KETERATURAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DI POLINDES TAMPUNG REJO KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO 2014

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR PIL KB KOMBINASI

PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE DI DESA KEMBANGRINGGIT KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO ULFATUT THOYIBAH

HUBUNGAN KETERATURAN DENGAN EFEK SAMPING KB SUNTIK 3BULAN DI BPS NY. K MOJOKERTO DASIH ERNIAWATI DESCRIPTION

EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DI DUSUN KEBONSARI DESA SABRANG KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER NOVI DIAN PURNAMA DESCRIPTION

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB IMPLAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOSARI 02 KABUPATEN KENDAL

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN PENURUNAN LIBIDO DI BPS NY M DESA TOSARI KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN GALUH SUKMAWATI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

MA RIFATUL AULIYAH Subject : Dukungan Suami, MKJP, Akseptor KB DESCRIPTION ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

LIA FITRIANI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

Hubungan antara Tingkat Kepatuhan dengan Keberhasilan Akseptor KB Pil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

Kata Kunci: Akseptor KB suntik 1 bulan, Akseptor KB suntik 3 bulan, pemenuhan kebutuhan seksual.

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM ZUNIAWATI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

Baurlina Ritonga, SST (Akademi Kebidanan Sentral Padangsidimpuan) Abstract

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KADAR ph SALIVA DI BPM NY E DS. JAPANAN KEC. KEMLAGI MOJOKERTO DEVITA CANDRARIN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

KADAR GLUKOSA DARAH PADA AKSEPTOR PIL KB KOMBINASI DI POLINDES ANYELIR JETIS MOJOKERTO ISA IRAWATI

HUBUNGAN AKSEPTOR KB HORMONAL DENGAN KEJADIAN AMENORRHEA DI PUSKESMAS BOJONG KECAMATAN BOJONG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSTU BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN AMENORHEA

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

Oleh: Dewi Murdiyanti PP dan Inda Meilaning Putri 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DENGAN GANGGUAN HAID DI PUSKESMAS KALASAN SLEMAN DIY NASKAH PUBLIKASI

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN.

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK AKSEPTOR METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DAN NON MKJP DI BPS Ny A DESA SUMBERWONO KECAMATAN BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB IUD DROP OUT DI PUSKESMAS MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO FAJAR ZUNIAR VINTASARI NIM.

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI CEMANI SUKOHARJO

PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG KONTRASEPSI DI BPS NY YULI NURCAHYANI, S.ST DI DESA WRINGIN ANOM KECAMATAN ASEMBAGUS SITUBONDO

Staf Pengajar Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

Lutfia Kherani Nurhayatun J

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

Transkripsi:

KETERATURAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DI POLINDES TAMPUNG REJO KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO 2014 KEKI DEBBY KUFITASARI 11002158 Subject : Keteraturan, Kontrasepsi oral, Siklus menstruasi, Seluruh akseptor kontrasepsi pil Description Kontrasepsi pil mempunyai efek samping, salah satunya adalah terjadinya perubahan dalam siklus mestruasi. Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi menyebabkan jumlah darah yang keluar makin sedikit bahkan kadang sampai amenorea, sedangkan penggunaan minipil dapat menyebabkan perdarahan bercak (spotting). Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi. Jenis penelitian analitik observasional dengan rancang bangun cross sectional. Hipotesis alternatif adalah ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi. Variabel independennya keteraturan penggunaan kontrasepsi oral. Variabel dependennya perubahan siklus menstruasi. Populasinya seluruh akseptor kontrasepsi pil sebanyak 46 orang dan didapatkan sampel sebanyak 41 orang yang diambil menggunakan simple random sampling. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan angket, sedangkan instrumen penelitian adalah kuesioner. Pengambilan data tanggal 13-24 Mei 2014. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data yaitu editing, coding, scoring, dan tabulating, lalu dianalisis menggunakan Chi Square Test. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%) dan sebagian besar mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%). Hasil Chi Square Test didapatkan p value = 0,001 < α = 0,05, maka H 1 diterima, berarti ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi. Responden tidak mengalami perubahan siklus menstruasi sebab pemakaian yang teratur atau tubuh mampu beradaptasi dengan hormon sintetis dalam kontrasepsi. Simpulan hasil penelitian ini ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi. ABSTRACT Contraceptive pills have side effects, one of them is the change in the menstrual cycle. The use of combined oral contraceptives caused less bleeding during menstrual periods and sometimes even up to amenorrhoea, while the use of mini pill can cause spotting. The purpose of the research is to know the relationship between regularity of oral contraceptive uses with the change. The

research type is observational analytic with cross sectional design. Alternative hypothesis was that there is a relationship between oral contraceptive uses with the regularity of the menstrual cycle. The independent variable was regularity of oral contraceptive uses. The dependent variable was change in the menstrual cycle. The population is all acceptors contraceptive pill as many as 46 people and obtained 41 people as sample by using simple random sampling. Techniques of data collection were interview and questionnaire, while the research instrument was questionnaire. Data were collected on May 13 to 24, 2014. After collected the data, then processed by editing, coding, scoring, and tabulating, and analyzed using Chi square test. The results showed majority of respondents were regularly consume oral contraceptive as many as 25 respondents (61,0%) and majority of respondents experienced change in their menstrual cycle as many as 23 respondents (56,1%). The results of Chi square test obtained p value = 0,001 < α = 0,05, so H1 was accepted, it means that there was a relationship between regularity of oral contraceptive uses with the change of the menstrual cycle. Respondents have not experience menstrual cycle change because of regular usage or the body is able to adapt to the synthetic hormones in the contraceptives. Conclusion of this research is that there is relationship between regularity of oral contraceptive uses with the change of the menstrual cycle. Keywords: regularity, oral contraceptive, menstrual cycle Contributor : 1. Ika Yuni Susanti, S.SiT 2. Fitria Edni Wari, S.Keb, Bd Date : 7 Juni 2014 Type Material : Laporan penelitian Edentifier : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Kebijaksanaan penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian pil dosis rendah, tetapi meskipun demikian pil dosis tinggi masih disediakan terutama untuk membina peserta KB lama yang menggunakan dosis tinggi (Suratun, dkk., 2008: 53). Pil KB termasuk banyak peminatnya di Indonesia. Alat kontrasepsi ini paling mudah digunakan dibanding alat kontrasepsi yang lain seperti susuk, spiral dan kondom. Tetapi selain memberikan banyak keuntungan, pil KB juga mempunyai efek samping, salah satunya adalah terjadinya perubahan dalam siklus mestruasi (Lusiana, 2004: 1). Data United Nations (UN) tahun 2012 yang dilansir Earth Policy Institute menunjukkan 63% pasangan usia reproduksi menggunakan alat kontrasepsi.

Hampir 90% diantaranya yaitu sebanyak 662 juta menggunakan metode kontrasepsi modern, termasuk sterilisasi wanita 223 juta, IUD 169 juta, kontrasepsi oral yaitu sebesar 104 juta pengguna, kondom 90 juta, suntik 41 juta, sterilisasi pria 28 juta dan metode kontrasepsi modern lainnya 7 juta pengguna. Kontrasepsi oral adalah pilihan utama di negara-negara Afrika, Eropa dan Oceania (Australia, Selandia Baru, dan negara-negara Kepulauan Pasifik Selatan). Kontrasepsi oral juga banyak digunakan di Amerika Latin dan Karibia serta Amerika Selatan (Reading, 2012: 1-4). Data Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 menunjukkan pengguna IUD 11,28%, MOW 3,49%, MOP 0,71%, kondom 8,82%, suntik 46,47%, dan pengguna kontrasepsi oral menurun menjadi 25,81% (Depkes RI, 2012). Data Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 menunjukkan pengguna IUD 11,53%, MOW 3,49%, MOP 0,70%, implan 9,17%, kondom 3,13%, suntik 46,84%, dan pengguna kontrasepsi oral menurun menjadi 25,13% (Depkes RI, 2013). Data Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2011 menunjukkan pengguna kontrasepsi oral 21,81%, IUD 14,36%, MOW 5,03%, MOP 0,47%, implan 8,57%, kondom 1,54%, suntik 48,23% ( Dinkes Jatim, 2012). Data Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2012 menunjukkan pengguna kontrasepsi oral 20,95%, IUD 14,45%, MOW 4,97%, MOP 0,47%, implan 9,27%, kondom 1,69%, suntik 48,20% (Dinkes Jatim, 2013). Data Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto tahun 2011 diketahui pengguna kontrasepsi oral 15,70% (Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2012), sedangkan tahun 2012 pengguna kontrasepsi oral 16,65% (Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2013). Data akseptor alat kontrasepsi hormonal tahun 2009 di Kabupaten Mojokerto sebesar 15.345 akseptor dengan 40% diantaranya adalah akseptor kontrasepsi oral, dengan 56% diantaranya mengalami kegagalan akibat kebiasaan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang tidak teratur (Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2010). Hasil studi pendahuluan tanggal 17-22 Maret 2014 di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto terhadap 8 akseptor KB pil diketahui 6 orang (75%) menggunakan pil oral kombinasi dimana 4 orang (67%) mengaku menggunakan secara teratur sesuai dengan aturan pemakaian dan dari 4 orang tersebut, 2 orang (50%) diantaranya mengaku kadang mengalami perdarahan bercak ( spotting) serta darah yang keluar saat haid sedikit sehingga jarak antar haid panjang, sedangkan 2 orang (50%) lainnya mengalami siklus normal. 2 orang (33%) pengguna pil oral kombinasi menggunakan ti dak teratur karena sering lupa dan kadang mengalami spotting. Sedangkan 2 orang (25%) menggunakan mini pil dan mengaku tidak teratur dalam mengkonsumsinya dan seluruhnya mengalami perdarahan bercak (spotting), namun terkadang perdarahan berkepanjangan. Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid. Siklus haid normal dapat dipahami dengan mudah dengan membaginya menjadi tiga fase yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik ( feedback) antara hormon steroid dan hormon

gonadotropin (Proverawati dan Misaroh, 2009: 35). Siklus reproduksi wanita memerlukan kira-kira 28 hari untuk menyiapkan dan melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan bila tidak terjadi konsepsi, pengeluaran darah dan jaringan dari uterus yang dikenal sebagai haid (mentruasi). Hormon yang mengatur siklus haid adalah estrogen dan progesteron (Hartanto, 2004: 103). Pemberian kontrasepsi hormonal, seperti kontrasepsi oral kombinasi dapat menyebabkan perubahan terhadap sekresi steroid seks dari ovarium. Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan pil kontrasepsi akan berkurang hingga 50-70% terutama pada hari pertama dan kedua. Hal ini sangat jelas terlihat pada pil yang mengandung gestoden. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan kadang-kadang sampai dapat terjadi amenorea. Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan berubah pula. Perubahan terhadap lamanya perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan kontrasepsi hormonal tersebut. Sedangkan pada pemakaian mini pil, hampir 30-60% wanita yang menggunakan mini pil mengalami gangguan haid. Gangguan haid ini dapat berupa perdarahan sela ataupun perdarahan bercak ( spotting) (Baziad, 2008: 23-24, 34). Efek samping lain dari penggunaan alat kontrasepsi ini menyebabkan seorang wanita mudah tersinggung, mudah tegang dan stres, bertambahnya berat badan, nyeri kepala, darah menstruasi yang banyak seperti pendarahan. Sedangkan yang berkolaborasi dengan progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama menjadi kering. Kelebihan dari kontrasepsi oral adalah dapat meningkatkan gairah seksual, sekaligus sebagai obat untuk mengobati penyakit endometriosis (Farrer, 2004: 96). Menghadapi efek samping dari penggunaan metode kontrasepsi yang terpenting adalah konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi (Hartanto, 2004: 105). Tenaga kesehatan seperti bidan, selain memberikan rekomendasi pada praktik pilihan penggunaan kontrasepsi, kriteria kelayakan medis, kriteria sosial, perilaku maupun non medis, khususnya pilihan klien harus dipertimbangkan. Klien harus diberi cukup informasi agar dapat memilih metode kontrasepsi secara sadar. Informasi tersebut setidaknya harus meliputi pemahaman terhadap efektifitas relatif metode, penggunaan metode secara benar, cara kerja, efek samping yang umum terjadi, risiko kesehatan serta manfaat metode, tanda dan gejala yang mengharuskan klien kembali ke klinik/pelayanan kesehatan, informasi tentang kembalinya kesuburan sesudah penghentian suatu metode, dan informasi mengenai perlindungan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) (WHO, 2009: 4-5). Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. METODE PENELITIAN Penelitian ini penelitian analitik observasional. Rancang bangun yang digunakan adalah cross sectional. Variabel independen adalah keteraturan penggunaan kontrasepsi oral. Variabel dependen adalah perubahan siklus menstruasi. Populasinya adalah seluruh akseptor kontrasepsi pil pada bulan Mei 2014 di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto sebanyak

46 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian akseptor kontrasepsi pil di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto pada tanggal 13-24 Mei 2014 sebanyak 41 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Lokasi penelitian : Penelitian ini dilakukan di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto dan waktu penelitian : dilaksanakan pada tanggal 13-24 Mei 2014. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu kuesioner untuk mengukur penggunaan kontrasepsi oral dan kuesioner untuk mengukur perubahan siklus menstruasi. Analisa data yang dilakukan secara univariat dan bivariat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden (61,0%). Responden berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 25 responden (61,0%). Hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 31 responden (75,6%). Hampir setengah dari responden mendapat informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (39,0%). Sebagian besar responden menggunakan pil oral kombinasi sebanyak 30 responden (73,2%). Sebagian besar responden mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%). Sebagian besar responden mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%). Dalam tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya tidak mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 16 responden (39,0%), sedangkan dari 16 responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 14 responden (34,1%). Sebagian besar responden mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%). Berdasarkan tabulasi data juga diketahui responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral terutama adalah jenis kontrasepsi oral kombinasi monofasik yaitu Mycroginon, Planotab, dan Andalan. Kontrasepsi oral adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (pil kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Suratun, dkk, 2008: 53). Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesteron sintetik untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini, yang diminum setiap hari bekerja untuk menghambat ovulasi, mengubah lapisan endometrium, dan menghalangi perjalanan sperma ke dalam uterus dengan mengentalkan mucus serviks (Wulansari dan Hartanto, 2007: 22). Pil sebaiknya dikonsumsi secara teratur setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari. Pil yang pertama dimulai pada hari yang pertama sampai hari ke-7 siklus haid. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid (Prawirohardjo, 2006: MK 31). Keteraturan penggunaan pil oral terutama yang jenis oral kombinasi monofasik disebabkan jenis pil ini menurut beberapa responden lebih mudah pemakaiannya dan mudah diingat daripada jenis lain. Selain itu informasi yang cukup baik telah diberikan oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan desa setempat, sehingga pemahaman responden juga cukup baik mengenai jenis kontrasepsi ini. Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan

kontrasepsi oral hampir setengahnya berumur 20-35 tahun sebanyak 19 responden (46,3%). Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, sebagian kecil berumur <20 tahun sebanyak 8 responden (19,5%). Menurut Hurlock dalam Wawan dan Dewi (2010: 17), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa. Singgih (1998) dalam Hendra AW. (2011: 1) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Responden yang berumur 20-35 tahun telah cukup mempunyai kematangan dalam berpikir dan bekerja, sehingga dapat mempertimbangkan pentingnya keteraturan selama penggunaan kontrasepsi oral. Berbeda dengan responden yang berumur <20 tahun, yang masih kurang pertimbangan, emosional dan cenderung lebih mudah ceroboh, sehingga kurang mempedulikan pentingnya keteraturan dalam penggunaan kontrasepsi oral. Sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 19 responden (46,3%). Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, sebagian kecil berpendidikan dasar (SD/MI atau SMP/MTs) sebanyak 10 responden (24,4%). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah citacita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2010: 11-12). Keteraturan penggunaan kontrasepsi oral membutuhkan pemahaman dan komitmen yang tinggi dari penggunanya. Hal ini dapat dilakukan jika pengguna mempunyai latar belakang pendidikan yang baik, yaitu minimal pendidikan menengah. Karena tingkat pendidikan ini telah mengajarkan responden untuk mempunyai kemampuan menganalisis dan mengolah informasi yang didapat menjadi lebih bermanfaat dan menambah pengetahuannya. Berbeda dengan responden yang masih berpendidikan dasar, yang masih kurang memiliki kemampuan dalam menganalisis masalah, sehingga cenderung menyepelekan pentingnya keteraturan menggunakan kontrasepsi oral. Hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 31 responden (75,6%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral hampir setengahnya tidak bekerja sebanyak 15 responden (36,6%) dan seluruh responden bekerja juga teratur menggunakan kontrasepsi oral. Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral seluruhnya tidak bekerja sebanyak 16 responden (39,0%). Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Thomas dal am Wawan dan Dewi, 2010: 17). Status tidak bekerja menyebabkan responden mempunyai keterbatasan dalam masalah keuangan. Karena status tidak bekerja bukan berarti menunjukkan bahwa responden telah berkecukupan. Hal ini terlihat pada situasi rumah responden yang sederhana. Hal ini membuat responden cukup mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi sehingga menyebabkan responden yang tidak bekerja lebih banyak yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral. Sedangkan responden tidak bekerja yang teratur menggunakan kontrasepsi oral disebabkan kecukupan informasi yang diperolehnya melalui tenaga kesehatan. Hampir setengah dari responden mendapat informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (39,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral hampir setengahnya mendapat informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (39,0%). Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral sebagian kecil mendapat informasi dari saudara/teman sebanyak 9 responden (22,0%). Dalam perubahan perilaku seseorang juga membutuhkan informasi. Di masa kini informasi dibutuhkan oleh semua golongan masyarakat. Selain dari tenaga kesehatan, informasi lainnya adalah dari lingkungan dan media massa (Badaryati, 2012: 32). Tenaga kesehatan menunjukkan peranannya sebagai educator bagi kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pemakaian kontrasepsi. Hal ini menyebabkan responden yang mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan seluruhnya teratur menggunakan kontrasepsi oral. Berbeda dengan responden yang mendapatkan informasi dari saudara/teman yang belum tentu informasi yang disampaikan benar dan tepat, sehingga lebih cederung tidak teratur dalam menggunakan kontrasepsi oral. Sebagian besar responden mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%). Siklus haid adalah jarak antara hari pertama haid dengan hari haid berikutnya. Siklus haid normal ialah 15-45 hari. Panjang siklus haid yang dianggap rata-rata ialah 28 hari (Suryoprajogo, 2008: 16). Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama + 7 hari. Lama perdarahan sekitar 3-5 hari dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari kedua atau ketiga dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah (Manuaba, dkk., 2008: 282). Perubahan siklus menstruasi yang dialami oleh sebagian besar responden secara fisiologis menggambarkan organ reproduksi yang cenderung mengalami masalah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, seperti perubahan hormonal akibat penggunaan kontrasepsi hormonal atau stres, diet yang buruk serta aktifitas fisik yang berat. Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya berumur 20-35 tahun sebanyak 14 responden (34,1%). Ketidakteraturan siklus haid sering terjadi pada remaja muda yang baru mengalami haid karena masih terjadi penyesuaian dalam tubuh. Selama 2 bulan berturut-turut mungkin mengalami siklus haid 28 hari namun

kemudian tidak datang bulan di bulan berikutnya. Setelah 1 atau 2 tahun siklus menstruasi akan lebih teratur (Kusmiran, 2011: 110). Meski usia responden sudah tidak muda lagi, sehingga siklus menstruasi yang dialaminya seharusnya cenderung lebih teratur karena tubuh telah melakukan penyesuaian hormonal, namun kenyataan hampir setengahnya mengalami perubahan siklus menstruasi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor yang mengganggu siklus menstruasi, misalnya penggunaan kontrasepsi atau konsumsi obat tertentu. Sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA/M A) sebanyak 13 responden (31,7%). Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Pamungkas, 2011: 1). Tingkat pendidikan menengah menunjukkan kemampuan dalam menganalisis dan mengolah informasi lebih baik. Namun dalam masalah ini yang terjadi responden kurang mampu menjaga diri dengan baik, misalnya kurang mampu mengatur pola makan, olahraga tidak teratur dan kurang mampu menghindari faktor resiko siklus menstruasi sehingga terjadi perubahan. Selain itu dapat juga disebabkan oleh pemakaian kontrasepsi. Hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 31 responden (75,6%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya tidak bekerja sebanyak 19 responden (46,3%). Paparan lingkungan dan kondisi kerja. Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang (Kusmiran, 2011: 110). Pekerjaan rumah tangga dan aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh sebagian besar responden dapat menjadi salah satu penyebab perubahan siklus menstruasi. Sebab aktifitas yang terlalu berat atau berlebihan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya perubahan siklus menstruasi. Sebagian besar responden menggunakan pil oral kombinasi sebanyak 30 responden (73,2%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya menggunakan pil oral kombinasi sebanyak 14 responden (34,1%). Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesteron sintetik untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini, yang diminum setiap hari bekerja untuk menghambat ovulasi, mengubah lapisan endometrium, dan menghalangi perjalanan sperma ke dalam uterus dengan mengentalkan mucus serviks (Wulansari dan Hartanto, 2007: 22). Pada sediaan monofasik, makin kecil dosis estrogen dan progesteron, makin sedikit pula darah yang keluar dan makin besar dosis estrogen dan progesteron, makin banyak pula darah yang keluar (Baziad, 2008: 21, 24). Pembuatan sediaan bifasik tidak fisiologik, namun dalam hal terjadinya efek samping tidak dijumpai perbedaan antara bifasik dengan monofasik. Dosis estrogen yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya perdarahan bercak ( spotting). Pada penggunaan pil bertingkat, lamanya perdarahan berkisar antara 3-5 hari (Baziad, 2008: 21, 24). Pada pemakaian pil trifasik, kadang tidak ditemukan perdarahan lucut. Pada

umumnya amenorea terjadi pada penggunaan pil dengan dosis gestagen yang tinggi atau pada penggunaan depo gestagen (Baziad, 2008: 25). Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dapat mempunyai efek samping terhadap perubahan siklus menstruasi, baik pemakaian kontrasepsi monofasik, bifasik maupun trifasik. Sehingga merupakan hal yang wajar jika resonden mengalami perubahan siklus menstruasi karena ketidaksesuaian dengan sistem hormon tubuh. Dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya tidak mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 16 responden (39,0%), sedangkan dari 16 responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 14 responden (34,1%). Berdasarkan uji statistik dengan bantuan SPSS versi 19.0 menggunakan Chi Square Test didapatkan p value = 0,001 < α = 0,05, maka H 1 diterima, berarti ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Pemberian kontrasepsi hormonal, seperti kontrasepsi oral kombinasi dapat menyebabkan perubahan terhadap sekresi steroid seks dari ovarium. Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan pil kontrasepsi akan berkurang hingga 50-70% terutama pada hari pertama dan kedua. Hal ini sangat jelas terlihat pada pil yang mengandung gestoden. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan kadang-kadang sampai dapat terjadi amenorea. Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan berubah pula. Perubahan terhadap lamanya perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan kontrasepsi hormonal tersebut. Sedangkan pada pemakaian mini pil, hampir 30-60% wanita yang menggunakan mini pil mengalami gangguan haid. Gangguan haid ini dapat berupa perdarahan sela ataupun perdarahan bercak ( spotting) (Baziad, 2008: 23-24, 34). Penggunaan kontrasepsi oral yang teratur, sesuai dengan saran pemakaian ternyata cukup mampu membuat sebagian besar responden tidak mengalami perubahan siklus menstruasi. Hal ini disebabkan karena berbagai alat kontrasepsi dibuat dengan mempertimbangkan efek samping minimal. Selain itu tubuhnya mampu beradaptasi dengan hormon sintetis yang terkandung dalam kontrasepsi tersebut. Adanya beberapa responden yang mengalami efek samping penggunaan kontrasepsi oral terhadap siklus menstruasinya dapat disebabkan karena pemakaiannnya tidak teratur, ketidaksesuaian antara hormon tubuh dengan hormon sintetis yang terkandung dalam kontrasepsi, misalnya pada sediaan kontrasepsi oral kombinasi monofasik, makin kecil dosis estrogen dan progesteron, makin sedikit pula darah yang keluar (oligomenorea bahkan amenorea) dan makin besar dosis estrogen dan progesteron, makin banyak pula darah yang keluar (polimenorea). Sedangkan pada sediaan bifasik dan trifasik dimana kadar estrogen makin meningkat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan bercak ( spotting). Sedangkan bagi ibu yang masih menyusui cenderung menggunakan minipil yang hanya mengandung progesteron. Namun pemakaian minipil juga terkadang dapat mengganggu siklus menstruasi, seperti perdarahan bercak ( spotting). Efek samping yang dirasakan

oleh setiap orang berbeda, sangat tergantung dari sistem hormonal tubuh dan kebiasaan hidup dari masing-masing individu. SIMPULAN 1. Keteraturan penggunaan kontrasepsi oral di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto, sebagian besar mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%). 2. Perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto, sebagian besar mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%). 3. Ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto pada p = 0,001 < α = 0,05 jadi H 1 diterima REKOMENDASI 1. Bagi responden Supaya lebih meningkatkan pengetahuan tentang perubahan siklus menstruasi, khususnya akibat ketidakteraturan penggunaan kontrasepsi oral, sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan dan penanganan lebih lanjut. 2. Bagi petugas kesehatan Petugas kesehatan, khususnya bidan disarankan untuk meningkatkan konseling bagi akseptor kontrasepsi oral dengan memberikan informasi lengkap mengenai cara pemakaian yang benar sesuai aturan, efek samping dan penanganannya, menjelaskan jenis metode kontrasepsi lain jika ibu berkeinginan untuk pindah ke metode kontrasepsi lain. 3. Bagi institusi pendidikan Supaya menambah referensi perpustakaan dan bahan acuan untuk menambah wawasan mahasiswa, sehingga kelak dapat melakukan konseling KB bagi akseptor kontrasepsi oral. 4. Bagi peneliti selanjutnya Supaya melanjutkan dan mengembangkan penelitian berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan siklus menstruasi, misalnya hubungan antara status gizi dengan perubahan siklus menstruasi. Alamat Korespondensi : Alamat Rumah :PERUM KEMANTREN INDAH Jl.Ngopak RT/ 07 RW/ 01 Desa Kemantren Rejo Kec. Rejoso Kab. Pasuruan Email : kekidebbykufitasarip@yahoo.co.id No.HP : 085852113362