BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB VI PEMBAHASAN. dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency


BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT)

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia lalu menimbulkan AIDS. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Sindrom) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia (Umar Zein, 2006). Penyebaran infeksi HIV ini terus berlangsung dan merampas kekayaan setiap negara karena sumber daya produktifnya menderita. HIV/AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Atlanta, Amerika Serikat. Infeksi HIV dan AIDS di Indonesia telah dilaporkan secara resmi sejak tahun 1987 di Bali yaitu pada seorang wisatawan Belanda. Jumlah penderita HIV/AIDS cenderung meningkat dan daerah yang terinfeksi pun cenderung meluas Penyebaran di Indonesia terutama sangat dipengaruhi oleh perilaku seksual berisiko dan Napza (Nasution, dkk.. 2001) Secara global diperkirakan terdapat 42 juta orang hidup dengan HIV dan AIDS, mereka terdiri dari 38,6 juta orang dewasa, 50% diantaranya adalah perempuan (19,2 juta) dan usia di bawah 15 tahun (3,2 juta) (Universitas Airlangga Press, 2007). Dari data statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia (2011) menunjukkan Sumatera Utara 1

2 menduduki peringkat ke-11 dari 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah kasus HIV sebanyak 5.027 dan kasus AIDS sebanyak 515 (Depkes RI, 2011). Salah satu penanggulangan bagi HIV/AIDS adalah dengan perawatan, pengobatan dan pemberian dukungan kepada ODHA. Hal ini dilakukan karena ODHA menjadi bagian penting dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS karena mereka adalah orang-orang yang hidupnya tersentuh dan terpengaruh langsung oleh virus ini. Mereka adalah sumber yang paling tepat dan paling dalam mengenai HIV/AIDS (Rahz, 2001). Menurut Laporan Perkembangan HIV/AIDS, Triwulan I Kementrian Kesehatan Indonesia (2012) tentang persentasi kasus HIV/AIDS tertinggi dari tahun 1987-2012 berada pada kelompok umur 20-29 tahun (46%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (31,4%) dan kelompok umur 40-49 tahun (10,2%). Tahun 2012, persentase kasus HIV/AIDS tertinggi berada pada kelompok umur 30-39 tahun (35,2%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (30,9%) dan kelompok umur 40-49 tahun (15,6%). Pada tahun 2012 persentasi pada laki-laki sebesar 71%, sedangkan pada perempuan sebesar 28%. Persentasi faktor resiko kasus AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (77%), penggunaan jarum suntik tidak steril (8,5%), dari ibu ke anak (5,1%) dan laki seks laki (2,7%). Jumlah ODHA yang sudah mendapatkan pengobatan ARV sampai dengan bulan Maret 2012 sebanyak 25.817 orang. Sebanyak 96% orang dewasa dan 4% anak-anak. Penemuan obat antiretroviral (ARV) untuk penderita HIV/AIDS pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun

3 belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV dapat menghambat replikasi virus HIV dan menekan viral load, meningkatkan kualitas hidup ODHA dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan (Pedoman Nasional Terapi ARV, 2011). Penderita yang mendapatkan terapi ARV optimal diharapkan CD4 meningkat >100 sel/mm 3 dalam 6-12 bulan pertama. Pemeriksaan CD4 perlu diulang setiap 3-6 bulan bagi penderita yang tanpa ARV dan tiap 2-4 bulan bagi penderita dengan terapi ARV. Bagi penderita yang mendapat ARV dan dengan berbagai keterbatasan, maka pemeriksaan CD4 cukup tiap 6 bulan. Respon CD4 yang diharapkan dapat meningkat 50-60 sel/mm 3 dalam 4 bulan pertama dengan laju peningkatan 8-10 sel/mm 3 per bulan atau 100-150 sel/mm 3 per tahun (Nasronudin, 2007). Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui dukungan APBN dan Global Fund (GF), menunjuk beberapa rumah sakit di Indonesia sebagai rumah sakit rujukan bagi pasien HIV/AIDS dalam mendapatkan pelayanan dan pengobatan terapi antiretroviral. Dengan semakin dekat dan mudahnya ARV dijangkau masyarakat, maka langkah mantap dari pemerintah tersebut merupakan payung peneduh bagi ODHA dan keluarga (Nasronudin, 2007). Dengan adanya perluasan akses ARV di Indonesia sejak program pemberian ARV dengan subsidi penuh oleh pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2004,

4 maka semakin banyak ODHA mendapatkan ARV, dengan harapan mutu hidupnya menjadi lebih baik, asalkan terapi ARV dipakai terus-menerus secara patuh (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007). Penelitian yang dilakukan Dr. Indah Mahdi di Rumah Sakit Jakarta tahun 2009 yang dikutip dari Sunani (2011) menunjukkan 30% ODHA yang dirawat di rumah sakit tersebut meninggal pada tahun pertama. Di mana kematian terjadi pada umumnya diakibatkan oleh infeksi oportunistik, bahkan tidak sedikit ODHA yang meninggal sebelum mendapatkan terapi ARV. Keterlambatan datang berobat disebabkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan HIV/AIDS masih rendah dan masih banyak pula yang takut untuk menjalani test HIV secara sukarela. Hasil Penelitian Spiritia (2011) menyimpulkan dengan melihat mutu hidup ODHA yang diukur dari 5 pilar yaitu memiliki kepercayaan diri, pengetahuan dasar HIV, akses layanan dukungan, pengobatan dan perawatan menunjukkan sebagian besar responden (92%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengetahuan dasar HIV. Namun pengetahuan tentang pengobatan dan infeksi oportunistik responden masih kurang. Dalam hal ini informasi yang didapat responden tentang HIV diperoleh melalui Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Terapi ARV merupakan terapi yang dijalankan ODHA dengan mengonsumsi obat seumur hidup mereka. Untuk menekan penggandaan (replikasi) virus di dalam darah, tingkat obat antiretroviral (ARV) harus selalu di atas tingkat tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat supresi virus yang optimal

5 setidaknya 90-95% dari semua dosis tidak boleh terlupakan (Pedoman Nasional Terapi ARV, 2007). Cara terbaik untuk mencegah pengembangan resistensi adalah dengan kepatuhan terhadap terapi. Kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan terapi antiretroviral (ART) yang harus sesuai dengan petunjuk pada resep yang diberikan petugas kesehatan bagi pasien. Ini mencakup kedisiplinan dan ketepatan waktu minum obat (Yayasan Spiritia, 2012 : 405). Pemberian terapi ARV tidak serta merta diberikan begitu saja pada penderita yang dicurigai, tetapi perlu mempertimbangkan berbagai faktor dari segi pengetahuan, kemampuan, kesanggupan pengobatan jangka panjang, resistensi obat, efek samping, jangkauan memperoleh obat, serta saat yang tepat untuk memulai terapi (Nasronudin, 2007). Menurut Hussar (1995) yang dikutip dari Denia Pratiwi (2011), kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Banyak ODHA yang sudah menjalani terapi tetapi masih belum mengerti secara jelas mengenai semua aspek pengobatannya, termasuk dampak dari kepatuhan, efek samping, dan kombinasi obat, atau bagaimana menjangkau obat tersebut. Namun pengetahuan dan kesadaran tinggi yang dibutuhkan agar terapi Antiretroviral (ARV) tetap efektif. Jadi sebelum mulai memakai ARV sangat penting untuk mengerti

6 mengenai dasar ARV, bagaimana obat ini bekerja, bagaimana virus dapat menjadi kebal atau resistan terhadap obat yang dipakai, dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya resistansi (Spiritia, 2007 : 414) Hasil penelitian Herlambang S. Aji (2010) di RSUP. Dr. Kariadi Semarang menunjukkan dari 70 pasien HIV-AIDS, lebih dari separuh pasien HIV-AIDS (71,4%) memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam mengonsumsi ARV yang diberikan dalam sebulan terakhir dan sisanya (28,6%) memiliki kepatuhan yang rendah. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien dalam terapi ARV adalah pengetahuan tentang ARV(44.3%), pengalaman efek samping (61.4%) dan ketersediaan obat ARV (90%). Menurut hasil penelitian Simoni dkk (2007) dikutip dari Khairina Widyanti (2008) menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan secara positif dengan kepatuhan yang dilaporkan dengan menggunakan metode self report. Dukungan sosial dapat ditunjukkan dalam berbagai cara misalnya keluarga dan teman ODHA dapat membantu dengan cara menampilkan keceriaan, membicarakan perasaan dan kekhawatiran yang mereka rasakan, serta dengan menyediakan daftar bantuan yang telah disediakan di lingkungan sosial mereka. Menurut Keputusan Menteri no.782/menkes/sk/iv/2011, Sumatera Utara terdapat sebanyak 18 rumah sakit rujukan untuk perawatan dan pengobatan bagi ODHA dan bersama 278 rumah sakit rujukan lainnya di Indonesia. Dari 18 rumah sakit tersebut, 5 diantaranya berada di Kota Medan yaitu RSUP.H.Adam Malik,

7 RSU.Dr.Pirngadi, RS.Bhayangkara, RS.Haji Us.Syifa Medan, dan RS.Kesdam II Bukit Barisan Medan. Berdasarkan Laporan Perkembangan HIV-AIDS, Triwulan I Kementrian Kesehatan Indonesia (2012) dari 5 rumah sakit rujukan tersebut yang paling banyak menerima dan melayani pasien HIV/AIDS adalah RSUP. Adam Malik sebanyak 443 kasus dan RSU. Dr. Pringadi sebanyak 350 kasus. Sejak penunjukkan tersebut RSU. Dr. Pirngadi menyediakan pelayanan khusus bagi pasien yaitu Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) artinya konseling dan tes secara sukarela, Care support and treatment (CST) artinya dukungan dalam pelayanan, perawatan dan pengobatan, hingga konsultasi terkait infeksi opurtunistik. Data dari RSU. dr. Pirngadi Medan diketahui jumlah kumulatif pasien yang dinyatakan positif HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di mana dalam 2 tahun terakhir sampai dengan bulan Juni 2012, jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 323 orang. Jumlah kumulatif ODHA dengan terapi antiretroviral sampai dengan akhir bulan September 2012 sebanyak 171 orang antara lain 113 orang lakilaki dan 58 orang perempuan, 10 orang yang berhenti minum obat (6 orang laki-laki dan 4 orang perempuan) serta 66 orang yang meninggal (52 orang laki-laki dan 14 orang perempuan). Selain itu jumlah kumulatif ODHA yang tidak hadir dan lolos follow up menjalani ARV dalam 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2010 sebanyak 13 orang, tahun 2011 sebanyak 7 orang dan Januari sampai September 2012 sebanyak 14 orang. Menurut penuturan petugas tersebut, dalam menjalankan terapi antiretroviral masih

8 ada ODHA yang telat minum obat dan lupa mengambil obat ke rumah sakit sesuai jadwal yang telah ditentukan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di RSU. dr. Pirngadi Medan pada bulan Agustus-September 2012 terhadap 10 ODHA, di mana mereka telah mendapatkan terapi antiretroviral, 5 orang diantaranya menyatakan alasan menjalankan terapi antiretroviral ini karena adanya dukungan keluarga yang kuat (suami/istri, terutama ibu mereka) sehingga mereka semangat untuk sehat kembali. 4 orang menyatakan dengan alasan adanya niat/motivasi yang besar dari diri sendiri yang ingin sembuh dari penyakit tersebut. Sedangkan 1orang diantaranya menyatakan alasan bila ada keluhan saja maka mereka kontrol pada petugas. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan ODHA Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral di RSU. dr. Pirngadi Medan Tahun 2012. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan penelitian adalah ingin mengetahui faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi ARV di RSU. dr. Pirngadi Medan tahun 2012.

9 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi ARV di RSU. dr. Pirngadi Medan tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik, pengetahuan, persepsi, dukungan sosial, pelayanan kesehatan dan kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral di RSU. dr. Pirngadi Medan. 2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ODHA terhadap kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral di RSU. dr. Pirngadi Medan 3. Untuk mengetahui hubungan persepsi ODHA terhadap kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral di RSU. dr. Pirngadi Medan 4. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral di RSU. dr. Pirngadi Medan. 5. Untuk mengetahui hubungan pelayanan kesehatan terhadap persepsi mengenai kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral di RSU. dr. Pirngadi Medan.

10 1.4. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : a. Bagi ODHA Meningkatkan kemampuan ODHA dalam memahami dan memelihara kesehatan secara mandiri serta tetap semangat dalam menjalani terapi antiretroviral. b. Bagi RSU. dr. Pirngadi Medan Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit dalam menganalisa dan merencanakan strategi untuk meningkatkan kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral. c. Bagi Keluarga dan Pendamping Meningkatkan pengetahuan keluarga dan pendamping lainnya tentang HIV/AIDS dan terapi ARV agar dapat memberikan perhatian, dukungan dan setia mendampingi pasien dalam menjalani pemeriksaan terapi ARV. d. Bagi Peneliti Diharapkan menjadi pengalaman belajar, bermanfaat dan dapat digunakan sebagai data dasar dalam menambah wawasan penelitian selanjutnya.