Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer

dokumen-dokumen yang mirip
1. Apakah anda mengetahui tentang imunisasi? a. Ya b. Tidak 2. Apakah anda mengetahui tentang tujuan imunisasi? a. Ya b. Tidak

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

UNIVERSITAS INDONESIA KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR ANAK BALITA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DI RUMAH SAKIT MARY CILEUNGSI HIJAU BOGOR, MARET 2008

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTABIO DI PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

KUESIONER PENELITIAN

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI MOBILE PENGINGAT JADWAL IMUNISASI SERTA INFORMASI TEMPAT PRAKTEK DOKTER SPESIALIS ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

Cakupan Imunisasi Dasar Anak Usia 1-5 tahun dan Beberapa Faktor yang berhubungan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN. Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pernyataan di bawah ini: Nama : Umur :

DAFTAR PUSTAKA. Kelengkapan imunisasi..., Mathilda A., FK UI., Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA Universitas Indonesia

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN MIRI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

Kuesioner Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Toxoid Tetanus

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

Imunisasi merupakan pencegahan primer terhadap

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Vaksinasi merupakan salah satu intervensi

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

MICS2011-BL SURVEI INDIKATOR SOSIAL INDONESIA PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT DAFTAR PERTANYAAN BALITA MODUL KETERANGAN ANAK BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

Transkripsi:

Artikel Asli Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan Sekitarnya pada Bulan Maret 2008 Mathilda Albertina, Sari Febriana, Wibisono Firmanda, Yusie Permata, Hartono Gunardi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Latar belakang. Program pengembangan imunisasi sudah berjalan sejak tahun 1974. Namun menurut survei kesehatan nasional 2003, cakupan imunisasi lengkap hanya 51% pada laki-laki dan 52% pada perempuan. Tujuan. Mengetahui kelengkapan imunisasi dasar anak balita, alasan ketidaklengkapan imunisasi, serta hubungan pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan, dan sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi di beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya. Metode. Penelitian potong lintang menggunakan kuesioner dengan subjek orangtua dari anak usia 1-5 tahun yang berkunjung ke poliklinik anak RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, RS. Fatmawati, RS. Tarakan, dan RS. Mary Cileungsi Hijau Bogor. Hasil. Didapatkan kelengkapan imunisasi dasar 61%. Ketidaklengkapan imunisasi umumnya disebabkan orangtua tidak tahu jadwal imunisasi (34,8%) dan anak sakit (28,43%). Terdapat hubungan antara pengetahuan orangtua dengan kelengkapan imunisasi. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, serta sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi. Kesimpulan. Kelengkapan imunisasi dasar anak balita di tempat penelitian 61%. Faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi ialah pengetahuan orangtua. (Sari Pediatri 2009;11(1):1-7). Kata kunci: imunisasi dasar, anak balita Alamat korespondensi DR. Dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K). Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430. Telepon: 021-3160622. Fax.021-3913982 Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah terjangkitnya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. 1 Program Pengembangan Imunisasi (PPI) telah dicanangkan oleh WHO sejak tahun 1974 dengan tujuh penyakit target yaitu difteri, tetanus, 1

pertusis, polio, campak, tuberkulosis, dan hepatitis B. Indonesia telah melaksanakan PPI sejak tahun 1977. 2 Angka cakupan imunisasi masing-masing vaksin PPI pada tahun 2003 cukup tinggi yaitu BCG 97, 9%, DTP1 96,6%, Polio3 91,8%, Campak 89,2%, dan Hepatitis B3 79,4%. 3 Namun menurut hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2003, cakupan imunisasi lengkap hanya mencapai 51% pada laki-laki dan 52% pada perempuan. 4 Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita, alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak balita, serta mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendidikan orangtua (ayah dan ibu), pendapatan per kapita keluarga, pengetahuan, serta sikap orangtua terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita di beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya. Metode Penelitian potong-lintang dilakukan dengan menggunakan kuesioner di poliklinik anak RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, RS. Fatmawati, RS. Tarakan, dan RS. Mary Cileungsi Bogor pada tanggal 04 16 Maret 2008. Sampel dihitung berdasarkan rumus survei variabel tunggal, dengan p=51% sesuai cakupan imunisasi lengkap menurut survei kesehatan nasional tahun 2003. 4 Sampel diambil secara consecutive sampling, kriteria inklusi yaitu orangtua memiliki anak balita, ada catatan imunisasi (KMS/kartu imunisasi/ kartu kesehatan lainnya) atau masih ingat mengenai data imunisasi anak. Kriteria eksklusif adalah anak yang menderita penyakit/keadaan sehingga tidak dapat diimunisasi seperti keganasan, HIV/AIDS, dan orangtua menolak berpartisipasi. Variabel terikat yang diteliti ialah kelengkapan imunisasi dasar anak balita serta alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar. Variabel bebas seperti pendidikan orangtua (ayah dan ibu), pendapatan per kapita keluarga per bulan, pengetahuan, serta sikap orangtua terhadap imunisasi. Imunisasi dasar secara lengkap meliputi imunisasi hepatitis B 3 kali, imunisasi polio minimal 3 kali (polio-0 tidak dihitung), BCG 1 kali, DTP 3 kali, dan campak 1 kali. 5 Pendidikan orangtua diklasifikasikan menjadi rendah (lulus SLTP/sederajat atau kurang), menengah (lulus SLTA/ sederajat), tinggi (lulus perguruan tinggi/akademi). Pendapatan keluarga diklasifikasikan berdasarkan kriteria Bank Dunia 2007 6 setelah dikonversi dengan kurs yang berlaku saat dilakukan penelitian. 7 Pengetahuan dan sikap orangtua akan diklasifikasikan berdasarkan total skor dari jawaban kuesioner. Pengetahuan dan sikap baik jika >80%, cukup 60-80%, dan rendah <60% nilai maksimal. Data dianalisis menggunakan uji chi-square atau Fisher-exact test, menggunakan program komputer SPSS versi 12. Hubungan antar variabel dianggap bermakna jika dalam uji statistik didapatkan nilai p kurang dari 0,05. Hasil Dalam periode penelitian terkumpul 76 responden dari RS Dr. Cipto Mangunkusumo, 76 responden dari RS. Fatmawati, 76 responden dari RS. Tarakan, dan 86 responden dari RS. Mary Cileungsi. Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden di empat tempat penelitian. Sebagian besar responden (32,7%) memiliki anak berusia 24-35 bulan. Sebagian besar ibu dan ayah berpendidikan menengah yaitu 58,4% dan 53,7%. Pendapatan per kapita terbanyak adalah pendapatan rendah (85,5%), dan tidak ada yang berpendapatan tinggi. Pengetahuan orangtua sebagian besar tergolong baik (86%), hampir semua sikap orangtua tergolong baik (96,2%) (Tabel 2). Anak balita yang telah mendapat imunisasi dasar lengkap 61% dan 39% lainnya tidak lengkap. Ketidaklengkapan imunisasi paling banyak karena orangtua tidak tahu jadwal imunisasi (34,8%) dan anak yang sakit saat hendak diimunisasi (28,4%) (Tabel 3). Analisis hubungan antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orangtua, pengetahuan serta sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi didapatkan, hanya pengetahuan orangtua yang memiliki hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar. Dari faktor yang bermakna, dicari nilai rasio prevalensi dan didapatkan nilai 1,8 yang berarti kelompok responden dengan pengetahuan tinggi memiliki prevalensi kelengkapan imunisasi dasar 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok dengan pengetahuan sedang serta rendah. 2

Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi responden Karakteristik Frekuensi % Usia anak (bulan) Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pendapatan per kapita Diskusi 12 23 >23 35 >35 47 >47 60 Rendah Menengah Tinggi Rendah Menengah Tinggi Rendah Menengah papan bawah Menengah papan atas 79 103 75 58 58 184 73 83 169 63 269 45 1 25,1 32,7 23,8 18,4 18,4 58,4 23,2 26,3 53,7 20 85,4 14,3 0,3 Tabel 2. Pengetahuan dan sikap orangtua terhadap imunisasi Orangtua Kurang Cukup Baik n % n % n % Pengetahuan 3 1 41 13 271 86 Sikap 1 0,3 11 3,5 301 96,2 Tabel 3. Kelengkapan imunisasi dasar anak balita serta ketidaklengkapan imunisasi Kelengkapan imunisasi Frekuensi % Lengkap Tidak lengkap Lupa Sakit Tidak tahu jadwal imunisasi Vaksin habis Tidak ada PIN Takut efek samping 192 123 24 58 71 2 1 48 61 39 11,76 28,43 34,80 0,98 0,49 23,53 Keterangan: satu responden dapat memiliki lebih dari 1 alasan Penelitian kami mendapatkan angka kelengkapan imunisasi dasar 61%, sedangkan 39% lainnya tidak lengkap. Alasan ketidaklengkapan terbanyak ialah ketidaktahuan akan jadwal imunisasi (34,8%). Sebaiknya Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posyandu maupun tenaga kesehatan mempublikasikan mengenai jadwal imunisasi secara lebih luas kepada para orangtua sehingga tidak ada lagi anak yang tidak mendapatkan imunisasi hanya karena orangtua tidak tahu jadwal. Alasan ketidaklengkapan lain yang banyak didapatkan ialah anak sakit saat hendak diimunisasi (28,4%) dan orangtua takut akan efek samping imunisasi (23,5%). Anak yang sedang sakit memang menjadi kontraindikasi untuk imunisasi tetapi tidak bisa dijadikan alasan ketidaklengkapan karena imunisasi dapat dilakukan bila anak tersebut telah sembuh dari sakit. Efek samping seperti demam atau anak rewel tidak seharusnya menjadi alasan karena ringan dan dapat diatasi. Untuk itu, tenaga kesehatan disarankan untuk memberikan penjelasan mengenai efek samping imunisasi yang dapat terjadi, serta apa yang harus dilakukan orangtua jika terjadi efek samping. Masyarakat juga perlu diberi penjelasan mengenai catch-up immunization sehingga anak-anak yang sakit bisa tetap mendapatkan imunisasi. Lima variabel yang diteliti berkaitan dengan kelengkapan imunisasi yaitu pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan per kapita keluarga per bulan, serta pengetahuan dan sikap terhadap imunisasi. Secara statistik, tidak terdapat hubungan antara pendidikan orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar. Anak balita dengan ayah yang berpendidikan sedang justru memiliki kelengkapan imunisasi dasar yang lebih tinggi daripada anak dengan ayah berpendidikan tinggi, begitu juga dengan variabel pendidikan ibu. Hasil ini sesuai dengan penelitian analisis faktor risiko ketidaklengkapan imunisasi di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, yang juga tidak mendapatkan hubungan antara pendidikan orangtua dengan kelengkapan imunisasi. 8 Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Aceh Besar tahun 1998-1999. 9 Pada penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi. Selain itu penelitian M. Ali 2002 10 menyatakan bahwa pendidikan sebenarnya sangat penting dalam mempengaruhi pengertian dan partisipasi orang tua dalam program imunisasi. Dengan pendidikan yang semakin tinggi, maka orangtua cenderung menggunakan sarana kesehatan sebagai suatu upaya pencegahan bukan pengobatan. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh penyebaran sampel yang tidak merata pada tiap kelompok. Selain itu, tidak adanya hubungan pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dapat disebabkan 3

karena informasi tentang imunisasi lebih banyak didapat melalui media masa, bukan dari sekolah atau pendidikan formal. Pendapatan per kapita juga tidak mempunyai hubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Pada kelompok orangtua dengan pendapatan per kapita rendah, angka kelengkapan lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Hal ini disebabkan karena hampir semua anak pada penelitian ini mendapatkan imunisasi di Puskesmas/Posyandu secara gratis, hanya perlu membayar biaya administrasi yang relatif murah. 11 Hal ini sesuai dengan penelitian Ahmad Rois mengenai analisis faktor risiko ketidaklengkapan imunisasi bayi di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri. 8 Pengetahuan orang tua merupakan satu-satunya variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar. Kelompok orangtua dengan pengetahuan yang baik menunjukkan angka kelengkapan imunisasi dasar yang lebih tinggi daripada kelompok lainnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian di Puskesmas Lanjas Kabupaten Barito Utara, yang mendapatkan bahwa pengetahuan ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan kelengkapan imunisasi. 12 Namun, berbeda dengan penelitian Masjkuri tentang pengetahuan orang tua tentang imunisasi di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan penelitian Suharsono tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu-ibu etnis Tionghoa tentang imunisasi di Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung, yang tidak mendapatkan hubungan antara pengetahuan orangtua dengan status imunisasi anak. 10 Pengetahuan ikut berperan dalam mengambil berbagai keputusan. Pengetahuan masyarakat yang minim mengenai imunisasi dapat menyebabkan keikutsertaan dalam program imunisasi juga minim. Tidak didapatkan hubungan antara sikap orangtua terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi. Berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi hepatitis B pada bayi di wilayah Puskesmas Banyu Urip Kodamadya Surabaya pada tahun 1994. Penelitian tersebut menyatakan bahwa sikap ibu-ibu terhadap imunisasi hepatitis B berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi hepatitis B. 13 Tidak adanya hubungan antara sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi dapat disebabkan karena tidak meratanya jumlah responden pada tiaptiap kelompok. Kesimpulan Didapatkan 61% anak balita memiliki status imunisasi dasar yang lengkap dan 39% lainnya tidak lengkap. Hampir semua responden memiliki pengetahuan (86%) dan sikap (96,2%) yang baik terhadap imunisasi. Adapun alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar terbanyak ialah orangtua tidak tahu jadwal imunisasi (34,8%). Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan orangtua mengenai imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar dasar anak balita di poliklinik anak beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya. Ucapan terima kasih Ucapan terimakasih kepada pimpinan beserta staff RS Dr. Cipto Mangunkusumo, RS. Tarakan, RS. Fatmawati, dan RS. Mary Cileungsi atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan kesehatan anak di Indonesia. Daftar pustaka 1. Achmadi UF. Imunisasi: mengapa perlu? Jakarta: Penerbit buku Kompas; 2006.h.130. 2. WHO. Expanded program on immunization overview. Diunduh dari: http://wbln0018.worldbank.org/hdnet/ HDdocs.nsf pada 1 Desember 2007. 3. Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan indonesia 2003. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.h.165. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Status kesehatan masyarakat berbasis gender: fakta dari hasil survei kesehatan nasional. Jakarta: Depkes RI; 2006.h.27. 5. Jadwal imunisasi 2007 rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) periode 2007. 6. World Bank. Country Classification. Diunduh dari: http://go.worldbank.org/k2ckm78cc0 pada 19 Maret 2009. 7. Bank Indonesia. Kurs uang kertas Indonesia tanggal 28 Februari 2008. Diunduh dari: www.bi.go.id/biweb/templates/ moneter pada 22 Mei 2009. 8. Rois A. Analisis faktor risiko ketidaklengkapan imunisasi bayi di Kecamatan Tirtomojo Kabupaten Wonogiri. Diunduh dari: http://digilib.unikom.ac.id/go.php?id=jkpkbppkgdl-res-2000-achmad-637-imunisasi pada 16 April 2008 4

9. Idwar. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi hepatitis B pada bayi (0-11 bulan) di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah Istimewa Aceh tahun 1998-1999. Diunduh dari: http://digilib.litbang. depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2000-idwar- 2181-aceh&q=sikap tanggal 22 April 2008. 10. Ali M. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak bekerja tentang imunisasi. Diunduh dari http://library. usu.ac.id/download/fk/anak-muhammad.pdf pada 22 April 2008. 11. Anwar C. Perencanaan kesehatan berbasis fakta & belajar dari KLB polio. Diunduh dari: http://fpks-dpr.or.id/new/ main.php?op=isi&id=1167 (20 Desember 2007). 12. Siswandoyo. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status kelengkapan imunisasi hepatitis B pada bayi di Puskesmas Lanjas Kabupaten Barito Utara. Diunduh dari: http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdlres-2002siswandoyo-2198-imunisasi&q=faktor-faktor+yan g+berhubungan+dengan+imunisasi. 13. Soekeksi, Indra N. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi hepatitis b pada bayi di wilayah puskesmas banyu urip kodamadya surabaya tahun 1994. Diunduh dari: http://digilib.litbang.depkes. go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-1995-soekeksi2c-2199- puskesmas&q=mempengaruhi pada 15 Februari 2008. 5

Lampiran: Kuesioner Data responden Nama responden (orangtua) : Nama anak : Usia : tahun Alamat lengkap : No. Telp/HP : Pekerjaan ayah : ibu : Pendidikan terakhir ayah : ibu : Penghasilan total keluarga : /bulan Jumlah tanggungan keluarga : 1. Apakah anda mengetahui tentang imunisasi? 2. Apakah anda mengetahui tentang tujuan imunisasi? Pengetahuan 3. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan imunisasi? a. Upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi b. Upaya pengobatan terhadap penyakit infeksi c. Upaya meningkatkan berat badan anak d. Upaya peningkatan gizi anak 4. Penyakit apa yang bisa dicegah dengan imunisasi? a. Diare b. Demam Berdarah c. Campak d. Infeksi telinga 5. Apa manfaat imunisasi? a. Supaya anak tidak terjangkit penyakit infeksi b. Untuk meningkatkan kepintaran anak c. Agar anak tidak rewel d. Agar nafsu makan anak bertambah 6. Berikut ini yang termasuk cara pemberian imunisasi? a. Diteteskan ke mata b. Diteteskan ke telinga c. Disuntikan di betis d. Disuntikan di paha 7. Kapan seharusnya anak anda pertama kali diimunisasi? a. Usia sekolah b. Usia 2 tahun c. Usia 1 tahun d. Sejak lahir 8. Kapan imunisasi pada anak harus ditunda? a. Anak sedang demam tinggi b. Anak masih mengkonsumsi ASI c. Anak sehat d. Anak banyak makan 9. Bagaimana cara kerja imunisasi? a. Meningkatkan daya tahan tubuh b. Meningkatkan nafsu makan c. Menyembuhkan penyakit d. Membunuh kuman penyakit 10. Apakah yang diberikan saat imunisasi? a. Kuman yang dilemahkan b. Vitamin c. Antibiotik d. Obat 11. Imunisasi apakah yang pemberiannya diteteskan ke mulut? a. Hepatitis B b. BCG c. Polio d. DPT Sikap 12. Apakah Anda setuju jika anak anda diimunisasi? 13. Apakah Anda setuju bahwa imunisasi itu penting untuk kesehatan anak? 6

14. Apakah Anda setuju bahwa manfaat yang didapat dari imunisasi lebih besar daripada kerugiannya (efek samping)? 15. Jika Anda mendengar laporan mengenai efek samping yang terjadi setelah imunisasi dari orang lain, apakah Anda masih memberikan anak anda diimunisasi? 16. Jika anak anda mengalami demam setelah imunisasi, apakah Anda masih akan memberikan imunisasi selanjutnya kepada anak anda? 17. Jika pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan imunisasi (RS/puskesmas/posyandu/ praktek dokter) jauh dari rumah Anda, apakah Anda mau mengantarkan anak anda diimunisasi? 18. Jika biaya imunisasi memberatkan Anda, apakah Anda akan tetap mengimunisasi anak anda? Kelengkapan Imunisasi 19. Apakah anak anda pernah diimunisasi? Jika pernah, silakan lanjutkan ke nomor berikutnya. Jika tidak pernah, mengapa? a. Tidak tahu jadwal imunisasi b. Jarak rumah ke posyandu/puskesmas/klinik/ rumah bersalin/rs jauh c. Mahal d. Takut dengan efek samping (takut anak sakit) e. Lain-lain:... 20. Apakah anak anda telah diimunisasi hepatitis B? vi. Lain-lain:... 21. Apakah anak anda telah diimunisasi BCG? vi. Lain-lain:... 22. Apakah anak anda telah diimunisasi Polio? vi. Lain-lain:... 23. Apakah anak anda telah diimunisasi DTP? vi. Lain-lain:... 24. Apakah anak anda telah diimunisasi campak? vi. Lain-lain:... 7