LAPORAN PRAKTIKU KIIA KIIA FISIK II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Selasa, April 04 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 060008 KELOPOK 4. Fika Rakhmalinda 0600005. Naryanto 060008 PROGRA STUDI PENDIDIKAN KIIA JURUSAN PENDIDIKAN ILU PENGETAHUAN ALA FAKLTAS ILU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLA NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 04 LAPORAN PRAKTIKU/ April 04 Page
A. ABSTRAK Penentuan koefisien distribusi dapat dihitung apabila konsentrasi-konsentrasi zat diketahui. Perobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi I dalam sistem air-kloroform. Koefisien distribusi yang didapatkan, yakni 0,0960384 (pada titrasi ke-), dan 0,03304 (pada titrasi ke-). Iodin yang mengandung kloroform tidak larut ketika diampur air. Begitu halnya pada (tanpa ampuran apapun) ketika diampur dengan air tidak akan larut. Iodin hanya dapat larut pada pelarut tertentu, seperti kloroform, karbon disulfida, dsb. Campuran -kloroform-air yang tidak dapat ampur akan melarut apabila ditambah zat terlarut yang dapat larut dalam ketiganya, dalam hal ini natrium tiosulfat digunakan untuk melarutkan ketiganya. B. PENDAHULUAN Hukum distribusi etode ini dapat digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak terampur sempurna satu sama lain. Yakni ( ) ( a ) 0 ( f ) A ( f ) B a B A 0 ( a ) A dan ( ) B (8.5) a adalah aktivitas, ( f 0 ) A dan ( f 0 ) B adalah keadaan fugasitas standar dari zat terlarut berturut-turut dalam pelarut A dan B. dengan kata lain, jika kita mengetahui konstanta Henry dari zat terlarut dalam dua pelarut, kita dapat menghitung ( a diketahui (S., K., Dogra, dan S., Dogra, 990, hlm. 604). ) B a jika ( ) A Cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau tetraklorida daripada dalam air. Lagi pula, bila airan-airan tertentu seperti karbon disulfida dan air, dan juga eter dan air, dikook bersama-sama dalam suatu bejana dan ampuran kemudian dibiarkan, maka kedua airan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-airan semaam itu dikatakan sebagai tak-dapat-ampur (karbon disulfida dan air) atau setengah-ampur (eter dan air), bergantung pada apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah dapat larut. Jika iod dikook bersama ampuran karbon disulfide dan air serta kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut itu. Suatu keadaan kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air. Ternyata bila banyaknya iod diubah-ubah, angkabanding konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan asal temperatur konstan. Yakni: LAPORAN PRAKTIKU/ April 04 Page
Konsentrasi iod dalam karbon disulfida konsentrasi iod dalam air K d (G., Svehla, 990, hlm. 39-40). Bila suatu zat-terlarut membagi diri di antara dua airan yang tak-dapat ampur, ada satu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nerst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi ketika pada tahun 89 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi diri antara dua airan yang tak-dapat ampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu ( Underwood, dan R., A., Day, 00, hlm. 457). Teknik ekstraksi hanya dapat digunakan bila senyawa yang akan diekstraksi kelarutannya lebih besar dalam pelarut pengekstraksi atau koifisien distribusinya (K D ) lebih besar serta antara kedua pelarut tidak berampur (Sanusi, Ibrahim, dan arham, Sitorus, 03, hlm. 0) C. ATERIAL DAN ETODE ATERIAL Alat Bahan Buret I dalam CHCl 3 Statif Klem H O Amilum labu erlenmeyer gelas ukur batang pengaduk Corong pisah Corong biasa ETODE LAPORAN PRAKTIKU/ April 04 Page 3
No. etode Ukur 5 ml larutan jenuh I dalam CHCl 3 dan masukkan larutan tersebut ke dalam orong pisah Tambahkan 00 ml air ke dalam orong pisah tadi 3 Kook ampuran tersebut selama 60 menit 4 Diamkan larutan tersebut hingga terbentuk lapisan 5 Pisahkan kedua lapisan dengan orong pisah 6 Sediakan masing-masing 5 ml lapisan atas untuk 3 erlenmeyer dan,4 ml lapisan bawah untuk erlenmeyer 7 Tambahkan indikator amilum, kemudian titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0, hingga analit bening. 8 Catat volume titrasi D. HASIL DAN DISKUSI lapisan atas (I dalam CHCl 3 5ml) lapisan bawah (I dalam H O,4 ml) Titrasi V NaSO3 (l) titrasi V NaSO3 (l) 0.0004 0,00 0.0003 0.009 3 0.000 Hasil Pengamatan (Setelah Titrasi) Larutan Tidak Berwarna Lapisan atas sebelum dititrasi berwarna orange Lapisan bawah sebelum dititrasi berwarna ungu (seperti gel) Diketahui: Na S O 3 0, Iod dalam kloroform 5 ml 0,005 liter Iod dalam air,4 ml 0,004 liter Titrasi Lapisan bawah/ dalam air V. V. LAPORAN PRAKTIKU/ April 04 Page 4
0,004. 0,00. 0,00.(0,) 0,004 0.0833 Lapisan atas/ dalam kloroform 0,005. 0,0004. 0,0004.(0,) 0,005 0,008 K d (G., Svehla, 990). Keterangan: konsentrasi dalam kloroform konsentrasi dalam air 0,008 K d 0,09603845(pada titrasi ) 0,0833 Titrasi Lapisan bawah/ dalam air,4.,9.,9.(0,),4 0,083 Lapisan atas/ dalam kloroform 5. 0,3. LAPORAN PRAKTIKU/ April 04 Page 5
0,3.(0,) 5 0,006 Lapisan atas/ dalam kloroform (Titrasi 3) 5. 0,. 0,.(0,) 5 0,00 dalam kloroform/lapisan atas 0,006 + 0,00 0,004 0,004 K DA 0,03304 0,083 Pembahasan Pada penentuan koefisien distribusi, I dalam kloroform yang telah ditambahkan air, membentuk gel berwarna ungu setelah dikook selama jam. Campuran tersebut mengakibatkan terjadinya pemisahan kedua zat, sehingga terbentuk dua lapisan, yakni; lapisan bawah yang berbentuk seperti gel, dan lapisan atasnya dalam fasa airan (berwarna orange). Hal ini menunjukkan terjadinya kesetimbangan pada lapisan atas ( yang mengandung kloroform) dan lapisan bawah ( yang mengandung air). Terbentuknya gel berwarna ungu membuktikan bahwa ketika ditambahkan air akan lebih sulit larut dibandingkan yang mengandung kloroform (telah ditambahkan kloroform) akan lebih mudah larut. Zat terlarut bila ditambahkan suatu pelarut mengalami kesulitan dalam melarut, dapat dikatakan tak dapat ampur. Hal ini karena pelarut tersebut hanya dapat larut dalam pelarut-pelarut lainnya yang dapat melarutkannya, seperti yang hanya dapat larut dalam kloroform, dan karbon disulfida. Koefisien distribusi yang didapatkan dari hasil perhitungan pada titrasi ke-, yakni 0,096038, sedangkan koefisien distribusi yang didapatkan pada titrasi ke-, yakni 0,03304. Pada perobaan ini, senyawa yang diekstraksi dipisahkan menggunakan orong pisah. Sehingga gel berwarna ungu terpisah dari airan berwarna orange. Cairan berwarna orange merupakan ampuran dengan kloroform, baunya seperti bau kloroform LAPORAN PRAKTIKU/ April 04 Page 6
ketika terhirup oleh hidung. Sedangkan gel berwarna ungu merupakan ampuran antara dengan air (terbentuk emulsi akibat tidak dapat larut dalam air). Iodin yang mengandung air dibagi menjadi dua dan volume keduanya sama besar, yakni,4 ml kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat, Na S O 3 menghasilkan larutan tidak berwarna. Sedangkan yang mengandung kloroform dibagi menjadi tiga bagian dengan volume yang sama besar, yakni 5 ml, kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat, Na S O 3 menghasilkan larutan tidak berwarna. Natrium tiosulfat akan melarutkan ampuran -kloroform-air. Apabila ke dalam zat yang tidak saling berampur dimasukkan zat terlarut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian zat terlarut dengan perbandingan tertentu (hukum distribusi nerst). E. KESIPULAN Berdasarkan perobaan kesetimbangan fasa dapat disimpulkan bahwa:. Iodin tidak dapat larut (tidak dapat ampur) apabila ditambahkan pelarut air. Koefisien distribusi pada titrasi ke-, yakni 0,096038 3. Koefisien distribusi pada titrasi ke-, yakni 0,03304 4. Lapisan atas dan lapisan bawah dipisahkan menggunakan orong pisah F. REFERENSI Dogra S. K. dan S. Dogra. 990. Kimia Fisik dan Soal-Soal terj. Umar ansyur. Jakarta: UI Press. hlm. 604. Ibrahim, Sanusi, dan arham, Sitorus. 03. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 0. Svehla, G. 990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif akro dan Semimikro, terj. L., Setiono, dan A., Hadyana, P. Jakarta: PT. Kalman edia Pustaka. hlm. 39-40. Underwood, A. L. dan Jr., R. A. Day. 00. Analisa Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta: Erlangga. hlm. 457. LAPORAN PRAKTIKU/ April 04 Page 7