SIDANG IMO. Review Materi PPR 3. Sub-Committee on Pollution Prevention and Response (PPR) Sesi ke Februari 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Technical Information

Technical Information

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Implementation of IMO Instrument (III 3)

No. : Juni 2016

Technical Information

Technical Information

Informasi Teknik. Perihal : Laporan Singkat IMO Marine Environment Protection Committee sesi ke 70 (MEPC 70)

Informasi Teknik. Perihal : Laporan Singkat IMO Marine Environment Protection Committee sesi ke 71 (MEPC 71)

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke2 dari SubCommittee on Implementation of IMO Instruments (III 2)

Informasi Teknik. 2. Beberapa agenda yang didiskusikan selama pertemuan tersebut antara lain: Topik

Informasi Teknik. No. : Juni Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 01 Juli 2016

No. : Maret : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Ship Systems and Equipment (SSE 3)

Informasi Teknik. No. : Juni Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 01 Juli 2016

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE MEI TAHUN 2013 International Maritime Organization (IMO)

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT INTERNATIONAL MARITIME DANGEROUS GOODS (IMDG) CODE

Technical Information

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Selected Updates on IMO Regulations

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

Technical Information

No. : Juni 2016

Informasi Teknik. 1. Berikut beberapa agenda yang didiskusikan pada sidang SDC 3 yang berkaitan dengan pekerjaan BKI:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Implementation of IMO Instrument (III 3)

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE JANUARI DAN FEBRUARI TAHUN 2013 International Maritime

Informasi Teknik. Perihal : Laporan Singkat IMO Marine Environment Protection Committee sesi ke 70 (MEPC 70)

Informasi Teknik. : Persyaratan terbaru Australia terkait Manajemen Air Balas untuk Kapal yang Berlayar di Perairan Internasional.

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2005

Informasi Teknik. : Semua Pengguna jasa dan Surveyor/Auditor BKI. Perihal : Ringkasan hasil sidang Komite Keselamatan Maritim IMO ke 94 (MSC 94)

Technical Information

Informasi Teknik. Perihal : Laporan Singkat IMO Maritime Safety Committee sesi ke 97 (MSC 97)

LAPORAN MONITORING KONVENSI HASIL SIDANG INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) PERIODE JUNI TAHUN 2013

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) NOMOR : KP. 365 TAHUN 2012 TENTANG

Technical Information

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim

Technical Information

Technical lnformation

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Tahapan pembangunan proyek dalam skema JCM. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT. GEDUNG KARYA LANTAI 12 s/d 17

Informasi Teknik. : Laporan Singkat IMO Sub Committee Carriage of Cargoes and Containers Sesi ke-3 (CCC 3)

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Informasi Teknik. : Laporan Singkat Sidang IMO Meeting of Maritime Safety Committee (MSC) Sesi ke-95

MRV dalam skema JCM. Sekretariat JCM Indonesia

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT ADVANCED FIRE FIGHTING (AFF)

REPCON Kelautan. Skema Pelaporan Sukarela dan Rahasia

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Informasi Teknik. Perihal : Laporan Singkat IMO Maritime Safety Committee sesi ke 99 (MSC 99)

AMENDEMEN MONTREAL AMENDEMEN ATAS PROTOKOL MONTREAL YANG DIADOPSI OLEH PERTEMUAN KESEMBILAN PARA PIHAK

Pokja Broadband MASTEL Sub Pokja 2.5 GHz

Chain of Custody of Forest Based Products Specifications for the IFCC claim

DAFTAR NEGARA DALAM KERANGKA PROYEK PERCONTOHAN KEDUA UNTUK PELAKSANAAN SISTEM SERTIFIKASI MANDIRI

Informasi Teknik. Perihal : Laporan Singkat IMO Maritime Safety Committee sesi ke 98 (MSC 98)

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI

Informasi Teknik. : Sistem Identifikasi Otomatis (Automatic Identification System (AIS)) Bagi Kapal Berbendera Indonesia

Sesi 2A : Aturan dan Hukum Menuntun ke Pengembangan Program Pemantauan Kualitas Udara

Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT

SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SYSTEM

Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN ITS

Application form. Information on your organisation:

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

APPENDIX A. Sumber dan Tujuan. Data. Arus Data. Proses Transformasi. Penyimpanan Data

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

Indonesia Regulation & Pipelines International Standardd &

Staff Instruction SI PROCEDURES FOR ASSIGNMENT OF AIRCRAFT REGISTRATION MARKS

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI

SISTEM SWITCHING POMPA VAKUM TAMBAHAN PADA TUNGKU REDUKSI ME-11. Achmad Suntoro Pusat Rekayasa PerangkatNuklir- BATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Lampiran III MARPOL 73/78 PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH BAHAN BAHAN BERBAHAYA YANG DIANGKUT MELALUI LAUT DALAM BENTUK KEMASAN

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbaha

Reference. SOLAS Regulation VI/5-1. Note: mulai berlaku pada tanggal 1/1/2011. SOLAS regulation V/18.9. Note : mulai berlaku pada tanggal 1/7/2012

Presentasi Hasil TA. Estimasi Gas Buang Kapal Dengan Metode USEPA Secara Real Time Dengan Menggunakan Data Automatic Identification System (AIS)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG.

ASME B31.3: Chapter 1

ANALISIS PERAMALAN SUKU CADANG HYDRAULIC OIL FILTER KOMATSU DI PT KOMATSU MARKETING AND SUPPORT INDONESIA

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal

LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :. TAHUN 2007 : BAKU TINGKAT KEBISINGAN KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan, sehingga selalu terikat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI. Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA

Informasi Teknik. : Prosedur pelaksanaan verifikasi pertengahan (Intermediate verification) ISPS Code terhadap kapal.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

Analisa Proses dan Perencanaan Bisnis

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

namun metode ini hanya dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal.

Transkripsi:

SIDANG IMO Sub-Committee on Pollution Prevention and Response (PPR) Sesi ke-3 15-19 Februari 2015 Review Materi PPR 3

Halaman ini sengaja dikosongkan 2

Meeting Agenda 1. Adoption of the agenda 2. Decisions of other IMO bodies 3. Safety and pollution hazards of chemicals and preparation of consequential amendments to the IBC Code 4. Review of MARPOL Annex II requirements that have an impact on cargo residues and tank washings of high viscosity and persistent floating products 5. Code for the transport and handling of limited amounts of hazardous and noxious liquid substances in bulk on offshore support vessels 6. Revised guidance on ballast water sampling and analysis 7. Production of a manual entitled "Ballast Water Management How to do it" 8. Consideration of the impact on the Arctic of emissions of Black Carbon from international shipping 9. Development of standards for shipboard gasification waste to energy systems and associated amendments to regulation 16 of MARPOL Annex VI 10. Amendments to bunker delivery note to permit the supply of fuel oil not in compliance with regulation 14 of MARPOL Annex VI 11. Guidelines for onboard sampling and verification of the sulphur content of the fuel oil used on board ships 12. Guidelines for the discharge of exhaust gas recirculation bleed-off water 13. Improved and new technologies approved for ballast water management systems and reduction of atmospheric pollution 14. Revised section II of the Manual on oil pollution contingency planning 15. Guide on oil spill response in ice and snow conditions 16. Updated IMO Dispersant Guidelines (Part IV) 17. Updated OPRC Model training courses 18. Unified interpretation to provisions of IMO environment-related Conventions 19. Biennial agenda and provisional agenda for PPR 4 3

4 20. Election of Chairman and Vice-Chairman for 2017 21. Any other business 22. Report to the Marine Environment Protection Committee

Halaman ini sengaja dikosongkan 5

6 No. No. Urut Agenda & Pembahasan Disertai Negara / Institusi yang Mengusulkan Keterangan / Historis 1. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/INF.3 PPR 3/INF.3/Corr.1 Preliminary draft chapters 17 and 18 of the IBC Code Norway 2. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/3 Records of deviations from the written criteria set out in chapter 21 of the IBC Code Norway Dokumen ini berisi draf persyaratan baru yang memungkinkan unuk pengangkutan produk yang tercantum pada Chapter 17 dan 18 pada IBC Code berdasarkan penerapan dari draf Chapter 21. Dari hasil ESPH 21 (Working on the Evaluation of the Safety and Pollution Hazards of Chemicals), dicatat bahwa pada penerapan draf Chapter 21 akan menyebabkan penambahan jumlah produk yang dianggap beracun dan harus memenuhi persyaratan pada Chapter 15 (special requirements). Untuk dapat membandingkan persyaratan baru dan lama, maka pada lampiran dari dokumen ini ditambahkan kolom o* untuk persyaratan baru. Dokumen ini berisi usulan untuk mencatat justifikasi setiap deviasi terhadap kriteria tertulis pada revisi Chapter 21 dari IBC Code berdasarkan revisi dari Chapter 17 dan 18. Memperhatikan bahwa dari hasil diskusi ESPH berdasarkan GESAMP Hazard Profiles, dimana masih ada beberapa produk berbahaya yang belum teridentifikasi dalam kritera tertulis pada revisi Chapter 21. Seperti yang tercantum pada IBC Code paragraf 21.1.3: where human experience or other factors indicate a need for alternative arrangements, these shall always be taken into account. Where deviations from the criteria have been recognized, they shall be properly recorded with justifications". Oleh karena itu, Co-sponsor melampirkan daftar produk berbahaya yang layak untuk mendapatkan deviasi terhadap persyaratan pengangkutan yang tercantum pada IBC Code. Sebagai contoh: Ammonium nitrate solution (93% or less) Pada revisi Chapter 21, produk ini masuk ke dalam kapal Type 3 dengan tangk1 2G (integral tank). Akan tetapi produk ini diangkut sebagai cairan panas yang dapat menyebabkan kebakaran dan residu yang dihasilkan dari produk ini bersifat eksplosif oleh karena itu layak dimasukkan pada kategori kapal Type 2 dengan tangki 1G (independent tank).

3. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/3/1 Analysis of impacts on carriage requirements based on application of the revised draft chapter 21 of the IBC Code Secretariat Dokumen ini berisi gambaran statistik singkat terhadap dampak dari persyaratan pengangkutan produk yang teridentifikasi dalam IBC Code berdasarkan penerapan dari draf baru Chapter 21 dari Koda tersebut, yang saat ini sedang direvisi. Gambaran statistik menyajikan jumlah produk dan persentasi kenaikannya dan penurunannya dalam pemenuhan aturan baru pada Chapter 21. Dari gambaran yang diberikan tersebut, negara Anggota, pengguna jasa perkapalan dan manufaktur dapat mengetahui implikasi dari penerapan amandemen dari Chapter 21 tersebut. 4. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/3/2 Report of the twenty-first session of the Working Group on the Evaluation of safety and pollution hazards of chemicals Dokumen ini berisi laporan hasil sesi ke-21 Working Group on the Evaluation of the Safety and Pollution Hazards of Chemicals (ESPH 21) yang diadakan pada 26 30 Oktober 2015. Salah satu hasil dari sesi tersebut adalah penentuan timelime penyelesaian amanademen terkait IBC sebagai berikut: Chapter 21 Chapter 17 dan 18 7

8 Dengan tanggal pemberlakuan yang sama untuk kedua amandemen tersebut yaitu 1 Juli 2020. Selain hasil di atas, ESPH 21 juga telah menyusun draf MSC-MEPC Circular terkait contoh Protection Certificate untuk produk yang membutuhkan oxygen-dependent inhibitor, seperti yang disyaratkan oleh IBC Code Chapter 15. Sebagai tambahan, beberapa produk baru dan cleaning addictive telah dievaluasi. 5. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/3/3 Revision of IBC Code Identification of sensitizers Norway Dokumen ini berisi pertimbangan untuk mengamandemen Chaper 21 terkait definisi dari respiratory sensitizer dan skin sensitizer sebagai berikut: 21.7.4 Respiratory sensitization 21.7.4.1 A product is classified as a respiratory sensitizer:.1 if there is evidence in humans that the substance can induce specific respiratory hypersensitivity; and/or.2 where there are positive results from an appropriate animal test; and/or.3 where the product does not have a GESAMP Hazard Profile and is identified as a skin sensitizer (D3 = Ss) and there is no evidence to show that it is not a respiratory sensitizer. 21.7.4.2 Such effects are may be identified in the GESAMP Hazard Profile for of the product (D3 = Sr) or other recognized sources of such information., if no profile exists. A product that is identified as a skin sensitizer from the GESAMP Hazard Profile (D3=Ss) is not regarded as a respiratory sensitizer. ESPH 21 menyusun draf amandemen tersebut berdasarkan hasil GESAMP/EHS 52. Dari hasil tersebut didapatkan adanya sub-kategori dari sensitizer, yaitu skin sensitizers (Ss), respiratory sensitizers (Sr) atau keduanya (SrSs). Sehubungan dengan hal tersebut, ESPH beranggapan bahwa penting untuk membedakan antara produk Ss dan Sr pada list produk pada Chapter 17 untuk mempermudah dalam menetapkan persyaratan pengangkutannya. Oleh karena itu ESPH 21 sudah mengidentifikasi produk pada Chapter 17 yang termasuk Ss atau Sr, dan membuat tabel

seperti contoh di bawah ini: Keterangan: warna putih = Sr dan warna biru = Ss. 6. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/3/4 Revised draft chapter 21 of the IBC Code Secretariat 7. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/3/5 Guidance/procedures for the assessing of products classified under Annex I or under Annex II of MARPOL Denmark, Finland, Sweden and the United Dokumen ini berisi draf revisi Chapter 21 berdasarkan hasil review ESPH 21 terhadap IBC Code. ESPH 21 menggabungkan draf revisi Chapter 21 yang telah disetujui oleh PPR 2 dengan memasukkan usulan pada dokumen PPR 3/3/3. Dokumen ini berisi bahan diskusi untuk pengembangan guidance/prosedur untuk melakukan asesmen terhadap produk dalam Annex II yang juga diperhitungkan sebagai produk dari Annex I dan untuk memastikan bahwa kapal pengangkut produk tersebut telah memenuhi aturan dari Annex yang sesuai. Pada Annex I regulasi 1.1, Oil didefinisikan sebagai berikut: Oil means petroleum in any form including crude oil, fuel oil, sludge, oil refuse and refined products (other than those petrochemicals which are subject to the provisions of Annex II of the present Convention) and, without limiting the generality of the foregoing, includes the substances listed in appendix I to this Annex. Kata Petrochemical dapat disalahartikan sebagai produk yang sama namun berasal dari 9

10 Kingdom sumber yang berbeda misalnya batu bara dan biomassa. Selain itu produk biofuel generasi kedua memiliki karakteristik yang sama dengan produk yang berasal dari crude oil. Dari definisi tersebut, ditemukan kendala pada saat melakukan asesmen produk berbahan dasar petroleum yang masuk ke dalam Annex I atau Annex II karena belum adanya guidance untuk menentukan produk campuran tersebut ke dalam Annex I maupun Annex II. Beberapa produk campuran kompleks petrochemical telah dikaji sesuai dengan Revised guidelines for the provisional assessment of liquid substances transported in bulk (MEPC.1/Circ.512), dan telah dimasukkan pada daftar produkdalam Annex II. Oleh karena itu, produk diatas yang termasuk didalam MARPOL Annex II tidak perlu memenuhi persyaratan discharge pada Annex I, sehingga menimbulkan permasalah pada penerapan aturan pada Special Area yang tercantum pada Annex I namun tidak diatur pada Annex II, sehingga discharge pada Special Area tersebut dimungkinkan terjadi. Dari hasil awal diskusi yang dicatat oleh Co-sponsor, diusulkan kondisi yang dapat dipertimbangkan untuk menilai apakah suatu produk campuran itu merupakan Oil seperti yang didefinisikan pada Annex I, sebagai berikut: 1) Produk tersebut adalah campuran petrochemical complex yang tidak diproduksi dari sintesis kimia. 2) Komposisi produk dapat dinyatakan dalam bentuk senyawa kimia individu dari golongan hidrokarbon termasuk alkana dengan rantai lurus atau bercabang, sikloalkana, dan aromatik (contohnya naphthalene), dll. 3) produk diperoleh dengan penyulingan (pemurnian dari zat pengotor) atau distilasi dari minyak mentah atau produk turunannya; 4) Komposisi dari produk diketahui oleh manufaktur dan dapat diperiksa dengan menggunakan metode analisa kimia biasa, akan tetapi bervariasi dari satu batch ke batch yang lain tergantung asal crude oildan gabungan dari beberapa tipe struktur kimia yang berbeda. 8. AGENDA ITEM 3 - SAFETY AND POLLUTION HAZARDS OF CHEMICALS AND PREPARATION OF CONSEQUENTIAL AMENDMENTS TO THE IBC CODE PPR 3/3/6 Dokumen ini berisi tanggapan terhadap dokumen PPR 3/3/1 dan konsekuensi terhadap penerapan dari usulan amandemen Chapter 21. Co-Sponsor mencatat bahwa berdasarkan analisa pada dokumen PPR 3/3/1, persyaratan pengangkutan untuk beberapa produk menjadi lebih ketat, dan semakin banyak produk yang dianggap memiliki uap beracun (T atau TF pada kolom k di Chapter 17) yang juga menimbulkan adanya persyaratan tambahan yang dipenuhi oleh kapal yang membawa

Analysis of impacts to carriage requirements based on application of the new draft chapter 21 of the IBC Code IPTA, ICS and INTERTANKO produk tersebut. Regulasi 13.2 mempersyaratkan alat pendeteksi uap yang mampu menguji konsentrasi racun, atau jika tidak tersedia maka pemerintah dapat memberikan exemption dan memberlakukan persyaratan terkait suplai udara untuk pernafasan. Mengacu dari regulasi diatas, Co-sponsor merasa akan banyak permasalah yang akan muncul dalam penerapan amademen Chapter 21 yang baru baik dari sisi pemilik kapal maupun dari beban administratif. Oleh karena itu Co-sponsor menyarankan agar Sub-Komite memberikan pertimbangan lebih lanjut mengenai masala deteksi uap, termasuk bagaimana memperjelas komponen mana yang harus diperiksa dan bagaimana menangani produk yang menghasilkan uap tekanan rendah. Hal ini agar tidak ada misinterpretasi dari sisi operasional kapal. Selanjutnya, Co-sponsor mengusulkan untuk mengamandemen regulasi 14.2.4 dan 16.4.2.2 untuk mengklarifikasi alat pendeteksi yang dibutuhkan. Sebagai tambahan, Co-Sponsor mengusulkan peninjauan kembali persyaratan 15.12 (special requirements) dan memperhatikan hubungan penerapan regulasi tersebut dengan regulasi 3.7.2 (bow and stern loading & unloading) dan 7.1.6 (cooling or heating system), dimana penerapan dari ketiga regulasi tersebut di atas dapat mengakibat adanya pengurangan kapasitas produk yang dapat dibawa oleh kapal dan permasalahan dari sisi operasional. Menindaklanjuti masalah-masalah di atas, Co-sponsor mengusulkan agar Sub-Komite memberikan pertimbangannya terkait penentuan kriteria pengangkutan pada Chapter 21. 9. AGENDA ITEM 7 PRODUCTION OF A MANUAL ENTITLED BALLAST WATER MANAGEMENT HOW TO DO IT PPR 3/7 Second draft of the manual entitled : Ballast Water Management How to do it IMarEST Sejak PPR2,IMarEST telah melanjutkan pekerjaan dalam penelaahan dan pemutakhiran manual yang berjudul Ballast Water Management How to do it. Submisi ini berisikan versi yang telah direvisi dari dokumen tersebut, yang mengikutsertakan perkembangan terbaru dari badan badan IMO hingga MEPC 68. Masih terdapat beberapa diskusi yang masih berlangsung terkait topik ballast water management, baik pada MEPC dan Sub Komite PPR, sehingga diputuskan, melalui konsultasi dengan IMO Sekretariat, untuk tetap menjaga beberapa bagian dari manual tetap menjadi abeyance, dan akan difinalisasi di masa akan dating menunggu hasil diskusi.hal ini berlaku untuk bagian bagian sebagai berikut : Bab 8.3 dan 8.4 yang berkaitan dengan exceptions and exemptions (regulations A-3 dan 11

12 A-4), sehubungan dengan diskusi yang masi berlangsung Bab 9.1 berkaitan dengan BWM bagi kappa (regulasi B-3), sehubungan dengan amandemen yang masih harus menunggu (pending) dari regulasi ini; dan Bab 14, berkaitan dengan Guidelines for approval of ballast water management systems (G8), sehubungan dengan review yang masih berkelanjutan Bagian tersebut diberi tanda kotak, untuk mengindikasikan bahwa teks tersebut belum final. Menunggu keputusan sub komite terkait keberlanjutan pekerjaan ini, selanjutnya teks dapat dikembangkan melalui konsultasi dengan Sekretariat dan ketika isu tersebut telah disepakati dan terselesaikan. Sub Komite diminta untuk mempertimbangkan revisi yang telah dilakukan beserta draft terkini dari manual tersebut serta menentukan langkah langkah demi keberlangsungan aktivitas ini. 10. AGENDA ITEM 8 CONSIDERATION OF THE IMPACT ON THE ARCTIC OF EMISSIONS OF BLACK CARBON FROM INTERNATIONAL SHIPPING PPR 3/8 Proposal for a measurement protocol for voluntary Black Carbon measurement studies Germany and EUROMOT PPR 3/8/2 Comments on document PPR 3/8 Canada PPR 3/INF.6 Evaluation of Black Carbon measuremenr methods on a laboratory bench-tested marine diesel engine: a MEPC 68 setuju terhadap kebutuhan adanya protocol pada setiap studi pengukuran yang dilakukan secara sukarela untuk mengumpulkan data emisi Black Carbon kapal. Dalam lampiran dokumen ini co-sponsor menyajikan usulan measurement protocol untuk studi pengukuran black carbon secara sukarela dengan mengacu pada 4 metode yang sedang dibahas. Co-sponsor mengusulkan isi dalam measurement protocol mencakup hal-hal berikut: - Engine design parameters, maintenance status and running-in. - Fuel in use during measurement - Lube oil propertis and composition during measurement - Information on the measurement equipment - Record of determination methods for engine loads, exhaust gas flow and water content, fuel mass flow, etc - Record of measured values required for Black Carbon determination at actual load points and actual ambient conditions. Sub Committee diminta untuk mempertimbangkan usulan agar dapat memasukan draft measurement protocol yang terlampir dalam annex sebagai voluntary Black Carbon measurement studies dan agar menyetujui measurement protocol tersebut sebagai protocol yang akan digunakan untuk mengukur dan melaporkan emisi Black Carbon selanjutnya. Dokumen PPR 3/8/2

research plan Canada PPR 3/INF.7 Marine Black Carbon emissions: testing protocols and reporting, instrumentation and emission factors-summary of n internasonal technical workshop Canada and the Netherlands Komentar Canada Sebagai bagian dari University of California Riverside yang memimpin penelitian konsorsium black carbon (data penelitian UCR ada di PPR 3/INF.6), Canada menganggap dokumen yang disampaikan oleh Germany dan EUROMOT lebih cocok diidentifikasikan sebagai reporting protocol daripada measurement protocol Usulan untuk relevant protocol terminology yang disampaikan Canada agar dapat menjadi bahan pertimbangan komite adalah Maksud dari Reporting protocol adalah untuk memberikan template metode pengukuran netral yang parameter dan prosedur pengambilan sample dan measurement exercises dapat direkam. Parameter rinci dan prosedur untuk reporting protocol adalah - Engine design parameter and maintenance status - Fuels and lubrication oils in use during testing - Sampling configuratrion - Sample pretreatment/conditioning details - Measurement instrument, etc 11. AGENDA ITEM 8 CONSIDERATION OF THE IMPACT ON THE ARCTIC OF EMISSIONS OF BLACK CARBON FROM INTERNATIONAL SHIPPING PPR 3/8/1 Issues to be further investigated for measurement studies of Black Carbon Japan PPR 3/INF.5 Result of measurement of Black Carbon Japan Dokumen menyajikan kebutuhan untuk penyelidikan atau penelitian lebih lanjut dalam mengklarifikasi metode pengukuran Black Carbon dan menampilkan laporan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh jepang. MEPC 68 telah menyetujui definisi Black Carbon dan juga setuju pada keperluan melakukan voluntary measurement studies dalam hal mengumpulkan data. Jepang menginvestigasi metode pengukuran dalam dok MEPC 67/INF.31 yaitu metode Filter Smoke Meter (FSN), Multi Angle Absorption Photometry (MAAP), dan Laser Induced Incandescence (LII) yang menunjukan hubungan antara metode pengukuran dan physical properties dan menunjukan bahwa Black Carbon yang terdefinisi oleh Bond et al. tidak dapat secara langsung diukur melalui metode pengukuran tersebut. (table 1). Jepang melakukan pengukuran Black Carbon di exhaust gases, di labaratorium dan di atas kapal dari 4 engine yang berbeda kandungan bahan bakarnya dengan menggunakan 5 metode pengukuran yaitu FSN, MAAP, PAS, LSM dan TOA. Hasil pengukuran menunjukan: - Konsentrasi fluktuasi tergantung pada berbagai kondisi antara lain kondisi dilusi, konposisi bahan bakar, tipe marine diesel engine (2 atau 4 stroke), rating engine, suhu 13

14 dari sampling point. - Konsentrasi yang didapatkan dari PAS, FSN dan MAAP berkaitan, walaupun terjadi inkonsistensi. (gbr 1 dan 2) - Semua metode pengukuran tersebut tidak dapat mengukur equivalent black carbon concentration yang sama dalam kondisi yang sama. Yang diperlukan adalah untuk mengukur nilai actual Black Carbon bukan nilai equivalent Black Carbon. Namun lima metode pengukuran diatas hanya dapat mengukur equivalent Black Carbon. Oleh sebab itu, pertimbangan lebih lanjut mungkin diperlukan sebagai metode yang tepat untuk mengukur Black Carbon sesuai dengan definisi dari Bond et al. Diasumsikan bahwa ada beberapa solusi untuk mengembangkan metode estimasi untuk mengkonvert konsentrasi equivalent black carbon menjadi konsentrasi Black Carbon. Dalam hal ini, jepang mempertimbangkan bahwa penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi definisi Black Carbon perlu dilakukan. Data hasil pengukuran Black Carbon yang dilakukan oleh Jepang dapat dilihat dalam dokumen PPR 3/INF.5 12. AGENDA ITEM 10 - AMENDMENTS TO BUNKER DELIVERY NOTE TO PERMIT THE SUPPLY OF FUEL OIL NOT IN COMPLIANCE WITH REGULATION 14 OF MARPOL ANNEX VI PPR 3/10 Amendment to the last paragraph of appendix V of MARPOL Annex VI (Information to be included in the bunker delivery note (regulation 18.5) Co-sponsor Dokumen ini berisi usulan perubahan pada appendix V MARPOL Annex VI mengenai informasi yang harus dimasukan pada BDN (Bunker Delvery Note) yang berkaitan dengan kandungan sulfur pada bahan bakar kapal. Regulasi 4 pada MARPOL Annex VI memungkinkan equivalent tetapi dalam deklarasi yang ditandatangani oleh supplier hanya memberikan pencegahan dengan pembatasan kandungan sulfur pada bahan bakar sehingga hanya bahan bakar yang memenuhi regulasi 14.1 atau 14.4 yang dapat digunakan pada kapal. Meskipun kapal telah terpasang teknologi alternatif sesuia regulasi 4. Co-sponsor berpendapat kapal yang telah terpasang teknologi alternatif sesuai dengan regulasi 4 seharusnya dapat diijinkan menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur yang tidak memenuhi regulasi 14.1 atu 14.4 karena gas buang akan dibersihkan kandungan sulfurnya sebelum dibuang ke uadara bebas. Co-sponsor memberikan revisi paragraf terakhir appendix V sebagai berikut: A declaration signed and certified by the fuel oil supplier's representative that the fuel oil supplied is in conformity with regulation 18.3 of this Annex and that the sulphur content of the fuel oil supplied does not exceed: the limit value given by regulation 14.1 of MARPOL Annex VI;

the limit value given by regulation 14.4 of MARPOL Annex VI; or the purchaser's specified limit value of (% m/m) This declaration shall be completed by the fuel oil supplier's representative by marking the applicable box(es) with a cross (x). 13. AGENDA ITEM 12 GUIDELINES FOR THE DISCHARGE OF EXHAUST GAS RECIRCULATION BLEED-OFF WATER PPR 3/12 Draft Guidelines for the discharge of exhaust gas recirculation bleed-off water Japan Dokumen ini berisi usulan draft Guidelines for the discharge of exhaust gas recirculation bleed-off water. Draft guidelines ini sama seperti lampiran pada dokumen MEPC 68/3/13. Guidelines ini berisi persyaratan secara spesifik pada pembuangan bleed-off water apabila mesin menggunakan EGR untuk memenuhi persyaratan penurunan NOx sesuai regulasi 13.5.1 MARPOL Annex VI. Bleed-off water harus memenuhi persyaratan sama seperti pada 2009 Guidelines for exhaust gas cleaning systems. Pada MEPC 68 mempertimbangkan usulan dokumen MEPC 68/3/13 mengenai pengembangan pedoman untuk pembuangan bleed-off water pada EGR yang digunakan untuk menurunkan emisi NOx. Selanjutnya MEPC 68 meminta PPR 3 untuk pengembangan tahap awal pedoman tersebut. Sub Komite diundang untuk mempertimbangkan draft guidelines tersebut. 14. AGENDA ITEM 16 UPDATED IMO DISPERSANT GUIDELINES (PART IV) PPR 3/16 Report of the Correspondence Group on the IMO Dispersant Guidelines and the Revision of section II of the Manual on Oil Pollution Contingency Planning United States Dokumen ini merangkum pekerjaan yang dilakukan oleh grup korespondensi yang dibentuk oleh PPR 2 untuk memfinalisasi part IV dari IMO Dispersant Guidelines dan revisi bab II dari Manual on Oil Pollution Contingency Planning Untuk pekerjaan Correspondence Group terkait final draft revisi bab II dari Manual on Oil Pollution Contingency Planning dapat dilihat pada dokumen PPR 3/14. Terkait pengembangan part IV dari IMO Dispersant Guidelines dapat disampaikan sebagai berikut : Part IV dikhususkan untuk aplikasi "Sub-sea dispersant". Bab ini juga mengikutsertakan pengalaman yang diperoleh dari insiden Deepwater Horizon juga perkembangan teknik yang dilakukan oleh sector public dan industry. Saat ini Sub Komite sedang berusaha mengembangkan versi final dari part part IV dari IMO Dispersant Guidelines untuk dimasukkan sebagai pelaporan dalam PPR 4. 15

16 Pada PPR 2, hanya daftar isi part IV yang dibahas, Berikut adalah pembaharuan utama berkaitan dengan pengembangan yang dibuat sejak pengembangan terhadap dokumen tersebut : 1. United states telah mengembangkan dan memperluas outline dari part IV Guidelines dan esan utam yang diperlukan untuk setiap section 2. Draft pertama dari dokumen telah diselesaikan dan sedang direview oleh delegasi dari United States sebelum diserahkan kepada keseluruhan CG. Penelitian terbaru dan guidelines subsea dispersant yang diterbitkan oleh berbagai agen pemerintah US juga telah dipertimbangkan untuk disertakan dalam dokumen. 3. Delegasi dari US mengalami sejumlah penundaan administratif sehingga mempengaruhi perkembangan dari part IV Guidelines, termasuk penundaan peer review dan publikasi dari key reference documents, selain dari kepergian anggota yang sangat ahli, dan 4. Telah diantisipasi bahwa setelah PPR 3, CG akan kembali meriview pekerjaan yang dilakukan oleh para ahli dari U.S. dan memulai pekerjaan finalisasi isi dari part IV IMO Dispersant Guidelines. 15. AGENDA ITEM 18 UNIFIED INTERPRETATION TO PROVISIONS OF IMO ENVIRONMENT-RELATED CONVENTIONS PPR 3/18 Provisions regarding approval of selective catalytic reduction (SCR) systems in resolution MEPC.198(62) and guidance for the selection of an "Engine Group" in the NOx Technical Code 2008 IACS Annex dokumen ini memberikan salinan IACS UI untuk memfasilitasi implementasi secara konsisten dan global untuk NOx Technical Code, 2008 (NTC 2008) dan resolusi MEPC.198(62) terkait 2011 Guidelines addressing additional aspects to the NOx Technical Code 2008 with regard to particular provisions related to marine diesel engines fitted with Selective Catalytic Reduction (SCR) Systems, berkaitan dengan approval SCR Sistem. Terdapat delapan belas (18) unified interpretations berkairan dengan resolusi MEPC.198(62) dan dua (2) unified interpretations yang relevan terhadap NTC 2008 tersedia dalam annex dokumen ini. Latar belakang teknis interpretasi tersebut tersedia dalam setiap annex. Dalam pengembangan UI tersebut, IACS juga telah berkonsultasi dengan engine manufacturers dan pihak lain yang berkompeten dan terkait. Sub komite diminta untuk mempertimbangkan IACS UI yang tersedia, dikarenakan hal tersebut akan mulai diberlakukan oleh anggota IACS tidak lebih dari 1 Juli 2016 kecuali terdapat instruksi tertulis untuk pengaplikasiannya (akibat perbedaan interpretasi) dari Administrasi Negara Bendera.

16. AGENDA ITEM 18 UNIFIED INTERPRETATION TO PROVISIONS OF IMO ENVIRONMENT-RELATED CONVENTIONS PPR 3/18/1 Clarification on regulation 36 of MARPOL Annex I for categorizing offshore terminal (Single Point Moorings (SPMs) or Conventional Buoy Moorings (CBMs)) line flush with seawater as part of tanker cargo/ballast operations in the Oil Record Book Oil Companies International Marine Forum (OCIMF) Dokumen ini mencari kejelasan cargo/ballast operation category of offshore terminal (Single Point Moorings (SPMs) atau Conventional Buoy Moorings (CBMs)) line flush with seawater yang sesuai dan berlangsung selama operasi cargo transfer rutin pada oil tanker sesuai MARPOL Annex I. Selama operasi normal kargo transfer pada offshore marine terminals (SPMs and CBMs) dan saat penyelesaian cargo operations, subsea hoses dan fitting dapat terisi dengan minyak atau : selama ada permintaan dari terminal serta mengikuti kaidah praktis industri, maka dapat pula terisi dengan air laut sementara tidak difungsikan atau sedang melakukan perawatan terhadap instrument tersebut. Hal tersebut dapat dicapai dengan back flushing dari tankers cargo manifold dan adalah proses industri yang telah lama berlangsung. Subsea hoses dan fitting dapat terisi dengan air laut dalam rangka me mitigasi risiko polusi terhadap lingkungan maritime dari kemungkinan kebocoran subsea fitting, hoses dan pipelines dan/atau untuk keselamatan selama aktivitas maintenance. Bangunan baru offshore terminal disarankan untuk mengadopsi sebuah desain yang mengizinkan resirkulasi dari hoses ke shore, namun, banyak terminal yang telah ada masih belum memiliki fasilitas resirkulasi. Dengan demikian, shipboard cargo/ballast operations membutuhkan manajemen dari line flush seawater sesuai MARPOL Annex I dan dicatat dalam Oil Record Book (Part II). Namun, hal ini menjadi sebuah practical challenge karena sludh water (seawater) tidak didefinisikan dalam MARPOL Annex I, meskipun uanya adalah oily water mixture. OCIMF mempersilahkan Sub KOmite untuk mereview lampiran annex (OCIMF Single Point Mooring Maintenance and Operation Guide 3rd Edition 2015 chapter 4.7) sebagai referensi dari petunjuk praktis industri. Penggunaan air laut untuk line flushing ke instalasi offshore marine terminals (SPMs dan CBMs) adalah sebuah recognized shipboard operation yang menjamin keselamatan dan 17

18 meningkatkan perlindungan lingkungan dengan menggantikan isi dari sambungan tersebut dengan air laut dalam rangka menjaga idle hose penuh dengan air daripada cargo (oil). Sebelum penggunaan hoses berikutnya utuk cargo transfer, air laut dan segala sisa residu cargo yang tertinggal pada hose umumnya disalurkan ke slop tank kapal untuk menghindari kontaminasi dari cargo utama yang di transfer. Adalah sangat penting untuk dicatat bahwa operasi yang dijelaskan dalam UI ini, untuk tujuan penjelasan, adalah sangan spesifik pada pemindahan kargo dari hose string with seawater sementara sedang idle atau untuk tujuan maintenance. Draft UI tersebut tidak bertujuan untuk menjadi diaplikasikan untuk apa yang dipertimbangkan / serupa dengan operasi pada Floating (Production) Storage Offtake units (F(P)SOs) yang meliputi : production, commissioning atau decommissioning water yang kemudian, dapat melibatkan produk lain selain cargo residue dan seawater. Untuk mempromosikan implementasi yang efektif dan konsisten bagi regulasi 36.2 dari MARPOL Annex I dan pengisian pada Oil Record Book, maka diusulkan bahwa penjelasan diperlukan bagi manajemen yang sesuai untuk oily mixtures ini. Sebagai tambahan, pemahaman umum pada isu ini dari segenap stakeholder dapat menghilangkan segala ketidakjelasan yang dapat berakibat bagi penundaan yang tidak perlu seperti violations atau detentions. The Line Flush secara prinsipnya terdiri dari seawater dan kemungkinan campuran minyak dari cargo residue. Jumlah line flush harus dicatat dan dibuang sesuai dengan aturan MARPOL. Hambatan yang telah diidentifikasi OCIMF adalah apabila tanker tiba pada discharge terminal dimana beberapa terminal/otoritas lokal enggan untuk menerima line flush diakibatkan ketidakpastian dokumentasi komposisi dari content. Namun demikian, OCIMF berpendapat bahwa komposisi content diketahui (jelas) yang kemudian seharusnya tidak menjadi sebuah isu khusus. Usulan Proposal OCIM adalah sebagai berikut : Untuk menghindari amandemen terhadap mandatory instrument, adalah pandangan OCIMF bahwa isu ini dapat diselesaikan dengan mengkategorikan flush water (seawater)

dalam MARPOL Annex I Regulasi 36.2.10 Disposal of residues Selanjutnya, Oil Record Book (Part II) harus mencakup sebuah entri data dalam item J. Disarankan bahwa entri data menggunakan kata yang serupa dengan contoh di bawah untuk menghindari ketidakpastian : 1. at load port where flush water is received by the tanker, use the suggested wording for remarks: (J) At the request of (terminal xxxxx) a quantity of flush water (sea water) has been loaded into the ship's tanks as per item J 56 and J 55. Terminals certificate of origin attached; (J) 55 Port Slop tank 56 220 m³ flush water 57.3 transferred from (terminal xxxxx) SBM hoses; and 2. at discharge port where flush water is disposed of by the tanker: (J) 55 Port slop tank 56 220 m³ flush water 57.1 Disposed to (terminal xxxx) reception tank 220 m³ (receipt from reception facility attached), or 57.2 220 m³ flush water mixed with cargo (receipt from reception facility attached). Adapun rekomendasi best practice tambahan adalah sebagai berikut : Adalah dianggap good practice bahwa receipt yang menjelaskan line flush harus disediakan dari terminal operator untuk mengkonfirmasi content sebagai seawater dan cargo residue dan kemudian dipertimbangkan sebagai cargo slops dan tidak menjadi bagian dari cargo (OIL) sesuai aturan MARPOL. 17. AGENDA ITEM 18 UNIFIED Dokumen ini memberikan komentar terhadap dokumen PPR 3/18 yang berkaitan dengan 19

20 INTERPRETATION TO PROVISIONS OF IMO ENVIRONMENT-RELATED CONVENTIONS PPR 3/18/2 Comments on document PPR 3/18 Provisions regarding approval of selective catalytic reduction (SCR) systems in resolution MEPC.198(62) and guidance for the selection of an "Engine Group" in the NOX Technical Code 2008 United States usulan UI terkait approval of selective catalytic reduction (SCR) systems pada resolusi MEPC.198(62) dan petunjuk pemilihan Engine Group pada NOx Technical Code 2008. Beberapa usulan UI adalah amandemen terhadap 2011 Guidelines addressing additional aspects to the NOx Technical Code 2008 with regard to particular provisions related to marine diesel engines fitted with Selective Catalytic Reduction (SCR) Systems dan/atau NO X Technical Code 2008 dan untuk dipertimbangkan. Revisi tambahan juga diusulkan untuk meminta confirmatory check dari emisi NO X dan monitoring emisi NO x secara terus menerus selama operasi dari mesin yang dilengkapi sistem SCR. United States memiliki beberapa pertimbangan khusus terhadap UI yang diberikan yaitu MPC 107, 114, 117, 118, 119, 121, 122 dan 124, dikarenakan mereka akan memberikan batasan aplikasi 2011 Guidelines dan menjadi berlawanan dengan Regulasi 13 MARPOL Annex VI standarisasi NOx yang telah ketat. United States merekomendasikan usulan UI tersebut untuk dipertimbangkan secara hati hati tidak sebagai individual, namun sebagai keseluruhan efek terkait baik bagi NTC maupun 2011 Guidelines. Selanjutnya, setelah Sub Komite mengidentifikasi UI yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dari proses sertifikasi mesin yang dilengkapi SCR, maka Sub komite agar mempertimbangkan apakah hal tersebut (UI) akan menjadi lebih tepat sebagai amandemen NTC dab/atau 2011 Guidelines. Dengan melakukan seperti tersebut, akan mengurangi ketidakpastian dalam program kontrol emisi Internasional dengan mempertahankan intergritas dari keseluruhan rezim komprehensif ini. Selanjutnya United States mengusulkan Amandemen terhadap 2011 Guidelines sebagai berikut : Guidelines 2011 agar di amandemen untuk membutuhkan confirmation testing setelah pemasangan SCR system baik untuk Skema A dan B; juga Menggunakan pemonitoran NOx secara terus menerus melalui pengukuran di atas kapal untuk memverifikasi emisi bagi mesin yang telah tersertifikasi sesuai Skema A dan B untuk dipertimbangkan kembali, karena hal ini diperkirakan hanya dibutuhkan

untuk kegunaan maintenance dan warranty, dalam rangka memverifikasi bahwa gabungan mesin/unit SCR berfungsi sesuai. Karena hal tersebut di atas, bersamaan dengan MPC yang diusulkan IACS adalah perubahan signifikan, maka United States merekomendasikan bahwa apabila Sub- Committee merasa amandemen tersebut adalah relevan, maka Sub Komite agar meminta MEPC untuk mengadopsi item pekerjaan untuk amandemen 2011 Guidelines dan untuk menambah hal tersebut sebagai program kerja Sub Komite PPR. 21