BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB I PENDAHULUAN. hayati, baik yangdiolah maupun yang tidak diolah.pangan merupakan. kebutuhan yang paling mendasar bagi kelangsungan kehidupan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Biji Kedelai dan Lama Waktu. Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Beragam cara pengembangan metode untuk menghasilkan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat meningkat seiring dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Botani Tanaman Cempedak

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biotek

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBUATAN TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

I PENDAHULUAN. khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. enak, dan kandungan gizinya cukup tinggi. Jamur tiram putih merupakan jenis. kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

4.1. Hasil Analisa Kuantitatif spora Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus oligosporus serta Rhizopus oryzae (2:1) (2:1)

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

PEMANFAATAN AMPAS DARI BERBAGAI JENIS KACANG - KACANGAN PADA PEMBUATAN TEMPE GEMBUS SKRIPSI. Disusun Oleh : SISWANTI BINTARATIH NPM.

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memfermentasi kedelai (Nakajima et al., 2005); tempe yang biasa dikenal oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

OLEH: YULFINA HAYATI

Pertumbuhan Kapang Tempe pada Fermentasi Tempe Bergaram (Growth of Tempe Moulds in Salt Tempe Fermentation)

Peranan teknologi pangan

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

Pemanfaatan Limbah Biji Nangka sebagai Bahan Alternatif dalam Pembuatan Tempe

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan alami adalah bahan pangan yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, dan diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Manusia dalam melangsungkan kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1 Makanan yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme akan mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan berkurang, bahkan makanan tersebut dapat menyebabkan penyakit. Sebaliknya ada beberapa jenis makanan dan minuman yang perlu ditambahkan mikroorganisme untuk memperoleh cita rasa dan nilai gizi tertentu. Keju, tempe, tape, minuman anggur, tuak dan lain-lainnya adalah makanan melibatkan peran serta mikroorganisme, untuk memperoleh cita rasa tertentu, melalui proses fermentasi. Pembuatan tempe merupakan salah satunya proses pembuatan jenis makanan yang melibatkan peran mikroorganisme yang bersifat menguntungkan, yaitu kapang Rhizopus oligosporus yang berperan dalam fermentasi dari biji kedelai, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Fermentasi bulir biji kedelai tersebut mengalami proses fermentasi dari beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus 1 Liqa Mawaddah, Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Kedelai, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2011, Hal. 1. 1

2 oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (kapang roti), atau Rhizopus arrhizus yang selanjutnya sediaan tersebut dikenal dengan ragi tempe. 2 Selama proses fermentasi ini terjadi perubahan fisik dan kimiawi pada biji kedelai, sehingga menjadi tempe. Sumber pangan dapat berasal dari hewan maupun dari tumbuhtumbuhan. Biji kacang kedelai merupakan salah satu sumber pangan nabati yang mengandung unsur protein, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, fospor, zat besi, vitamin A, vitamin B, yang diperlukan oleh tubuh. 3 Kandungan gizi pada biji kacang kedelai juga terdapat pada buah pepaya antara lain, protein, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, fospor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Selain dari biji kedelai pembuatan berdasarkan kandungan gizi memungkinkan bahwa tempe juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan biji cempedak sebagai bahan baku pembuatan tempe. Melalui proses fermentasi bulir kacang menghasilkan suatu jalinan miselium yang kompak, biji-bijian akan difermentasi oleh kapang dalam ragi yang selanjutnya, akan terjadi hidrolisis senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa sederhana yang mudah dicerna, sehingga menjadi bahan pangan yang lebih tinggi nilai gizinya. Tempe merupakan makanan fermentasi dari kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat secara umum. Akan tetapi, beberapa jenis biji-bijian berdasarkan penelitian ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam 2 Dwidjoseputro, Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta : Djambatan, 2005, hal. 196. 3 Liqa Mawaddah, Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Kedelai, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2011, Hal. 1-2.

3 pembuatan tempe. Salma Hayati (2009) menyatakan bahwa kandungan gizi dalam biji nangka hampir setara jika dibandingkan dengan kacang kedelai, sehingga biji nangka dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan tempe yang berkualitas. 4 Hasil penelitian tersebut menjadi landasan berpikir bagi peneliti untuk mencari bahan baku alternatif lainnya dalam pembutan tempe, salah satunya adalah biji cempedak. Allah berfirman dalam Q.S An Nahl: 11 yang berbunyi: Artinya : Dia menumbuhkan bagi kamu denganya tanaman-tanaman ; zaitun, kurma, anggur dan dari segala buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian benar-benar ada tanda bagi kaum yang memikirkan. 5 Ayat di atas menjelaskan bahwa Dia yakni Allah SWT, menumbuhkn bagi kamu dengannya yakni dengan air hujan itu tanamantanaman; dari yang paling cepat layu sampai dengan yang paling panjang usianya dan paling banyak manfaatnya. Dia menumbuhkan zaitun, salah satu pohon yang paling panjang usianya, demikian juga kurma, yang dapat dimakan mentah atau matang, mudah dipetik dan sangat bergizi lagi berkalori tinggi, juga anggur yang dapat kamu jadikan makanan yang halal atau minuman yang haram dan dari segala macam atau sebagian buah- 4 Salma Hayati, Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Tempe Dari Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Penentuan Kadar Zat Gizinya, Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009, t.d. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta : Lembaga Penyelenggaraan Penterjemah Kitab Suci Al-Qur an Departemen Agama, 2002, Hal. 365.

4 buahan, selain yang disebut itu. Sesungguhnya pada yang demikian yakni pada curahan hujan dan akibat-akibatnya itu benar-benar ada tanda yang sangat jelas bahwa yang mengaturnya seperti itu adalah Maha Esa lagi Maha Kuasa. Tanda itu berguna bagi kaum yang memikirkan. 6 Di tengah permasalahan Indonesia akan kebutuhan kacang kedelai dengan harga yang relatif mahal, diperlukan solusi untuk mengurangi ketergantungan masyarakat akan bahan tersebut. Salah satunya adalah dengan mencari alternatif baru untuk mengatasi ketergantungan kacang kedelai dengan bahan baku yang ada di sekitar dan mungkin belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan beragam biji-biji sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, masih belum dilakukan secara maksimal. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan biji nangka sebagai bahan baku pembuatan tempe, mendorong keinginan peneliti untuk mencari alternatif lainnya, yaitu dengan menggunakan biji cempedak yang hanya sebagai limbah dapat dimanfaatkan menjadi bahan dengan nilai guna yang lebih tinggi. Selain kandungan dan nilai gizi yang baik, citarasa, aroma serta tekstur yang padat juga menjadi kriteria dalam menilai dan memilih tempe. Berdasarkan hal tersebut maka penting untuk mengetahui dan memahami metode atau teknik yang tepat dalam pembuatan tempe berbahan baku biji cempedak, melalui judul penelitian : Pengaruh Lama 196. 6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, h, 195-

5 Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Berbahan Baku Biji Cempedak (Artocarpus champeden) dengan harapan dapat mengetahui proses lama waktu fermentasi yang optimal dalam menghasilkan dengan kualitas fisik dan organoleptik yang lebih baik. B. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu yang merupakan pijakan dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Liqa Mawaddah (2011) tentang pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe kedelai (Soja max L.). Hasil penelitian menyatakan bahwa perlakuan lama waktu penyimpanan yang diberikan selama 36 jam, 40 jam, 44 jam, 48 jam, dan 52 jam berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe, dengan lama waktu penyimpanan optimal dalam menghasilkan kualitas fisik dan organoleptik tempe yang terbaik adalah penyimpanan selama 36 jam. 7 2) Salma Hayati (2009), melakukan penelitian dengan memanfaatkan biji nangka sebagai bahan baku pembuatan tempe dengan judul penelitian pengaruh waktu fermentasi terhadap kualitas tempe dari biji nangka (Artocarpus Heterophyllus) dan penentuan kadar zat gizinya. Penelitian menyatakan bahwa biji nangka dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tempe, karena kandungan gizi yang dimiliki biji nangka pada rata-ratanya 7 Liqa Mawaddah, Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Tempe Kedelai, Skripsi, Palangka Raya: STAIN, 2011, Hal. 3-4.

6 memiliki kandungan karbohidrat (36,7), protein (4,2), lemak (0,1) air (57,7). 8 Terdapat persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan penelitian terletak pada variabel terikat yaitu melihat kualitas fisik tempe yang meliputi warna, tekstur, cita rasa, dan aroma tempe. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang digunakan terletak pada obyek penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan biji nangka sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe dengan memperhatikan lama waktu fermentasi sebagai faktor, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan biji cempedak dengan kualitas fisik dan organoleptiknya dengan tempe berbahan baku biji cempedak berdasarkan lama fermentasi. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, permasalahan dalam penelitian dibatasi pada permasalahan sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe dan lama waktu fermentasi yang optimal. 2. Kualitas fisik sebagai parameter dalam penelitian mengacu pada uji organoleptik tempe, yang meliputi warna, tekstur, cita rasa dan aroma tempe. 8 Salma Hayati, Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Tempe Dari Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Penentuan Kadar Zat Gizinya, Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009, t.d.

7 3. Bahan baku yang digunakan untuk membuat tempe adalah biji cempedak (Artocarpus champeden) 4. Pemberian perlakuan lama waktu fermentasi pada tempe adalah selama 0 jam,36 jam, 40 jam, 44 jam, 48 jam dan 52 jam. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe? 2. Berapakah lama waktu fermentasi yang optimal yang dapat menghasilkan kualitas fisik dan organoleptik tempe yang terbaik? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe. 2. Untuk menentukan lama waktu fermentasi yang optimal agar dihasilkan tempe dengan kualitas fisik dan organoleptik terbaik.

8 F. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian adalah lama waktu fermentasi berpengaruh nyata terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe. G. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka kegunaan penelitian ini diharapkan di peroleh manfaat sebagai berikut : 1. Bagi mahasiswa dapat pengetahuan dan keterampilan khususnya pada mata kuliah mikrobiologi pangan, khususnya tentang pembuatan tempe berbahan dasar biji cempedak. 2. Bagi pengajar atau dosen dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai penunjang dalam penyusunan penuntun praktikum dan sumber belajar mata kuliah mikrobiologi pangan. 3. Bagi peneliti agar dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk penelitian lebih lanjut dan menambah pengetahuan dan keterampilan khusunya dalam pembutan tempe. 4. Bagi masyarakat dapat memberi manfaat dan informasi mengenai manfaat dari biji cempedak sebagai sumber bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe.

9 H. Definisi Operasional 1. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (kapang roti), atau Rhizopus arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. 2. Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti bakteri, khamir dan kapang. 3. Kualitas fisik adalah tingkat baik atau buruknya atau taraf atau derajat sesuatu yang dapat dilihat atau tampak nyata dapat dirasakan oleh panca indra manusia. 4. Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerima terhadap suatu produk. 5. Kualitas organoleptik adalah tingkat baik atau buruknya atau taraf atau derajat sesuatu yang merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaran dan kemauan untuk mempergunakan suatu produk. 6. Warna tempe adalah tingkat kecerahan warna yang tampak dari pembuatan tempe yang dihasilkan.

10 7. Cita rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan syaraf atau sensasi yang dihasilkan bahan makanan ketika diletakkan ke dalam mulut (seperti enak, tidak enak, gurih, lezat, dan sedap). 8. Aroma adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf (seperti penciuman bau, wangi, busuk terhadap indra penciuman hidung). 9. Tekstur adalah tingkat kebaikan suatu bahan yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indra manusia (seperti keras, lembek, lunak, padat, dan lain-lain). I. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan 1. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (kapang roti), atau Rhizopus arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. 2. Berdasarkan rumusan masalah maka permasalahan di dalam penelitian ini yaitu Apakah lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe dan berapakah lama waktu fermentasi yang optimal yang dapat menghasilkan kualitas fisik dan organoleptik tempe yang terbaik. 3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe dan

11 untuk menentukan lama waktu fermentasi yang optimal agar dihasilkan tempe dengan kualitas fisik dan organoleptik terbaik. BAB II Kajian Pustaka 1. Cempedak Cempedak (Artocarpus champeden Spreng) merupakan tanaman asli Indonesia. Saat ini penyebarannya sudah merambah sampai ke Malaysia dan Papua Nugini. Di Indonesia, cempedak tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Jawa. 2. Tempe adalah produk fermentasi yang tidak asing di masyarakat Indonesia dan mulai digemari oleh masyarakat Barat. Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan. Namun demikian yang biasa dikenal sebagai tempe oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai. 3. Fermentasi Proses fermentasi oleh mikroorganisme ada dua macam, yaitu proses fermentasi alkoholis dan non alkoholis. Fermentasi alkoholis adalah proses fermentasi yang produk akhirnya berupa alkohol, seperti anggur, bir, tuak, dan lain-lain. Sedangkan fermentasi non alkoholis adalah proses fermentasi yang produk akhirnya tidak terdapat alkohol, seperti asam organik, vitamin, asam amino, tempe, kecap, oncom, dan lain-lain. Fermentasi non alkohol dalam pembuatan tempe melibatkan peran mikroorganisme seperti kapang, yaitu Rhizopus sp.

12 Mikroorganisme ini berfungsi untuk menguraikan protein dalam butiran kedelai menjadi asam amino sehingga lebih mudah dicerna tubuh dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. BAB III Metodologi Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabelvariabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara tertentu. Fokus penelitian pada ukuran antar variabel. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian pengujian hipotesa yang menguji hubungan sebab akibat di antara variabel yang diteliti. Penelitian dirancang dengan perlakuan pada proses pembuatan tempe yang berasal dari biji cempedak yaitu perlakuan lama waktu fermentasi. BAB IV Hasil Penelitian Hasil penelitian berupa data kualitas fisik dan organoleptik tempe berbahan baku biji cempedak dengan lama waktu fermentasi dari panelis 17 orang yang di ambil data nya berdasarkan hasil analisis varians. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh data yang menunjukkan adanya pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe.

13 BAB V Pembahasan Perlakuan lama waktu fermentasi sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe berdasarkan parameter warna, tekstur, cita rasa dan aroma. Hal ini terlihat pada lama waktu fermentasi yang dihasilkan, semakin lama waktu fermentasi maka semakin menurun kualitas warna, tekstur, cita rasa dan aroma pada tempe tersebut. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan terbentuknya miselia pada permukaan biji yang semakin lama semakin lebat sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak. BAB VI Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh lama waktu fermentasi terhadap kualitas fisik dan organoleptik tempe berbahan baku biji cempedak yang diperoleh berdasarkan analisis variansi terlihat bahwa perlakuan lama waktu fermentasi terhadap kualitas warna, tekstur, cita rasa, aroma tempe berpengaruh sangat nyata antar perlakuan satu dengan perlakuan yang lain. Semakin lama disimpan maka kualitas tempe semakin menurun. B. Saran

14 Hasil penelitian, maka adapun yang dapat peneliti sarankan setelah berjalannya penelitian ini, yaitu perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan bahan dasar pembuatan tempe yang berbeda.