BAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP MIKROBA PADA ISOLAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

aktivitas enzim antioksidan, yaitu superoxide dismutase (SOD), katalase

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

I. PENDAHULUAN. Bidang perikanan memegang peranan penting dalam penyediaan protein

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki

PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENGHAMBATAN MIKROBA PERUSAK PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditi hortikultura merupakan produk yang berpeluang, baik untuk

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

I. PENDAHULUAN. Dua pertiga dari luas negara Indonesia terdiri dari laut dan dilalui garis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup serta perbedaan-perbedaannya. Allah SWT menerangkan. dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki Tree of Life (Kriswiyanti, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Indah Sari, 2014 Konstruksi Buku Ajar Senyawa Organik Smk Program Keahlian Agrobisnis Rumput Laut

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampah atau limbah baik rumah tangga, pabrik, maupun industri lainnya. Sampah

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, kentang merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang banyak tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Rumput laut dapat tumbuh dengan baik terutama karena didukung oleh kondisi iklim tropis yang ada di Indonesia. Rumput laut yang ada di Indonesia telah sejak lama dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang tinggal di wilayah pesisir pantai. Rumput laut memiliki manfaat yang banyak sekali. Seperti diketahui bahwa rumput laut yang ditanam mampu menjadi pengikat nitrogen dan fosfor yang sangat baik sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005). Rumput laut yang tersebar di Indonesia terdiri dari beberapa jenis atau spesies diantaranya; Sargassum, Gracilaria Sp, dan Eucheuma cottonii. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut yang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan bahan makanan, campuran obat-obatan, bahan kosmetik, dll (Rismawati, 2012). Rumput laut sebagai sumber gizi memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetablegum), protein, sedikit lemak dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Rumput laut juga mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, serta mineral seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi dan yodium. Kurang lebih 80% obat-obatan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia berasal dari tumbuhan. Pada tumbuhan sudah dikenal mengandung berbagai golongan senyawa kimia tertentu sebagai bahan obat yang mempunyai efek 1

2 fisiologis terhadap organisme lain. Sekitar 500 produk alami yang berasal dari makro alga laut telah diidentifikasi, dan persentase terbesar adalah berupa senyawa bioaktif yang merupakan metabolit sekunder. Kemampuan rumput laut untuk menghasilkan metabolit sekunder berupa metabolit terhalogenisasi dimungkinkan terjadi karena kondisi lingkungan yang mencekam, seperti terpenoid terhalogen pada rumput laut dan aktogenin bromine sebagai antibiotika. Ekstrak dari rumput laut mempunyai aktivitas anti bakteri B. subtilis dan E. coli. Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa polyfenol (Sudira, 2011). Ikan merupakan salah satu komoditas unggulan yang ada di kabupaten Banggai Laut. Dengan potensi ini seharusnya dapat diimbangi dengan proses penanganan pasca panen yang baik pula sehingga mampu menjadi penopang bagi peningkatan ekonomi masayarakat. Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah diperoleh bahwa produksi ikan Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011 mencapai 12.647,43 Ton (dalam Tolak, 2013). Dari beberapa hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Beberapa daerah di Banggai Kepulauan diperoleh bahwa kemampuan masyarakat dalam mengelola hasil tangkapan ikan masih sangat rendah. Di beberapa kasus diperoleh bahwa ketika hasil tangkapan ikan sangat banyak, maka nelayan lebih memilih untuk membagikan secara gratis kepada masyarakat dan bahkan ada yang dibuang ke laut karena telah megalami pembusukan dan selanjutnya mencemari pesisir pantai dan menghasilkan bau busuk yang sampai di pemukiman masyarakat. Sebagaimana yang diketahui bahwa pembusukan pada ikan disebabkan oleh dua faktor yaitu, aktivitas enzimatik dan aktivitas bakteri pembusuk. Aktivitas

3 enzimatik disebabkan oleh enzim yang berasal daroi dalam tubuh ikan yang tidak terkontrol. Ketika masih hidup, aktivitas enzim yang berasal dari dalam tubuh ikan lajang masih terkontrol. Sedangkan ketika sudah mati, enzim yang berasal dari dalam tubuh ikan tidak bisa dikontrol lagi. Kerja atau aktivitas enzim inilah yang menyebabkan pembusukan pada ikan. Aktivitas bakteri pembusuk disebabkan oleh bakteri patogen yang berasal dari dalam tubuh ikan itu sendiri atau kontaminasi dari luar. Bakteri ini kemudian menguraikan sel-sel dalam tubuh ikan sehingga terjadi pembusukan. Dalam tubuh ikan, bakteri patogen lebih banyak terdapat pada bagian system pencernaan ikan. Prinsip pengawetan secara umum adalah untuk menghambat aktifitas enzimatik yang ada didalam tubuh ikan dan mencegah aktivitas bakteri pembusuk yang mengkontaminasi ikan tersebut. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2013) disebutkan bahwa prinsip pengawetan ikan dengan menggunakan metode pengasapan bertujuan untuk menghambat aktivitas mikroba dan enzimatik yang menyebabkan pembusukan pada ikan. Selain itu, sebagai daerah kepulauan daerah Banggai Kepulauan merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut. Jenis rumput laut yang sering dibudidayakan masyarakat adalah rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Rumput laut ini tersebar diperairan Banggai Kepulauan. Pembudidayaan rumput laut sudah dilakukan secara turun temurun dari waktu ke waktu. Namun, pengetahuan masyarakat tentang rumput laut masih sangat rendah. Hal ini ditandai dengan pengolahan rumput laut hanya sebatas pada penjualan rumput laut kering tanpa diketahui pemanfaatan lain atau pengolahan menjadi bahan setengah jadi.

4 Seperti diketahui bahwa, kandungan fenol juga terdapat pada rumput laut Eucheuma cottonii. Unsur ini berfungsi sebagai zat anti bakteri yang dapat menjadi penghambat aktivitas dari bakteri. Salah satu metode pengawetan ikan adalah dengan menggunakan tehnik pengasapan. Asap yang dihasilkan dari hasil pembakaran mengandung senyawa fenol dan beberapa senyawa lain yang berfungsi sebagai penghambat aktifitas bakteri. Menurut Ardiansyah (2011) asap terdiri dari senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Senyawa-senyawa tersebut mampu mengawetkan makanan sehingga mampu bertahan lama karena memiliki fungsi utama yaitu sebagai penghambat perkembangan bakteri. Kandungan fenol juga terdapat pada rumput laut. Menurut W. Sirat (2012) bahwa kandungan fenolat pada rumput laut berfungsi sebagai antiokskidan, anti jamur, anti bakteri, dan anti virus. Anti oksidan yang terkandung dalam rumput laut dapat berfungsi sebagai pencegah kerusakan pangan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang diformulasikan kedalam judul Uji Serbuk Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Pada Ikan Lajang (Decapterus spp). 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya: 1. Potensi rumput laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Banggai Laut sangat tinggi.

5 2. Produksi ikan di Banggai Laut sangat tinggi, namun tidak diimbangi dengan pengatahuan masyarakat akan penanganan pasca panen yang baik sehingga hasil penangkapan ikan yang banyak pada saat tertentu terkesan mubazir (overfishing). 3. Belum diketahuinya pemanfaatan rumput laut Eucheuma cottonii sebagai bahan pengawet pada ikan. 1.3 Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah serbuk rumput laut Eucheuma cottonii kering dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan lajang (Decapterus spp.). 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah serbuk rumput laut Eucheuma cottonii kering dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan lajang (Decapterus spp). 1.4.2 Tujuan khusus Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perubahan jumlah bakteri pada ikan lajang (Decapterus spp) setelah diberikan serbuk kering rumput laut Eucheuma cottonii. 2. Untuk mengetahui perubahan bau, lendir, dan tekstur ikan.

6 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan pemanfaatan dan kandungan rumput laut khususnya Eucheuma cottonii, serta memberikan informasi kepada masyarakat bahwa rumput laut jenis Eucheuma cottonii dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada ikan terutama pada ikan lajang. 1.5.2 Manfaat praktis Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengembangkan penelitian tentang kesehatan lingkungan. Sebagaimana yang diketahui bahwa pembusukan yang terjadi pada ikan disebabkan oleh bakteri. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat mencemari lingkungan sekitar. Selain itu, serbuk rumput laut yang diharapkan dapat menjadi alternatif bahan alternative pengawet pada ikan terutama pada ikan lajang.