BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA SAWIT DAN DIESEL GENERATOR di PT. ASTRA AGRO LESTARI MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

BAB 4 ANALISIS OPTIMASI MODEL JARINGAN DISTRIBUSI PLTH DI WILAYAH BENGKUNAT

BAB 3 STUDI PENERAPAN PLT BIOMASSA DI PEMKAB LAMPUNG TENGAH

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA (PLH), DIESEL DAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU MANDANGIN, SAMPANG, MADURA MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

ANALISA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI PULAU PRAMUKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KELAYAKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU PANJANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

MODEL PEMBANGKITAN LISTRIK HIBRID PV-GENSET BERBASIS KOMUNAL DI PULAU KARIMUNJAWA

BAB 3 STUDI IMPLEMENTASI PLTH DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

MODEL PEMBANGKITAN LISTRIK HIBRID PV-GENSET BERBASIS KOMUNAL DI PULAU KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

KOMPUTASI EFEKTIFITAS GENERATOR DIESEL DAN BIOMASSA DENGAN PERANGKAT HOMMER

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Hibrida di Pulau Panjang Menggunakan Software HOMER

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Simulasi dan Analisis Sistem Pembangkit Hibrida Mikrohidro/Diesel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sulit untuk diselesaikan PT.PLN (Persero). Masalah tidak hanya berasal dari tidak

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

STUDI ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK HYBRID (DIESEL- ANGIN) DI PULAU KARIMUN JAWA

Analisa Teknis-Ekonomis Pemanfaatan Genset dan Panel Surya sebagai Sumber Energi Listrik Mandiri untuk Rumah Tinggal

BAB 4 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKUTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

Prinsip Proses Gasifikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keberlanjutan suplai energi di suatu daerah sangat tergantung pada tingkat

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. melakukan pengambilan data yang berupa daya yang dihasilkan dari PLTH dan

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

OPTIMASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA SAWIT DAN DIESEL GENERATOR di PT. ASTRA AGRO LESTARI MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

Bab I. Pendahuluan. Energi listrik adalah energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL SERTA ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

REEVALUASI KELUARAN DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRID DI BANTUL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

Jurnal Ilmiah Setrum Volume 5, No.2, Desember 2016 p-issn : / e-issn : X

PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA

ANALISIS SISTEM ENERGI HIBRID DI WADUK LODAN KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel

BAB IV ANALISIS DATA. Penelitian ini dilakukan di Pantai Setro jenar, Kec.Bulus Pesantren, Kebumen,

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA HIBRIDA UNTUK LISTRIK PEDESAAN DI INDONESIA

Fira Nafiri ( )

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

ANALISIS SISTEM ENERGI HIBRID DI WADUK LODAN KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

Ir. Eddon M. Moenif, MT Inspektur Ketenagalistrikan Distamben - Riau

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

Transkripsi:

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Simulasi dan optimasi dengan menggunakan HOMER menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda sesuai dengan batasan sensitifitas yang diterapkan. Beban puncak sistem sebesar 180 kw dengan konsumsi rata-rata energinya sebesar 1.943 kwh/hari. 4.1.1 Skenario Pertama (PLTD - Grid) Simulasi yang dilakukan pada skenario pertama ini merupakan kondisi yang ada saat ini dan digunakan sebagai pembanding untuk skenario kedua dan ketiga. Skenario pertama dari sistem ini dibuat mendekati kondisi sebenarnya dimana jaringan grid dari KLP SSM hanya mampu mensuplai beban sebesar 70% dari kebutuhan total energi. Sementara unit genset 225 kw harus dioperasikan untuk menutupi kekurangan pasokan tersebut. Gambar 4.1 Konfigurasi sistem skenario pertama (PLTD Grid) 48

49 Hasil simulasi sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Hasil Simulasi pada Skenario Pertama Parameter Hasil Initial Capital Cost ( $ ) 45.000 Operating Cost ( $/year ) 126.959 NPC ( $ ) 1.114.218 COE ( $/kwh ) 0,187 Total Produksi Energi Listrik ( kwh/tahun ) 709.196 Produksi genset (kwh) 220.133 Grid energy purchased (kwh) 489.063 Konsumsi BBM (Liter) 111.625 Jam Operasi Diesel (Jam) 3.144 Emisi ( kg/tahun ) : Karbondioksida, CO2 603.034 Karbonmonoksida, CO 726 Hydrokarbon, HC 80,4 PM 54,7 Sulfur dioksida, SOx 1,930 Nitrogen oksida, NOx 7.130 4.1.2 Skenario Kedua (Grid PLT Biomassa) Simulasi pada skenario kedua ini dilakukan untuk mengetahui nilai NPC dan COE antara Grid dengan PLT Biomassa dalam melayani beban dimana jaringan grid dari KLP SSM hanya mampu mensuplai beban sebesar 70% dari kebutuhan total energi beban. Sementara PLT Biomassa 200 kw harus dioperasikan untuk menutupi kekurangan pasokan tersebut. Konfigurasi sistem yang disimulasikan untuk skenario kedua ini adalah seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.2 Konfigurasi sistem pada skenario kedua (PLT Biomasa Grid)

50 Hasil simulasi yang didapatkan adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Hasil Simulasi pada Skenario Kedua Parameter Grid PLT Bio Initial Capital Cost ( $ ) 210.000 Operating Cost ( $/tahun ) 77.232 NPC ( $ ) 860.427 COE ( $/kwh ) 0,144 Total Produksi Energi Listrik ( kwh/tahun ) 709.196 Produksi Grid (kwh) 500.633 Produksi PLT Biomassa (kwh) 208.563 Kontribusi ET ( % ) 29,4 % Waktu Operasi Pembangkit (jam/tahun) 1.493 Konsumsi biomassa (ton) 907 Emisi (kg/tahun) : Karbondioksida, CO2 316.577 Karbonmonoksida, CO 5,9 Hydrokarbon, HC 0,653 PM 0,445 Sulfur dioksida, SOx 1.372 Nitrogen oksida, NOx 723 4.1.3 Skenario Ketiga (PLT Biomassa Grid optimum) Simulasi pada skenario ketiga ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomis PLT Biomassa dibandingkan terhadap jaringan grid dari KLP SSM dengan kondisi optimum dalam melayani beban. Dengan kata lain sistem akan memilih biaya yang paling optimal antara PLT Biomassa dengan Grid. Simulasi pada skenario ini didapatkan beberapa nilai seperti terlihat dalam tabel berikut :

51 Tabel 4.3 Data Hasil Simulasi pada Skenario Ketiga (Asumsi kondisi jaringan grid yang optimum) Parameter Grid Initial Capital Cost ( $ ) 0 Operating Cost ( $/tahun ) NPC ($) 60.856 512.515 COE ( $/kwh ) 0,086 Total Produksi Energi Listrik (kwh/th) Grid energy purchased (kwh) 709.196 709.196 Produksi PLT Bio (kwh) 0 emisi ( kg/tahun ) 448.212 Karbondioksida, CO2 0 Karbonmonoksida, CO 0 Hydrokarbon, HC 0 PM 0 Sulfur dioksida, SOx 1.943 Nitrogen oksida, NOx 950 4.2 Analisis Hasil Simulasi Dari ketiga hasil simulasi diatas dapat dianalisa beberapa masalah antara lain produksi listrik, biaya listrik, konsumsi bagase, konsumsi BBM, kontribusi PLT Biomasaa terhadap sistem, dampak lingkungan (emisi CO 2, SOx, dll) dan hasil simulasi dari berbagai kemampuan grid dalam melayani beban. Berikut adalah analisis selengkapnya untuk ketiga kondisi simulasi tersebut. 4.2.1 Skenario Pertama (Genset - Grid) Analisis hasil simulasi pada skenario pertama ini adalah sebagai pembanding atau yang akan dijadikan patokan untuk menganalisis konfigurasi sistem yang paling optimal pada skenario kedua dan ketiga. Total produksi listrik yang diserap beban dalam setahun sebesar 709.196 kwh/tahun, kontribusi energi produksi dari Genset 225 kw sebesar 30% atau 220.133 kwh/tahun dan kontribusi energi produksi dari jaringan grid sebesar 70% atau 497.905 kwh/tahun dengan konsumsi BBM selama setahun sebanyak 111.625 liter dan jam operasi mesin diesel 3.144 jam.

52 Gambar 4.3 Rata-rata produksi listrik perbulan Gambar 4.4 Kurva beban harian PLTD dan Grid Dari kurva beban harian yang terjadi pada tanggal 03 Maret 2010 dapat dilihat bahwa saat hari kerja (beban puncak) PLTD harus dioperasikan guna menjaga keandalan sistem dikarenakan jaringan grid yang tidak dapat melayani beban di kantor Pemkab Lampung Tengah. PLTD beroperasi dari pukul 07.30 WIB sampai pukul 17.30 WIB, dengan beban puncak 170 kw yang terjadi pada pukul 14.00 WIB. Biaya biaya yang didapatkan dari hasil simulasi sistem kondisi awal ini adalah ; modal awal yang diinvestasikan untuk sistem yaitu sebesar $ 45.000 dengan biaya bersih sekarang (NPC) sebesar $ 1.114.218, biaya operasi selama setahun sebesar $ 126.959. Biaya listrik (COE) sebesar $ 0,187 per kwh.

53 Seperti yang terlihat pada gambar 4.5, biaya terbesar yang harus dikeluarkan selama 25 tahun adalah biaya bahan bakar yang dikonsumsi oleh PLTD, penggantian PLTD 225 kw kw dilakukan setiap lima tahun karena telah melampaui jam operasinya selama 15.000 jam. Total NPC disini diperoleh dengan tidak memperhitungkan sisi pendapatan dari penjualan listrik. Gambar 4.5 Aliran biaya sistem (PLTD Grid) selama 25 tahun 4.2.2 Skenario Kedua (PLT Biomassa - Grid) Pada skenario kedua ini simulasi dibuat dengan mengganti peran PLTD 225 kw dengan PLT Biomassa 200 kw, HOMER mensimulasikan dan mengoptimasikan sistem tersebut. Total produksi listrik yang diserap beban dalam setahun masih sama dengan simulasi skenario pertama yaitu sebesar 709.196 kwh/tahun, kontribusi PLT Biomassa sebesar 208.563 kwh/tahun atau 29,4% dengan konsumsi bahan bakar biomassa selama setahun sebanyak 907 ton dan jam operasi mesin PLT Biomassa 1.493 jam. Sedangkan kontribusi jaringan grid sebesar 500.633 kwh/tahun atau 70,6% seperti yang terlihat pada gambar berikut :

54 Gambar 4.6 Produksi listrik rata-rata perbulan Gambar 4.7 Kurva beban harian PLT Biomassa dan Grid Dari kurva beban harian yang terjadi pada tanggal 03 Maret 2010 dapat dilihat bahwa saat hari kerja (beban puncak) PLT Biomassa harus dioperasikan guna menjaga keandalan sistem dikarenakan jaringan grid yang tidak dapat melayani beban di kantor Pemkab Lampung Tengah. PLT Biomassa beroperasi dari pukul 08.30 WIB sampai pukul 17.30 WIB, dengan beban puncak 170 kw yang terjadi pada pukul 14.00 WIB. Biaya biaya yang didapatkan dari hasil simulasi sistem kondisi kedua ini adalah ; modal awal yang diinvestasikan untuk sistem yaitu sebesar $ 210.000, biaya operasi selama setahun sebesar $ 77.232 dengan biaya bersih sekarang sebesar $ 860.427, biaya listrik (COE) sebesar $ 0,1444 per kwh. Biaya yang paling besar adalah biaya operasi grid seperti yang terlihat pada gambar berikut :

55 Gambar 4.8 Aliran biaya sistem (PLT Biomassa Grid) selama 25 tahun Dari hasil simulasi antara skenario pertama dan skenario kedua diatas didapatkan bahwa biaya-biaya akan jauh lebih rendah jika menggunakan PLT Biomassa sebagai pengganti PLTD, dimana biaya energi (COE) dapat ditekan turun sebesar 23% dari $ 0,187/kWh menjadi $ 0,144/kWh, biaya bersih sekarang (NPC) turun dari $ 1.114.218 menjadi $ 860.427, biaya operasi turun dari $ 126.959 menjadi $ 77.232 sedangkan biaya modal mengalami kenaikan dari $ 45.000 menjadi $ 210.000. seperti terlihat pada gambar berikut : Gambar 4.9 Perubahan nilai jenis-jenis biaya dari skenario 1 ke skenario 2

56 Dampak lingkungan yang akan didapat apabila PLTD kapasitas 225 kw diganti dengan PLT Biomasa adalah penurunan emisi karbondioksida sebesar 47,5% atau gas CO2 yang dapat direduksi sebesar 286.457 kg/tahun yaitu dari 603.034 kg/tahun menjadi 316.577 kg/tahun. E mis i C O 2 (kg /tahun) 700,000 650,000 600,000 550,000 500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 C O E ($/kwh) 0.187 603,034 0.144 316,577 Dies el - G rid P L T B io - G rid E misi C O2 C OE ( $/kwh ) 0.200 0.190 0.180 0.170 0.160 0.150 0.140 0.130 0.120 0.110 0.100 Gambar 4.10 Perubahan nilai COE dan Emisi 4.2.3 Skenario Ketiga (PLT Biomassa Grid Optimum) Pada skenario ketiga ini simulasi dibuat dengan grid jaringan KLP SSM diasumsikan dapat melayani beban secara optimum, HOMER mensimulasikan dan mengoptimasikan sistem dengan hasil konfigurasi sistem yang paling optimal menurut HOMER adalah sistem yang hanya terdiri dari grid saja dengan nilai bersih sekarang sebesar (NPC) $ 512.515, biaya operasi sebesar $ 60.856, biaya pembangkitan energi listrik (COE) sebesar $ 0,086/ kwh. Total produksi listrik yang diserap beban dalam setahun masih sama dengn simulasi kondisi pertama dan kedua yaitu sebesar 709.196 kwh/tahun yang disuplai oleh grid secara keseluruhan. Ketika jaringan grid dioptimalkan, maka PLT Biomasa tidak kompetitif karena harga COE nya lebih tinggi dan sistem lebih memilih grid untuk beroperasi karena COE nya lebih rendah.

57 Beberapa simulasi dijalankan lagi pada kondisi kemampuan grid melayani energi beban yang bervariasi dari 0 sampai 100% guna mendapatkan gambaran nilai COE. Hasil simulasi disajikan pada gambar berikut : C OE ($/kwh) 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0.391 0.259 0.325 0.198 0.244 0.217 0.187 0.155 0.15 0.144 0.154 0.135 0.124 0.11 0 25 50 60 70 80 90 100 C O E (P LTD-GR ID ) C O E (B IO -GR ID ) 0.086 P ers entas e Grid Gambar 4.11 Nilai COE dengan kondisi kemampuan grid 0 sampai 100% Gambar 4.10 menunjukkan nilai COE pada komposisi kemampuan grid melayani beban dari 0 sampai 100%. Untuk konfigurasi PLTD dengan grid nilai COE teringgi sebesar $ 0.391/kWh (operasi PLTD saja) sampai nilai COE $ 0.086/kWh (operasi grid saja). Sedangkan untuk konfigurasi PLT Biomassa dengan grid, COE tertinggi sebesar $ 0.259/kWh (operasi PLT Biomassa saja) sampai nilai COE $ 0.086/kWh (operasi grid saja). Untuk mengetahui optimasi PLT Biomasa pada berbagai harga biomassa maka dilakukan simulasi kembali dengan menambahkan sensitivitas harga bahan bakar biomasa 0 20 $/ton, harga pembelian grid $ 0,075 - $ 0,2 dan tarif jual kembali ke grid berkisar antara $ 0,075 - $ 0,2. Hasil simulasi yang didapat bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

58 Gambar 4.12 Hasil simulasi dengan penambahan sensitivitas Berdasarkan Permen ESDM No. 269-12/26/600.3/2008 tentang Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Tahun 2008, untuk wilayah Provinsi Lampung harga BPP TR sebesar Rp.860/kWh. Pada gambar 4.12 disajikan sistem dengan variasi harga grid untuk semua variasi harga biomasa, dapat dilihat bahwa pada harga listrik sesuai dengan BBP TR di Provinsi Lampung yakni sebesar Rp.860/kWh, maka PLT Biomassa akan kompetitif bila harga bagase $ 12 per ton. Analisa diatas hanya memperhitungkan dari sisi efisiensi listrik sebesar 30% dari proses gasifikasi biomassa sesuai hasil simulasi dari PL Homer, belum memperhitungkan kelebihan energi panas yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa dimana efisiensi panasnya sebesar 70%. Bila hal ini dilakukan maka peluang pemanfaatan potensi energi terbarukan dari biomassa memiliki nilai ekonomi yang sangat kompetitif dengan sumber energi fosil lainnya.