MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun contoh dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam mengucap salam dan doa. Saidah

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Ilustrasi pendidikan anak. usia dini dalam islam

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa dalam. Proses Pembelajaran Menurut Kurikulum 2013 di SD Negeri 01

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan-nya. Manusia akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau dapat mendekatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan pendidik dasar bagi anak-anak, sedangkan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hak-hak Anak dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB IV. ISLAMIC PARENTING dalam TINJAUAN KONSELING. Analisis data dari hasil penelitian dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB I PENDAHULUAN. pada masa ini adalah masa pembentukkan fondasi dan dasar pembentukkan kepribadian

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK. Adapun dalam bab ini, penulis akan menganalisis tentang penggunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Ma arif 7 Sunan Drajat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

PENDIDIKAN (KEWIRAUSAHAAN) ANAK USIA DINI DALAM AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

BAB V PENUTUP. diperoleh mengenai pola asuh orangtua dengan sikap birrul walidain remaja di

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Alalak Kabupaten Barito Kuala dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RENDAHNYA MINAT BACA SISWA MASA KINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak

Kejadian Sehari-hari

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

Transkripsi:

Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas beribadah dan tidak mau berperilaku hormat pada orang lain, pada saat ini telah menjadi keprihatinan para orangtua. Hal ini terjadi, selain karena proses pengasuhan dan pembinaan yang salah pada anak, juga akibat pengaruh buruk perkembangan teknologi informasi dan lingkungan yang kurang mendukung. Dalam realita, terlepas diakui atau tidak, sekarang ini para orangtua karena kesibukannya sering menerapkan disiplin kaku pada anak. Para orangtua menuntut anak untuk menuruti perintah ini itu tanpa boleh banyak bertanya dan membantah. Anak diperlakukan seperti robot tanpa memikirkan efek psikologisnya pada anak. Sementara waktu yang diberikan oleh orangtua untuk memberi kasih sayang pada anak juga semakin sedikit, sehingga kedekatan anak dengan ayah ibunya juga jauh berkurang yang membuat anak merasa tidak nyaman dan jiwanya gersang. Karenanya cenderung mencari pelampiasan untuk menuntaskan keinginankeinginannya yang tidak didapat dari orangtuanya. Sekarang ini para orangtua juga tidak berdaya menghadapi badai teknologi dan informasi yang cenderung membuat anak malas dan berperilaku konsumtif. Di rumah, orangtua sering dipusingkan menghadapi perilaku anak yang memiliki hobi menonton televisi atau bermain game hingga berjam-jam, sementara tayangan dan permainan yang tersaji sangat sedikit terdapat unsur pendidikan. Belum lagi sekarang ini bacaan-bacaan yang mengandung unsur pornografi dan kekerasan sangat bebas beredar di pasaran. Anak begitu mudah mendapatkan bacaan yang cenderung membentuk anak bermental buruk dan tidak menghargai lagi nilai-nilai moral dan agama. Di lingkungan, orangtua juga terlalu sulit untuk membatasi kebiasaan bermain anak dengan teman sebaya hingga lupa waktu, meskipun para orangtua juga menyadari pengaruh buruk dari dari teman bermoral jelek juga tidak mungkin dapat dihindari. Ibarat makan buah 1

simalakama, bila anak dikekang akan membuat anak stres. Bila dibiarkan membuat anak terlalu rentan terhadap kebiasaan buruk teman-temannya. Kita menyadari, bila sikap dan perilaku anak waktu kecil sudah cenderung kurang baik, siap-siap saja bila pada masa remajanya nanti anak akan sulit diatasi dan dikendalikan, mengingat apa yang tertanam pada anak pada masa ini akan sangat membekas dan tertanam dalam hati, sehingga sulit dihilangkan. Karena itu dibutuhkan kepedulian dan peran orangtua untuk menanamkan pengertian pada anak akan pentingnya berbuat baik, mengikuti aturan, membedakan mana yang benar dan salah serta berperilaku terpuji yang dikemas dalam bentuk penanaman nilai moral agama pada anak. Anak adalah amanah dan karunia Allah SWT. Maka di dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia. Allah menanamkan fitrah yang suci, dengan fitrahnya tersebut ia akan menjadi permata bagi orangtuanya dan aset mereka kelak di kemudia hari. Pada masa anak terjadi proses pembentukan diri, baik secara biologis, psikologis maupun sosiologis yang sangat signifikan bagi tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Tahap ini juga merupakan masa ketidakberdayaan anak, karena ia sangat tergantung pada orang dewasa. Maka sudah menjadi kewajiban orangtualah untuk melakukan pengasuhan dan pembinaan terhadap anak, agar ia dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi generasi yang berkualitas dari segala aspek. Menanamkan nilai moral agama pada anak adalah salah satu tugas pokok yang harus dijalankan oleh para orangtua pada anaknya. Penanaman nilai moral agama sangat ini sangat penting karena merupakan pondasi bagi kepribadian anak. Perlu dipahami bahwa anak terlahir dibekali neuron (sel syaraf) dalam otaknya. Oleh sebab itu, pada masa ini ia sangat memerlukan rangsangan pendidikan. Neuron-neuron yang tidak mendapat rangsangan pendidikan akan musnah lewar proses alamiah, dan proses ini berlangsung terus hingga remaja. Sangat disayangkan bila masa ini terlewatkan begitu saja. Menanamkan nilai moral agama pada anak dapat dilakukan melalui tiga cara: Pertama, kegiatan latihan. Penanaman nilai moral agama harus dimulai sejak bayi dalam kandungan, yang didalamnya terkandung unsur latihan. Sang ibu disarankan banyak berbuat kebajikan dan makan-makanan yang halal. Hal ini semata-mata bukan untuk sang ibu saja, namun juga berguna bagi sang bayi. Sama halnya, pada saat bayi lahir diperdengarkan suara adzan di telinga sebelah kanan dan iqomah di telinga sebelah kiri. Ini bertujuan untuk mengenalkan kalimat 2

tauhid (ke-esaan Tuhan) pada anak. Masa anak adalah masa reseptif, di mana nilai-nilai yang diajarkan oleh orangtua direkan pada memorinya. Pada saat ini otak berkembang begitu pesat, sehingga tepat sekali untuk mengajarkan apa saja kepada anak terutama yang berkaitan dengan nilai moral agama. Kedua, kegiatan aktivitas bermain. Penanaman nilai moral agama dapat dilakukan melalui aktivitas bermain anak. Pada saat bermain pendidik/orangtua dapat memberikan motivasi pada anak untuk saling memaafkan. Sekedar contoh, pada saat anak-anak saling berebut dan bertengkar, maka orangtua harus memotivasi anak agar mau saling memaafkan. Dalam aktivitas bermain anak belajar mematuhi aturan yang berlaku dalam permainan serta belajar menerima hukuman jika seseorang bermain tidak mengikuti aturan. Ketiga, kegiatan pembelajaran. Penanaman nilai moral agama ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan non formal maupun formal. Non formal artinya dilaksanakan di dalam lingkungan masyarakat, sedangkan formal artinya dilakukan di lingkungan sekolah. Di sekolah penanaman nilai moral keagamaan umumnya terintegrasi dengan kegiatan di sekolah dan masuk kurikulum. Setidaknya ada dua kiat yang dapat dilakukan oleh orangtua agar penanaman nilai moral keagamaan pada anak dapat berjalan efektif, yaitu dengan pembiasaan dan keteladanan. Melalui pembiasaan anak akan menjadi terbiasa untuk berbuat sesuatu tanpa terpaksa. Bila anak dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik. Sebaliknya jika anak dibiasakan dengan keburukan serta terlantarkan niscaya ia akan menjadi orang yang berperilaku buruk dan cenderung merusak. Secara prinsip bentuk pembiasaan yang baik yang perlu diberikan pada anak ada paling tidak ada 14 macam, antara lain : (1) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; (2) beribadah sesuai aturan dan keyakinannya; (3) berbuat baik terhadap sesama makhluk Tuhan; (4) selalu memberi dan membalas salam, berbicara dengan suara yang lemah dan teratur (tidak berteriak), mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu; (5) membedakan mana yang benar dan salah; (6) mentaati peraturan yang ada; (7) menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, mendengarkan dan memperhatikan orang lain berbicara; (8) berbahasa sopan dan bermuka manis; (9) senang bermain dan bekerjasama dengan orang lain, dapat memuji, mengakui kelebihan teman/orang lain; (10) berani bertanya, mengemukakan pendapat dan mampu mengambil keputusan secara sederhana; (11) suka 3

menolong, mau memohon dan memberi maaf; (12) menolong diri sendiri, memelihara kebersihan diri dan lingkungannya; (13) berhemat; (14) bertanggung jawab. Sementara melalui keteladanan anak akan cenderung berbuat baik seperti yang dilakukan langsung oleh para orangtua. Di sini orangtua harus menjadi contoh yang baik. Bila orangtua menyuruh sang anak untuk bangun pagi dan sembahyang, maka mereka harus mau bangun lebih awal dan mengajak anak untuk sembahyang. Bila anak disuruh bangun pagi dan sembayang sementara orangtuanya sediri tidak melakukan hal itu, hal itu bukanlah bentuk keteladanan yang baik. Harus dipahami bahwa sesuai dengan karakteristiknya yang suka meniru, di lingkungan keluarga orang tua (ayah dan ibu) adalah teladan yang akan ditiru oleh anak, apapun bentuknya. Tidak peduli itu benar atau salah, merugikan atau tidak merugikan orang lain, memalukan atau tidak memalukan. Hal ini dikarenakan ayah dan ibu adalah tokoh yang diidolakan, diunggulkan dan dianggap orang yang terbaik, terpandai, terbijaksana dan ter ter yang lainnya. Sehingga jangan heran apabila anak tidak saja akan meniru tutur kata, sikap dan perilaku orang tua yang baik-baik saja, tetapi juga yang buruk termasuk yang menurut standar kesopanan dan moral sangat memalukan. Menanamkan nilai moral agama pada anak perlu diberi porsi yang cukup agar kepribadiannya menjadi baik. Selain itu, anak juga perlu dikenalkan dengan konsep diri yang positif serta kedisiplinan, karena ini akan berimbas pada perilaku di masa remajanya. Terutama dalam hal bisa tidaknya ia memandang dirinya secara positif serta ketaatan terhadap segala bentuk aturan, adat istiadat dan budaya setempat tempat dimana ia hidup dan berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Dengan tertanamnya nilai moral agama secara baik pada anak, anak akan mampu menfilter pengaruh buruk dari luar. Mampu memilih hal yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan sebagai seorang anak, mampu membedakan baik buruk, serta antara yang hak dengan yang bukan haknya. Oleh karenanya, ia siap untuk dididik menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diharapkan perannya dalam pembangunan menuju kebesaran dan kejayaan bangsa di kemudian hari. Sementara itu bagi keluarga, jelas akan membawa nama harum keluarga dan orangtua karena perilaku dan tindakannya yang benar-benar terpuji. 4

Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan PMPDP & KB Kabupaten Kulonprogo. Saat ini aktif di Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) DIY. 5