PENGGUNAAN DATA PENGINDERAAN JAUH DALAM ANALISIS BENTUKAN LAHAN. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

METODE. Waktu dan Tempat

Pemodelan Hidrologi Untuk Identifikasi Daerah Rawan Banjir Di Sebagian Wilayah Surakarta Menggunakan SIG

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

07. Bentangalam Fluvial

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4 Andi Panguriseng 1, Muh. Altin Massinai 1, Paharuddin 1 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH CITRA LANDSAT 8 DAN SRTM UNTUK IDENTIFIKASI BENTUK LAHAN DOME KULONPROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

Analisis DEM SRTM untuk Penilaian Kesesuaian Lahan Kopi dan Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Timur. Ari Wahono 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PEMANFAATAN DELTA BARITO BERDASARKAN PETA BENTUKLAHAN. Oleh: Deasy Arisanty 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN DAN RISIKO BANJIR. Oleh : Lili Somantri*)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Perubahan Garis Pantai Di Kabupaten Indramayu Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sumber : geosetia.blogspot.com Gambar 3.1 Morfologi Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

III. METODOLOGI PENELITIAN

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

III. BAHAN DAN METODE

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN FISIK LAHAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

BAB III BAHAN DAN METODE

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN. Perubahan Bentangalam

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Kajian Penggunaan Lahan Pada Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

HIDROSFER II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

dalam ilmu Geographic Information (Geomatics) menjadi dua teknologi yang

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

ANALISIS SPASIAL RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Paharuddin, M.Si 1, Dr. Muh. Alimuddin Hamzah, M.Eng 1, Rezky Shakiah Putri 2.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

Transkripsi:

PENGGUNAAN DATA PENGINDERAAN JAUH DALAM ANALISIS BENTUKAN LAHAN ASAL PROSES FLUVIAL DI WILAYAH KARANGSAMBUNG Puguh Dwi Raharjo Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI Abstrak Obyek kajian geomorfologi adalah bentuklahan yang tersusun pada permukaan bumi di daratan maupun penyusun muka bumi di dasar laut. Kondisi geomorfologi yang dimiliki suatu daerah merupakan sumberdaya alam. Salah satu bagian dari sumberdaya alam adalah sumberdaya lahan. Pemanfaatan sumberdaya lahan yang seoptimal mungkin menjadi suatu keharusan agar mendapat hasil yang optimal. Dengan menggunakan data penginderaan jauh maka pengkaitan bentuk lahan dapat dilakukan analisa. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis bentukan lahan asal proses fluvial di wilayah Karangsambung dengan menggunakan data citra satelit. Hasil yang didapat pada penelitian ini bahwa sub bentukan lahan asal proses fluvial terdapat 5 (lima) jenis, yaitu : dataran banjir, sungai meander, sungai teranyam, pothole, point bar, sungai mati. Kata Kunci : Geomorfologi fluvial, penginderaan jauh, Karangsambung PENDAHULUAN Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu tentang yang membicarakan tentang bentuklahan yang mengukir permukaan bumi, Menekankan cara pembentukannya serta konteks kelingkungannya (Dibyosaputro, 1998). Obyek kajian geomorfologi adalah bentuklahan yang tersusun pada permukaan bumi di daratan maupun penyusun muka bumi di dasar laut, yang dipelajari dengan menekankan pada proses pembentukan dan perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya dengan lingkungan (Verstappen, 1983). Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat proses geomorfologi, baik yang bersal dari dalam bumi (endogen) maupun yang bersal dari luar bumi (eksogen). Dalam mempelajari mengenai 146 geomorfologi penekanan utamanya adalah mempelajari bentuklahan/landform. Bentuk lahan sendiri merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang beroperasi di permukaan bumi Proses geomorfologis diakibatkan oleh adanya tenaga yang ditimbulkan oleh medium alami yang berada di permukaan bumi. Kondisi geomorfologi yang dimiliki suatu daerah merupakan sumberdaya alam. Salah satu bagian dari sumberdaya alam adalah sumberdaya lahan. Pemanfaatan sumberdaya lahan yang seoptimal mungkin menjadi suatu keharusan agar mendapat hasil yang optimal, namun perlu diupayakan agar tidak terjadi kerusakan pada lahan. Data mengenai sumberdaya lahan sangat diperlukan untuk dapat memanfaatkan potensi sumberdaya

lahan secara optimal. Informasi mengenai kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan dasar utama dalam penyusunan pengelolaan lahan. Peta geomorfologi yang memuat data tentang bentuklahan dan proses geomorfologinya, merupakan salah satu bentuk data yang relatif lengkap mengenai potensi sumberdaya lahan. Manfaat peta geomorfologi antara lain untuk inventarisasi lahan pertanian, untuk mempelajari masalah-masalah penggunaan lahan secara ekstensif, dan sebagai dasar untuk mengembangkan peta terhadap penggunaan yang lebih bervariasi lagi. Peta geomorfologi juga dapat berguna untuk penyusunan rencana tata ruang agar sesuai dengan kondisi fisik lingkungan setempat, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi optimal bagi peningkatan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat (Iskandar, 2008). Klasifikasi bentuklahan didasarkan pada :genesis, proses, dan batuan. Bentuklahan bentukan asal fluvial berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan (sedimentasi) seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Pada dasarnya bentuklahan ini disebabkan karena proses fluvial akibat proses air yang mengalir baik yang memusat (sungai) maupun aliran permukaan bebas (overlandflow). Ketiga aktivitas baik dari sungai maupun aliran bebas mencakup Erosi, Transportasi, dan Sedimentasi. Gambar 1 merupakan grafik proses aktivitas fluvial terhadap kecepatan dan ukuran partikel. Erosion merupakan pelepasan progresif material dasar dan tebing sungai, yang diakibatkan karena proses menumbuk dan menggerus material sungai sehingga material alluvial yang tidak kompak seperti krakal, kerikil, pasir, dan lempung dapat terangkut. Transportation pada sedimen yang terangkut tergantung pada ; debit sungai, material sedimen, kecepatan aliran. Deposisi merupakan suatu pengendapan dari material-material Sumber : K. Lemke, 2009 Gambar 1. Grafik Proses Aktivitas Fluvial terhadap kecepatan dan partikel Jurnal Geografi 147

permukaan yang terendapakan disuatu tempat dimana gaya yang bekerja sudah tidak aktif. Citra penginderaan jauh berupa Landsat TM (Land Sattelite Thematic Mapper) merupakan citra multispektral yang dapat menyajikan informasi fisik permukaan lahan suatu daerah. Landsat TM terdiri dari tujuh saluran dengan resolusi spasial 30 meter untuk band 1-5 dan band 7, resolusi spasial untuk band 6 (inframerah thermal) adalah 120 meter. Perkiraan ukuran cakupan adalah 170 kilometer sebelah utara-selatan dan 183 kilometer sebelah timur-barat. Output dari analisis citra penginderaan jauh dilakukan suatu gambaran spasial dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dalam menyajikan dan memanipulasi data dapat berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data yang berupa atribut. SIG mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memodelkan suatu 3D permukaan sebagai DEM, DTM atau TIN. Berbagai kepentingan yang berkaitan dengan sumber daya air dapat dianalisa dan dimodelkan seperti misalnya, saluran air, konsentrasi aliran air, akumulasi aliran air, arah aliran air permukaan, wilayah pengendapan, zonasi satuan Sub DAS, serta daerah dataran banjir. Penggunaan analisa keruangan dengan 3 dimensi pada SIG digunakan untuk mengintepretasi kenampakan fisik secara dimensional serta untuk memanipulasi data sehingga mudah dikaitkan dengan ilmu geomorfologi fluvial dengan menggunakan pendekatan bentanglahan (landscape). Tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan analisis bentukan lahan asal proses fluvial di wilayah Karangsambung dengan menggunakan wahan citra satelit. Sehingga dengan mengetahui jenis bentukan lahan asal proses fluvial pada kawasan dapat digunakan sebagai perencanaan tata ruang khususnya dalam bidang sumberdaya air. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan bahan dan alat antara lain ; Peta RBI skala 1:25.000, Citra Landsat TM daerah penelitian, perangkat keras (hardware) berupa seperangkat komputer, perangkat lunak Gambar 2. Lokasi Kajian Penelitian Wilayah Karangsambung 148

(software) menggunakan program ArcView 3.3 dengan penambahan tolls extensions untuk pengolahan data vektor, ENVI 4.0 untuk pengolahan data raster dan Surfer 7.0, GPS untuk menentukan dalam cekking lapangan, Abney Level untuk mengetahui kemiringan lereng di lapangan, serta kamera digital. Gambar 2 merupakan wilayah kajian penelitian di Wilayah Karangsambung. Bahan citra berupa satelit landasat TM dilakukan suatu pengkoreksian sebelum dilakukan analisis, koreksi tersebut meliputi koreksi geometrik, yaitu koreksi pada citra agar terdapat kesamaan geometri antara citra dengan permukaan bumi akibat adanya rotasi bumi dan pergerakan wahana sensor. Koreksi yang kedua adalah koreksi radiometrik yang merupakan koreksi sebagai pembebasan awan. Komposit warna semu (False Color Composit) digunakan pada citra dengan maksud agar dapat menonjolkan karakteristik tertentu permukaan sesuai dengan tujuan. Pada penelitian ini digunakan analisis intepretasi citra secara visual. Band komposit yang digunakan pada penelitian ini antara lain menggunakan RGB 452. Komposit RGB 452 digunakan dalam mendeteksi konfigurasi permukaan agar terlihat dengan jelas topografi dan bentuk-bentuknya. Citra radar SRTM 30 tile e100n40 digunakan untuk mengetahui nilai DEM (digital elevation model) dilakukan pengkonversian ke dalam bentuk vektor sehingga dapat dilakukan pengkelasan terhadap kemiringan lereng dengan menggunakan Metode Horn. Dengan mengetahui keadaan secara umum permukaan maka akan dapat dilakukan suatu kajian mengenai karaktersitik. HASIL PEMBAHASAN Dalam melakukan analisis mengenai bentukan lahan asal proses fluvial pada penelitian ini dilakukan dua tahap, yang pertama dilakukan Gambar 3. Kenampakan Topografi 3 Dimensional Wilayah Karangsambung Sumber : Pengolahan Data DEM, 2010 Jurnal Geografi 149

dengan analisis SIG dan yang kedua dengan intepretasi citra. Analisis dengan menggunakan sistem informasi geografis diperlukan suatu data kenampakan tiga dimensional yang memperlihatkan kondisi topografi wilayah. Dengan menggunakan ektensi 3D modeling pada software pengolah data vektor data dasar yang berupa garis kontur wilayah dirubah dalam bentuk TIN (Triangular Irregular Network) yaitu berupa garis-garis yang membentuk segitiga yang tidak beraturan guna menggambarkan kenampakan 3 dimensional. Gambar 3 merupakan kenampakan 3 dimensional wilayah kajian penelitian. Dari kenampakan topografi 3 dimensional tersebut (gambar 3) terlihat bahwa wilayah ini mempunyai sebagian besar topografi perbukitan sehingga dimungkinkan perkembangan bentuk lahan secara global pada kawasan ini berupa bentukan asal proses struktural (endogen) dan bentukan asal proses denudasional. Adanya suatu cekungan yang berupa lembah antiklin menandakan adanya beberapa proses bentukan dari proses bentukan asal struktural yang telah terkena tenaga denudasional. Mengingat wilayah ini masih terdapat banyak singkapan batuan dengan topografi yang berbukit maka air hujan yang jatuh pada permukaan sebagian besar akan menjadi aliran permukaan dengan tingkat kecepatan dan debit aliran yang tinggi. Semakin lama bentukan lahan denudasional terbut akan terkikis oleh adanya tenaga fluvial dan menjadikan berbagai bentukan lahan asal proses fluvial pada kawasan karangsambung ini. Gambar 4. merupakan foto sebagian jenis bentukan lahan asal proses fluvial yang ada di kawasan Karangsambung. Geomorfologi yang membentuk bentukan lahan asal proses fluvial di wilayah karangsambung meliputi, (A) bentuklahan dataran banjir yang merupakan daerah yang sering banjir pada kawasan ini, dataran banjir merupakan sutau tempat akumulasi sedimentasi akibat adanya luapan banjir sehingga wilayah ini merupakan daerah yang secara periodik terkena banjir ; (B) bentuklahan sungai meandering ini diakibatkan karena adanya kekuatan dari aliran permukaan pada sungai yang menghantam batuan dengan perbedaan kekompakan batuan sehingga akan terjadi pembelokan arah sungai, belokan sebelah luar merupakan zona dimana material akan tererosi yang disebut sebagai pothole (D) sedangkan belokan sebelah dalam merupakan zona dimana material diendapkan yang juga disebut sebagai point bar (E). ; (C) bentuklahan sungai teranyam yang diakibatkan karena banyaknya material dengan ukuran butir besar/ kasar hasil sedimentasi pada gosong sungai biasanya wilayah ini merupakan wilayah yang landai dan datar, serta juga terdapat (F) bentuklahan sungai mati yaitu di dekat bentuklahan meandering, bentuklahan ini merupakan hasil akhir dari meandering yang membentuk suatu danau tapal kuda (oxbow lake), dan untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 4. Pentingnya mengetahui zonasi-zonasi bentuklahan fluvial ini untuk sebagai salah satu faktor dalam menentukan kesesuaian lahan sehingga terciptanya produktivitas lahan yang optimal. Gambar 4. merupakan citra Landsat TM komposit RGB FCC 452 wilayah Karangsambung. 150

Gambar 3. Foto Bentukan Lahan Asal Proses Fluvial Kawasan Karangsambung Gambar 4. Citra Landsat TM Komposit RGB FCC 452 Wilayah Karangsambung Jurnal Geografi 151

PENUTUP Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa bentukan lahan asal proses fluvial yang ada pada kawasan Karangsambung berawal dari bentukan asal proses struktural (endogen) yang telah terkena tenaga luar dan menjadi bentukan asal proses denudasional. Penggunaan data DEM SRTM dapat terlihat dengan jelas topografi permukaan sehingga dapat digunakan untuk menganalisa proses geomorfologi fluvial yang terjadi, sedangkan dengan menggunakan data Komposit RGB FCC 452 Landsat TM pancaran spektralnya mempermudah membedakan sub-sub bentuk lahan fluvial. DAFTAR RUJUKAN Blij, Muller., 1993. Phisical Geography of The Global Environment, Jonh Wiley & Sons lnc. Canada. Dibyosaputra, S., 1998. Geomorfologi Dasar, Catatan Kuliah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Strahler. 1951. Physical Geography, Jonh Wiley & Sons lnc. Canada. http://www.uwsp.edu, diakses tanggal 14 oktober v2009 jam 11.20 WIB DW Iskandar, 2008. Teknik Pemrosesan Citra Digital ASTER Untuk Kajian Geomorfologi Studi Kasus di Sebagian Daerah Istimewa Yogyakarta. PIT MAPIN XVII, Bandung 10-12-2008. 152