli 2016) Hal

BAB IV KESIMPULAN. pada bab-bab sebelumnya khususnya mengenai pengaruh menonton program acara

PERSEPSI WANITA MENGENAI PENGELOLAAN SAMPAH DI LINGKUNGAN KAMPUS IPB DARMAGA, KABUPATEN BOGOR. RAHMAWATY, S. Hut., MSi.

HUBUNGAN ANTARA BRAND IMAGE DAN MOTIVASI DENGAN KEPUTUSAN PESERTA DIDIK MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SIDAYU KABUPATEN GRESIK

HUBUNGAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

BAB III METODE PENELITIAN. memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 1 Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

ELEMEN DASAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

(Studi pada Siswa Kelas VI di Gugus IV Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya)

KETERKAITAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEBIASAAN MEMBUANG SAMPAH DI PULAU JAWA

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA BLURU KIDUL RW 11 KECAMATAN SIDOARJO

KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI. Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data hubungan Lingkungan Keluarga,

Key words: reading interest, motivation to choose Study Program. Kata kunci: minat baca, motivasi memilih Program Studi.

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

Lusi Eka Afri 1) Jurnal Ilmiah Edu Research Vol. 5 No. 2 Desember

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTEK PEMANGKASAN RAMBUT SISWA JURUSAN TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 3 PAYAKUMBUH JURNAL

dalam belajar tidak nyaman. Oleh karena itu kelestarian lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama pihak sekolah yang

Hubungan Motivasi Berprestasi Minat dan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri Se-Kecamatan Medan Kota

Oleh: Mugiyanto SDN 3 Kendalrejo, Durenan, Trenggalek

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI HIDUP BERSIH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMELIHARA KEBERSIHAN LINGKUNGAN

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

MOTIVASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TATA HIDANG DI JURUSAN PKK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MANADO

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KONTEN PEDAGOGIS DENGAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh PUJI HAYATI ( )

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH KOTA DENGAN PERILAKU MASYARAKAT : Studi Kasus Pengelolaan Sampah Kota Cimahi

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASAMAN

TINGKAT PENDIDIKAN IBU, HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR

Prodi Teknik Lingkungan, Universitas Kristen Surakarta

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Korelasi Kualitas Pembelajaran Geografi dan Hasil Belajar terhadap Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas XII IPS SMAN 1 Ponorogo

TINJAUAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMBUANGAN SAMPAH DOMESTIK DI DESA LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 1. Oleh

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PENATAAN LINGKUNGAN DAN MOTIVASI MENATA LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU SISWA DALAM MENATA LINGKUNGAN HIDUP SEKOLAH

Pengaruh Manajemen Kesiswaan terhadap Disiplin Belajar dalam Mewujudkan Prestasi Belajar Siswa

kata kunci: hasil belajar, kemandirian belajar, sikap belajar.

TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT TEGAL DALAM BERASURANSI Oleh: Gunistiyo dan Subekti ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords : enviromental copmmitment, soccial economic status, and correltion.

TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA BEDA BUTIR-BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 1 BATU TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI

STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH KAWASAN PT SEMEN PADANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PLPB: Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan DOI: /plpb DOI: /PLPB ABSTRACT

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN

KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU

Keywords: Community Participation, Residentials, Waste Management,

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR KELOMPOK DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (EFFECT ON STUDENT MOTIVATION TO LEARN MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENT)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

SKRIPSI. Oleh : KHULAIDAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

PENGARUH PENEMPATAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA (Studi pada karyawan PT Perkebunan Nusantara X (PG Watoetoelis) Sidoarjo)

HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES MAHASISWA PGMI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA MI

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

LAPORAN TUGAS AKHIR (TL- 40Z0) DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

EVALUASI MANFAAT PROGRAM SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (SLBM) DI KABUPATEN BANGKALAN. Andi Setiawan

Universitas Terbuka 2. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB ABSTRACT

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA BUS ROSALIA INDAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang

Transkripsi:

Keterkaitan Faktor Sosial, Ekonomi, Pengetahuan, dan Sikap dengan Manifestasi Perilaku Ibuibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Surabaya Mimien Henie Irawati Bt. M. Al Muhdhar Abstract: The research on the correlation between social, economic, and cultural factors, knowledge and attitudes, to housewives behavioral manifestation in household waste management was carried out in kota Surabaya from August 1996 to August 1998. The respondents of this research were 224 housewives from 14 kelurahans. The methods of data collecting used were observations, tests, and interviews. The results of this research indicated that better behavioral manifestation about the household waste separation, 3R program, and household waste annihilation was by non working housewives and those who had better behavioral low level of education. Housewives who had better access to mass media had higher knowledge about waste management fee and household waste tidiness and this, in turn, enhanced their behavioral manifestation about them. Housewives with higher levels of education and better access to mass media had better attitudes toward waste management fee and household waste tidiness and this, in turn, also enhance their behavioral manifestation. Kata-kata kunci: sampah, pengetahuan, sikap, manifestasi perilaku. Sampah dikenal sebagai masalah yang sulit dipecahkan terutama di kota-kota besar (Nurdjaman, 1993), sehingga akan menjadi persoalan lingkungan di Indonesia jika tidak segera ditangani. Timbulnya masalah persampahan dewasa ini, tidak lepas dari perilaku warga masyarakat sebagai penimbul sampah. Fakta lapangan menunjukkan bahwa masih banyak warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan, padahal tempat-tempat sampah telah tersedia. Di berbagai tempat sarana kebersihan yang disediakan pemerintah, banyak yang belum mendapatkan perhatian dan pemeliharaan masyarakat (Departemen Pekerjaan Umum, 1990). Permasalahan di atas juga dihadapi oleh penduduk kota Jakarta terutama permasalahan pengelolaan sampah di lingkungan pemukiman. Masalah ini muncul sebagai akibat dari berbagai faktor, antara lain kurangnya disiplin, pengertian, dan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan (Mertodiningrat, 1978; International Environmental Planning Center, 1995). Kurangnya disiplin, pengertian, dan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan disebabkan oleh faktor sosial yaitu rendahnya tingkat pendidikan warga masyarakat dan akibat gaya hidup atau pola kebiasaan (perilaku) penduduk, misalnya membuang sampah di sembarang tempat, di sungai, atau di selokan depan rumah (Taylor & Williams dalam Ma ruf, 1992). Kebiasaan penduduk yang kurang baik tersebut dimungkinkan juga karena tidak tersedianya tempat khusus untuk sampah dan karena kebiasaan yang kurang baik tersebut dirasakan tidak menimbulkan resiko yang merugikan langsung. Kondisi ini dipertegas oleh International Environmental Planning Center (1995) dan Mertodiningrat (1978) yang menyatakan bahwa kendala-kendala pengelolaan sampah di Indonesia antara lain adalah rendahnya pengetahuan warga masyarakat. Warga masyarakat Indonesia di kota kecil dan kota sedang rata-rata berpendidikan rendah dan cukup sulit dilibatkan dalam kebersihan. Padahal kecenderungan gaya konsumtif dimiliki oleh masyarakat, baik di kota kecil maupun sedang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Christina (1994) bahwa persoalan sampah antara lain disebabkan oleh kecenderungan masyarakat yang memiliki gaya hidup konsumtif. Penelitian tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku warga masyarakat tentang pengelolaan sampah, kebanyakan masih bersifat umum. Oleh karena itu penelitian tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat khususnya perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga serta keterkaitannya dengan faktor sosial, ekonomi, dan budaya perlu dilakukan. 1

METODE Penelitian ini termasuk survai penjelasan (explanatory research) dengan menggunakan rancangan korelasional. Rancangan korelasional digunakan untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel-variabel sosial, ekonomi, dan budaya terhadap variabel manifestasi perilaku melalui variabel pengetahuan dan sikap (Singarimbun & Effendi, 1995; Nasution, 1995). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Kota Surabaya. Kerangka sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kerangka sampel untuk pemilihan wilayah pencacahan (Wilcah), kerangka sampel untuk pemilihan kelompok segmen (Keleg), dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga. Sebelum pemilihan responden dilakukan, ditentukan terlebih dahulu ukuran sampel secara proporsional menurut rumus yang dikemukakan Stull (dalam Salladien, 1985) dan Kontjaraningrat (1994) sebagai berikut. Z 2. P 1. P 2. P 3 n = ------------------- T 2 Keterangan: n = Jumlah minimal responden yang akan dipilih. Z = Batas probabilitas, 95% (1,96 dibulatkan menjadi 2) P 1 = Proporsi responden wilayah elit (3%) P 2 = Proporsi responden wilayah nonelit perkotaan (94%) P 3 = Proporsi responden wilayah nonelit pedesaan (3%) T = Batas toleransi, 5% Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Analisis jalur akan menjawab permasalahan keterkaitan antara faktor sosial, ekonomi, budaya, pengetahuan dan sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga, dengan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Program yang digunakan untuk seluruh analisis statistik penelitian ini adalah SPSS PC Plus. Untuk analisis jalur digunakan metode enter dan stepwise. Faktor sosial dalam penelitian ini adalah: pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan suami, tingkat pendidikan suami, jumlah media informasi yang dimiliki, dan keaktifan di organisasi sosial. Faktor ekonomi yang dimaksud adalah tingkat pengeluaran perkapita perbulan. Sedangkan faktor budaya dalam penelitian ini merupakan gabungan dari pola konsumsi, pola penyediaan kebutuhan hidup, religi (upacara-upacara), sistem peralatan hidup, dan Iptek sederhana (Koentjaraningrat, 1996). Analisis sehubungan dengan faktor sosial, faktor ekonomi, dan faktor budaya digunakan beberapa pandangan ahli. HASIL Hasil analisis jalur dengan metode enter menunjukkan bahwa antara pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan suami, tingkat pendidikan suami, media informasi yang dimiliki, keaktifan di orgnanisasi sosial, faktor ekonomi, dan faktor budaya secara bersama-sama memiliki keterkaitan yang sangat signifikan dengan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga melalui pengetahuan dan sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,35395; P 0,01; koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,12528. Pola keterkaitan dan nilai sumbangan dari variabel-variabel secara keseluruhan tertera pada Gambar 1. 2

0,049653 0,200859 0,935265-0,003457-0,030805 0,198505-0,083814 0,037639 0,022081 0,050771 0,017346-0,128104-0,118300 0,090216 0,101701 0,051088-0,163362 0,017404 0,014879 0,120613 Y 0,963499 0,896253 Keterangan: X1 = Pekerjaan Ibu; X2 = Tingkat Pendidikan Ibu; X3 = Pekerjaan Suami; X4 = Tingkat Pendidikan Suami; X5 = Media Informasi yang Dimiliki; X6 = Keaktifan Berorganisasi Sosial; X7 = Faktor Ekonomi; X8 = Faktor Budaya; X9 = Pengetahuan; X10 = Sikap; Y = Manifestasi Perilaku; u = Faktor Lain yang Tidak Dapat Dideskrepsikan yang Terkait terhadap X9; v = Faktor Lain yang Tidak Dapat Dideskrepsikan yang Terkait terhadap X10; w = Faktor Lain yang Tidak Dapat Dideskrepsikan yang Terkait terhadap Y; = Keterkaitan Gambar 1 Pola Keterkaitan dan Nilai Sumbangan dari Variabel-Variabel Faktor Sosial, Faktor Ekonomi, Faktor Budaya, dengan Manifestasi Perilaku Ibu-Ibu Rumah Tangga Secara Umum melalui Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Hasil analisis lanjut dengan metode stepwise yang tertera pada Gambar 2a dapat menjelaskan bahwa pengetahuan ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga ditentukan oleh faktor kunci tingkat pendidikan ibu dan jumlah media informasi yang dimilikinya (X9 = 0,212163 X2 + 0,164044 X5 + 0,941823). Faktor kunci yang menentukan sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga adalah jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga dan keaktifannya di organisasi sosial (X10 = 0,363150 X5 + 0,179732 X6 + 0,902386). Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga dapat dijelaskan oleh pekerjaan ibu, keaktifannya di organisasi sosial dan sikapnya (Y = -0,136376 X1-0,164310 X6 + 0,149538 X10 + 0,973638). Hal tersebut dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibuibu rumah tangga dan semakin banyak media informasi yang dimiliki, maka pengetahuan ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga semakin tinggi. Sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Surabaya yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu yang memiliki jumlah media informasi, lebih banyak dan aktif di organisasi sosial. Ibu-ibu rumah tangga yang aktif di organisasi sosial memiliki sikap yang lebih tinggi dalam pengelolaan sampah rumah tangga, sehingga berpengaruh meningkatkan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Surabaya yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu yang tidak bekerja, tidak aktif di organisasi sosial, dan dengan sikap yang lebih tinggi. 3

Nilai sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung serta sumbangan efektif terhadap variabel terikat manifestasi perilaku tertera pada Tabel 1. Pekerjaan ibu, keaktifan ibu di organisasi sosial, dan sikap ibu memiliki keterkaitan langsung dengan manifestasi perilaku ibu. Sumbangan efektif terhadap manifestasi perilaku berturut-turut dari tertinggi adalah sikap, pekerjaan, dan keaktifan di organisasi sosial. Jadi sikap ibu, pekerjaan ibu, dan keaktifan di organisasi sosial berpengaruh terhadap manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Tabel 1 Nilai Sumbangan Variabel Bebas Pekerjaan Ibu, Keaktifan Ibu-Ibu Rumah Tangga di Organisasi Sosial, dan Sikap Ibu-Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga terhadap Variabel Terikat Manifestasi Perilaku Ibu-Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kotamadia Surabaya. Variabel Sumbangan Terhadap Variabel Terikat Yang Memiliki Keterkaitan Sumbangan Bebas Secara Secara Tidak Efektif Total Langsung Langsung Pekerjaan Ibu -0,136376 -- -0,136376 0,016522 Keaktifan Ibu di Organisasi Sosial -0,164310 0,026877-0,137433 0,015531 Sikap 0,149538 -- 0,149538 0,016941 Hasil analisis jalur dengan metode stepwise yang tertera pada Gambar 2b menjelaskan bahwa faktor kunci yang menentukan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga adalah jumlah media informasi yang dimilikinya (X9 = 0,190485 X5 + 0,98169). Faktor kunci yang menentukan sikap ibu-ibu rumah tangga dalam hal pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga adalah jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga dan keaktifannya di organisasi sosial. (X10 = 0,214051 X5 + 0,259392 X6 + 0,93198). Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga ditentukan oleh faktor kunci pekerjaan ibu dan tingkat pendidikan ibu (Y =-0,133527 X1-0,263169 X2 + 0,92454). Hal tersebut dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut. Pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga di Kota Surabaya yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang memiliki jumlah media informasi lebih banyak. Sikap ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga di Kota Surabaya yang lebih baik, dimiliki oleh ibu-ibu yang memiliki jumlah media informasi lebih banyak dan aktif di organisasi sosial. Manifestasi perilaku ibuibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu yang tidak bekerja dan dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Nilai sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung serta sumbangan efektif terhadap variabel terikat manifestasi perilaku tertera pada Tabel 2. Pekerjaan ibu dan tingkat pendidikan ibu memiliki keterkaitan langsung dengan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam hal pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga. Pekerjaan ibu dan tingkat pendidikan ibu memiliki sumbangan efektif terhadap manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga. Dengan kata lain pekerjaan ibu dan tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Surabaya. 4

Tabel 2 Nilai Sumbangan Variabel Bebas Pekerjaan Ibu dan Tingkat Pendidikan Ibu terhadap Variabel Terikat Manifestasi Perilaku Ibu-Ibu Rumah Tangga tentang Pemisahan Sampah Rumah Tangga, Program 3R, dan Pemusnahan Sampah Rumah Tangga Variabel Bebas Sumbangan Terhadap Variabel Terikat Yang Memiliki Keterikatan Secara Secara Tidak Total Langsung Langsung Sumbangan Efektif Pekerjaan Ibu -0,133527 -- -0,133527 0,016297 Tingkat Pendidikan Ibu -0,263169 -- -0,263169 0,090034 Hasil analisis jalur dengan metode stepwise tertera pada Gambar 2c. Pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah ditentukan oleh faktor kunci jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga (X9 = 0,214118 X5 + 0,97309). Semakin banyak jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan tentang kerapian sampah semakin tinggi. Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki jumlah media informasi lebih banyak, pengetahuan tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga makin tinggi pula, dan akhirnya manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga makin tinggi. Sikap ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah ditentukan oleh faktor kunci tingkat pendidikan ibu dan jumlah media informasi yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, dan semakin banyak jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga, semakin tinggi sikap ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi dan kerapian sampah (X10 = 0,159438 X2 + 0,322087 X5 + 0,90015). Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dan jumlah media informasi lebih banyak, maka sikap ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga makin tinggi pula, akhirnya manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga makin tinggi. Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah di Kota Surabaya ditentukan oleh tingkat pendidikan ibu, pekerjaan suami, pengetahuan dan sikap ibuibu tentang retribusi sampah dan kerapian sampah (Y = 0,146264 X2 + 0,153209 X3 + 0,134754 X9 + 0,238586 X10 + 0,87044). Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, memiliki suami bekerja, memiliki pengetahuan dan sikap tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga lebih tinggi, maka memiliki manifestesi perilaku tentang retribusi dan kerapian sampah rumah tangga lebih tinggi. Nilai sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung serta sumbangan efektif terhadap variabel terikat manifestasi perilaku tertera pada Tabel 3. Tingkat pendidikan ibu, pekerjaan suami, pengetahuan dan sikap ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga, memiliki keterkaitan langsung dengan manifestasi perilaku ibu-ibu tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga. Variabel bebas yang terkait tidak langsung terhadap variabel terikat manifestasi perilaku dalam retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga adalah tingkat pendidikan ibu dan media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga. Sumbangan efektif terhadap manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga dari tertinggi sampai terendah berturut turut diberikan oleh sikap ibu-ibu rumah tangga terhadap retribusi dan kerapian sampah, tingkat pendidikan ibu-ibu rumah tangga, pengetahuan ibu-ibu rumah tangga, pekerjaan suami dan jumlah media informasi yang dimiliki. Jadi Tingkat pendidikan ibu, pekerjaan suami, media informasi yang dimiliki, pengetahuan dan sikap ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga berpengaruh terhadap manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga di Kota Surabaya. 5

Tabel 3 Nilai Sumbangan Variabel Bebas Tingkat Pendidikan Ibu, Pekerjaan Suami, Pengetahuan, dan Sikap Ibu-Ibu Rumah Tangga tentang Retribusi Sampah dan Kerapian Sampah Rumah Tangga terhadap Variabel Terikat Manifestasi Perilaku Ibu- Ibu Rumah Tangga tentang Retribusi dan Kerapian Sampah Rumah Tangga. Variabel Bebas Hubungan Dengan Variabel Terikat Langsung Tidak Langsung Total Sumbangan Efektif Tingkat Pendidikan Ibu 0,146264 0,038040 0,184304 0,062554 Pekerjaan Suami 0,153209 -- 0,153209 0,027991 Media Informasi Yang -- 0,076846 0,076846 0,027068 Dimiliki Pengetahuan 0,134754 -- 0,134754 0,031690 Sikap 0,238586 -- 0,238586 0,088049 6

Keterangan: X1 = Pekerjaan Ibu; X2 = Tingkat Pendidikan Ibu; X3 = Pekerjaan Suami; X4 = Tingkat Pendidikan Suami; X5 = Media Informasi yang Dimiliki; X6 = Keaktifan Berorganisasi Sosial; X7 = Faktor Ekonomi; X8 = Faktor Budaya; X9 = Pengetahuan; X10 = Sikap; Y = Manifestasi Perilaku; u = Faktor Lain yang Tidak Dapat Dideskrepsikan yang Terkait terhadap X9; v = Faktor Lain yang Tidak Dapat Dideskrepsikan yang Terkait terhadap X10; w = Faktor Lain yang Tidak Dapat Dideskrepsikan yang Terkait terhadap Y; = Keterkaitan Gambar 2 Pola Keterkaitan dan Nilai Sumbangan dari Variabel-Variabel yang merupakan Faktor Kunci (a) antara Faktor Sosial, Faktor Ekonomi, Faktor Budaya, Pengetahuan dan Sikap, dengan Manifestasi Ibu-Ibu Rumah Tangga Secara Umum dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga; (b) antara Faktor Sosial, Faktor Ekonomi, Faktor Budaya, Pengetahuan, dan Sikap, dengan Manifestasi Perilaku Ibu-Ibu Rumah Tangga yang Memiliki Nilai Sangat Rendah yaitu tentang Pemisahan Sampah Rumah Tangga, Program 3R, dan Pemusnahan Sampah Rumah Tangga; dan (c) antara Faktor Sosial, Faktor Ekonomi, Faktor Budaya, Pengetahuan, dan Sikap dengan Manifestasi perilaku Ibu-Ibu Rumah Tangga yang memiliki Nilai Sangat Tinggi yaitu tentang Retribusi Sampah dan Kerapian Sampah Rumah Tangga di Kotamadia Surabaya. PEMBAHASAN Faktor kunci yang menentukan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga adalah tingkat pendidikan ibu dan jumlah media informasi yang dimilikinya. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu dan makin banyak jumlah media informasi yang dimilikinya makin tinggi pula pengetahuan ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, makin tinggi tingkat pendidikan ibu maka makin tinggi pula kebutuhan akan informasi. Dengan makin banyaknya jumlah media informasi yang dimiliki dan makin banyak sumber informasi, maka makin banyak pula sumber pengetahuan, sehingga pengetahuan makin tinggi. Yang dimaksud dengan media informasi dalam penelitian ini meliputi televisi, radio, koran, dan majalah. Kedua, makin tinggi tingkat pendidikan dan makin banyak jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga, diperkirakan akan berpengaruh meningkatkan pola pikir dan wawasan ibu-ibu rumah tangga secara umum sehingga meningkatkan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga secara umum dan dalam pengelolaan sampah rumah tangga secara khusus. Ketiga, asil penelitian ini menunjukkan bahwa 29,1% ibu-ibu rumah tangga di Kota Surabaya mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dari media informasi; 8,5% dari media informasi dan teman; 6,3% dari media informasi dan sekolah; dan 6,3% dari media informasi, sekolah, orang tua, dan teman; 2,7% media informasi dan orang tua; 2,2% dari media informasi, orang tua dan sekolah; 1,8% dari media informasi, teman, dan sekolah; 0,9% dari media informasi, orang tua, dan teman. Jadi ibu-ibu yang memanfaatkan media informasi sebagai sumber pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga adalah 57,8%. Media informasi memiliki persentase paling tinggi sebagai sumber pengetahuan dibandingkan dengan sumber lain yaitu sekolah, orang tua dan teman. Keempat, menurut Krech (1962) satu faktor penting yang mempengaruhi perubahan kognisi adalah terjadinya perubahan informasi. Perubahan informasi tersebut dapat diperoleh melalui media informasi yang dimiliki. Selain itu perubahan kognisi juga ditentukan oleh faktor kepribadian. Faktorfaktor kepribadian tersebut antara lain adalah kemampuan intelektual, sifat keterbukaan, dan cara-cara menghadapi permasalahan. Makin tingginya tingkat pendidikan ibu memungkinkan makin tingginya kemampuan intelektualnya dan lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan. Sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang memiliki jumlah media informasi lebih banyak dan aktif di organisasi sosial. Ibu-ibu rumah tangga yang aktif di organisasi sosial memiliki sikap yang lebih tinggi dalam pengelolaan sampah rumah tangga, sehingga berpengaruh meningkatkan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Menurut Mar at (1982), sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif terhadap objek tertentu (dalam hal ini pengelolaan sampah rumah tangga) berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu. Ibu-ibu yang memiliki lebih banyak media informasi dan aktif dalam organisasi sosial, akan memiliki penalaran, 7

pemahaman, dan penghayatan tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang lebih tinggi pula. Menurut Allport (1954), sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan, atau percakapan. Diperkirakan sikap ibu-ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah rumah tangga diperoleh dalam berinteraksi dengan teman-teman yang sama-sama aktif di organisasi sosial melalui nasihat atau percakapan. Setelah ibu-ibu memiliki sikap yang lebih tinggi tentang pengelolaan sampah rumah tangga maka sikap ini akan mempengaruhi manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Allport (1954) yang menyatakan bahwa sikap merupakan penafsiran perilaku dan kecenderungan untuk bertindak. Pendapat ini didukung oleh Krech (1962) yang menyatakan bahwa sikap mencakup kesiapan perilaku. Jadi, jika seseorang memiliki sikap positif terhadap suatu objek maka ia cenderung siap membantu, mendukung, mendekati, dan menerima, untuk menjadikannya dalam kondisi seimbang. Diperkirakan ibu-ibu rumah tangga yang memiliki sikap positif terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, akan berusaha menerima, mendukung, dan membuat seimbang dengan perilakunya dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Manifestasi perilaku yang lebih tinggi dari ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tidak aktif di organisasi sosial, tetapi yang memiliki sikap lebih tinggi. Ibu-ibu yang tidak bekerja dan tidak aktif di organisasi sosial biasanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan lebih banyak memiliki waktu luang. Dengan memiliki lebih banyak waktu maka dimanfaatkan untuk menata kerapian rumah, mengatur segala keperluan di rumah, dan memperhatikan segala yang berhubungan dengan kegiatan di rumah termasuk urusan sampah. Ibu yang bekerja dan aktif di organisasi sosial, energinya habis di kantor dan untuk kegiatan organisasi. Dari beberapa faktor kunci yang menentukan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga, sikap memberikan sumbangan efektif paling tinggi. Berarti sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga sangat menentukan manifestasi perilakunya dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Tentang sikap merupakan faktor kunci yang menentukan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Menurut Raven & Rubin (1983), perilaku seseorang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain oleh sikap. Menurut Mar at (1982), sikap merupakan perilaku tertutup, adanya kecenderungan, kesediaan dapat diramalkan perilaku yang akan terjadi jika sikap telah diketahui. Pengetahuan dan sikap ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang memiliki jumlah media informasi lebih banyak. Sikap ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga juga lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang aktif di organisasi sosial. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,8% dari ibu-ibu rumah tangga mendapatkan pengetahuannya dari media informasi. Media informasi akan meningkatkan pola pikir dan wawasan ibu secara umum dan wawasan tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga secara khusus. Diperkirakan media informasi yang ada terdiri atas televisi, radio, koran, maupun majalah belum banyak memberikan informasi tentang pengelolaan sampah rumah tangga khususnya tiga parameter tersebut, tetapi lebih ke arah peningkatan pola pikir dan wawasan secara umum. Sikap ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga merupakan hasil evaluasi ibu-ibu terhadap ketiga parameter manifestasi perilaku tersebut. Evaluasi ibu-ibu merupakan rasa senang, tidak senang, setuju, tidak setuju dan lain-lain. Dari media informasi yang dimiliki, ibu-ibu memiliki rasa senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, dan pandangan baik-buruk terhadap obyek sikap yaitu pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga. Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Alasan lain tidak dilakukannya pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga disebabkan karena tidak 8

memiliki cukup waktu dan tempat. Dengan tidak bekerja, ibu-ibu rumah tangga lebih memiliki banyak waktu luang di rumah dan lebih memiliki banyak perhatian terhadap pengelolaan sampah rumah tangga termasuk di dalamnya tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga, sehingga dimanifestasikan ke dalam perilakunya dalam pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga. Makin banyak jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga, maka makin tinggi pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang dukungan retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga. Seperti halnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga secara umum dan pengetahuan tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga ditentukan oleh jumlah media informasi yang dimiliki. Hal tersebut ditunjang dengan data penelitian yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pengetahuan tersebut didapatkan dari media informasi. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu dan makin banyak jumlah media informasi yang dimiliki ibu-ibu rumah tangga, maka makin tinggi pula sikapnya terhadap retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga. Menurut Allport (1954) sikap memiliki komponen: (1) kognisi yang berhubungan dengan keyakinan, ide, dan konsep; (2) afeksi yang menyangkut emosional; dan (3) konasi yang merupakan kecenderungan perilaku. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, jumlah media informasi yang lebih banyak, maka dimungkinkan ibu-ibu rumah tangga lebih memiliki keyakinan tentang pengelolaan sampah rumah tangga khususnya tentang retribusi sampah dan kerapian sampah yang lebih tinggi pula. Dengan demikian akan mempengaruhi emosional ibu-ibu rumah tangga menjadi senang dan dimanifestasikan ke dalam sikap yang positif terhadap retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga. Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga ditentukan oleh tingkat pendidikan ibu, pekerjaan suami, pengetahuan ibu-ibu rumah tangga, dan sikap ibu-ibu rumah tangga terhadap retribusi dan kerapian sampah rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, memiliki suami bekerja, memiliki pengetahuan dan sikap yang tinggi tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga, memiliki manifestasi perilaku tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga yang lebih tinggi pula. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tingkat pendidikan yang tinggi pada ibu-ibu rumah tangga akan berpengaruh terhadap tingkat penalaran seseorang ibu dan selanjutnya pengetahuan dan sikap ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga makin tinggi pula. Dengan pengetahuan dan sikap yang tinggi maka manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga menjadi semakin tinggi pula. Hal tersebut ditunjang dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa sikap merupakan faktor kunci yang memiliki sumbangan efektif paling tinggi dan menentukan manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Faktor kunci yang menentukan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga adalah tingkat pendidikan ibu dan jumlah media informasi yang dimiliki. Sikap ditentukan oleh jumlah media informasi yang dimiliki dan keaktifannya di organisasi sosial. Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tidak aktif di organisasi sosial, dan yang memiliki sikap tinggi. Pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga ditentukan oleh faktor kunci jumlah media informasi yang dimiliki. Sikapnya ditentukan oleh faktor kunci jumlah media informasi yang dimiliki dan keaktifannya di organisasi sosial. Manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang pemisahan sampah rumah tangga, program 3R, dan pemusnahan sampah rumah tangga yang lebih tinggi dimiliki oleh ibu-ibu yang tidak 9

bekerja dan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki jumlah media informasi lebih banyak, akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga, sehingga meningkatkan manifestasi perilakunya tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga. Ibu-ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan jumlah media informasi lebih banyak, akan memiliki sikap yang lebih tinggi terhadap retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga, sehingga meningkatkan manifestasi perilakunya. Selain faktor kunci pengetahuan dan sikap, manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga tentang retribusi sampah dan kerapian sampah rumah tangga juga ditentukan oleh faktor kunci tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan suami. Saran Mengingat media informasi memegang peran penting dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pengelolaan sampah, disarankan untuk mengembangkan paket media informasi sebagai sarana pendidikan kepada masyarakat. Penerapan metode pendidikan kepada masyarakat tersebut sekaligus merupakan upaya untuk menjaga konsistensi pengetahuan, sikap, dan perilaku. Disarankan juga untuk menggalakkan program 6M (Mengurangi Menggunakan kembali, Mengganti, Memisahkan, Mendaur-ulang, dan Mengkomposkan ) sedini mungkin sejak anak usia prasekolah. Program 6M itu diperkenalkan dengan metode percontohan mulai dari pengolahan pada sumber sampah. Program 6M seharusnya dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah, khususnya pada mata pelajaran biologi. DAFTAR RUJUKAN Allport, G.W. 1954. Hand Book of Social Psychology. Cambridge: Addison-Wesley Publishing Company. Inc. Christina, A. 1994. Daur Ulang Sampah Nonorganik. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pengembangan Penggunaan Dan Pemasaran Kompos & Produk Daur Ulang Lainnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, 6 Desember. Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Pedoman Pengelolaan Persampahan Aspek Pembiayaan dan Peran Serta Masyarakat. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman. International Environmental Planning Center (INTEP). 1995. Solid Waste Management; The History, Improvement and Future Strategy in Indonesia. Final Report. Jakarta: Japan International Cooperation Agency & Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya. Koentjaraningrat. 1994. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta. Krech, D. 1962. Teori-teori Dasar tentang Tingkah Laku Sosial. Terjemahan oleh Wahjoedi. 1990. Malang: Penyelenggaraan Pendidikan Pasca Sarjana, Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi, IKIP MALANG. Ma ruf. 1992. Pengelolaan Sampah Pemukiman yang Dikaitkan Dengan Partisipasi Masyarakat. Lingkungan & Pembangunan. 12 (3):171-182. Mar at. 1982. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mertodiningrat, S. 1978. Pengendalian Pencemaran Air oleh Air Buangan Rumah Tangga dan Sampah. Makalah disajikan dalam Seminar Pengendalian Pencemaran Air, Direktorat Penyelidikan Masalah Air, Bandung, 13 s/d 18 Desember. Nasution, S. 1995. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nurdjaman, O. 1993. Pengelolaan Sampah Padat Kota Melalui Kawasan Industri Sampah (KIS). Bandung: Lembaga Penelitian ITB. 10

Raven, B.H. & Rubin, J.Z. 1983. Social Psychology. New York: John Wiley & Sons. Salladien. 1985. Keluarga Urbanit dan Permasalahannya di Kotamadia Surabaya dan Kotamadia Malang 1975-1980. Disertasi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Singarimbun, M. & Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. ---------------------------------- Mimien Henie Irawati Bt. M. Al Muhdhar adalah dosen Jurusan.. FMIPA Universitas Negeri Malang (UM) 11