BAB I PENDAHULUAN. pasar yang memiliki karakteristik utama seperti adanya bursa efek dan kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini keberadaan pasar modal memiliki peran yang cukup vital

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian politik di Eropa dan kebijakan moneter USA, semua perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut memerlukan dana dalam jumlah yang besar. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi di mana di dalamnya terdapat suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK HAK CIPTA UCAPAN TERIMA KASIH KATA PENGANTAR...

BAB I. Pendahuluan. keuangan saja (single buttom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai skandal penipuan dan manipulasi laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. ini pada kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya mengelola risiko untuk

Pengaruh Metode Camels Dan Rgec Terhadap Harga Saham

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, salah satunya yaitu sektor keuangan yang mencakup industri perbankan. Perkembangan perbankan yang sangat pesat serta

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan di dalam persaingan bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. komisaris yang lebih besar dari jumlah direksi. Dari penelitian Bank

2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan. Sejak Modigliani dan

BAB I PERNDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan sebagai penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai anggota dari masyarakat ASEAN (Association of South

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20,

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir perekonomian nasional memang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai jumlah pembayaran dividen (dividend payout). Dividend payout

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Akuntansi berfungsi menyediakan informasi kuantitatif terutama informasi

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia, isu mengenai good corporate governance

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan merupakan sektor yang cukup dinamis dan meluas cakupanya,

BAB I PENDAHULUAN. yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di negara-negara Asia Tenggara, yakni kondisi

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kunci sukses untuk mendorong pertumbuhan perbankan. Berbagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance diperkenalkan oleh Cadbury Committee tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 menjadi awal mula terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya dengan mengejar profit saja, ini dibuktikan dengan adanya fenomenafenomena

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sebagian besar negara di dunia menganut sistem ekonomi pasar yang memiliki karakteristik utama seperti adanya bursa efek dan kegiatan ekonomi yang dimiliki serta digerakkan oleh swasta. Sistem ekonomi pasar yang dianut oleh sebagian besar negara di dunia membawa konsekuensi semakin tajamnya persaingan bebas di masa yang akan datang. Untuk mengurangi dampak negatif dari sistem ekonomi pasar yang beroperasi secara global, beberapa negara membentuk asosiasi bersama yang akan saling mengatasi kekurangan masingmasing negara anggota di sekitar kawasan seperti hal nya negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang membentuk Association of South East Asia Nation (ASEAN). Munculnya asosiasi negara-negara regional seperti ASEAN ini bertujuan untuk menyesuaikan kekuatan ekonomi negara masing-masing secara bertahap yang berlaku dalam kelompok kecil yang terbatas, sebelum menghadapi liberalisasi yang berlaku bagi semua negara di dunia. Adanya ASEAN ini menjadikan kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan dunia yang paling dinamis dan beraneka ragam dengan pengaruh yang terus meningkat terhadap perekonomian dunia serta memiliki rencana integrasi regional ambisius. Hal ini dapat dilihat dari perkiraan OECD tentang PDB sebagai berikut:

2 Grafik 1.1 Gambar di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB di 6 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina) diperkirakan mencapai rata-rata 5,6% pada tahun 2012-2016. Selain itu, gambar di atas juga menunjukkan peningkatan pengaruh negara ASEAN terhadap perekonomian dunia khususnya diantara negara berkembang lainnya di Asia seperti India dan China. ASEAN juga bertujuan untuk memperkuat pasar, karena pasar yang berfungsi dengan baik sangat berperan dalam pertumbuhan dan pembangunan. Pasar yang berfungsi dengan baik ini, salah satunya dapat dilihat dari indikator investasi. ASEAN menekankan tentang tercapainya iklim investasi yang baik

3 sehingga pemerintah di negara-negara anggota harus meninjau kembali hambatan yang berlaku dalam negaranya terkait investasi. Reformasi kebijakan investasi ini berhasil meningkatkan investasi asing langsung di Indonesia secara kumulatif sebagai berikut: Grafik 1.2 Disamping hal-hal positif yang telah dijelaskan di atas, Adanya ASEAN juga bukan berarti tanpa dampak negatif. Dengan liberalisasi dan sistem ekonomi yang terbuka menyebabkan banyaknya bank asing seperti bank dari Malaysia yang melirik saham di Indonesia seperti Maybank, CIMB, dan terakhir BIMB yang akan membeli saham di Indonesia (http://www.tempo.co/). Masuknya bankbank asing ini akan meningkatkan persaingan di industri perbankan yang dapat berakibat menurunnya tingkat kesehatan bank khususnya bank lokal Indonesia

4 (http://www.infobanknews.com). Hal ini juga diperparah dengan tidak efisiennya perbankan di Indonesia. Menurut Gubernur BI, Darmin Nasution pada tahun 2011 perbankan di Indonesia tidak efisien. Hal ini tercermin dari rasio biaya operasional terhadap pendatan operasional (BOPO) perbankan di Indonesia yang mencapai 87,22%, sementara di kawasan ASEAN berkisar 40%-60%. Selain itu pada tahun 2011 juga perbankan di Indonesia terancam dengan risiko reputasi yang diakibatkan oleh beberapa kasus seperti Melinda Dee dan debt collector Citybank (http://neraca.co.id). Dampak negatif diatas dapat berpotensi menyebabkan tertekannya profitabilitas atau bahkan dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, diperlukan proses yang berkelanjutan dalam upaya menekan pengaruh buruk risiko tersebut atau sering disebut manajemen risiko (Ali, 2006: 313). Manajemen Risiko Perusahaan atau Enterprise Risk Management adalah suatu strategi yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola risiko dalam perusahaan. Perubahan teknologi dan globalisasi menjadi salah satu faktor yang yang menyebakan semakin kompleksnya risiko bisnis yang harus dihadapi perusahaan. Hal ini mempertegas semakin pentingnya penerapan manajemen risiko yang handal. Penerapan manajemen risiko sendiri erat kaitannya dengan corporate governance. Hal ini disebakan karena dalam pengimplementasian risk management process tersebut diperlukan risk management partnership. Kerjasama antara pihak yang terkait itu meliputi seluruh alur proses mulai dari mengidentifikasikan risiko hingga pengalokasian tugas dan tanggung jawab.

5 Melalui pendekatan ini, maka kerangka kerja risk management partnership dalam penerapan corporate governance tersebut dapat benar-benar terwujud. Corporate governance sendiri sampai saat ini masih menjadi isu utama dalam industri perbankan di Asia walaupun perbankan telah banyak belajar dari krisis tahun 1997 (http://www.infobanknewscom/). Hal ini sejalan dengan laporan publikasi dari PriceWaterhouseCoopers (2007) yang menyebutkan bahwa disclosure atau keterbukaan dalam laporan keuangan dalam industri perbankan akan menjadi fondasi utama bagi terbentuknya strong governance. Bank-bank di Asia diharapkan terus didorong menyampaikan segala informasi yang bersifat material dalam aksi korporasinya, yang akan berdampak tertentu terhadap kinerjanya, termasuk informasi mengenai pengelolaan manajemen risiko. Di Indonesia, pengungkapan tentang implementasi manajemen risiko perusahaan masih bersifat sukarela, tetapi perusahaan di bidang perbankan telah secara khusus diwajibkan untuk menerapkan dan mengungkapkan seluruh aspek terkait dengan implementasi manajemen risikonya seperti yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. PBI ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance dan manajemen risiko pada industri perbankan. Pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif keuangan erat kaitannya dengan penerapan corporate governance dalam hal transparansi. Corporate governance ini didefinisikan sebagai sistem yang terdiri dari fungsi-

6 fungsi yang dijalankan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk memaksimalkan penciptaan nilai perusahaan sebagai entitas ekonomi maupun entitas sosial melalui penerapan prinsip-prinsip dasar yang berterima umum (Warsono, dkk., 2009: 5). Perusahaan-perusahaan yang sukses menerapkan good corporate governance merasakan manfaat yang cukup banyak contohnya Bumiputera berhasil mencapai penjualan di atas pasar, peningkatan profit, mempermudah relationship dan menjaga kepercayaan stakeholders. Unilever menjadi perusahaan yang mempunyai integritas yang dipercaya stakeholders, karyawan yang profesional, kinerja keuangan yang cemerlang dan stabilitas harga saham yang memuaskan (Swasembada, 2005 dalam Sayidah, 2007). Contohcontoh tersebut membuktkan bahwa penerapan good corporate governance berpengearuh terhadap kinerja perusahaan dimana kinerja perusahaan ini dapat dilihat dari ROE, ROA, profitabilitas, harga saham, dan return Saham. Beberapa penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya, antara lain: Tabel 1.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Judul dan Nama Peneliti 1 Corporate Governance and Firm Performance. Brown dan Cayler. (2004) Variabel Gov-score, G-index, Kinerja Operasi, Nilai Perusahaan, dan Shareholder Payout Metode Penelitian Analisis korelasi Pearson dan Spearman Hasil Penelitian Penerapan corporate governance memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan, nilai perusahaan, dan dividend yield serta return saham.

7 2 Does Weak Governance Cause Weak Stocks Return. Core, John E., et al. (2005) 3. Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap Volume perdagangan dan Return Saham. Junaedi, (2005) 4. CSR dan Kinerja Perusahaan. Titisari, dkk., (2010) Sumber: Data diolah G-index, Return Saham Tingkat Pengungkapan pada laporan tahunan perusahan, Likuiditas Saham, dan Return Saham Tingkat pengungkapan CSR dan Return saham Analisis Regresi Analisis Regresi Linear dan Logistik Analisis Korelasi Lemahnya penerapan corporate governance tidak berpengaruh terhadap return saham, Tingkat pengungkapan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan investor untuk berinvestasi (likuiditas dan return saham) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap return saham Transparansi merupakan salah satu prinsip dari corporate governance sehingga banyak perusahaan yang meningkatkan transparansi untuk menujukkan bahwa mereka menerapkan corporate governance yang baik (Ali, 2006: 330). Pada beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan corporate governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang salah satunya dilihat dari return saham. Hal yang berbeda terjadi pada penelitian yang menguji langsung tingkat pengungkapan terhadap return saham yang menyatakan tidak ada pengaruh di antara variabel-variabel tersebut, dengan kata lain investor tidak menaruh

8 perhatian terhadap pengungkapan yang dilakukan perusahaan dalam menentukan keputusan untuk berinvestasi. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk meneliti kembali hubungan diantara dua variabel tersebut. Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini penulis akan meneliti bagaimana pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM) dalam perspektif keuangan terhadap return saham khususnya pada perusahan perbankan karena perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan sehingga sangat rentan terhadap risiko-risiko khususnya risiko keuangan. Selain itu penulis juga akan membandingkan hubungan diantara kedua variabel tersebut yang terjadi diantara Indonesia dan Malaysia. Penulis memilih Malaysia selain karena fenomena-fenomena yang dijelaskan sebelumnya, juga karena penulis ingin mengetahui apakah bank-bank Malaysia yang banyak membeli saham bank lokal tersebut memiliki strong governance yang terlihat dari transparansinya serta respon investor terhadapnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Pengungkapan Enterprise Risk Management dalam Perspektif Keuangan terhadap Return Saham pada Emiten di Indonesia dan Malaysia 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif keuangan terhadap return saham di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif keuangan terhadap return saham di Malaysia?

9 3. Bagaimana perbedaan pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif terhadap dengan return saham antara Indonesia dan Malaysia? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif keuangan terhadap return saham antara perusahaan yang listing di Indonesia dan Malaysia 1.3.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif keuangan terhadap return saham di Indonesia. 2. Mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif keuangan terhadap return saham di Malaysia. 3. Mengetahui perbedaan pengaruh tingkat pengungkapan Enterprise Risk Management dalam perspektif keuangan terhadap return saham antara Indonesia dan Malaysia.

10 1.4 Kegunaan Penelitan 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pemahaman tentang pengungkapan pada laporan keuangan dan laporan tahunan khususnya yang terkait dengan implementasi Manajemen Risiko Perusahaan dan pengaruhnya terhadap return saham. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan seperti: 1. Bagi perusahaan non-finansial, dapat dijadikan acuan untuk menentukan kebijakan terkait pengungkapan Enterprise Risk Management pada laporan tahunannya. 2. Bagi investor, memberikan pertimbangan baru dalam aspek-aspek penilaian risiko suatu perusahaan untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi. 3. Bagi peneliti, dapat memberikan pemahaman mengenai penerapan Manajemen Risiko Perusahaan dan pengungkapannya dalam laporan tahunan suatu perusahaan dan hubungannya dengan return saham. 4. Bagi masyarakat, dapat memahami mengenai risiko bisnis yang dihadapi suatu perusahaan dan cara perusahaan untuk menanganinya dengan menerapkan Manajemen Risiko Perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunannya.