BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

JENIS-JENIS PENGERINGAN

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

TINJAUAN PUSTAKA. Proses pembuatan kopra dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Pengeringan dengan sinar matahari (sun drying).

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Buah Kakao Menurut Susanto (1994) klasifikasi buah kakao adalah sebagai berikut: : Dicotyledon

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

III. METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

Karakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm

LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI DANA PNBP TAHUN ANGGARAN 2012

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI MENGGUNAKAN HEATER TENAGA SURYA LAPORAN TUGAS AKHIR

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

PASCA PANEN BAWANG MERAH

Macam-macam Pengering. TBM ke 9

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Analisa Pengujian Alat Pengering Padi Dengan Menggunakan. Bahan Bakar Sekam Padi

KESETIMBANGAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING DEHUMIDIFIKASI TERINTEGRASI DENGAN PEMANAS UDARA SURYA UNTUK MENGERINGKAN TEMULAWAK

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Ikan Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan air ini dikurangi, maka metabolisme bakteri terganggu dan akhirnya mati. Pada kadar air 40% bakteri sudah tidak dapat aktif, bahkan sebagian mati, namun sporanya masih tetap hidup. Spora ini akan tumbuh dan aktif kembali jika kadar air meningkat. Oleh karena itu, ikan hampir selalu digarami sebelum dilakukan pengeringan. Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Prasetyo dan Sunarwo, 2008) : a. Kecepatan udara, makin cepat udara di atas ikan, makin cepat ikan menjadi kering. b. Suhu udara, makin tinggi suhu, makin cepat ikan menjadi kering c. Kelembaban udara, makin lembab udara, makin lambat ikan menjadi kering d. Ukuran dan tebal ikan, makin tebal ikan, makin lambat kering. Makin luas permukaan ikan, makin cepat ikan menjadi kering. e. Arah aliran udara terhadap ikan, makin kecil sudutnya, makin cepat ikan menjadi kering. f. Sifat ikan, ikan berlemak lebih sulit dikeringkan Cara pengeringan terbagi dua golongan yaitu pengeringan alami dan buatan. Pada pengeringan alami, ikan dijemur di atas rak-rak yang dipasang agak miring (+15 ) ke arah datangnya angin, dan diletakkan di bawah sinar matahari tempat angin bebas bertiup Lamanya penjemuran 8 jam/hari selama 3 hari di daerah dengan intensitas sinar matahari tinggi. Pekerjaan penjemuran harus disertai

5 pembalikkan 2-3 kali setiap hari. Untuk mengukur tingkat kekeringan ikan, dengan cara menekan tubuh ikan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan. Pada ikan kering tekanan jari tidak akan menimbulkan bekas. Cara lain dengan melipat tubuh ikan. Ikan kering tidak akan patah jika tubuhnya dilipatkan. Pengeringan buatan dilakukan secara mekanis. Keuntungan pengeringan secara mekanis antara lain suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat diatur. Selain itu sanitasi dan hihiene lebih mudah dikendalikan. Namun cara ini belum memasyarakat sebab biaya alat mekanis relatif lebih mahal jika dibandingkan pengeringan alami (Masyamsir, 2001). Alat pengering mekanis antara lain: oven, alat pengering berbentuk kotak ( cabinet-type dryer), alat pengering berbentuk lorong (tunnel dryer), alat pengering bersuhu rendah (cold dryer), alat pengering dengan sinar infra merah, alat pengering beku hampa (vacuum freeze drying). 2.2. Metode Pengeringan Udara pengeringan bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu pengeringan alami dan pengeringan mekanis (Budiman, 2004) a) PengeringanAlami Pengeringan alami adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan media angin dan sinar mata hari. Dalam pengeringan alam, ikan dijemur diatas rak-rak yang dipasang miring (+15 o ) kearah datangnya angin dan diletakkan ditempat terbuka supaya terkena sinar mata hari dan hembusan angin secara langsung.keunggulan pengeringan alami adalah proses sangat sederhana, murah dan tidak memerlukan peralatan khusus sehingga mudah dilakukan oleh semua orang.

6 Gambar 2.1.Posisiikandalampengeringanalami Pada proses pengeringan ini, angin berfungsi untuk memindahkan uap air yang terlepas dari ikan, dari atas ikan ke tempat lain sehingga penguapan berlangsung lebih cepat. Tanpa adanya pergerakan udara, misalnya jika penjemuran ditempat tertutup (tanpa adanya hembusan a ngin), pengeringan akan berjalan lambat. Selain tiupan angin, pengeringan alami juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari pada saat penjemuran berlangsung. Makin tinggi intensitasnya maka proses pengeringan akan semakin cepat berlangsung begitupun sebaliknya.oleh karena itu, proses pengeringan alami sering terhambat pada saat musim penghujan karena intensitas cahaya matahari sangat kurang. Karena lambatnya pengeringan, proses pembusukan kemungkinan tetap berlangsung selama proses pengeringan. Masalah lain yang dihadapi pada pengeringan alami adalah ikan yang dijemur ditempat terbuka gampang dihinggapi serangga atau lalat. Lalat yang hinggap akan meninggalkan telur, dalam waktu 24 jam telur tersbut akan menetas dan menjadi ulat yang hidup didalam daging ikan.

7 b) Pengeringan Mekanis Karena banyaknya kesulitan yang didapat pada proses pengeringan alami terutama pada saat musim penghujan, maka manusia mencoba membuat alat baru untuk menghasilkan produk yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien. Pada pengeringan mekanis, ikan disusun diatas rak-rak penyimpanan didalam ruangan tertutup yang dilengkapi dengan beberapa lubang ventilasi. Kedalam ruangan tersebut, ditiupkan hawa panas yang dihasilkan dari elemen pemanas listrik. Hawa panas ditiupkan dengan sebuah kipas angin atau blower supaya mengalir ke arah rak-rak ikan. angin yang membawa uap air dari tubuh ikan akan keluar dari lubang-lubang ventilasi. Pengeringan mekanis memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut : 1) Ketinggian suhu, kelembaban dan kecepatan udara mudah diatur 2) sanitasi dan higiene lebih mudah dikendalikan 3) tidak memerlukan tempat yang luas 4) waktu pengeringan menjadi lebih teratur (tidak terpengaruh oleh adanya musim hujan) Gambar 2.2. Proses pengeringan mekanis

8 2.3. Prinsip Kerja Alat Pengering Tipe Udara Alami Ikan cakalang yang sudah bersih diletakkan dan diatur dalam ruang pengering yang terdiri atas lima rak pengeringan. Setelah itu batok atau tempurung kelapa dimasukkan kedalam tungku pembakaran dan dibakar sehingga menghasilkan panas dan asap. Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran ini dihembuskan dengan menggunakan fan sementara asap dibuang melalui cerobong asap. Selanjutnya udara panas akan melewati sebuah nozzle sehingga laju aliran panas menjadi lebih cepat mencapai ruang pengeringan. Udara panas yang telah mengisi ruang pengeringan akan memanaskan dan mengeringkan ikan cakalang yang terdapat pada ruang pengering secara perlahan-lahan sehingga lambat laun kadar air yang terdapat dalam tubuh ikan akan berkurang sesuai dengan target pengeringan yang diinginkan. Pengambilan data dilakukan setiap 30 menit, hal ini dilakukan sekaligus memantau kondisi komoditas secara langsung. Udara panas yang telah melewati dan mengeringkan tubuh ikan cakalang akan keluar melewati empat buah lubang dengan luas tertentu yang berada dibagian atas dari ruang pengering. Proses pengeringan ikan cakalang yang terdapat dalam ruang pengeringan dapat dipantau dan diamati melalui pintu kaca. 2.4. Cara Kerja Dan Gambar Pengering Alat pengering ikan bersirkulasi alami berbahan bakar yang berasal dari batok kelapa.dengan kapasitas 80 150 kg.ikan di keringkan oleh udara bercampur gas asap hasil pembakaran tempurung kelapa. Udara masuk kedalam ruang pengering dalam kondisi jenuh, gas asap yang bercampur dengan udara berfungsi mentransfer panas keudara sehingga udara yang

9 tadinya berada dalam keadaan jenuh menjadi tidak jenuh. Energy ditransfer dari hasil pembakaran tempurung kelapa ke udara artinya sumber energy adalah pembakaran tempurung kelapa. Pada tungku pembakaran dilengkapi dengan cerobong asap dan di dalam terowongan udara panas dilengkapi dengan nozzel. Kedua alat ini dimaksudkan untuk membuang dan mereduksi asap yang bercampur dengan udara panas. Sedang nozzel berfungsi mempercepat aliran udara panas mencapai ruang pengeringan. Ada beberapa parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi proses pengeringan suatu komoditas dalam ruang pengerikan yakni : 1. Terdapat perbedaan hingga 50% antara enegi total pengujian (Q L ) dengan energi total perencanaan. 2. Perbedaan temperature pada ruang pengeringan dan temperature lingkungan mencapai 30-50% Adapun gambar alat pengering dapat dilihat pada gambar 3.

10 30 30 50 70 50 30 30 Cerobongasap 40 40 RuangPengeringan 120 Udara masuk 50 Q s Q s Udara masuk Tungku Nozzel Nozzel Tungku Gambar 2.3. Alat pengering ikan tipe sirkulasi udara alami 2.5. Parameter Yang Diukur Dalam penelitian ini parameter yang diukur meliputi iradiasi surya, kecepatan angin, suhu dan RH udara lingkungan dan di dalam alat pengering, kecepatan angin, perubahan kadar air produk, dan laju sirkulasi produk (Suwarno dan Prasetyo, 2008; Irfan, 2008). 1. Kadar air Kadar air (% basis basah) = x 100%... kg (1) Keterangan: m air = Massa Air Awal Basis Basah (kg) m padatan = Massa padatan awal basis basah (kg)

11 Kadar air (% basis kering = x 100%... kg (2) Keterangan: m air = Massa Air akhir basis kering (kg) m padatan = Massa padatan akhir basis kering. (kg) 2. Laju pengeringan Berdasarkan data pengukuran : =... (3) Keterangan: = Laju Pengeringan (%b.k./jam) Mo = Basis Kering (%bk.) Mf = Basis Basah (%b.k. t = selang waktu pengukuran (jam) 3. Energi yang tersedia untuk pengeringan.( Q ) Q = m.nkb... (4) Keterangan : m = Massa biomassa (kg) Nkb = Nilai kalor bahan (kj/kg) Q = Energi biomassa (kj) 4. Panas udara yang diterima udara pengering ( ) = Cpu(Tr Tl)3600t... (5) Keterangan: = Panas penguapan air produk (KJ) qu = Debit udara (m 3 /s) qu/ vu = udarakering( ) vu = Volume jenis udara (m 3 /kg) Cpu = Kalor jenis udara(kj/kg 0 c)

12 Tr = Suhu ruang pengering ( 0 C) Tl = Suhulingkungan (32 0 C) t = Lamanya proses pengering (jam) 5. Total kebutuhan energi untuk pengeringan (Q s ) Panas jenis yang digunakan untuk menaikkan suhu produk Cpb = 0,37 + 0,034 (Mo)... (6) Keterangan: Cpb = Panas jenis produk (kj/kg ) Panas yang digunakan untuk menguapkan air produk Q =mu. Hfg.... (7) Q ΔT = mo.cpb (T R -T B ) Keterangan : Q = Energi yang dibutuhkan untuk menguapkan kadar air dari ikan mu = laju udara kering Hfg = entalvi spesifik penguapan air(kj/kg) Q ΔT = energi kalor untuk menaikan suhu produk KJ Mo = kadar air basis kering Cpb = Panas jenis produk (kj/kg ) T R = Temperatur udara ruang pengering( ) T B = Temperatur lingkungan ( ) Sehingga total energi yang digunakan oleh produk adalah : Q T = Q ΔT + Q L Keterangan : Q T = Energi total yang digunakan oleh produk Q L = Panas yang digunakan untuk menguapkan air produk

13 6. Konsumsi energy spesifik (KES), kj/kg uap air (KES) KES = Q udara /m uaik... (8) Keterangan: Q udara = Panas yang diterima udara pengering (KJ) M uaik = Massa air yang diuapkan (Kg) Efisiensi kalor dalam ruang pengering : (η) η pengeringan = x100... (9) Keterangan: Q T Q ud = Total energi yang di digunakan oleh produk(kj) = energy kalor yang diterima oleh udara pengering(kj)