LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) INDONESIA Jl. Parangkusumo No.51 Purwosari Surakarta Jawa Tengah Telp & Fax (0271)

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) Jl. Parangkusumo No.51 Purwosari Surakarta Jawa Tengah Telp & Fax (0271)

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) Jl. Parangkusumo No.51 Purwosari Surakarta Jawa Tengah Telp & Fax (0271)

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

LPPKS Indonesia 2011 Penilaian PPK

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2

PANDUAN KEGIATAN PEMBEKALAN TIM PENDAMPING SELEKSI AKADEMIK DAN DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1

Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan OJL Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

PENILAIAN PESERTA DIKLAT

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH MELALUI SELEKSI AKADEMIK DAN DIKLAT. Oleh Andi Muliati AM

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) Jl. Parangkusumo No.51 Purwosari. Surakarta Jawa Tengah Telp & Fax (0271)

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

KATA PENGANTAR. menengah.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) Kp. Dadapan RT 06/07, Desa Jatikuwung Gondangrejo Karanganyar, Jawa Tengah - INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

MUTU PENDIDIKAN DAN UPAYA PENINGKATANNYA

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Misi LPPKS-Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

Penyiapan Kepala Sekolah yang Efektif

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

( 1 Kegiatan ) Rp ,00

Transkripsi:

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH (LPPKS) INDONESIA Jl. Parangkusumo No.51 Purwosari Surakarta Jawa Tengah 57142 Telp & Fax (0271) 716657 e-mail : lp2kssolo@gmail.com

KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah di antaranya menguraikan syaratsyarat dan tahapan yang harus dilalui seorang guru untuk dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah. Salah satu tahapan tersebut adalah bahwa guru harus mengikuti program penyiapan calon kepala sekolah/madrasah yang meliputi rekrutmen, seleksi dan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Pada tahap rekrutmen, setelah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memproyeksikan kebutuhan kepala sekolah dua tahun mendatang kemudian Kepala Dinas Pendidikan mengumumkan kepada seluruh kepala sekolah agar menyampaikan dan mendorong guru yang berpotensi (SDM terbaik yang dimiliki) untuk mengikuti program penyiapan calon kepala sekolah/madrasah. Selanjutnya, calon kepala sekolah diseleksi secara administratif dan akademik. Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan dokumen yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang sebagai bukti bahwa calon kepala sekolah/madrasah bersangkutan telah memenuhi persyaratan umum sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 2 ayat (2) Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010. Sedangkan seleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpinan calon (yang diukur melalui hasil penilaian potensi kepemimpinan dan kemampuan meyusun makalah kepemimpinan pendidikan) dan penguasaan awal terhadap kompetensi kepala sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam rangka implementasi Permendiknas tersebut di atas, mulai tahun 2012 akan dilaksanakan seleksi calon kepala sekolah sebanyak 26.000 orang yang dilanjutkan dengan pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, untuk mempersiapkan pelaksanaan rencana tersebut, diperlukan asesor penilaian potensi kepemimpinan calon kepala sekolah dalam jumlah yang memadai. Modul ini disusun sebagai bahan ajar untuk melaksanakan Diklat Calon Asesor Penilaian Potensi Kepemimpinan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan pedoman ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi, memberikan kemudahan dan membalas kebaikan itu di dunia dan akherat. Surakarta, November 2011 Kepala LPPKS, Prof. Dr. Siswandari, M.Stats NIP. 19590201 198503 2 002 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENILAIAN POTENSI KEPEMIMPINAN (PPK) DALAM PROGRAM PENYIAPAN KEPALA SEKOLAH... 1 BAB II KONSEP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH... 6 A. Kepemimpinan pendidikan... 6 B. Kepemimpinan pembelajaran... 9 C. Model Kepemimpinan Pembelajar Direktorat Tenaga Kependidikan (2009)... 10 BAB III KONSEP PENILAIAN POTENSI KEPEMIMPINAN (PPK)... 12 A. Landasan Teori... 12 B. Pembelajaran dari Piloting Program Penyiapan Kepala sekolah Tahun 2009-2011... 15 C. Karakteristik Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK)... 18 1. Pengertian Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK)...18 2. Prinsip Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK)...20 BAB IV PENUTUP... 26 DAFTAR PUSTAKA... 27 ii

BAB I PENILAIAN POTENSI KEPEMIMPINAN (PPK) DALAM PROGRAM PENYIAPAN KEPALA SEKOLAH Kepala sekolah adalah tokoh sentral dalam peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan. Peran kepala sekolah sangat strategis dalam upaya mewujudkan sekolah yang mampu membentuk insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Kepala sekolah sebagai pimpinan diharapkan mampu menjadi penyumbang keberhasilan dalam penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik pendidikan Indonesia. Keberhasilan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kompetensi dalam menjalankan tugas, peran, dan fungsi sebagai kepala sekolah. Untuk meningkatkan mutu kepala sekolah, kita perlu mengidentifikasi secara sistematis potensi seorang calon kepala sekolah sejak dari tahap rekrutmen. Penerapan sistem rekrutmen yang dapat memilah dan memilih calon kepala sekolah yang sangat berpotensi, berpotensi dan yang kurang berpotensi menjadi sangat penting pada era pendidikan kita saat ini. Kepala sekolah baru yang berpotensi diharapkan dapat menciptakan kondisi baru di sekolah dimana yang bersangkutan akan ditempatkan nantinya. Kondisi baru itu adalah peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang lebih efektif dan mampu memenuhi harapan, keinginan, tuntutan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Seperti digambarkan dalam skema berikut. 1

Selaras dengan amanat yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah., Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) merupakan salah satu unsur penting dalam sistem rekrutmen calon kepala sekolah yang baru. Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) dimaksudkan untuk mengidentifikasi calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki potensi kepemimpinan yang memungkinkan untuk dikembangkan secara lebih jauh lagi dan berkelanjutan. Fokus penilaian potensi kepemimpinan (PPK)) adalah menilai potensi kepemimpinan yang dimiliki calon kepala sekolah dalam memahami masalah, bertindak dan membuat keputusan dengan alasan yang logis, sistematis dan aplikatif. Keberadaan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) dalam sistem penyiapan kepala sekolah seperti tergambar dalam diagram berikut ini: 2

ALUR PROSES PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH/MADRASAH MULAI LULUS YA PEMEROLEHAN SERTIFIKAT PROYEKSI KEBUTUHAN REKRUTMEN TIDAK USULAN PESERTA DIKLAT DAFTAR TUNGGU Distribusi Instrumen AKPK Selesai SELEKSI ADMINISTRATIF TIDAK LULUS YA Akreditasi Lembaga Diklat YA Analisis Instrumen AKPK dan Perencana an Diklat PENILAIAN AKSEPTABILITAS BELUM DITERIMA YA 1. Rekomendasi Kepala Sekolah 2. Rekomendasi Pengawas Sekolah 3. Penilaian Kinerja Guru 4. Penilaian Potensi Kepemimpinan 5. Makalah Kepemimpinan SELEKSI AKADEMIK TIDAK LULUS Selesai PENGANGKATAN SELESAI Penilaian potensi kepemimpinan (PPK)) dilakukan oleh asesor terlatih dan tersertifikasi. Oleh karena itu keberadaan asesor dalam sistem penyiapan kepala sekolah menjadi bagian yang sangat penting dalam upaya menjamin terpilihnya calon kepala sekolah yang berkualitas. Seperti tergambar dalam diagram berikut ini, akan tampak betapa peran asesor menjadi sangat vital baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional. 3

Peran dan tanggungjawab antar lembaga terkait dengan Program Penyiapan Kepala Sekolah Proyeksi Kebutuhan Program Penyiapan KS Seleksi Administrasi Seleksi Akademik Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah Pemerolehan Sertifikat Kepala Sekolah Penilaian Akseptabilitas Kepala Sekolah Pengangkatan Kepala Sekolah Baru 1 2 3 4 5 6 7 Perencanaan kebutuhan KS Perencanaan kebutuhan Anggaran Program Penyiapan KS Kualifikasi Kompetensi kepala sekolah Rekomendasi KS Rekomendasi PS Penilaian Kinerja (DP3) Makalah Kepemimpinan Penilaian Potensi Kepemimpinan AKPK Calon Kepala Sekolah Perencanaan Diklat Pelaksanaan Diklat (In-ON- IN) Pengusulan sertifikat Pemberian NUKS Penerbitan Sertifikat Kepala Sekolah Penetapan Tim Penilai Akseptabilitas Pelaksanaan Penilaian Akseptabilitas Rekomendasi Tim Penilai Pemberkasan Pengusulan Pengangkatan Dinas Pendidikan Kab/Kota/Provi Dinas Pendidikan Kab/Kota/Provi LPPKS, PPPPTK, LPMP (LPD) LPPKS, PPPPTK, LPMP (LPD) LPPKS, PPPPTK, LPMP (LPD) Dinas Pendidikan Kab/Kota/Pro Dinas Pendidikan Kab/Kota/Prov Panitia melakukan Proyeksi Kebutuhan Program Penyiapan KS Panitia melakukan seleksi administrasi Asesor dan Master Trainer melakukan seleksi akademik Master Trainer melaksanakan diklat LPPKS menerbitkan NUKS dan sertifikat Berhologram Tim Penilai melaksanakan PA Dinas pendidikan menetapkan dan mengangkat kepala sekolah baru yang bersertifikat LPPKS dengan Permendiknas No 06 Tahun 2009, sebagai lembaga yang diberikan amanah oleh pemerintah untuk mengembangkan dan memberdayakan kepala sekolah berkewajiban dan berkepentingan untuk mengadakan, merawat, memberdayakan, mengembangkan dan sekaligus mengendalikan kualitas kinerja asesor yang tersebar di berbagai LPMP, PPPPTK dan Perguruan Tinggi di Indonesia. Sinergitas antar lembaga terkait dalam pelaksanaan seleksi akademik, seperti digambarkan dalam diagram di atas, menjadi salah satu kunci keberhasilan program penyiapan kepala sekolah secara nasional. Pembelajaran dari piloting: Jika seleksi administrasi oleh Dinas Pendidikan hanya mampu menghasilkan calon-calon kepala sekolah yang cukup-cukup hebat 4

saja, maka seleksi akademik hanyalah sebuah mekanisme penentuan yang terbaik dari para calon kepala sekolah yang sebenarnya hanya cukup-cukup hebat saja. Dan jika para calon kepala sekolah yang hebat-hebat itu tidak lulus dalam seleksi akademik dan atau malahan para calon kepala sekolah yang sesungguhnya tidak hebat itu yang lulus, maka para asesor-lah yang sesungguhnya bekerja secara tidak maksimal. 5

BAB II KONSEP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH A. Kepemimpinan pendidikan Peningkatan mutu pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan yang tidak semua orang bisa mengembannya. Dalam hal ini diperlukan seorang kepala sekolah yang profesional. Kepala sekolah yang mampu melayani dan memuaskan semua pihak dari segala penjuru mata angin, baik dari siswa, orang tua, masyarakat luas, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dinas pendidikan, dunia usaha dan industri dan masih banyak lagi yang lainnya. Kepala sekolah yang mampu menerima murid sebanyak-banyaknya, memiliki fasilitas sekolah sehebathebatnya, menghasilkan lulusan dengan kualitas setinggi-tingginya. Semua itu tertumpu pada seorang kepala sekolah. Dengan begitu baru kita sadari bahwa dibalik adanya harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan pada diri seorang kepala sekolah terkandung adanya kepercayaan yang harus diemban dengan penuh amanah dan tanggungjawab. Seorang kepala sekolah professional meyakini sepenuhnya bahwa: 1) Tidak ada yang tidak mungkin; 2) bagaimana mengubah ketidakmungkinan menjadi kenyataan; 3) bagaimana mencetak banyak pemimpin, (bahwa semua orang adalah pemimpin); 4) bagaimana mendelegasikan kewenangan; dan 5) bagaimana melaksanakan pekerjaan utamanya, yakni membuat keputusan. Untuk bisa melakukan itu semua dengan memuaskan diperlukan segudang peran dari seorang kepala sekolah, dari sebagai seorang leader, manajer, climate maker, enterpreuner, educator, teacher, communicator, fasilitator, community, developer, inspirator, motivator, organisator, supervisor, agent of change, administrator, dan terakhir dan tidak boleh tertinggal sebagai bagian dari ciri seorang pemimpin, yakni sebagai vibrator. 6

Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk menggerakkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki sekolah, diantaranya pendidik, tenaga kependidikan, siswa, sarana dan prasarana, dan kurikulum guna mencapai prestasi akademik dan non akademik secara maksimal. Selain itu, kepala sekolah juga dituntut mampu berperan sebagai pemimpin efektif yang memfokuskan kepada pengembangan instruksional, organisasional, staf, layanan murid, serta hubungan dan komunikasi dengan masyarakat. Sebuah kredo menyatakan: tidak ada sekolah yang baik tanpa adanya kepemimpinan kepala sekolah yang baik; dan kepemimpinan kepala sekolah yang baik hanya bisa dilakukan oleh kepala sekolah yang memiliki potensi kepemimpinan baik. Hal ini dilandasi oleh suatu teori bahwa kepemimpinan pendidikan pada dasarnya adalah seni dan keterampilan dari seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan dan mengembangkan staf, karyawan dan guru agar bekerja dengan maksimal sehingga tujuan pendidikan di sekolah bisa dicapai secara efektif dan efisien. Jelaslah bagi kita semua sekarang bahwa kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Terdapat banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan di sekolah oleh seorang kepala sekolah. Namun, model kepemimpinan yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah adalah kepemimpinan pembelajaran. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang memfokuskan kepemimpinan pembelajaran menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Sebaliknya, adanya kesenjangan antara potensi kepemimpinan dalam diri seorang kepala sekolah dengan kompetensi yang dipersyaratkan 7

(standar) sebagai seorang kepala sekolah akan menyebabkan secara organisasi tujuan sekolah sulit untuk dicapai. Banyak potensi, kemampuan dan daya kekuatan yang dimiliki sekolah tidak bisa disinergikan secara efektif. Semua komponen bekerja sendiri sendiri, dengan kreatifitas dan menurut tugas dan fungsinya masing-masing, namun tanpa ada perekat ikatan antar komponen yang secara bersama sama menuju satu arah. Kepemimpinan seorang kepala sekolah dianalogikan sebagai perekat ikatan tersebut. Bagaimana menciptakan sebuah sekolah yang bersih, rapi, aman, dan nyaman bagi siswa untuk bisa belajar dengan maksimal adalah sebuah masalah leadership dan bukan manajerial. MANAJER Melakukan sesuatu dengan benar Memiliki perspektif jangka pendek Merencanakan bagaimana dan kapan Meniru orang lain PEMIMPIN Melakukan hal yang benar Memiliki perspektif jangka panjang Bertanya apa dan mengapa Original Menerima status quo Menantang status quo Mengusahakan kontinuitas Mengusahakan perubahan Fokus pada tujuan-tujuan perbaikan Kekuatan didasarkan pada jabatan dan kewenangan Mendemonstrasikan keterampilan terkait dengan kompetensi teknikal Fokus pada tujuan-tujuan inovasi Kekuatan didasarkan pada pengaruh pribadi Mendemonstrasikan keterampilan dalam menjual visi 8

MANAJER Mendemonstrasikan keterampilan administratif Mendemonstrasikan keterampilan dalam kepengawasan Bekerja untuk mencapai ketaatan Merencanakan taktik PEMIMPIN Mendemonstrasikan keterampilan dalam mengatasi hal-hal yang tidak jelas Mendemonstrasikan keterampilan dalam persuasi Bekerja untuk memperoleh komitmen Merencanakan strategi Pembelajaran dari piloting: Kepala sekolah yang memiliki potensi kepemimpinan yang sangat memuaskan cenderung bertindak dan membuat keputusan yang inovatif, strategis, dinamis, dan benar. B. Kepemimpinan pembelajaran Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhannya. Kepemimpinan pembelajaran ditujukan juga untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa meningkat: prestasi belajar meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin tinggi, keingintahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi, 9

inovasi terealisir, jiwa kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat tumbuh dengan baik. Kepemimpinan pembelajaran jika diterapkan di sekolah akan mampu membangun komunitas belajar warganya dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school). Sekolah belajar memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang, mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya, memberi kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya, mendorong warga sekolah untuk mempertanggungjawabkan proses dan hasil kerjanya, mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa, mengajak warga sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya berfokus pada layanan prima kepada siswa, mengajak warga sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolahnya untuk berpikir sistem, mengajak warga sekolahnya untuk komit terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolahnya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. C. Model Kepemimpinan Pembelajar Direktorat Tenaga Kependidikan (2009) Direktorat Tenaga Kependidikan (2009) mengembangkan kepemimpin pembelajaran berdimensi 12, yaitu: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan 10

mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh. Sebagai perbandingan dengan model kepemimpinan pembelajaran oleh para ahli yang lain, pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa tidak ada model yang sempurna. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model yang terbaik untuk diterapkan adalah model yang cocok dengan kebutuhan sekolah dan kepala sekolahnya sendiri. Sehingga muncullah sebuah pameo tentang hubungan antara sekolah, guru dan kepala sekolahnya. The color of the class is beyond the teacher, but the color of the school.is beyond the principals. Dalam rangka pemahaman dan kepraktisan, pada akhirnya kepemimpinan adalah seni daripada ilmu. Pembelajaran dari piloting: Kepemimpinan tidak akan dapat dikembangkan secara maksimal dan dipraktekkan hanya melalui ceramah dan kata-kata tapi harus terus dikembangkan melalui perilaku dan tindakan. (Prof. Dr. Siswandari, M.Stats) 11

BAB III KONSEP PENILAIAN POTENSI KEPEMIMPINAN (PPK) A. Landasan Teori Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan menggerakkan faktorfaktor yang mempengaruhi ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah/ madrasah sebagai pemimpin harus mampu mengembangkan seluruh potensi sekolah, diantaranya pendidik, tenaga kependidikan, siswa, sarana dan prasarana, kurikulum guna mencapai prestasi akademik dan non akademik secara maksimal. Selain itu, kepala sekolah juga dituntut mampu berperan sebagai pemimpin efektif yang memfokuskan kepada pengembangan instruksional, organisasional, staf, layanan kepada siswa, serta hubungan dan komunikasi dengan masyarakat. Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah. Kepemimpinan yang sukses melibatkan kemampuan pengambilan keputusan yang berorientasi tujuan sebagai basis utama (Marshal- Mies, et al. 2000). Pemimpin juga harus memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan untuk menata struktur organisasi dan mengelola perubahan sesuai dengan aspek situasional dengan berdasarkan pada tujuan (Larsson, 2010). Konsekuensinya, seorang pemimpin yang berkualitas dituntut untuk dapat secara bijak mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah terkait bidang kependidikan. Bijak dalam arti keputusan 12

diambil secara kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan keberagaman kepentingan berbagai pihak terkait sebagai upaya terjaminnya kualitas pembelajaran. Hal ini selaras dengan idealisme bahwa lingkungan internal tim yang positif dan pembinaan oleh pemimpin merupakan pencetus utama tercapainya tujuan secara bersama (Carson, 2002). Oleh karena itu, sebaiknya seorang kepala sekolah memiliki: 1) pengetahuan mengenai berbagai hal yang terkait dengan operasionalisasi sekolah, baik yang bersifat umum maupun yang khusus, 2) kemampuan menentukan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan, 3) Kemampuan dalam merencanakan dan memantau berbagai proses yang berlangsung di sekolah, menyusun berbagai alternatif tindak lanjut dan memutuskan langkah yang terbaik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Gambaran ketiga kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui asesmen terhadap kemampuan meta kognitif seorang kepala sekolah. Gambaran yang jika diperoleh dari seorang guru dapat menjadi prediksi atas kemampuannya dalam memimpin secara bijak di kemudian hari bilamana yang bersangkutan diangkat sebagai kepala sekolah (Marshal-Mies, et al. 2000). Upaya untuk memperoleh gambaran potensi calon kepala sekolah tersebut salah satunya adalah melalui Penilaian Potensi Kepemimpinan. Proses yang diawali oleh calon kepala sekolah dengan menuliskan respon atas berbagai ilustrasi masalah nyata dalam dunia pendidikan di sekolah yang perlu diselesaikan sampai dengan tahap klarifikasi secara lisan. Tujuan dari penilaian potensi kepemimpinan adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan calon mengenai berbagai hal dalam pengelolaan sekolah secara praktis dan sekaligus memperoleh 13

gambaran mengenai kemampuannya dalam menentukan kriteria keberhasilan maupun menyusun rencana tindak penyelesaian masalah. Calon kepala sekolah diminta merespon kasus-kasus kepemimpinan secara bertingkat, dari yang segera harus diatasi, hingga tindakan yang akan dilakukan untuk jangka panjang. Sehubungan dengan tujuan perolehan gambaran tersebut maka pendekatan yang dijadikan dasar dalam instrumen Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian kuantitatif (Nasution, 1988). Beberapa ciri Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) yang sejalan dengan pendekatan kualitatif sebagai berikut: asesor adalah faktor penting karena juga berperan sebagai instrumen; sangat deskriptif; mementingkan proses maupun produk; mencari makna atas respon yang ditunjukkan oleh asesi, sehingga dapat memahami proses berpikirnya; triangulasi asesor (2-3 orang asesor untuk 1 orang asesi) maupun teknik (tulisan dan lisan); menonjolkan rincian kontekstual; subjek berusaha memahami bagaimana asesi memandang dan menafsirkan masalah; dan verifikasi respon tertulis melalui wawancara lisan;. Secara khusus, Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) terdiri dari beberapa instrumen, yaitu: 1) Respon terhadap situasi a dan b; 2) Kreativitas dan pemecahan masalah, dan 3) Pengambilan keputusan berbasis bukti-bukti. Berdasarkan uraian di atas, maka penilaian potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah yang telah dirintis secara sistemik dan berkesinambungan tersebut perlu diimplementasikan secara konsisten, dan dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan tuntutan peningkatan mutu pendidikan nasional kita. 14

B. Pembelajaran dari Piloting Program Penyiapan Kepala sekolah Tahun 2009-2011 Berikut ini secara komprehensif akan disajikan beberapa poin pembelajaran penting terkait dengan pelaksanaan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) di sejumlah kabupaten/kota yang telah menyelenggarakan piloting seleksi akademik kepala sekolah selama kurun waktu Tahun 2009-2011, sebagai berikut: 1. Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Periode Tahun 2009 Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) periode tahun 2009 diperkenalkan pertama kali pada Pelatihan Asesor Tingkat Nasional tahun 2009 di Hotel Millenium. Karakteristik dari Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) pada periode ini adalah: Tentang pelatihan. Pelatihan yang dilakukan lebih bersifat sosialisasi Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) kepada widyaiswara dari LPPKS, LPMP dan PPPPTK serta dosen dari beberapa perguruan Tinggi, yang di kemudian hari direncanakan akan difungsikan sebagai asesor Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) pada seleksi akademik calon kepala sekolah dalam program penyiapan kepala sekolah yang baru. Namun, pelatihan yang dilaksanakan sudah mengarah ke terbentuknya National Core Team (NCT) dan Provincial Core Team (PCT). Tentang instrumen Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK). Instrumen yang digunakan dalam pelatihan masih murni/asli dari konsultan tanpa ada modifikasi/penyesuaian dari sisi pendekatan, prosedur, bentuk soal, bahasa yang digunakan masih bahasa terjemahan, demikian juga dengan rubrik dan penilaiannya. Konstruk soal dibangun dari kondisi nyata di sekolah tanpa ada modifikasi yang signifikan. 15

Tentang konstruk soal. Masalah yang harus diidentifikasi calon kepala sekolah lebih banyak dan calon harus memilih satu masalah utama yang harus diatasi. Tentang pendekatan. Pendekatan yang digunakan murni kualitatif melalui analisis respon tertulis dan tidak ada mekanisme wawancara atau respon lisan. Tentang penentuan keputusan. Keputusan yang diambil sebagai rekapitulasi hasil analisis respon yang dilakukan oleh asesor diklasikasikan dalam 3 kriteria, yakni Buruk, Memuaskan dan Sangat Memuaskan. 2. Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Periode Tahun 2010 Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) periode tahun 2010 diperkenalkan pada Sinkronisasi Pemahaman Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Tingkat Nasional tahun 2010 di PPPPTK Bisnis dan Pariwisata Jakarta. Karakteristik dari Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) pada periode ini adalah: Tentang pelatihan. Pelatihan yang dilakukan lebih bersifat pendalaman atas substansi Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) yang telah diperkenalkan sebelumnya. Peserta sinkronisasi adalah widyaiswara dari LPPKS, LPMP dan PPPPTK serta dosen dari beberapa perguruan Tinggi. Namun, pelatihan ini ternyata banyak dihadiri oleh widyaiswara baru yang tidak mengikuti pelatihan sebelumnya di Hotel Millenium, Jakarta. Tentang instrument Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK). Instrumen yang digunakan dalam pelatihan masih murni/asli dari konsultan tanpa ada modifikasi/penyesuaian dari sisi pendekatan, prosedur, bentuk soal, demikian juga dengan rubrik dan penilaiannya. Namun dari sisi bahasa yang 16

digunakan sudah disempurnakan sehingga penjabaran dan pemahamannya lebih sederhana. Tentang konstruk soal. Masalah yang harus diidentifikasi calon kepala sekolah masih banyak dan calon harus memilih satu masalah utama yang harus diatasi. Tentang pendekatan. Pendekatan yang digunakan murni kualitatif melalui analisis respon tertulis dan tidak ada mekanisme wawancara atau respon lisan. Tentang penentuan keputusan. Keputusan yang diambil sebagai rekapitulasi hasil analisis respon yang dilakukan oleh asesor diklasikasikan dalam 3 kriteria, yakni Kurang Memuaskan, Memuaskan dan Sangat Memuaskan. 3. Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Periode Tahun 2011 Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) periode tahun 2011 diperkenalkan pada Piloting Penyiapan kepala sekolah Tingkat Nasional di 15 lokasi oleh LPPKS Indonesia-Surakarta tahun 2011 di Hotel Riyadi Palace, Solo. Karakteristik dari Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) pada periode ini adalah: Tentang pelatihan. Pelatihan yang dilakukan lebih bersifat murni pelatihan calon asesor. Peserta pelatihan adalah widyaiswara dari LPPKS, LPMP dan PPPPTK serta dosen dari beberapa perguruan Tinggi yang akan dilibatkan sebagai asesor pada seleksi akademik calon kepala sekolah di 15 lokasi tersebut. Pelatihan dilakukan dengan model In- On-In. In 1 dilakukan selama 5 hari yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman asesor tentang konsep Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK), pengembangan instrumen, rambu-rambu dan rubrik serta wawancara. Kegiatan OJL bertujuan untuk memberikan kesempatan calon asesor mengembangkan instrument, rambu-rambu dan rubrik. In 2 17

dilakukan untuk menguji validitas instrumen yang sudah dikembangkan oleh calon asesor. Sebagai akhir dari pelatihan calon asesor harus menjadi asesor pada program piloting di 15 lokasi dengan didampingi dan dinilai kinerjanya oleh supervisor dari Tim Pengembang Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Nasional. Tentang instrument Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK). Instrumen yang digunakan dalam pelatihan masih menggunakan instrument sebelumnya namun sudah dimodifikasi dari sisi pendekatan, kontruks soal, instrument, rambu-rambu, rubrik dan wawancara. Tentang konstruk soal. Masalah yang harus diidentifikasi calon kepala sekolah disederhanakan cukup satu masalah saja dan calon harus menemukan satu masalah yang harus diatasi. Tentang pendekatan. Pendekatan yang digunakan kualitatif melalui analisis respon tertulis dan dilakukan mekanisme wawancara atau respon lisan untuk mengkonfirmasi, mendalami dan menguatkan respon tertulis calon kepala sekolah. Tentang penentuan keputusan. Keputusan yang diambil sebagai rekapitulasi hasil analisis respon yang dilakukan oleh asesor diklasifikasikan dalam 3 kriteria, yakni Kurang Memuaskan, Memuaskan dan Sangat Memuaskan. C. Karakteristik Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) 1. Pengertian Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Asesmen (penilaian) adalah proses mengumpulkan informasi, biasanya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asesor (Nietzel dkk,1998). Asesmen dilakukan untuk memperoleh 18

informasi yang akan digunakan dalam penyaringan (screening), pengalihtanganan (referal), klasifikasi (classification), perencanaan pengembangan (developmental planning), pemantauan kemajuan belajar (progress monitoring), (Salvia dan Yesseldyke dalam Lerner, 1988:54). Penilaian dalam Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) bukan berarti alat tes atau ujian atau evaluasi. Penilaian Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) berarti penggambaran (deskripsi) potensi kepemimpinan yang diperoleh secara kualitatif untuk memprediksi pencapaian keberhasilan yang berkualitas dari seorang calon kepala sekolah. Potensi secara harfiah mengandung makna kekuatan, pengaruh dan keefektifan. Dalam Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK), potensi diartikan sebagai kemampuan atau kekuatan atau daya dimana potensi dapat merupakan bawaan dan hasil dari stimulus atau latihan dalam perkembangan seseorang ( calon kepala sekolah). Potensi juga diartikan sebagai kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, meliputi: kekuatan, kesanggupan dan daya. Kepemimpinan dalam Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) pada dasarnya tidak sama dengan pengelolaan/manajemen organisasi sekolah. Manajemen berkaitan dengan penanganan kerumitan dalam organisasi, menghasilkan tatanan dan konsistensi organisasi dengan menyusun perencanaan, pengorganisasian, dan pemantauan hasil. Sedangkan kepemimpinan berkaitan dengan penanganan perubahan, menetapkan arah dengan menyusun satu visi masa depan kemudian menyatukan, mengkomunikasikan dan mengilhami orang dalam organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, kepemimpinan dalam Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) adalah kemampuan calon kepala sekolah untuk mengelola 19

sekolah secara praktis dan sekaligus menentukan kriteria keberhasilan maupun menyusun rencana tindak penyelesaian masalah yang terjadi di sekolah. Atas dasar uraian di atas, maka Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) diartikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi yang berkaitan dengan kemampuan, kekuatan, kesanggupan atau daya kepemimpinan yang dimiliki oleh calon kepala sekolah yang memungkinkan untuk dikembangkan. 2. Prinsip Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK)dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Keadilan (fair) Konsep, pertanyaan, bahan dan asesor dalam Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) harus bebas dari kepentingan calon atau kepentingan kelompok/golongan berdasarkan suku, agama, ras, politik, dan lain sebagainya. Penilaian sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan justifikasi para asesor terhadap kualitas jawaban/respon yang diberikan oleh para calon kepala sekolah/madrasah berdasarkan hasil analisis, pertimbangan logika akademik dan empiris, relevansi jawaban/respon, serta urgensitas jawaban/ respon. b. Menyeluruh (holistik) Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) harus bersifat komprehensif, mencakup keseluruhan aspek potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah, khususnya kepemimpinan dalam bidang pendidikan. Walaupun ada penekanan pada aspek-aspek tertentu misalnya personalitas, 20

intelektualitas, daya juang dan daya pikir, namun hal itu dipandang sebagai fokus dan bukan sebagai sebuah bentuk penekanan pada aspek-aspek tertentu. Prinsip ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan multi tujuan dari Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK), berupa kualitas pribadi, profesionalisme, dan motivasi calon kepala sekolah. c. Terbuka (transparan) Hasil keputusan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) dapat diketahui oleh asesi yang disampaikan melalui pemberian feedback (umpan balik) secara lisan dan tertulis sehingga memudahkan asesi untuk melakukan perbaikan dan pengembangan diri. d. Valid Penjaringan data dan informasi potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah dilakukan menggunakan instrumen yang tepat dan dilaksanakan secara obyektif. Karena itu, diperlukan adanya bukti-bukti, data dan fakta, serta kriteria yang jelas dan terukur. Kriteria yang digunakan dalam penilaian harus konsisten dengan kategorisasi yang ditetapkan dalam penilaian. e. Reliabel Penilaian dalam Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) harus didukung oleh instrumen terstandar sehingga apabila digunakan oleh asesor yang berbeda akan mendapatkan hasil yang relatif sama (ajeg). Konsistensi penilaian terjadi apabila jawaban/respon calon selalu dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kriteria yang dirumuskan di dalam rubrik. 21

f. Dapat memilah (discriminatory) Hasil Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) harus mampu membedakan tingkat potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah secara jelas. Tingkat potensi kepemimpinan dibedakan dalam 3 kategori, yakni 1) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan sangat memuaskan, 2) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan memuaskan dan 3) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan kurang memuaskan. 3. Komponen Pelaksanaan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Keterlaksanaan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) harus didukung oleh beberapa komponen sebagai berikut. a. Asesor, adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertugas melaksanakan penggalian data dan informasi tentang potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah. Asesor harus memiliki kelayakan melakukan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) yang dibuktikan dengan kepemilikan STTPL dan sertifikat asesor. b. Asesi, adalah seseorang yang berpartisipasi sebagai calon dalam seleksi calon kepala sekolah/madrasah dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan administratif sehingga berhak mengikuti penilaian potensi kepemimpinan. c. Metode Penilaian, adalah cara yang digunakan dalam penggalian data dan informasi potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah. Metode yang digunakan harus mendukung diperolehnya data deskriptif kualitatif, karena itu 22

teknik penilaian yang digunakan berupa pemberian respon dalam suatu skenario situasi, kasus dan kondisi. d. Instrumen penilaian, merupakan alat untuk menjaring data dan informasi tentang potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah. Instrumen ini terdiri atas respon situasional, kreatifitas dan pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan berbasis bukti. Setiap instrumen dilengkapi rubrik yang berfungsi untuk menilai kualitas respon calon. 1) Jenis Instrumen Respon situasional dilakukan untuk mengukur kemampuan analisis para calon kepala sekolah dalam menghadapi situasi bermasalah yang harus segera diselesaikan. Analisis tersebut dimulai dari identifikasi masalah yang terdapat dalam skenario situasi, sampai pada pembuatan rencana tindak yang harus dilaksanakan dalam waktu singkat. Respon situasional terdiri atas respon situasional 1.a. dan respon situasional 1.b. - Respon situasional 1.a. dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan dalam menganalisis dan mengatasi situasi bermasalah secara taktis dalam waktu singkat. Kemampuan tersebut tergambarkan dari respon calon kepala sekolah terhadap suatu situasi bermasalah yang disajikan dalam scenario situasi. - Respon situasional 1.b. digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan berpikir taktis dan kritis dalam menganalisis, menelaah, dan mengatasi situasi bermasalah. 23

Kemampuan tersebut tergambarkan dari tanggapan calon kepala sekolah atas respon yang tertuang dalam skenario situasi. - Respon kreativitas dan pemecahan masalah dilakukan untuk mengukur daya kreatifitas para calon kepala sekolah/madrasah dalam mencermati sejumlah masalah yang terdapat dalam skenario kasus, melakukan identifikasi kasus yang memayungi keseluruhan permasalahan, menjelaskan alasan dari pengambilan kesimpulan tersebut, menjabarkannya ke dalam 3 (tiga) rencana tindak yang mungkin akan menjadi solusi dalam pemecahan kasus, memilih 1 tindakan terbaik yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan menjelaskan alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Respon pengambilan keputusan berdasarkan bukti-bukti dilakukan untuk mengukur kualitas keputusan yang diambil oleh para calon kepala sekolah/madrasah dengan menelaah sejumlah dokumen/data/informasi yang terdapat dalam skenario kondisi, melakukan identifikasi masalah utama yang mungkin menyebabkan kondisi sekolah tidak memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SPN), menjelaskan alasan dari kesimpulan dengan menggunakan bukti-bukti dokumen/data/informasi, menyebutkan informasi-informasi pendukung yang mungkin diperlukan untuk membantu pengambilan keputusan, menjelaskan alasan atas informasiinformasi tambahan yang digunakan, merancang sebuah rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan 24

masalah yang berhasil diidentifikasi serta menjelaskan alasan yang melatarbelakangi dalam merancang tindakan tersebut. 2) Rubrik Rubrik adalah rambu-rambu yang digunakan dalam menilai kualitas jawaban (respon) dari asesi berdasarkan pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan kompetensi dasar kepala sekolah/madrasah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007). Rambu-rambu dibuat untuk masing-masing kasus dan sesuai dengan jenis instrumen dan cakupan kata kunci, baik yang berkaitan dengan SNP secara umum maupun kepemimpinan kepala sekolah secara khusus. Fasilitas pendukung, adalah berbagai sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK), antara lain ruangan beserta perabot, ATK, perangkat IT, dan perangkat lain yang dibutuhkan pada proses pelaksanaan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK). 25

BAB IV PENUTUP Sebagai kesimpulan dari pembahasan tentang Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kepala sekolah baru yang memiliki potensi kepemimpinan yang memuaskan diharapkan dapat menciptakan kondisi baru di sekolah dan pada masyarakat pendidikan secara luas. Penerapan sistem rekrutmen yang dapat memilah dan memilih calon kepala sekolah yang berpotensi menjadi sangat penting pada era pendidikan kita saat ini. 2. Terdapat banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan di sekolah. Namun, model kepemimpinan yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah adalah kepemimpinan pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. 3. Kepala sekolah harus memiliki pengetahuan mengenai operasionalisasi sekolah, kemampuan mengevaluasi keberhasilan, dan kemampuan merencanakan, memantau proses, menyusun alternatif tindak lanjut dan memutuskan langkah yang terbaik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) terdiri dari beberapa instrumen, yaitu: 1) Respon terhadap situasi a dan b; 2) Kreativitas dan pemecahan masalah, dan 3) Pengambilan keputusan berbasis bukti-bukti. 26

DAFTAR PUSTAKA Carson, Jay B., Paul E. Tesluk, and Jennifer A. Marrone. (2002). Shared Leadership in Teams: An Investigation of Antecedent Conditions and Performance. Academy of Management Journal. 50 (5):1217-1234 Djoko Santoso Moelyono. (2008). More About Beyond Leadership. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Larsson, Johan and Stig Vinberg. (2010). Leadership behaviour in successful organisations: Universal or situation-dependent? Total Quality Management. 21 (3):317 334 Marshall-Mies. et al. (2000). Development and Evaluation of Cognitive and Metacognitif Measures for Predicting Leadership Potential. Leadership Quarterly. 11 (1):135-153. Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Yin, R.K. (2001). Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo. 27