POINTERS ACARA SEMINAR DAN UJI PUBLIK RUU DEWAN PENASEHAT PRESIDEN DAN KEMENTERIAN NEGARA Hotel Cempaka, 13 Juli 2006

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR SULAWESI TENGAH

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

APA ITU DAERAH OTONOM?

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN TANGGAL : 11 MEI 2016

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29

BUPATI SEMARANG TANGGAL 8 OKTOBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Undangan serta Hadirin yang berbahagia,

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014

Di awal kesempatan ini saya mengucapkan selamat kepada saudara-saudara yang yang telah dilantik sebagai pengawas sekolah dan kepala sekolah.

Yth. Sdr. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; Yth. Sdr. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAH DESA BIDANG MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 2 TAHUN

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PENYAMPAIAN SURAT KEPUTUSAN KENAIKAN PANGKAT UNTUK GOLONGAN

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN PADA UPACARA HARI SENIN TANGGAL 10 OKTOBER Senin, 10 Oktober 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN WAKIL KETUA BPK-RI, DALAM RANGKA PERESMIAN PERWAKILAN BPK-RI DI JAMBI 27 AGUSTUS 2007

o REKAN-REKAN WARTAWAN BAIK MEDIA CETAK MAUPUN ELEKTRONIK SERTA HADIRIN YANG SAYA MULIAKAN,

WALIKOTA SERANG PENDAPAT WALIKOTA SERANG TERHADAP

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERATURAN DAERAH NO

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN KAPAL SELF ELEVATED AND PROPELLED UTILITY PLATFORM 2 (SEAPUP 2) JAKARTA, 18 APRIL 2016

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PELANTIKAN DPRD KABUPATEN SLEMAN PERIODE TANGGAL : 1 OKTOBER 2014

MENTERI DALAM NEGERI RI AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

Sistem Pembagian Kekuasaan Negara

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Shalom. Om Swastiastu.

PENYERAHAN SURAT KEPUTUSAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL TENAGA HONORER KATEGORI I DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KULONPROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

SENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. pada

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA RAPAT PARIPURNA DPRD TENTANG PERSETUJUAN PENETAPAN RAPERDA MENJADI PERDA KABUPATEN SEMARANG

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

MENURUT UUD Pihak TERMOHON I, TERMOHON II dan para Ahli yang kami hormati;

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat Pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBEKALAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PURNA TUGAS

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENANDATANGANAN PAKTA INTEGRITAS BAGI KEPALA DESA SE-KABUPATEN SEMARANG.

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG T E N T A N G PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA (PAN) TAHUN ANGGARAN 2003

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH ( RKP) PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Assalamu alaikum Wr. Wb., Selamat pagi dan salam sejahtera,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011

BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 APRIL 2014 TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Wates, 17 April 2014

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA BIMBINGAN TEKNIS TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN

LAPORAN KETUA BADAN LEGISLASI TENTANG PENAMBAHAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI

Panduan diskusi kelompok

ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDANGAN PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

LAPORAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. PADA ACARA PERESMIAN JEMBATAN KAPUAS TAYAN Kabupaten Sanggau, 22 Maret 2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH NOMOR: 3 SERI: D TAHUN: 2005 NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun merupakan landasan pemerintah dalam mengatur kegiatannya dan untuk

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN TAHUN 2017 Makassar, 28 Februari 2017 Yth. Menteri Perencanaan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

anggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENANDATANGANAN MOU ANTARA YAYASAN DAMANDIRI DENGAN UNDARIS UNGARAN

Assalamu alaikum Wr.Wb Selamat Pagi dan Salam Sejahtera Untuk Kita Semua.

Transkripsi:

POINTERS ACARA SEMINAR DAN UJI PUBLIK RUU DEWAN PENASEHAT PRESIDEN DAN KEMENTERIAN NEGARA Hotel Cempaka, 13 Juli 2006 Assalamu alai kum Wr. Wb Salam sejahtera dan selamat siang Kepada Yth. Ketua dan Anggota Pansus Rekan-rekan Gubernur atau yang mewakili Pengurus APPSI Para undangan Rekan-rekan wartawan dan hadirin yang berbahagia Marilah kita kembali bersyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-nya, pada hari ini kita dapat hadir dalam acara Seminar dan Uji Publik RUU Dewan Penasehat Presiden dan Kementerian Negara dalam keadaan sehat wal afiat. Atas nama Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintahan Propinsi Seluruh Indonesia (APPSI) kami menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan Pansus RUU DPP- KN kepada APPSI dan Pemprov DKI Jakarta untuk mengadakan Seminar dan Uji Publik atas draf RUU Dewan Penasehat Presiden dan kementerian Negara. Kami meyakini RUU ini sangat penting artinya untuk menata kehidupan demokrasi dalam pemerintahan negara kita ini sesuai prinsip-prinsip otonomi daerah. Pimpinan dan anggota pansus yang terhormat Kami, Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) telah mencermati secara seksama landasan yuridis penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Indonesia, adalah perintah UUD 1945, sesuai dengan pasal 18 yang berbunyi sbb: (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota itu mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dengan Undang-undang.

(2) Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus urusan sendiri urusan Pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan. (3)... (4)... (5) Pemerintahan Daerah menjalankan Otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan Pemerintahan yang oleh Undang-undang ditetapkan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Dari ketentuan pasal 18 UUD 1945 tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Otonomi Daerah adalah perintah/amanat konstitusi yang harus dihormati dan dipatuhi, artinya Otonomi Daerah, bukan terjadi karena adanya kebijakan atau pemberian Pemerintah Pusat. Mengalir dari perintah UUD 1945 tersebut, maka Undang-undang 32 tahun 2004 pasal 10 telah mengatur Kewenangan Pemerintah pusat meliputi 6 bidang, yaitu: 1. Pertahanan; 2. Keamanan; 3. Politik luar negeri 4. Yustisi; 5. Moneter dan fiskal nasional; dan 6. Agama. Selain 6 bidang tersebut, kewenangannya bersifat Kongkuren yang melekat dengan pemerintahan daerah atas dasar desentralisasi untuk meningkatkan pelayanan publik Pemerintah Daerah dalam 30 bidang urusan (pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan, pertambangan,, dll... dstnya) Sayang sekali, UU No. 32 tahun 2004 yang di lahirkan dengan semangat reformasi tahun 1998, harus berjalan seiring dengan berbagai UU sektoral yang justeru kelahiranya dibidani oleh semangat Sentralistik. Dengan lain perkataan, berbagai Undang-undang sektoral yang sentralistik, masih menjadi landasan yuridis bagi kewenangan instansi/departemen dan berbagai lembaga di tingkat pusat, karena itu berbagai perundang-undangan yang masih bersifat sentralistik perlu sinkronisasi di sesuaikan dengan perintah/amanat UUD 1945 dan UU No. 32 tahun 2004. Pasal 237 menyebutkan bahwa: Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan daerah otonom wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang No.32 tahun 2004. Pimpinan dan segenap anggota Pansus Yth. Pada tanggal 30 Mei 2006 yang lalu, APPSI telah memberikan masukan dan saran dalam RDPU RUU Dewan Penasehat Presiden dan Kementerian Negara.

Kepada kami, sesuai dengan undangan, diminta memberikan masukan tentang 3 hal; Penyelenggaraan urusan pemerintahan/ kewenangan otonomi (desentralisasi dan tugas pembantuan) Bagaimana hubungan pemerintan Pusat (kementerian) dengan pemerintahan daerah. Bagaimana Implementasi instansi vertikal antara pemerintahan pusat (Kanwil/Kandep) dan Pemerintahan Daerah di lapangan (dinas) Pada acara RDPU, APPSI telah menyampaikan beberapa pendapat dan masukan, dan pada kesempatan yang mulia ini, saya perlu sampaikan kembali sebagai berikut. 1. Pada pendahuluan, diktum Mengingat mohon ditambahkan pasal 18, UUD `45. dan mohon ditambahkan ; UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan UU 33/2004, tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2. Apabila Kementerian adalah penyelenggara pemerintahan dalam bidangnya selaku pembantu Presiden maka di daerah, Gubernur berdasarkan pasal 37 dan 38, UU 32 tahun 2004 menyatakan: G 4. pasal (1) 3. Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah di wilayah Provinsi Ybs. 5. Gubernur bertanggungjawab kepada Presiden. bannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintmengingat posisi strategis Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat di daerah dalam pelaksanaan tugas Dekonsentrasi bertanggung jawab kepada Presiden. Kiranya dapat ditambahkan pada akhir pasal 4 (3) setelah kata ;.... menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah, (ditambah kalimat) melalui Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat di daerah sesuai dengan azas dekonsentrasi. 2. Pasal 5, yang dimaksud dengan 5 orang staf khusus, perlu dipertegas, apakah Staf Khusus tersebut berstatus PNS atau tidak. Harus ada pengaturan tentang kompetensinya, meskipun bersifat umum. Menurut hemat kami, Penasehat Presiden tidak harus berstatus PNS, sebab dia dapat saja direkrut dari mana saja, sepanjang hak-hak administrasinya didukung dengan APBN. 3. Bab IV, Pasal 13 (1). Penempatan Kementerian Dalam Negeri (Depdagri) dalam kelompok ini dirasakan kurang tepat. Sesui dengan UUD 45 pasal 18 (5) yang di undangkan Dalam UU 32/2004 pasal 10 (3) yang berada dalam pengelompokan ini adalah 6 bidang; Pertahanan, Keamanan, Luar Negari, Justisi, Monoter dan fiskal nasional serta agama. Saran, Kementerian Dalam

Negeri dari pasal 13 (1) dipindahkan masuk /menjadi pasal 13 ayat (2). Selanjutnya salah satu kewenangan yang sekarang ada di Depdagri, tentang Otonomi Daerah di jadikan kewenangan tersendiri, masuk ke pasal 14. Pemisahan Otonomi Daerah dari Depdagri, dimaksudkan agar Depdagri dapat berkonsentrasi dalam bidang Politik dan Strategi Dalam Negeri sedangkan Otonomi Daerah dapat diurus terpisah. 4. Pasal 14. Otonomi Daerah dipisahkan dari kewenangan Depdagri. Apabila negara demokrasi di Eropa seperti Kanada, memerlukan waktu lebih dari 20 tahun untuk pemberian otonomi daerah, di Indonesia, otonomi Daerah masih relatif baru, setelah lahirnya UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian digantikan oleh UU No. 32 tahun 2004. Pembenahan teknis Otonomi Daerah masih sangat panjang, sebab itu perlu dipisahkan karena kedepan hal-hal pengembangan wilayah akan berkembang bahkan mungkin sebaliknya akan ada penggabungan kembali. 5. Pasal 13 (2) titik c. Tentang Kelautan, seyogianya menjadi Kementerian tersendiri. Alasanya adalah berdasarkan doktrin Djuanda tahun 1982, dunia telah mengakui bahwa Indonesia adalah kepulauan terbesar di Dunia, melalui United Nation Convention on the low of the Sea (UNCLOS) 1982 dan di kukuhkan dengan UU No. 17 Tahun 1985, wilayah nasional kita terdiri dari 17.805 pulau, dengan panjang garis pantai 81.000 Km (sama dengan panjang garis katulistiwa keliling bumi), dengan laut teritorial 3,1 juta km2, dan ZEE 2,7 juta km2. Saat ini secara ekonomis dari maritim dan kelautan kita kehilangan lebih dari USD 15 Milyard/tahun akibat kurangnya perhatian Pemerintah dan kebijakan yang kurang tepat. Saran APPSI, Kelautan dipisahkan dari pasal 13 (c) menjadi kementerian tersendiri dengan nama Kementerian Maritim/Kelautan. Masalah Departemen Agraria. Undang-Undang No.5 tahun 1960 merupakan salah satu karya legislasi anak bangsa terbaik. Dalam periode 1960 1965, isu landreform ernah diangkat menjadi isu politik, sebab itu dalam orde baru Agraria dijadikan Badan (BPN) dan ditempatkan dibawah Depdagri. Apabila bidang-bidang kehutanan, pertanian, pertambangan yang justru memanfaatkan sumber daya agraria dipimpin Kementerian Negara, namun tidak perlu ada Kanwil BPN dan kantor BPN Pertanahan karena ditangani oleh Unit Teknis/Dinas Pertanahan Pemda. Masukan dan saran dari APPSI dalam RDPU tersebut, selanjutnya kami menaruh harapan yang sangat besar, bahwa melalui pengaturan RUU tetang Kementerian Negara ini akan ada terobosan untuk memantapkan penyelenggaraan otonomi Daerah, karena nafas dan Ruh dari RUU ini, mencerminkan penjelmaan dari pasal 18, UUD 45 serta UU No 32 tahun 2004, Selaras dengan azas desentralisasi dan dekonsenterasi kewenangan ke daerah otonom untuk penguatan peran Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah, sebagai konsekwensinya kewenangan di Pemerintah Pusat semakin sedikit, sehingga

jumlah kementrian negara seyogyanya berkurang, dengan prinsip Ramping struktur, kaya fungsi. UU Kementrian negara cukup menetapkan Kementrian yang sifatnya strategis dan mutlak untuk Pemerintah Pusat, yakni enam bidang pokok sebagaimana diatur UU No. 32 tahun 2004. Keenam bidang tersebut ditangani oleh Menteri yang memimpin Departemen dan memiliki akses langsung ke seluruh pelosok tanah air, melalui Kanwil- Kanwil-nya. Apabila Pemerintah Pusat masih dipandang perlu membentuk Kementerian selain 6 bidang tersebut, maka peran kementeriannya cukup sebagai Menteri Negara yang tidak memimpin Departemen serta tidak memiliki Kanwil /UPT di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, Karena peran Menteri Negara dimaksud hanya membuat standarisasi, norma dan aturan kebijakan, sedangkan yang melaksanakan adalah unit teknis Pemerintahan Daerah. Bila jumlah Menteri berkurang, maka peran Menko menjadi berkurang atau mungkin bisa ditiadakan, selanjutnya mekanisme kerja kabinet dimungkinkan pengelompokkan kerja untuk mengatasi masalah-masalah yang strategis. Prinsip Pemerintahan yang baik adalah Pusat hanya melahirkan kebijakan strategis, menentukan norma, standar, prosedur dan kriteria, kemudian mengawasi dan mensupervisi, kecuali 6 bidang yang menjadi kewenangan mutlak Pemerintah Pusat, jadi Pusat tidak perlu melaksanakan kebijakan-kebijakan yang bersifat teknis operasional, karena menjadi urusan wajib pemerintah daerah, namun tetap mempertanggungjawabkan ke Pusat. Seperti telah dijelaskan tadi masalah Otonomi daerah sangat rumit dan setelah 4 tahun berjalan, belum ada Peraturan Pemerintah yg baku, misalnya masalah pengaturan Pembagian kewenangan, Kelembagaan, sampai kompetensi Jabatan, dll). Selama ini, penyelenggaraan pembangunan nasional difokuskan di kota-kota besar. Seharusnya, apabilah otonomi daerah diterapkan dengan baik, maka fokus pembangunan akan tersebar di berbagai pelosok tanah air dan akan ada pelimpahan kewenangan pembangunan sampai pada tingkat desa/kelurahan. RUU tentang Penasehat Presiden. Pada dasarnya RUU ini membantu Presiden menyiapkan para penasehatnya, sehingga Presiden memiliki hak perorangan yang seluas-luasnya, namun jumlahnya tidak lebih dari 5 orang, diisi oleh orang-orang yang diakui keahliannya secara luas, dan bebas dari ikatan kepartaian. Para penasehat Presiden itu, diikutkan dalam rapat-rapat Kabinet serta dibukakan akses informasi ke semua anggota kabinet, agar nasehatnya berdasarkan data dan informasi yang valid.

Demikianlah pemikiran dan saran APPSI untuk pembahasan kedua RUU ini. Atas perhatian Bapak/Ibu hadirin, saya ucapkan terima kasih. Selamat menyelenggarakan Seminar dan Uji Publik RUU Dewan Penasehat Presiden dan Kementerian Negara, semoga bermanfaat. Wassalamu alai kum Wr. Wb. Dewan Pengurus APPSI Ketua Umum Ttd, SUTIYOSO