BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam analisa data penulis akan membandingkan antara elemen-elemen yang terdapat

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Persyaratan Dokumentasi

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Persyaratan Dokumentasi

K3 Konstruksi Bangunan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

LAMPIRAN 1 OHSAS 18001:2007

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Hukum Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Landasan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

Kepemimpinan & Komitmen

Lampiran 2 FORMAT RENCANA K3 KONTRAK (RK3K)

BAB IV DATA PROYEK. Tempo Scan Tower merupakan bangunan yang didirikan untuk meningkatkan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

KOMITMEN DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN K3 PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB VII METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS. Belt truss merupakan salah satu alternative struktur bangunan bertingkat tinggi.

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

MANUAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

RK3K (RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK)

LAYANAN SMKP MINERBA PT INDO SHE 2017

- 5 - BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

Sistem manajemen mutu Persyaratan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

SMK3. MIM-HSE-P.Ol PROSEDUR

Sistem manajemen mutu Persyaratan

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha 63


PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Advance Internal Audit Lingkungan IEA/ 1/Rev-0/HSE-Division Copyrights, Sentral Sistem Feb 07

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

II. TI JAUA PUSTAKA Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (K3 Umum)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap risiko, terlalu percaya diri, kurang kesungguhan dan berkelakar di tempat

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

BAB III SISTEM ORGANISASI DALAM MANAJEMEN PROYEK

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS

A. KRITERIA AUDIT SMK3

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISIS METODOLOGI

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

laporan dari menajement konstruksi kepada pemberi tugas (Owner). proyek selama kegiatan berlangsung dalam suatu hari.

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

1. Jelaskan tujuan dari sistem manajemen K3. Jawab : Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

AUDIT TERHADAP SISTEM MANAJEMEN K3 BERBASIS OHSAS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS

BAB II STUDI PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam analisa data penulis akan membandingkan antara elemen-elemen yang terdapat dalam dokumen OHSAS 18001 : 1999 dengan data-data yang telah diterapkan di lapangan sebagai implementasi dan optimalisasi dari OHSAS 18001 : 1999 oleh PT. BAM Decorient pada proyek. Dengan membandingkan ketentuan yang terdapat dalam dokumen OHSAS 18001 : 1999 dengan data yang terdapat dilapangan penulis diharapkan dapat memahami implementasi dan optimalisasi OHSAS 18001 : 1999 pada proyek pembangunan. 5.1 Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja PT BAM Decorient Persyaratan Kebijakan OHSAS 18001:1999 a) Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 organisasi b) Mencakup suatu komitmen paling tidak memenuhi peraturan K3 dan persyaratan lain yang biasa dilakukan oleh organisasi c) Mencakup suatu komitmen untuk meningkatkan berkelanjutan d) Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara e) Dikomunikasikan diseluruh karyawan dengan tujuan bahwa karyawan menyadari kewajiban K3 masing-masing f) Tersedia untuk pihak-pihak yang lain dan dikaji secara periodik untuk memastikan kebijakan tetap relevan dan sesuai dengan organisasi V-1

Pembahasan Kebijakan K3 PT BAM Decorient Pada Proyek PT BAM Decorient yang bergerak dalam bidang usaha Jasa Konstruksi (Civil Engineering & General Contractors) mempunyai komitmen untuk memenuhi persyaratan pelanggan dan persyaratan legal lainnya, meminimalkan setiap resiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan di tempat kerja, dan berdedikasi untuk memelihara keselamatan dan kesehatan karyawan, pelanggan dan lingkungan. Komitmen ini didukung oleh Share Holder, Direksi, dan seluruh karyawan. Tabel 5.1. Kebijakan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Sesuai dengan sifat dan skala resiko organisasi Mengadakan rapat internal sebelum menentukan kebijakan K3, sehingga sesuai dengan sifat dan skala resiko organisasi Mencakup suatu komitmen paling tidak Kebijakan yang diberlakukan memenuhi peraturan K3 dan didasarkan pada peraturan K3 di persyaratan lain yang bisa dilakukan Indonesia dan internasional yang sering oleh organisasi diberlakukan di setiap proyek konstruksi Mencakup suatu komitmen Kebijakan yang diberlakukan selalu meningkatkan berkelanjutan dimonitor untuk proses perbaikan kearah yang lebih baik lagi Didokumentasikan, diterapkan dan Seluruh kebijakan di dalam proyek dipelihara. disimpan secara rapi dalam bentuk dokumentasi administrasi maupun dokumentasi visual V-2

Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Dikomunikasikan di seluruh karyawan dengan tujuan bahwa karyawan menyadari kewajiban K3 masing-masing. Kebijakan yang telah dibuat dikomunikasikan kepada seluruh karyawan di proyek melalui rapat, media audio visual, media elektronik serta media cetak 5.2 Perencanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sebelum proses suatu pekerjaan konstruksi dimulai, pelaksana kegiatan pekerjaan konstruksi yang dalam hal ini kontraktor utama yaitu harus terlebih dahulu membuat Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Perencanaan K3 tersebut harus sesuai dengan standar-standar yeng telah ditetapkan di dalam dokumen OHSAS 18001 : 1999 yang antara lain berisi tentang: 1) Identifikasi bahaya potensial, penilaian resiko dan pengendalian resiko. 2) Dasar hukum yang berlaku (Legalitas) 3) Tujuan dan sasaran dari perencanaan K3. 4) Program manajemen K3. V-3

5.2.1 Identifikasi Bahaya Potensial, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Risiko Tabel 5.2. Tinjauan IBPR Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko, penerapan kendali pengukuran yang diperlukan pada aktivitas rutin dan non rutin. Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko, penerapan kendali pengukuran yang diperlukan pada aktivitas personel yang memiliki akses pada lokasi pekerjaan Organisasi harus menyediakan fasilitas pada tempat kerja, yang disediakan oleh organisasi atau pihak lainnya. Melakukan identifikasi bahaya serta resiko sebelum memulai pekerjaan yang telah diatur di dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan. Mengidentifikasi bahaya serta resiko sebelum memulai pekerjaan pada setiap personel pada lokasi pekerjaan dan mendata setiap personel yang ada pada lokasi pekerjaan tersebut. Organisasi telah menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan dengan sangat baik. Pembahasan Untuk mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko (IBPR) dan pengendaliannya PT. BAM Decorient yang dalam hal ini menjadi subjek pembahasan telah menyusun program sebagai berikut : Proses pelaksanaan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendaliannya disesuaikan dengan kondisi yang sedang terjadi di lapangan, dan telah ditentukan jadwalnya. Adapun teknis pengidentifikasian dari bahaya V-4

tersebut yaitu dengan cara mengisi lembar isian (lihat lampiran) yang terdapat dalam ketentuan dokumen OHSAS 18001 : 1999. Identifikasi bahaya ini dilakukan disetiap tingkatan jabatan dan aktivitas di proyek yang diperkirakan dari setiap tingkatan aktivitas yang ada di proyek tersebut akan dapat menimbulkan bahaya (hazard) atau kecelakan (accident). Sementara untuk fasilitas yang disediakan oleh pihak penyedia jasa dalam hal ini kontraktor utama yaitu pada proyek untuk kegiatan K3, secara umum sudah dipenuhi sebagai bagian dari pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan. Fasilitas-fasilitas yang telah disediakan di proyek tersebut sangat berperan penting untuk kelangsungan kegiatan K3 serta sebagai bagian dari implementasi dari persyaratan OHSAS 18001 : 1999 yang diterapkan di proyek tersebut. Dari hasil analisa Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pada proyek, potensi bahaya terbesar yang mungkin terjadi pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan terdapat pada beberapa pekerjaan. Parameter yang digunakan oleh kontraktor untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadi yaitu ada 5 (lima) aspek antara lain Severity (keparahan resiko), Probability (kemungkinan terjadi), Duration (waktu kegiatan), Control (pengendalian resiko) dan Awareness (kesadaran akan resiko). V-5

5.2.2 Legalitas / Dasar Hukum Setiap organisasi perlu memahami dan mengerti bagaimana aktivitasnya dipengaruhi oleh peraturan perundangan, dan hal ini harus dikomunikasikan kepada personel yang relevan. Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 dimaksudkan agar setiap organisasi yang menerapkan OHSAS 18001 agar mematuhi persyaratan peraturan perundangundangan. Standar mempersyaratkan agar organisasi melakukan identifikasi terhadap persyaratan perundang-undangan yang terkait, selain harus melakukan evaluasi terhadap peraturan tersebut dan siapa yang membutuhkan informasinya. Untuk mengetahui persyaratan-persyaratan apa saja yang harus diketahui oleh setiap organisasi yang menerapkan standar OHSAS 18001 : 1999, maka organisasi tersebut harus mengetahui telebih dahulu aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Tabel 5.3. Tinjauan Legalitas / Dasar Hukum Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses persyaratan perundangan dan persyaratan K-3 lainnya yang sesuai pada lokasi proyek berada. 1. UUD 1945 pasal 27 Ayat 2 2. UU No. 1 tahun 1970 yang mengatur tentang K-3 3. Permenaker No. Per 01/MEN/1980 tentang, K-3 pada pekerjaan konstruksi bangunan 4. SKB Menaker dan PU No. Kep. 174/MEN/1986 dan No. 104/KPTS/1986 pedoman tentang K-3 pada tempat kegiatan konstruksi 5. Permenaker No. Per 05/MEN/1996 tentang SMK3 V-6

Pembahasan Dasar hukum yang digunakan dalam implementasi pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam dokumen OHSAS 18001 : 1999, yaitu menggunakan pedoman dasar yang dianggap sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan serta menggunakan pedoman-pedoman pokok dalam pelaksanaan K3. Dalam implementasi di lapangan kontraktor (PT BAM Decorient) berpedoman pada beberapa Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja kemudian ditambah dengan filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang digunakan oleh kontraktor. Filosofi ini digunakan untuk meyakinkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diterapkan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan kebenaran. 5.2.3 Tujuan dan Sasaran Penerapan K3 Tabel 5.4. Tinjauan Tujuan Dan Sasaran K3 Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara sasaran K3 di setiap fungsi dan level yang relevan dalam organisasi. Dalam menentukan sasarannya, organisasi harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial dan resiko K3. 1. Perlindungan terhadap Sumber Daya Manusia dan menjamin agar pada Pelaksanaan Proyek tidak terjadi kecelakaan serta penyakit akibat kerja. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja terjaga. 3. Menjamin produktifitas tidak terganggu. 4. Menuju kondisi Nol Kecelakaan Fatal (Zero Accident). V-7

Pembahasan Tujuan dan sasaran yang dibuat oleh sedikit lebih mendetail secara periodik, namun tujuan yang disusun dalam implementasi OHSAS 18001 : 1999 oleh perusahaan diatas telah sesuai dengan dokumen yang disyaratkan didalam dokumen OHSAS 18001 : 1999, yaitu mendokumentasikan sasaran dan tujuan penerapan OHSAS 18001 : 1999 dengan mempertimbangkan peraturan perundangundangan, bahaya potensial dan resiko K3, pilihan teknologi, finansial, persyaratan operasi dan bisnis, dan pandangan pihak terkait. Sasaran harus konsisten dengan kebijakan K3, mencakup komitmen dalam perbaikan berkelanjutan. Sehingga secara tidak langsung penerapan OHSAS 18001 : 1999 pada kedua buah perusahaan diatas ini akan berdampak positif terhadap aktivitas proyek. V-8

5.2.4 Program Manajemen K3 Tabel 5.5. Tinjauan Program Manajemen K3 Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara program manajemen K3 untuk mencapai sasaran K3-nya. Program ini harus mencakup dokumentasi dari: Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk pencapaian sasaran pada fungsi dan tingkatan yang relevan dari organisasi. Program manajemen K3 harus ditinjau secara berkala. Bila diperlukan program manajemen K3 harus diamandemen sesuai dengan perubahan aktivitas, kondisi produk, service, dan operasi organisasi Organisasi melakukan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan sehingga seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan telah terprogram dengan baik serta memberikan tanggung jawab kepada setiap tingkatan pada struktur organisasi dalam melaksanakan tugasnya dan dilakukan pengawasan dari pihak manajemen dalam mencapai sasaran yang direncanakan Pelaksanaan rapat koordinasi 1 bulan sekali selalu mengevaluasi mengenai program manajemen K3 yang telah ditetapkan serta melakukan perubahan program manajemen sesuai perkembangan kondisi di lapangan. Adapun program manajemen K3 pada proyek antara lain : 1. Membuat Safety Plan. 2. Mempelajari Standar Fasilitas Safety dan Target yang harus dicapai. 3. Membuat Program Kerja K3. 4. Perencanaan Site Installation. V-9

5. Menghitung Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan K3. 6. Membuat Schedule Safety Talk. 7. Membuat Schedule Inspeksi K3, Safety Patrol. 8. Membuat Schedule Safety Meeting. 9. Membuat Perencanaan Training K3. 10. Membentuk Tim Penanganan Tanggap Darurat. 11. Mencari Alamat dan Nomor Telepon Penting (Depnakertrans, Jamsostek, Polsek, Rumah Sakit dan Dinas Pemadam Kebakaran). 12. Membentuk Struktur Organisasi Tim K3. 13. Mengatur Pembebanan Biaya. 14. Menetapkan Standard Prosedur Operasi. 15. Melaksanakan Safety Induction, Safety Talk dan Safety Meeting. 16. Melaksanakan Inspeksi K3 dan Safety Patrol. 17. Melaksanakan Training K3 dan Simulasi Tanggap Darurat. 18. Mengeluarkan Rekomendasi Safety 19. Melaksanakan Housekeeping. 20. Membuat Laporan Kegiatan K3. 21. Evaluasi Hasil Pelaksanaan K3. 22. Review dan Perbaikan. Pembahasan Program manajemen K3 ini telah diprogramkan oleh PT BAM Decorient, kemudian V-10

pelaksanaannya akan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan oleh SHE officer dari PT BAM Decorient. Jika dilihat dari program yang telah disusun oleh PT BAM Decorient, maka program tersebut telah sesuai karena aktivitas dan fasilitas yang disiapkan oleh perusahaan tersebut telah sesuai dengan yang disyaratkan, dan implemetasi dari program-program tersebut selalu dipantau oleh SHE officer. Dalam pelaksanaannya, sistem yang dibuat tidak baku karena bersifat kondisional, jadi sistem yang dipakai hanya menggunakan acuan OHSAS 18001 : 1999. 5.3 Operasi dan Penerapan Operasi dan penerapan yang akan di bahas di sini berisi antara lain tentang : 1. Struktur dan tanggung jawab. 2. Pelatihan, kepedulian dan kompetensi. 3. Konsultasi dan komunikasi. 4. Sistem dokumentasi SMK3. 5. Pengendalian dokumen. 6. Pengendalian operasi. 7. Persiapan dan tanggap darurat. V-11

5.3.1 Struktur dan Tanggung Jawab Tabel 5.6. Tinjauan Struktur Dan Tanggung Jawab Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Menyusun Struktur dan tanggung jawab K3 : Peran, tanggung jawab dan kewenangan personel, yang mengatur, melaksanakan dan memeriksa aktivitas yang mempunyai dampak resiko-resiko K3 dalam aktivitas organisasi fasilitas dan proses, harus ditentukan dan didokumentasikan dan dikomunikasijan untuk pelaksanaan manajemen K3 Struktur dan tanggung jawab K3 telah tersusun dan masing-masing personel diberikan tanggung jawab dalam melaksanakan kewajibannya. Serta selalu mendapatkan pengawasan dari pihak Safety Manager dalam melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing guna tercapainya sasaran K3 yang dikehendaki. Pembahasan Adapun dalam pelaksanaannya untuk menjalankan program K3 yang telah direncanakan kontraktor telah menyusun struktur organisasi khusus K3, adapun tugas dari masing-masing personel akan disesuaikan dengan tanggung jawab yang diberikan oleh manajer proyek (Project Manager). Struktur organisasi K3 ini akan bekerja sesuai dengan garis instruksi dan kerjasama, sehingga dalam pelaksanaannya akan terarah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam dokumen OHSAS 18001 : 1999. Organisasi ini sangat menentukan dalam keberhasilan tujuan, oleh karena itu yang menjalankan secara V-12

keseluruhan mulai dari dokumentasi sampai dengan aplikasi dilapangan adalah dikendalikan oleh organisasi yang telah disusun tersebut. Dari semua yang telah dilaksanakan oleh masing-masing personel yang terdapat dalam struktur organisasi K3 tersebut kemudian akan dipertanggung-jawabkan kepada manajemen puncak yaitu manajer proyek (project manager). 5.3.2 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi Tabel 5.7. Tinjauan Pelatihan, Kepedulian Dan Kompetensi proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Personel harus memiliki kompetensi dalam melakukan kegiatan yang dapat mempengaruhi K3 di tempat kerja. Kompetensi harus didefinisikan berdasarkan pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman. Prosedur training harus dilakukan dalam tingkat yang berbeda dari: a) Tanggung jawab, kemampuan, dan baca tulis. b) Risiko. Pelatihan bagi personel K3 telah dilaksanakan. Petugas yang mengikuti pelatihan tersebut adalah SHE officer, pelatihan diselenggarakan oleh Depnaker RI. Pelatihan-pelatihan yang dimaksud yaitu : 1. Pelatihan SHE officer 2. Pelatihan ahli madya K3 3. Pelatihan pengendalian resiko oleh subkontaktor Pembahasan Dalam pembangunan proyek ini pihak kontraktor mengirim beberapa personel untuk mengikuti pelatihan yang menjadi utusan dalam pelatihan K3 adalah SHE Officer. V-13

Adapun pelatihan yang pernah diikuti oleh SHE Officer yaitu Training Madya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang diadakan oleh depnaker serta berlangsung selama satu bulan sebelum dilaksanakannya proyek. Disamping pelatihan SHE Officer, subkontraktor juga diadakan pelatihan dan pengendalian K3. Ketentuan pelatihan dan pengendalian K3 untuk subkontraktor : a. Mempelajari hasil IBPR yang berkaitan dengan pekerjaan subkontraktor. b. Dibantu SEM melakukan evaluasi terhadap kemampuan manajemen K3 yang dijalankan oleh subkontraktor dari aspek : 1. Metode pelaksanaan dari segi K3 2. Kompetensi personel 3. Peralatan yang digunakan 4. Program K3 yang diterapkan c. Melakukan sosialisasi dan pelatihan SMK3 yang diterapkan oleh kedua kontraktor agar subkontraktor dapat menyelaraskan program K3 yang dimilikinya. d. Program K3 yang sudah disepakati menjadi bagian/lampiran isi kontrak dengan subkontraktor. e. Melakukan inspeksi, evaluasi dan review pelaksanaan program K3 yang dijalankan oleh subkontraktor. f. Apabila dalam pelaksanaan ada kegiatan subkontraktor yang dipandang berbahaya begi pekerja, atau lingkungan proyek, maka pekerjaan subkontraktor V-14

dapat diberi teguran, pengarahan atau surat penghentian sementara pekerjaan hingga dipenuhinya persyaratan keselamatan yang sesuai. 5.3.3 Konsultasi dan Komunikasi Tabel 5.8. Tinjauan Konsultasi Dan Komunikasi Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus mempunyai prosedur untuk memastikan bahwa informasi yang berhubungan dengan K3 dikomunikasikan dan dari karyawan dan pihak terkait lainnya. Sehingga seluruh informasi tentang K3 dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh setiap karyawan. Cara penyampaian informasi melalui: 1. Manajemen tinjauan ulang (review), diskusi, rapat koordinasi, rapat operas ion al 2. Media audio visual seperti e-mail, websites, LAN, dan lain lain 3. Media elektronik seperti fax, telex. CD dan lain lain 4. Media cetak seperti news letter, laporan tahunan, profil perusahaan, dan lain lain. Pembahasan Penerapan konsultasi dan komunikasi pada proyek ini dilaksanakan oleh semua yang terlibat dalam pembangunan proyek, baik informasi yang barasal dari atasan atau informasi yang berasal dari tim audit, konsultasi ini dilaksanakan untuk mempermudah proses implementasi dalam rangka penerapan sistem OHSAS 18001 : 1999 pada proyek pembangunan gedung oleh kontraktor (PT. V-15

). Penyampaian informasi ini bisa lakukan secara lisan maupun informasi bentuk tertulis, bahkan bisa dilaksanakan lewat media elektronik. Jadi secara umum proses konsultasi dan komunikasi pada proyek ini telah dilaksanakan, sehingga dapat memenuhi yang telah disyaratkan oleh sistem OHSAS 18001 : 1999. Dengan adanya konsultasi dan komunikasi ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi suksesnya program K3, dengan adanya komunikasi yang lancar akhirnya memenuhi target yang akan dicapai. 5.3.4 Sistem Dokumentasi Tabel 5.9. Tinjauan Sistem Dokumentasi Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara informasi dengan media yang sesuai, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik, dan : Menjelaskan elemen inti dari sistem manajemen dan interaksinya. Menyediakan petunjuk pada dokumen yang terkait. Dokumentasi yang dilaksanakan oleh kontraktor pada proyek menyangkut dokumentasi administrasi dan dokumentasi visual. Dokumen yang telah disusun akan digunakan dalam proses audit. V-16

Pembahasan Dokumentasi ini sangat menentukan dalam proses audit, karena dari hasil aktivitas di lapangan harus didokumentasikan dan akan diaudit melalui dokumen yang telah tersusun, sesuai dengan ketentuan tim audit bahwa audit dilakukan lewat dokumen dan beberapa kali kunjungan ke lapangan. Jadi pendokumentasian kontraktor sudah cukup bagus. 5.3.5 Pengendalian Dokumen dan Data Tabel 5.10. Tinjauan Pengendalian Dokumen Dan Data Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen dan data yang dipersyaratkan oleh spesifikasi OHSAS untuk memastikan, bahwa: Dokumen-dokumen dapat ditunjukkan. Dokumen-dokumen ditinjau secara periodik, direvisi sesuai kebutuhan dan disetujui penggunaannya oleh personel yang berwenang. Pengendalian dokumen dan data telah dilaksanakan oleh personel K3 yang berwenang diproyek. Untuk memudahkan pengendalian dokumen tersebut maka data-data yang tersedia dibagi kedalam 3 status yaitu : Master Controlled Absolet V-17

Pembahasan Pelaksanaan pengendalian dokumen dan data pada proyek diantaranya dengan monitoring hasil aktivitas yang telah dilakukan dan mengadakan review setiap dokumen dan data yang telah disusun lalu mengidentifikasi secara langsung dan tidak langsung apakah berpengaruh terhadap sasaran proyek konstruksi selama siklus proyek berlangsung. Proses ini bermanfaat untuk memperkecil kemungkinan-kemungkinan kecelakaan yang terjadi dengan cara: 1. Membandingkan hasil pelaksanaan di lapangan dengan yang telah direncanakan. 2. Membuat laporan segala penyimpangan yang terjadi. 3. Mencari solusi yang tepat untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi 5.3.6 Pengendalian Operasional Tabel 5.11. Tinjauan Pengendalian Operasional Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus mengidentifikasi keseluruhan operasi dan aktivitas yang terkait dengan resiko yang diidentifikasi, dimana pengendalian perlu diterapkan. Organisasi harus merencanakan aktivitas tersebut, termasuk pemeliharaan, dalam rangka memastikan bahwa aktivitasaktivitas tersebut dilakukan dalam kondisi yang diterapkan Pengendalian operasional telah disusun di dalam kegiatankegiatan yang telah menjadi aktivitas rutin dari kegiatan K3 proyek seperti : SHE meeting, SHE inspection serta dengan menyusun parameter tingkat kesadaran karyawan. Sehingga seluruh aktivitas pekerjaan yang dilaksanakan akan berjalan sebagaimana mestinya V-18

Pembahasan Pengendalian operasional di lapangan dilakukan dengan cara selalu memonitoring ke lapangan secara langsung, sehingga situasi di lapangan akan dapat dikendalikan dengan cepat bila terdapat ketidaksesuaian sesuai dengan prosedur dalam OHSAS 18001 : 1999. Penanggung jawab operasional lapangan adalah seorang SHE officer yang telah ditunjuk manajeman puncak. Sehingga dengan adanya seorang SHE officer maka diharapkan seluruh aktivitas K3 dilapangan akan dapat dikendalikan dengan baik. Untuk mengetahui kemajuan tingkat kesadaran terhadap keselamatan kerja maka SHE officer mengadakan kegiatan alternatif diantaranya yaitu : Menentukan aktifator, mengukur tingkat kesadaran K3, kemudian hasil dari pengukuran tersebut dievaluasi oleh interen tim SHE officer, setelah diketahui perkembangan tingkat kesadaran terhadap K3, maka diadakan perbaikan apabila terjadi ketidaksesuaian sesuai dengan yang telah disyaratkan dalam OHSAS 18001 : 1999. V-19

5.3.7 Persiapan dan Tanggap Darurat Tabel 5.12. Tinjauan Persiapan Dan Tanggap Darurat Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara perencanaan dan prosedur untuk mengidentifikasi potensi terjadinya insiden dan situasi darurat dan cara meresponnya, serta penanggulangannya. Struktur organisasi dan tanggap darurat telah tersusun, serta melakukan kerjasama terhadap pihak rumah sakit, pihak asuransi dan pihak DEPNAKER untuk penanggulangan saat terjadi insiden-insiden kecelakaan. Pembahasan Kesiagaan dan tanggap darurat yang dilakukan oleh kontraktor dalam proyek Tempo Scan Tower yaitu dengan menyiapkan petugas safety yang selalu siaga selama pelaksanaan proyek berlangsung, petugas piket ini akan selalu siap. Disamping itu, kesiapan secara personel persiapan tanggap darurat perusahaan juga dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pihak rumah sakit yang ditunjuk untuk mengantisipasi apabila terjadi kecelakan yang berakibat fatal. 5.4 Pemantauan dan Pengukuran Untuk menjamin kualitas dan menghindari ketidaksesuaian yang telah direncanakan maka diadakan tindakan pemeriksaan dan tindakan perbaikan, diantaranya adalah mengikuti prosedur seperti di bawah ini: 1. Unjuk kerja, pemantauan dan pengukuran V-20

2. Kecelakaan, insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan 3. Pengendalian rekaman 4. Audit 5.4.1 Unjuk Kerja, Pemantauan dan Pengukuran Tabel 5.13. Tinjauan Unjuk kerja, Pemantauan Dan Pengukuran Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi menetapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3 pada selang waktu terencana. Unjuk kerja, pemantauan dan pengukuran telah dilakukan dengan cara melakukan penilaian terhadap kegiatan safety, house keeping dan pencapaian target K3 yang dilakukan secara berkala dari pihak safety Manager Pembahasan Tindakan pemantauan ini dilaksanakan untuk mengontrol aktivitas setiap pekerjan, sehingga diharapkan seluruh aktivitas yang ada yang dapat menimbulkan kecelakaan akan dapat diminimalisir. Pemantauan ini dilakukan oleh tim SHE officer, yang pelaksanaanya telah disesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam dokumen OHSAS 18001 : 1999. Dalam pemantauan ini dilakukan juga tindakan pengukuran terhadap kinerja karyawan yang terlibat dalam pembanguan. V-21

5.4.2 Kecelakaan, Insiden, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Tabel 5.14. Tinjauan Kecelakaan, Insiden, Tindakan Perbaikan & Pencegahan Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mendefinisikan tanggung jawab dan wewenang untuk: Penanganan dan investigasi dari - Kecelakaan - Insiden - Ketidaksesuaian diambil untuk mengurangi berbagai konsekuensi yang timbul dari kecelakaan, insiden atau ketidaksesuaian. Tindakan yang diambil untuk mengurangi berbagai konsekuensi yang timbul dari kecelakaan, insiden atau ketidaksesuaian. Melakukan rapat konsolidasi sesaat setelah terjadi insiden kecelakaan di lapangan untuk melakukan investigasi mengenai penyebab kecelakaan serta penyusunan langkah-langkah sehingga kecelakaan yang serupa tidak akan terjadi kembali Melakukan investigasi langsung ke lokasi terjadi kecelakaan untuk melihat kondisi lapangan secara langsung serta menentukan sarana dan prasarana tambahan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang serupa. V-22

Tabel 5.15. Jumlah Kecelakaan Periode Maret s/d Mei Proyek No Bulan Pekerjaaan Keterangan Jenis Cedera Jumlah Pembesian Tergores kawat Luka Sobek 2 kasus 1 Maret Galian Terbentur kendaraan Luka Memar 1 kasus Bekisting Tergores Bekisting Luka Sobek 1 kasus Pembetonan Tergores Ujung Besi Luka Gores 1 kasus 2 April 3 Mei Bekisting Bekisting Tergores Paku Luka Gores 1 kasus Terpukul Palu Luka Memar 2 kasus Tergores Bekisting Luka Gores 1 kasus Terjatuh dari perancah Luka Memar 1 kasus Pembetonan Tertusuk ujung besi Luka Tusuk 1 kasus Total 11 kasus Pembahasan Setiap adanya kecelakaan, insiden, dan ketidaksesuaian yang terjadi telah dapat diinvestigasi dengan baik serta diberi tindakan perbaikan dan penanganan yang baik pula oleh perusahaan di atas. Pencegahan dan penanggulangan juga telah diterapkan dengan sangat baik, hal itu dapat dilihat di lampiran identifikasi. Adanya sangat sedikit kecelakaan kerja yang hanya membawa korban luka ringan juga menambah bukti bahwa elemen OHSAS pada point ini sudah diterapkan dengan baik. V-23

5.4.3 Pengendalian Rekaman Tabel 5.16. Tinjauan Pengendalian Rekaman Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi, pemeliharaan dan disposisi rekaman K3 sebagai hasil audit dan tinjauan. Rekamanrekaman K3 harus dapat dibaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri sesuai aktivitas yang terkait. Rekaman-rekaman K3 harus disimpan dan dipelihara untuk sewaktu-waktu siap ditunjukan. Selain itu juga harus dipelihara dari kerusakan, keausan dan jangan sampai hilang. Waktu retensi harus ditetapkan dan disimpan. Menyusun rekaman dalam bentuk tertulis dan dilengkapi dengan data-data yang sesuai dengan yang ada di lapangan. Semua rekaman yang disusun harus disahkan oleh pihak yang terkait dan bertanggung jawab terhadap dokumen dan data-data tersebut. Seluruh rekaman yang ada disusun secara rapi di proyek, sehingga saat diakukan audit, pihak auditor dapat dengan mudah menemukan data-data yang dibutuhkan. Pembahasan Pengendalian rekaman ini dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan penyusunan dokumen. Semua rekaman yang dibuat disusun, karena dokumen yang disusun akan dijamin kevalidannya dan akan dapat dibaca dipahami dengan mudah oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek pada umumnya dan tim audit pada khususnya. Dengan penyusunan dan pengendalian rekaman ini akan mempermudah dalam penelusuran jika terjadi ketidaksesuaian selama proses pembangunan proyek V-24

berlangsung. Dokumen ini bersifat resmi dan tidak ada proses manipulasi karena dalam prosesnya setiap rekaman yang dibuat akan selalu diketahui dan disahkan oleh pihak-pihak yang terkait. 5.4.4 Audit Tabel 5.17. Tinjauan Audit Proyek Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Organisasi harus menetapkan dan memelihara program dan prosedur audit secara periodik sesuai dengan kondisi proyek sehingga akan dapat dilakukan tindakan pencegahan serta perbaikan yang diperlukan Pelaksanaan Manajemen K3 sesuai perencanaan Manajemen K3 mencakup persyaratan dari spesifikasi K3 Proses audit dipelihara dan diterapkan secara berkelanjutan - Audit OHSAS dilaksanakan internal tanpa melibatkan pihak luar dan dilaksanakan 6 bulan sekali. Audit yang dilakukan secara periodic tersebut disesuaikan dengan perencanaan serta spesifikasi K3 yang telah ada Audit dilaksanakan secara periodic dan terus menerus, sehingga proses perbaikan serta pencegahan dapat secara efektif dilakukan Pembahasan Audit OHSAS 18001 : 1999 yang dilakukan oleh hanya dilakukan internal tanpa melibatkan pihak eksternal. Dalam konteks disini, dilaksanakan oleh pihak internal Divisi 3 perusahaan yang sudah independent, hal ini V-25

tentunya sudah memenuhi ketentuan OHSAS 18001 : 1999 dan dinilai baik. Audit dilakukan sesuai dengan perencanaan yang ada sehingga pelaksanaan di lapangan akan mengalami perbaikan secara terus menerus menuju pelaksanaan K3 yang semakin baik pada proyek 5.5 Tinjauan Manajemen Persyaratan OHSAS 18001 : 1999 Top manajemen harus meninjau Sistem Manajemen K3 pada selang waktu terencana, untuk memastikan Sistem Manajemen K3 secara terus menerus sesuai, cukup dan efektif. Proses tinjauan manajemen harus memastikan bahwa informasi yang diperlukan terkumpul pada manajemen untuk dilakukan evaluasi. Tinjauan ini harus terdokumentasi. Tinjauan manajemen harus diarahkan pada kemungkinan kebutuhan untuk perubahan kebijakan, sasaran dan elemen Sistem Manajemen K3 lainnya, hasil audit sistem manajemen K3, perubahan organisasi, dan komitmen untuk perbaikan berkelanjutan. Tinjauan manajemen harus membahas kemungkinan perlunya perubahan kebijakan, tujuan dan unsur-unsur lainya dari sistem manajemen K3, perubahan keadaan dan komitmen untuk meningkatkan berkelanjutan Untuk memenuhi ketentuan dalam OHSAS 18001 : 1999 maka perusahaan harus mengadakan tinjauan mengenai manajemen K3 yang telah dilaksanakan, apakah manajemen yang dilaksanakan sudah sesuai atau belum, kalau belum maka diadakan revisi. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan setiap bulan sekali dengan pihak yang terkait. Untuk memperbaiki kesalahan yang lakukan oleh karyawan, tindakan yang V-26

salah juga dilakukan perbaikan secara langsung yaitu tidak menggunakan punishment tetapi dengan menggunakan metode pendekatan persiasif. Agenda manajemen review adalah sebagai berikut: a) Program kerja setiap divisi dan yang setingkat dan strategi b) Evaluasi pencapaian terhadap target yang ditetapkan termasuk c) Iktisar (overview) kinerja divisi / cabang dan perusahaan. d) Kebijakan baru perusahaan (jika ada) e) Presentasi hal-hal khusus Tinjauan manajemen ini bertujuan untuk evaluasi dari segala yang dilaksanakan dalam proses penyusunan dokumen OHSAS 18001 : 1999. Sehingga tinjauan manajemen ini akan meningkatkan kinerja semua pihak yang terkait dalam proses pembangunan gedung tersebut. Semua tahapan implementasi dalam OHSAS 18001 : 1999 diawali dengan kebijakan di mana kebijakan merupakan syarat utama, dan setiap perusahaan harus memenuhi, setelah itu berlanjut pada tingkat berikutnya dan akan sarnpai pada saat tinjauan manajemen dimana dalam proses final tersebut banyak hal yang perlu di review kembali. V-27

5.6 Tabel Perbandingan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Telah Tersertifikasi OHSAS 18001:1999 Dengan Persyaratan OHSAS 18001:1999 Tabel 5.18 Perbandingan Pelaksanaan epekerjaan Yang Telah Tersertifikasi OHSAS 18001:1999 Dengan Persyaratan OHSAS 18001:1999 No Pekerjaan Persyaratan OHSAS 18001:1999 1 Pekerjaan Galian Tanah Adanya Perencanaan yang matang sebelum melakukan pekerjaan Wajib menggunakan Alat Pelindung Diri yang dibutuhkan Penggunaan Sarana dan prasarana pengamanan pada lokasi pekerjaan Pemantauan secara terus menerus pada lokasi pekerjaan Pengaturan daerah sekeliling lokasi pekerjaan sehingga mempermudah pelaksanaan pekerjaan - Melaksanakan Tool box meeting - Melaksanakan Safety Induction - Penggunaan APD ( gloves, safety shoes, helm) - Penggunaan Barricade - Penempatan makra peringatan - Pemasangan batas lintas alat dari tepi - Monitoring pergerakan dinding - Pembuangan Air tergenang pada akses jalan - Pembuatan drainase sementara pada sisi bawah galian V-28

No Pekerjaan Persyaratan OHSAS 18001:1999 1 Pekerjaan Galian Tanah Pengaturan daerah sekeliling lokasi pekerjaan sehingga mempermudah pelaksanaan pekerjaan 2 Pekerjaan Bekisting Adanya Perencanaan yang matang sebelum melakukan pekerjaan Wajib menggunakan Alat Pelindung Diri yang dibutuhkan Memastikan kuatnya Bagian-bagian dari perancah yang membahayakan pekerja Perencanaan yang matang pada sambungan rangka bekisting serta lokasi pekerjaan - Pengaturan kecepatan kendaraan harus di bawah 5 km/jam - Pengaturan lalu lintas areal pintu proyek - Melaksanakan Tool box meeting - Melaksanakan Safety Induction - Penggunaan APD ( gloves, safety shoes, helm) - Penggunaan Barricade - Monitoring kekuatan perancah - Pemasangan penguatan perancah - Penyediaan Ruang Bekerja Yang Cukup Luas - Pemasangan lantai bawah shoring - Pemasangan safety line sekitar lokasi pekerjaan V-29

No Pekerjaan Persyaratan OHSAS 18001:1999 2 Pekerjaan Bekisting Perencanaan yang matang pada sambungan rangka bekisting serta lokasi pekerjaan 3 Pekerjaan Pembesian Adanya Perencanaan yang matang sebelum melakukan pekerjaan Wajib menggunakan Alat Pelindung Diri yang dibutuhkan Penggunaan Sarana dan prasarana pengamanan pada lokasi pekerjaan - Menutup void dan pasang railing disekeliling void - Melaksanakan Tool box meeting - Melaksanakan Safety Induction - Penggunaan APD ( Safety Boot, Sarung tangan, helm) - Pemberian penguat sementara - Pasang railing pada tepi bangunan/catwalk - Pengecekan alat sebelum mulai bekerja - Penerangan yang cukup pada keadaan gelap - Penempatan makra peringatan V-30

No Pekerjaan Persyaratan OHSAS 18001:1999 3 Pekerjaan Pembesian Penggunaan Sarana dan prasarana - Penggunaan Alat bantu pada posisi pengamanan pada lokasi pekerjaan ketinggian - Penggunaan kabel sling pada saat pengangkutan dengan tower crane - Memberikan pelindung sementara pada bagian besi yang telah tertanam 4 Pekerjaan Pembetonan Adanya Perencanaan yang matang - Melaksanakan Tool box meeting sebelum melakukan pekerjaan - Melaksanakan Safety Induction Penggunaan Alat Pelindung Diri - Penggunaan APD ( gloves, safety shoes, helm, sarung tangan) Melakukan pemeriksaan pada seluruh peralatan pekerjaan pembetonan - Pemeriksaan pada pipa concrete pump - Perawatan terhadap peralatan pembetonan seperti vibrator, pipapipa, penerangan dan lain-lain V-31

No Pekerjaan Persyaratan OHSAS 18001:1999 4 Pekerjaan Pembetonan Melakukan pemeriksaan pada seluruh peralatan pekerjaan pembetonan - Selalu perhatikan kondisi pipa dan sambungan - Pasang papan untuk pijakan saat pengecoran - Selalu melakukan pembersihan terhadap peralatan seusai melakukan pengecoran 5 Pekerjaan Di Tempat Adanya Perencanaan yang matang - Melaksanakan Tool box meeting Tinggi sebelum melakukan pekerjaan - Melaksanakan Safety Induction Penggunaan Alat Pelindung Diri - Penggunaan APD (Tali pengaman, kaos tangan, Sepatu, safety haness dan helm) Melakukan pengaman terhadap lokasi - Penggunaan jaring pengaman untuk yang ada di bawahnya mencegah jatuhnya benda-benda yang dapat menimpa orang di bawahnya V-32

No Pekerjaan Persyaratan OHSAS 18001:1999 5 Pekerjaan Di Tempat Melakukan pengaman terhadap lokasi Tinggi yang ada di bawahnya - Menjaga kebersihan daerah di bawahnya dari reruntuhan dan barang-barang yang tidak diperlukan V-33

5.7 Kekurangan-Kekurangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek Tabel 5.19 Kekurangan-Kekurangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek No Pekerjaan Kekurangan Yang Terjadi 1 Galian Tanah - Kurangnya terdapat marka-marka peringatan - Seringnya dijumpai lokasi galian tanpa memasang batas lintas - Kurangnya personel dalam mengatur lalu lintas kendaraan pada areal galian 2 Bekisting - Jarangnya penggunaan penguat pada perancah - Kurangnya kesadaran pekerja menggunakan sarung tangan saat bekerja - Kurangnya pengecekan terhadap perancah sebelum melakukan pekerjaan 3 Pembesian - Kurangnya terdapat marka-marka peringatan - Kurangnya kesadaran pekerja menggunakan sarung tangan saat bekerja 4 Pembetonan - Tidak berkalanya pembersihan terhadap peralatan pengecoran - Sering terjadi kebocoran pada pipa saat pembetonan V-34

No Pekerjaan Kekurangan Yang Terjadi 5 Di Tempat Tinggi - Kurangnya pengecekan terhadap jaring pengaman yang telah terpasang - Seringnya dijumpai lokasi di ketinggian yang belum terpasang railing - Kurangnya marka peringatan pada lantai di bawahnya Pembahasan 1. Pekerjaan Galian Tanah Pada pekerjaan galian tanah, system sertifikasi OHSAS 18001:1999 lebih menekankan pada pengamanan di area sekitar galian dan juga wilayah galian. Dalam pekerjaan ini PT BAM Decorient telah mewajibkan pengamanan yang baik pada lokasi galian, seperti pemasangan pagar pengamanan pada saat melakukan galian,himbauan untuk memperlambat kendaraan di sekitar galian, dan juga pengaturan arus lalu lintas di sekitar lokasi galian. Meskipun di dalam pengerjaan di lapangan masih sering ditemui kekurangan-kekurangan seperti kurangnya terdapat marka-marka peringatan, Seringnya dijumpai lokasi galian tanpa memasang batas lintas serta kurangnya personel dalam mengatur lalu lintas di sekitar galian. V-35

2. Pekerjaan Bekisting Pada pekerjaan bekisting system sertifikasi OHSAS 18001:1999 lebih menekankan pada pengamanan terhadap kekuatan perancah, bekisting serta lokasi pekerjaan. Pada pekerjaan ini, system sertifikasi OHSAS 18001:1999 mewajibkan penggunaan alatalat penguat untuk perancah, bekisting dan juga pengamanan di sekitar lokasi sehingga akan menjaga kesehatan serta keselamatan kerja para pekerja. Pada pekerjaan ini PT BAM decorient telah mewajibkan penggunaan alat-alat penguat bagi perancah dan bekisting serta memasang railing dan marka-marka peringatan di sekitar lokasi pekerjaan. Meskipun di dalam pengerjaan di lapangan masih sering ditemui kekurangan-kekurangan seperti Jarangnya penggunaan penguat pada perancah, Kurangnya kesadaran pekerja menggunakan sarung tangan saat bekerja dan Kurangnya pengecekan terhadap perancah sebelum melakukan pekerjaan 3. Pekerjaan Pembesian Pada pekerjaan pembesian system sertifikasi OHSAS 18001:1999 lebih menekankan pada pengamanan pekerja pada saat melakukan kegiatan pembesian, pemasangan serta lokasi pekerjaan. Pada pekerjaan ini PT BAM decorient telah mewajibkan penggunaan alat-alat pelindung diri bagi pekerja saat melakukan kegiatan pembesian, pemasangan dan juga pengamanan lokasi pekerjaan seperti penggunaan sarung tangan, safety boot serta helm dan juga penggunaan kabel sling pada saat pemasangan besi pada tempat yang tinggi, serta penggunaan marka-marka peringatan di sekitar lokasi pekerjaan. Meskipun di dalam pengerjaan di lapangan masih sering V-36

ditemui kekurangan-kekurangan seperti Kurangnya terdapat marka-marka peringatan dan kurangnya kesadaran pekerja menggunakan sarung tangan saat bekerja 4. Pekerjaan Pembetonan Pada pekerjaan pembetonan system sertifikasi OHSAS 18001:1999 lebih menekankan pada pengecekan alat-alat pengecoran serta pengamanan lokasi pekerjaan. Pada pekerjaan ini PT BAM decorient telah mewajibkan penggunaan alatalat pelindung diri bagi pekerja saat melakukan kegiatan pembetonan serta pengamanan lokasi pekerjaan seperti penggunaan sarung tangan, safety boot serta helm dan juga pengecekan secara berkala terhadap alat-alat penegecoran seperti pipa, vibrator dan juga setiap sambungan yang ada. Pada area pekerjaan juga selalu diberikan marka-marka peringatan untuk pengamanan pada lokasi pekerjaan. Meskipun di dalam pengerjaan di lapangan masih sering ditemui kekurangankekurangan seperti tidak berkalanya pembersihan terhadap peralatan pengecoran dan Sering terjadi kebocoran pada pipa saat pembetonan 5. Pekerjaan Di Tempat Tinggi Pada pekerjaan di tempat tinggi, system sertifikasi OHSAS 18001:1999 lebih menekankan pada keselamatan pekerja pada saat di posisi ketinggian serta pengamanan lokasi di bawahnya. Pada pekerjaan ini PT BAM decorient telah mewajibkan penggunaan alat-alat pelindung diri bagi pekerja saat melakukan kegiatan pada posisi ketinggian serta pengamanan lokasi pekerjaan pekerjaan di V-37

bawahnya seperti Tali pengaman, kaos tangan, Sepatu, safety haness dan helm serta pemasangan jaring pengaman untuk mencegah jatuhnya benda-benda yang dapat menimpa orang di bawahnya. Meskipun di dalam pengerjaan di lapangan masih sering ditemui kekurangan-kekurangan seperti kurangnya pengecekan terhadap jaring pengaman yang telah terpasang, Seringnya dijumpai lokasi di ketinggian yang belum terpasang railing, kurangnya marka peringatan pada lantai di bawahnya. 5.8 Flow Chart Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek Tempo Scan Tower Gambar 5.1 Flow Chart Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek Tempo Scan Tower Jadwal Pekerjaan 2 2 Supervisor Lapangan NOT OK 1 1 NOT OK Quality Control Safety Officer 3 OK 2 2 OK 3 NOT OK Manajemen Konstruksi NOT OK 3 OK Pelaksanaan Pekerjaan V-38

Penjelasan 1. Supervisor lapangan akan melaporkan jadwal pekerjaan serta menyerahkan datadata mengenai lokasi, item pekerjaan dan waktu pelaksanaan dalam bentuk berita acara setelah memastikan bahwa pekerjaan telah siap untuk dilaksanakan kepada Quality Control dan Safety Officer. 2. Kemudian pihak Quality Control dan Safety Officer yang diwakili oleh Inspektur lapangan akan melakukan pemeriksaan di lapangan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh Quality Control menyangkut syarat-syarat yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan sebelum dilaksanakan, sedangkan pihak Inspektur safety akan memeriksa keamanan di sekitar kondisi pekerjaan, kelengkapan peralatan bekerja serta penggunaan alat pelindung diri bagi para pekerja. Tetapi bila ada hal-hal yang tidak memenuhi persyaratan dari Quality Control maupun Safety Officer, maka pihak supervisor lapangan harus segera memperbaikinya sebelum pekerjaan dilaksanakan. Jika pihak Quality Control dan Safety Officer menilai bahwa persyaratan yang ada telah terpenuhi, maka pihak Quality Control dan Safety Officer akan menyerahkan berita acara sebelumnya kepada pihak manajemen konstruksi. 3. Kemudian pihak manajemen konstruksi akan melakukan pemeriksaan langsung ke lokasi pekerjaan dengan pihak Quality Control dan Safety Officer untuk memeriksa kesiapan lokasi dalam melaksanakan pekerjaan. Jika manajemen konstruksi merasa ada hal yang masih harus diperbaiki terlebih dahulu, maka pihak manajemen konstruksi akan mengembalikan berita acara kepada pihak V-39

Quality Control dan Safety Officer untuk dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum pekerjaan dilaksanakan. Namun jika pihak manajemen konstruksi menilai bahwa persyaratan telah terpenuhi, maka akan dilakukan penandatanganan berita acara oleh pihak manajemen konstruksi, Side manager, Quality Control dan Safety Officer. Setelah itu, maka pekerjaan tersebut siap untuk dilaksanakan. V-40