APLIKASI PEMETAAN ALIRAN NILAI DI INDUSTRI KEMASAN SEMEN

dokumen-dokumen yang mirip
B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

Implementasi Value Stream Mapping Untuk Identifikasi Pemborosan Unit Pengantongan Semen ( Studi Kasus di PT. Semen Padang )

PEMETAAN PEMBOROSAN DALAM PROSES PRODUKSI KANTONG SEMEN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING TOOLS

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI VALSAT PADA PROSES PRODUKSI KANTONG SEMEN UNTUK MENDAPATKAN METODE DALAM MEMINIMASI PEMBOROSAN

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT.

Analisis Pemborosan Proses Loading dan Unloading Pupuk dengan Pendekatan Lean Supply Chain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim)

BAB V ANALISA DAN EVALUASI

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA)

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Analisis Waiting Time dalam Proses Perakitan MV Switchgear dengan Lean Production

PENENTUAN KEBIJAKAN PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Proses Produksi Berdasarkan Lean Manufacture Dengan Pendekatan Valsat Pada PT.XX

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI LEAN PRODUCTION SYSTEM UNTUK MENGELIMINASI WASTE PADA PRODUKSI FILLING CABINET 4D DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

Analisa Waste Waiting pada Pembuatan Produk Full Hard dengan Menggunakan Process Activity Mapping pada Plant Cold Rolling Mill

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

Oleh : Anindya Gita Puspita ( ) Pembimbing: Drs. Haryono, M.SE

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN. kelima sebagai negara pengekspor teh di dunia (Suwandi, 2016).

PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

PENDEKATAN LEAN PRODUCTION UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KACA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

Rancangan Lean Manufacturing System Dalam Meningkatkan Efisiensi Kerja Di Perusahaan Komponen Otomotif (Studi Kasus Di PT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

MINIMASI WASTE UNTUK PERBAIKAN PROSES PRODUKSI KANTONG KEMASAN DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PADA SISTEM PRODUKSI KECAP LOMBOK MERAH KEMASAN BOTOL KACA DENGAN PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

Penerapan Lean Supply Chain Dengan Usulan Perbaikan Menggunakan Metode DMAIC

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI. Oleh : SABTA ADI KUSUMA

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum

PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DIVISI TRUCKING PT. JPEK

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

DEVIS ZENDY NPM :

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

Transkripsi:

APLIKASI PEMETAAN ALIRAN NILAI DI INDUSTRI KEMASAN SEMEN Iwan Vanany Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Email: vanany@ie.its.ac.id ABSTRAK Paper ini menggambarkan bagaimana aplikasi pemetaan aliran nilai dapat mengidentifikasi waste pada industri kemasan semen. Pemetaan aliran nilai digunakan untuk memetakan aktivitas pada rantai pasok perusahaan sehingga aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat diketahui. Hasil pemetaan akan menjadi landasan penting didalam mengetahui cacat dan waktu tunggu. Upaya untuk mengidentifikasi perbaikan perusahaan sesuai dengan masalah prioritas yang ada dan memiliki dampak yang signifikan sehingga tidak terjadi pemborosan biaya dan waktu program perbaikan. Kata kunci: pemetaan aliran nilai, industri kemasan semen, waste. ABSTRACT This paper describes the application of Value Stream Mapping to identify the waste in cementpackage industry on PT IHSG. The Value Stream Mapping is used to map the activity towards the company s supply chain with the result that the non-value adding activity could be identified. The result will be an important fundament for identifying the defect and time. The effort for identifying the company s improvement meet the problem priority and it has a significant impact so that the time and cost consuming could be avoided. Keywords: value stream mapping, cement-package industry, waste. 1. PENDAHULUAN Upaya mengeliminasi waste diyakini mampu menstimulasi keunggulan bersaing perusahaan terutama pada peningkatan produktivitas dan kualitas (Shingo, 1989). Peningkatan produktivitas terjadi bila adanya perampingan operasi yang dapat mengindentifikasi lebih dini waste dan masalah kualitas yang akan terjadi ke depannya. Upaya sistematis mereduksi waste adalah hal yang mendasar mengurangi buruknya kualitas dan mengeliminasi permasalahan manajemen yang mendasar (Bicheno, 1991). Shigeo Shingo (1989) berhasil merumuskan tujuh jenis waste yang mungkin ada di perusahaan. Hasil ini didasari hasil laporan Ohno kepala rekayasa Toyota Jepang (1985) dan studi secara langsung ke perusahaan Toyota. Ketujuh waste tersebut adalah (1) kelebihan produksi (overproduction), (2) gerakan yang tidak berguna (unnecessary motion), (3) transportasi yang berlebihan (excessive transportation), (4) cacat (defect), (5) proses yang tidak tepat (inapproriate processing), (6) persediaan yang tidak penting (unnecessary inventory),dan (7) waktu tunggu (waiting). Upaya mereduksi waste diperusahaan akan lebih mudah dilakukan bila perusahaan mampu memilah-milah operasi yang ada. Monden (1993) meyakini dalam konteks internal manufaktur ada tiga tipe operasi yang perlu diperhatikan perusahaan adalah, yaitu (1) Tidak bernilai tambah (non-value adding), (2) penting tetapi tidak bernilai tambah, (3) dan bernilai tambah. Tipe operasi 127

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 7, NO. 2, DESEMBER 2005: 127-137 tidak bernilai tambah merupakan murni waste atau gerakan mubazir dan seharusnya direduksi bahkan bila perlu dihilangkan. Waktu tunggu dan pengangkutan yang repetitif merupakan contoh operasi yang tidak bernilai tambah. Tipe operasi penting tetapi tidak bernilai tambah adalah operasi tidak bisa dihindari untuk tidak dilakukan atau berlebihan dari standar yang ada. Berjalan mengambil part dan memindahkan tools dari satu operator ke operator lainnya merupakan contoh dari tipe operasi penting tetapi tidak bernilai tambah. Para pakar (akademisi maupun praktisi) meyakini bahwa pemetaan aliran nilai (value stream) untuk ketiga tipe operasi tersebut adalah hal yang penting dilakukan perusahaan sebelum mereduksi operasi yang tidak bernilai tambah. Di dalam melakukan pemetaan aliran nilai untuk merepesentasikan ketiga operasi tersebut dengan baik dibutuhkan alat-alat pemetaan aliran yang relevan. Dengan merepresentatifkan ketiga operasi, terutama operasi tidak bernilai tambah dapat menggambarkan ketujuh waste yang ada. Hines dan Rich (1997) berhasil merumuskan tujuh alat pemetaan aliran nilai untuk menggambarkan ketujuh waste. Ketujuh alat ini diharapkan dapat diaplikasikan secara efektif, baik individual maupun kombinasi tergantung dari aliran nilai yang yang hendak dipetakan. Adapun ketujuh alat pemetaan aliran nilai tersebut adalah (1) Process activity mapping, (2) Supply chain response matrix, (3) Production variety funnel, (4) Quality filter mapping, (5) Demand amplification mapping, (6) Decision point analysis, dan (7) Physical structure mapping. Perusahaan tempat penelitian ini bergerak di bidang pembuatan kemasan semen, meyakini pentingnya pemetaan aliran nilai sebelum menentukan perbaikan dalam rangka mengurangi waste di perusahaan. Masih tidak efisiennya perusahaan karena lead time, keterlambatan dan waktu tunggu yang panjang, dan problem kualitas yang tidak sesuai dengan spesifikasi dari konsumen. Hasil indentifikasi awal terhadap produk yang dihasilkan menunjukkan produk kemasan woven laminasi adalah produk yang paling sering ditemui terjadinya ketidakefisienan tersebut (Maryani, 2004). Paper ini, akan membahas hasil aplikasi tujuh alat pemetaan nilai untuk mereduksi waste yang dominan yang terjadi di perusahaan. Beragamnya produk yang dibuat perusahaan dan tingkat prosentase waste yang ada, namun dalam penelitian ini akan lebih difokuskan pada satu produk yaitu produk kemasan woven laminasi. 2. TUJUH ALAT PEMETAAN ALIRAN NILAI Ketujuh alat pemetaan aliran nilai yang dirumuskan Hines dan Rich (1997) didasarkan atas upaya merepresentasikan ketujuh jenis waste yang dirumuskan oleh Singo (1989). Dari ketujuh alat pemetaan aliran nilai, ada lima alat yang sudah diketahui dan sering dipakai. Alat process activity mapping dan demand amplification mapping merupakan alat yang sering digunakan oleh para insinyur (ahli rekayasa). Para ahli logistik sering menggunakan alat supply chain response matrix dan decision point analysis. Adapun alat production variety funnel merupakan alat yang berasal dari disiplin ilmu manajemen operasi. Ada 2 alat yang benar-benar baru dan berhasil dibuat oleh Hines P dan Rich N (1997) adalah quality filter mapping dan physical structure. Penggambaran keterkaitan ketujuh alat pemetaan aliran nilai dengan ketujuh jenis waste perlu dilakukan. Diharapkan alat pemetaan aliran nilai yang ada mampu memetakan minimal satu jenis waste dan waste yang ada diharapkan dapat dipetakan secara baik minimal satu alat pemetaan aliran nilai. Keterkaitan ketujuh alat pemetaan aliran nilai dengan ketujuh waste juga bisa digunakan untuk memilih tools yang paling terkait untuk memetakan waste yang ada. Pada Tabel 1 diperlihatkan keterkaitan ketujuh alat pemetaan aliran nilai dengan ketujuh waste. Keterkaitan ketujuh alat pemetaan aliran nilai dengan ketujuh jenis waste juga dapat digunakan 128

untuk memilih tools yang tepat untuk memetakan waste, tabel yang menggambarkan keterkaitan tersebut disebut dengan Tabel VALSAT (Value Stream Mapping Tools). Tabel 1. Keterkaitan Ketujuh Alat Pemetaan Aliran Nilai Dengan Ketujuh Jenis Waste Waste/ structure Process activity mapping Supply chain response matrix Production variety funnel Quality filter mapping Demand amplification mapping Decision point analysis Physical structure Kelebihan produksi L M L M M Waktu tunggu H H L M M Transportasi yg berlebihan H L Proses yang tidak tepat H M L L Persediaan yang tidak penting M H M H M L Gerakan yang tidak berguna H L Cacat L H Catatan: H : High correlation and usefulness : 9 M : Medium correlation and usefulness : 3 L : Low correlation and usefulness : 1 2.1 Process Activity Mapping Alat ini sering digunakan oleh ahli teknik industri untuk memetakan keseluruhan aktivitas secara detail guna mengeliminasi waste, ketidakkonsistenan, dan keirasionalan di tempat kerja sehingga tujuan meningkatkan kualitas produk dan memudahkan layanan, mempercepat proses dan mereduksi biaya diharapkan dapat terwujud. Process activity mapping akan memberikan gambaran aliran fisik dan informasi, waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas, jarak yang ditempuh dan tingkat persediaan produk dalam setiap tahap produksi. Kemudahkan identifikasi aktivitas terjadi karena adanya penggolongan aktivitas menjadi lima jenis yaitu operasi, transportasi, inspeksi, delay dan penyimpanan. Operasi dan inspeksi adalah aktivitas yang bernilai nilai tambah. Sedangkan transportasi dan penyimpanan berjenis penting tetapi tidak bernilai tambah. Adapun delay adalah aktivitas yang dihindari untuk terjadi sehingga merupakan aktivitas berjenis tidak bernilai tambah Process activity mapping terdiri dari beberapa langkah sederhana: (1) dilakukan analisa awal untuk setiap proses yang ada, (2) mengindentifikasi waste yang ada, (3) mempertimbangkan proses yang dapat dirubah agar urutan proses bisa lebih efisien, (4) mempertimbangkan pola aliran yang lebih baik, dan (5) mempertimbangkan segala sesuatu untuk setiap aliran proses yang benar-benar penting saja (Practical Management Research Group, 1993). 2.2 Supply Chain Response Matrix Asal alat ini dari teknik pada pemampatan waktu dan gerakan logistik. Banyak pakar menerapkan alat ini diantaranya: New (1993) dan Forza (1993) untuk mengatur aliran rantai pasok di industri tekstil, Beesley (1994) pada industri otomatif, ruang angkasa (aerospace), dan konstruksi, dan Jessop dan Jones (1995) dalam industri elektronik, makanan, pakaian, dan otomotif. Alat ini memberikan gambaran kondisi lead time untuk setiap proses dan jumlah persediaan. Dengan alat ini, pemantauan terjadinya peningkatan atau penurunan lead time (waktu distribusi) dan jumlah persediaan pada tiap area aliran rantai pasok dapat dilakukan. Adanya 129

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 7, NO. 2, DESEMBER 2005: 127-137 pemetaan tersebut akan lebih memudahkan manajer distribusi untuk mengetahui pada area mana aliran distribusi dapat direduksi lead time-nya dan dikurangi jumlah persediaannya. 2.3 Production Variety Funnel Production variety funnel merupakan alat yang berasal dari disiplin ilmu manajemen operasi dan telah pernah diaplikasikan oleh New (1993) pada industri tekstil. Metode ini berguna untuk mengetahui pada area mana terjadi bottleneck dari input bahan baku, proses produksi sampai pengiriman ke konsumen. Ada beberapa karakteristik yang berhasil dirumuskan karena adanya perbedaan proses produksi di industri dengan production variety funnel. Jenis pabrik I adalah jenis pabrik yang produksinya cenderung tidak berubah dari item produk yang beragam seperti industri kimia. Jenis pabrik V adalah jenis pabrik yang jumlah bahan bakunya terbatas akan tetapi variasi produknya banyak, seperti industri tekstil dan metal. Jenis pabrik A bertolak belakang dengan jenis pabrik V, dimana jenis bahan bakunya banyak akan tetapi produk jadinya relatif terbatas seperti industri pesawat terbang. Adapun jenis pabrik T berkarakteristik produk jadinya relatif beragam dari jumlah komponen yang terbatas, seperti industri elektronik dan rumah tangga. 2.4 Quality Filter Mapping Pendekatan quality filter mapping adalah alat baru yang didesain untuk mengidentifikasi masalah kualitas pada area aliran rantai pasok perusahaan. Hasil identifikasi menunjukkan adanya 3 jenis defect dari kualitas yaitu (1) produk defect, (2) scrap defect, dan (3) service defect. Product defect merupakan cacat fisik produk yang tidak berhasil diseleksi pada saat proses inspeksi sehingga lolos ke konsumen. Scrap defect merupakan cacat yang berhasil diseleksi pada saat proses inspeksi. Sedangkan service defect merupakan masalah yang ditemukan oleh konsumen pada saat pemakaian produk akan tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan produk yang dihasilkan tetapi lebih kepada pelayanan yang diberikan dari perusahaan. 2.5 Demand Amplification Mapping Demand amplification mapping adalah alat yang sering digunakan pada disiplin ilmu sistem dinamik yang diciptakan oleh Forester (1958) dan Burbidge (1984). Hasil penelitian Burbidge (1984) menunjukkan bahwa jika permintaan dikirim dari serangkaian persediaan yang dimiliki menggunakan pengendalian stok order, akan memperlihatkan adanya amplifikasi dari variasi permintaan akan meningkat untuk setiap transfer. Hal ini menunjukkan bahwa pengaturan persediaan sangat penting dalam mengantisipasi adanya perubahan permintaan. Alat ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan analisis kedepan untuk meredesain konfigurasi aliran nilai, mengatur fluktuasi permintaan sehingga permintaan yang ada dapat dikendalikan. 2.6 Decision Point Analysis Alat decision point analysis ini sering digunakan pada pabrik yang berkarakteristik produk jadinya relatif beragam dari jumlah komponen yang terbatas, seperti industri elektronik dan rumah tangga. Akan tetapi pada perkembangannya juga digunakan pada industri lain. Titik keputusan adalah titik dimana tarikan permintaan aktual memberikan cara untuk mendorong adanya peramalan. Adanya informasi titik keputusan akan berguna untuk mengerti dimana terjadinya kekeliruan penentuan titik keputusan. 130

Ada 2 alasan penting mengapa alat ini digunakan. Pertama, untuk jangka pendek, informasi yang ada memungkinkan memprediksi proses yang beroperasi baik dari hilir maupun hulu dari titik keputusan yang ada. Kedua, untuk kepentingan jangka panjang, informasi yang ada digunakan untuk mendesain skenario untuk memperlihatkan operasi dari aliran nilai jika titik keputusan tersebut berubah. Harapannya akan memberikan desain skenario yang lebih baik dibanding desain sebelumnya. 2.7 Physical Structure Alat ini merupakan alat baru yang berguna mengetahui fakta apa yang terjadi pada aliran rantai pasok secara keseluruhan dan mengetahui level dari industrinya. Adanya pengetahuan dari alat ini, akan sangat berguna mengapresiasikan seperti apa industri kita sekarang, mengerti bagaimana perusahaan beroperasi, dan dapat memperhatikan secara langsung pada area mana perlu perhatian khusus untuk dikembangkan. Ada 2 bagian pada alat ini yaitu struktur volume dan struktur biaya. Pada bagian diagram pertama menunjukkan struktur industrinya antara area pemasok dan distribusi dengan variasi yang bertingkat. Bagian diagram pemetaan kedua dari industri mengambarkan biaya yang dikeluarkan perusahaan dari biaya bahan baku sampai dengan perakitan. Pada diagram ini juga memiliki hubungan langsung dengan proses-proses yang terjadi di perusahaan yang berkarakteristik value-adding. 3. PENENTUAN ALAT PEMETAAN ALIRAN NILAI YANG DIBUTUHKAN PADA INDUSRI KEMASAN SEMEN Mengetahui aliran utama (whole stream) merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum mengaplikasikan pemetaan aliran nilai. Penentuan aliran utama didasarkan atas dokumentasi proses bisnis dan produksi perusahaan yang telah ada. Brainstorming juga diperlukan dengan pihak yang terkait untuk setiap proses bisnis dan produksi. Pihak yang dilakukan brainstorming pada studi kasus yang dipilih adalah responden bagian Gudang, Produksi, Jaminan Mutu, dan bagian Pemeliharaan. Konfirmasi dan branstorming akhir dilakukan dengan pihak manajer produksi. Untuk lebih memudahkan penggambaran menggunakan bantuan software IDEF0. Berikut ini hasil pemetaan aliran utama dengan kode IDEF0. Penggambaran whole stream menggunakan IDEF0 didapatkan hirarki dapat dilihat pada Tabel 2. Dalam studi kasus yang digunakan, permasalahan yang ada relatif kompleks dan sumber daya yang dimiliki relatif sedikit sehingga tidak semua waste bisa dilakukan perbaikan. Perlu dilakukan pemilihan waste mana yang terlebih dahulu diperbaiki berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada pihak manajemen. Dari hasil penyebaran kuesioner kepada pihak manajemen menunjukkan bahwa defect adalah permasalahan utama yang harus direduksi oleh perusahaan. Adapun detail prioritas waste yang ada di perusahaan yang perlu diperbaiki dinyatakan pada Tabel 3. 131

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 7, NO. 2, DESEMBER 2005: 127-137 Tabel 2. Hirarki Aktivitas Whole Stream Produk Woven Laminasi A0 Memproduksi kemasan woven A4 Menjahit tube A1 Memesan kemasan A41 Memasang tape paper A11 Menghubungi bagian pemasaran Tuban A42 Memasang benang neolin D-1500 A12 Melakukan pemesanan A43 Memasang polyamidarope A13 Menerbitkan OP A44 Proses Menjahit tube A14 Mengirimkan OP A45 Melakukan inspeksi A2 Mengadakan material A46 Menumpuk kemasan jadi A21 Menghitung kebutuhan A5 Mengemas produk dan afval A22 Memesan ke logistik Tuban A51 Mengemas kemasan jadi A23 Memroses pesetujuan A52 Memilih afval A24 Memesan ke supplier A53 Menghancurkan afval A25 Menerima material A54 Mengemas afval A26 Memeriksa material A6 Mengirim produk A3 Membuat tube A61 Mengiriman kemasan jadi A31 Memasang kraft dan woven A62 Mengirim afval A32 Mengganti kode A63 Mengambil afval A33 Mengisi tinta A34 Mengisi lem A35 Proses Membuat tube A36 Menumpuk tube Tabel 3. Hasil Kuesioner Waste Waste Rata-rata Ranking Kelebihan produksi 5 3 Waktu tunggu 6.33 2 Transportasi yg berlebihan 3.67 7 proses yang tidak tepat 4.83 4 persediaan yang tidak penting 4 5 gerakan yang tidak berguna 4 6 cacat 7.17 1 Pihak manajemen akan memprioritaskan 2 waste saja yang hendak diperbaiki yaitu defect (cacat) dan waiting (waktu tunggu). Didalam melakukan pemilihan alat pemetaan aliran nilai digunakan Tabel VALSAT (1). Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa pemetaan waste defect akan dilakukan dengan Quality filter mapping. Adapun waiting akan digunakan alat pemetaan aliran nilai berupa Process activity mapping dan Supply chain response matrix. 4. APLIKASI ALAT PEMETAAN ALIRAN NILAI DI PERUSAHAAN KEMASAN SEMEN Pada paper ini, akan dibahas secara berurutan aplikasi alat pemetaan aliran nilai di perusahaan kemasan semen untuk merepresentatifkan 2 waste yaitu cacat dan waktu tunggu. Berikut ini alat quality filter mapping untuk merepresentatifkan cacat, process activity mapping dan supply chain response matrix untuk merepresentatifkan waktu tunggu. 132

4.1 Quality Filter Mapping Hasil indentifikasi awal terhadap tiga jenis cacat pada pembuatan kemasan woven laminasi menunjukkan bahwa cacat internal scrap merupakan jumlah cacat terbesar dibanding dengan kedua cacat lainnya yaitu cacat produk dan cacat servis. Cacat produk yang ditemui pada studi kasus ini ada 2 macam yaitu cacat tube dari hasil mesin tuber dan produk kemasan woven laminasi yang terpantau dari komplain konsumen eksternal. Jarang atau bahkan sudah tidak ada sama sekali produk yang berhasil dipasaran dikembalikan oleh konsumen karena cacat. Begitu pula dengan cacat servis berupa komplain dari konsumen terhadap jumlah kemasan dan lainnya sudah jarang terjadi. Pada paper ini akan lebih menganalisa cacat internal scrap karena dari data yang ada menunjukkan bahwa cacat yang ada masih lebih besar dari spesifikasi standar maksimal perusahaan. Cacat internal scrap terdiri dari 2 macam sesuai dengan jumlah proses dalam pembuatan produk kemasan woven laminasi, yaitu proses tube dan proses penjahitan. Perusahaan menetapkan cacat pada mesin tuber 6M maksimal 1% dan cacat produk hasil jahit menggunakan mesin jahit semi otomatis maksimal 0,3%. Data yang ada selama 6 bulan (Juli 2003 sampai dengan Desember 2003) menunjukkan bahwa cacat scrap pada proses tube melebihi ambang maksimal yang ditetapkan perusahaan, sedangkan cacat scrap pada proses jahit tidak melebihi ambang maksimal. Pada Gambar 1 diperlihatkan hasil dari quality filter mapping dengan garis horisontal waktu (bulan) dan garis vertikal menunjukkan jumlah cacat internal scrap yang terjadi untuk cacat scrap tube dan jahit. REJECT RATE 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 juli 2003 Agustus 2003 September 2003 Oktober 2003 Nopember 2003 Desember 2003 mesin tuber mesin jahit BULAN 4.2 Process Activity Mapping Gambar 1. Quality Filter Mapping Pembuatan process activity mapping dilakukan beberapa langkah secara berurutan. Langkah petama, perlu dilakukan pengamatan secara langsung bagaimana proses yang ada dan melakukan pencatatan aktivitas yang terjadi, jarak perpindahan yang ditempuh, waktu yang dibutuhkan, dan tenaga kerja yang terlibat. Hasil pengamatan tadi perlu dikelompokkan menjadi 5 kelompok aktivitas yaitu (1) operasi, (2) transportasi, (3) inspeksi, (4) menunggu, dan (5) penyimpanan. Langkah terakhir, adalah langkah analisis dari jenis aktivitas yang ada. Perlu dihitung seberapa besar proporsi aktivitas yang tidak bernilai tambah dibanding dengan aktivitas bernilai tambah. Dalam hal ini aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah delay. Aktivitas tranportasi, inspeksi, delay, dan storage merupakan aktivitas penting tetapi tidak bernilai tambah. Sedangkan operasi adalah aktivitas bernilai tambah. 133

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 7, NO. 2, DESEMBER 2005: 127-137 Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan 85 aktivitas dengan total waktu 12 jam 13 menit 8 detik untuk proses produksi kemasan woven laminasi. Pada Tabel 4 diperlihatkan sebagian hasil pemetaan aktivitas proses, sedangkan Tabel 5 memperlihatkan kebutuhan waktu tipe aktivitas proses produksi Woven Laminasi. Tabel 4. Sekelumit Process Activity Mapping NO KEGIATAN FLOW MESIN JARAK WAKTU JML AKTIVITAS KET ALAT Meter menit TK O T I S D Proses Setup Penggantian Tanggal 1 Pemasangan lem O 0:02:06 1 O T I S D Menggunakan lem Aicia Aibon 2 Menunggu lem kering D 0:06:50 1 O T I S D 3 Pemasangan tanggal O 0:00:55 1 O T I S D Memasang kode tanggal yang sesuai Proses Setup Pengisian Lem 4 Pengambilan lem polyglue T Hand lift 130 0:05:25 1 O T I S D Dilakukan secara manual 5 Pengisian lem polyglue O 0:01:11 1 O T I S D Menuangkan ke extruder 6 Mengisi lem tapioka O Gayung, Ember 0:00:31 1 O T I S D Mengisi dari drum ke ember 10 kg 7 Memindahkan ember lem T Hand lift 50 0:02:35 1 O T I S D Dari dapur pembuatan lem 8 Mengaduk lem O Selang 0:02:59 1 O T I S D Agar lem encer 9 Menyalurkan lem ke mesin tuber O Selang 0:00:33 1 O T I S D........................................... Proses Pembuatan Tape paper 81 Memindahkan kertas kraft T Forklift 100 0:02:00 1 O T I S D Dari gudang menuju mesin slitter 82 Memasang kertas kraft O 0:03:53 1 O T I S D 83 Proses pemotongan O Slitter 0:12:31 1 O T I S D Sepanjang 1250 m 84 Melepas tape paper O 0:08:48 1 O T I S D Sebanyak 19 buah tape paper 85 Penyimpanan tape paper S 0:00:00 0 O T I S D Sampai digunakan TOTAL 77 12:13:08 Operasi 1610 0:52:31 17 28 7 5 28 % Vaue adding 7.163317 20 33 8 6 33 Tabel 5. Kebutuhan Waktu Tipe Aktivitas Proses Produksi Woven Laminasi Operasi Transportasi Inspeksi Storage Delay Total waktu 0:52:31 0:54:19 0:15:08 8:15:00 1:56:10 Prosentase 7,16 7,41 2,06 67,52 15,85 4.3 Supply Chain Response Matrix Data lead time dan ouput produksi untuk setiap stage dalam rantai pasok perlu diketahui dalam membuat supply chain response matrix ini. Ada 4 area untuk membuat produk woven laminasi dengan urutan sebagai berikut (1) area Gudang material, (2) area tube, (3) area produk jadi, dan (4) area gudang produk jadi. Pada area gudang material, rata-rata kedatangan material sejumlah 20.828 unit per hari dengan rata-rata jumlah material yang dibutuhkan departemen produksi sebesar 16.023 unit. Besarnya days physical stock didasarkan dari perbandingan antara 134

rata-rata jumlah kedatangan material dibagi dengan rata-rata jumlah material yang dibutuhkan departemen produksi. Sehingga nilai days physical stock-nya untuk area gudang material sebesar 1,3. Adapun lead time pemesanan material dilakukan selama 20 hari. Area tube dengan mesin tuber 6M, menghasilkan rata-rata jumlah produksi 25.280 unit tube sedangkan rata-rata jumlah WIP tube yang dibutuhkan oleh mesin jahit sebesar 23.562 tube. Sehingga nilai days physical stock-nya untuk area tube 1,1 dengan lead time selama 3 hari. Pada area produk jadi membutuhkan mesin jahit sebagai proses produksinya. Rata-rata jumlah produksi 437.416 unit per bulan woven laminasi sedangkan rata-rata jumlah order produk woven laminasi sebesar 524.033 unit woven laminasi dari konsumen. Nilai days physical stock-nya untuk area produk jadi sebesar 0,83 dengan lead time selama 6 hari. Area terakhir rantai pasok produk woven laminasi adalah area gudang produk jadi. Kemampuan alat angkut maksimal adalah 60.000 unit produk per hari sedangkan kemampuan yang bisa dilakukan untuk saat ini adalah 48.000 unit produk per hari. Nilai days physical stocknya untuk area gudang produk jadi sebesar 1,25 dengan lead time selama 2 hari. Pada Gambar 2 diperlihatkan supply chain response matrix dengan garis horisontal menyatakan jumlah lead time sedangkan garis vertikalnya nilai days physical stock-nya.. Cumulative Inventory (days physical stock ( 4,48 hari) Total 35,48 hari 1. 25 0. 83 1. 1 1. 3 Gudang produk jadi Jahit tube Gudang material Konsumen Produk jadi Work in process Receiving Supplier 20 1 3 1 6 2 Tuber Jahit Pengiriman Cumulative Lead time 31 hari Gambar 2. Supply Chain Response Matrix pada 5. ANALISIS PENENTUAN AKAR MASALAH Hasil dari aplikasi pemetaan aliran nilai menggunakan 3 alat pada kasus di industri kemasan semen menjadi dasar utama didalam melakukan perbaikan. Sebelum melakukan perbaikan terlebih dahulu dilakukan analisa akar penyebab waste agar perbaikan yang dilakukan merupakan pilihan yang tepat sesuai dengan hasil prioritas permasalahan yang ada. Analisis ini akan memberikan arahan kepada pihak manajemen untuk lebih mendahulukan prioritas yang ada dan menghemat biaya perbaikan akan tetapi menghasilkan dampak perbaikan yang signifikan. Pada Tabel 6 diperlihatkan rekapitulasi hasil brainstorming permasalahan dan dampak untuk waste jenis waktu tunggu dan cacat. Hasil analisa permasalahan dan dampak menunjukkan bahwa cacat scrap dengan permasalahan reject tube memiliki dampak yang terbesar penyebab terjadinya kehilangan kesempatan penjualan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada permasalahan reject tube. 135

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 7, NO. 2, DESEMBER 2005: 127-137 Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Permasalahan dan Dampak untuk Waste Waktu Tunggu dan Cacat Waste Permasalahan Dampak Skor 1 2 3 4 5 Proses OP melalui Pemasaran Lead time pemesanan menjadi lebih Tuban lama * Utilitas mesin tuber 6M rendah * Downtime mesin tuber 6M Lebih banyak product reject * Waktu tunggu Proses setup mesin Menurunkan utilitas mesin * Pengiriman dan pengambilan Afval memenuhi area kerja * afval Penanganan material buruk Material buruk menumpuk di area kerja * Rata-rata 2.17 Material dari supplier Menghambat proses produksi * Cacat Reject tube Adanya pemborosan material * Kehilangan kesempatan penjualan * Rata-rata 3.67 6. KESIMPULAN Pemetaan aliran nilai (value stream mapping) untuk mengetahui waste yang ada secara detail disetiap proses (pembelian, produksi dan distribusi) penting dilakukan perusahaan. Adanya pemetaan aliran nilai akan memberikan gambaran yang sistematis, terfokus, detail, dan mereprentasikan data yang ada dalam rangka mereduksi biaya, meningkatkan produktivitas dan kualitas. Direkomendasikan, sebelum melakukan pemetaan aliran nilai terlebih dahulu dibuat gambaran whole stream proses bisnis perusahaan. Agar lebih memudahkan bisa digunakan bantuan sofware seperti IDEF0. Bantuan software ini membantu mempercepat pengambaran, dokumentasi, dan memudahkan pemahaman proses yang terjadi di perusahaaan. Sering kali perusahaan mengalami kendala dalam mereduksi waste karena alasan keterbatasan sumber daya, biaya perbaikan dan waktu perbaikan. Oleh karena itu, adanya kerangka VALSAT (Value Stream Mapping Tools) dari Hines dan Rich (1997) sangat membantu pemercepatan pemilihan alat pemetaan aliran nilai (tujuh alat) sesuai dengan prioritas jenis waste mana yang perlu direduksi terlebih dahulu. Dalam penentuan jenis waste yang diprioritaskan perlu dilakukan pemprioritasan waste dengan brainstorming atau melihat data indikator yang mendukung. Adanya analisa akar dan penyebab ( root cause analysis) akan sangat membantu detail permasalahan dan besarnya dampak yang ditimbulkan. Semakin besar dampak yang ditimbulkan dari permasalahan waste akan menjadi pilihan dalam melakukan perbaikan. DAFTAR PUSTAKA Shingo, S., 1989.A Study of the Toyota Production System from an Industrial Engineering, Viewpoint, Productivity Press, Cambridge, MA. Bicheno, J., 1991. 34 for Quality, PICSIE Books, Buckingham. 136

Ohno, T., 1985. Kanban: Just-in-Time at Toyota, Japan Management Association, Productivity Press, Cambridge, MA. Monden, Y., 1993. Toyota Production System: An Integrated Approach to Just-in-Time, 2 nd ed., Industrial Engineering and Management Press, Norcross, GA. Hines, P, and N. Rich, 2001. The Seven Value stream Mapping Tools. Manufacturing Operations and Supply Chain Managemen: Lean Approach. David Taylor and David Brunt (editor). Thomson Learning, London. Maryani, A, dan I. Vanany, 2004. Evaluasi Perbaikan Produksi untuk Meminimalisasi Waste dengan Pendekatan Lean Six sigma, Tugas Akhir, Teknik Industri, ITS. Practical Management Research Group, 1993. Seven Tools for Industrial Engineering, PHP Institute, Tokyo. Ishiwata, J., 1991. Productivity through Process Analysis, Productivity Press, Cambridge, MA. New, C., 1993. The use of throughput efficiency as a key performance measure for the new manufacturing era, The International Journal of Logistics Management, Vol. 4 No. 2, pp. 95-104. Forza, C., A. Vinelli, and R. Filippini, 1993. Telecommunication services for quick response in the textile-apparel industry, Proceedings of the 1st International Symposium on Logistics, The University of Nottingham, pp. 119-26. Beesley, A., 1994. A need for time-based process mapping and its application in procurement, Proceedings of the 3rd Annual IPSERA Conference, University of Glamorgan, pp. 41-56. Jessop, D. and O. Jones, 1995. Value stream process modelling: a methodology for creating competitive advantage, Proceedings of the 4th Annual IPSERA Conference, University of Birmingham. Forrester, J., 1958. Industrial dynamics: a major breakthrough for decision makers, Harvard Business Review, pp. 37-66. Burbidge, J., 1984. Automated production control with a simulation capability, Proceedings IFIP Conference Working Group 5-7, Copenhagen. 137