RETENSI FENOLAT BUBUR INSTAN FUNGSIONAL SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Analisis Retensi Antosianin Dalam Proses Pembuatan Dan Penyimpanan Bubur Instan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas)

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

Online Jurnal of Natural Science Vol 5(1) : ISSN: Maret 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN

KAJIAN RETENSI KAROTEN KAPANG ONCOM MERAH DARI TONGKOL JAGUNG SELAMA PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN MIE INSTAN FUNGSIONAL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MI INSTAN DARI PATI SAGU DENGAN METODE AKSELERASI

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I. PENDAHULUAN. kapita pada tahun 2012 di Indonesia sebesar 87,24 kg (Anonim a, 2012) yang tidak

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

METODE. Bahan dan Alat

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

MATERI DAN METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

ANALISIS PROKSIMAT BERAS MERAH (Oryza sativa) VARIETAS SLEGRENG DAN AEK SIBUNDONG

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 6. Kerangka penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB III METODE PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

RETENSI FENOLAT BUBUR INSTAN FUNGSIONAL SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG [FENOLAT RETENTION OF PORRIDGE INSTANT FUNCTIONAL FOR STORAGE AT ROOM TEMPERATURE] Nurakhirawati 1*), Nurhaeni 1), Irpan 1) 1) Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako Diterima 10 Januari 2016, Disetujui 2 April 2016 ABSTRACT Fenolat retention of porridge instant functional for storage at room temperature. Has been done this study aims to determine the retention of instant porridge phenolics during storage as well as to determine the shelf life of instant porridge at room temperature. Estimation of shelf life or expiration period using the model of reaction kinetics. The treatment phase of the study include purple sweet potato flour manufacture, processing, instant porridge, instant porridge and storage at room temperature. Analysis of phenolics in instant porridge be done every 7 days for 56 days using UV-Vis spectrophotometry at a wavelength of 765 nm. The data obtained is used to determine the shelf life of instant porridge. The results obtained show the retention levels of phenolics on day 0 was 100% and at day 56 was 27.911% and the expiration of a functional instant porridge is 55 days Keywords: Phenols, functional porridge, Fenolat Retention, Shelf Life, reaction kinetics model ABSTRAK Penelitian tentang retensi fenolat bubur instan fungsional selama penyimpanan pada suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui retensi fenolat selama penyimpanan bubur instan serta untuk mengetahui masa kadaluarsa bubur instan pada suhu ruang. Pendugaan umur simpan atau masa kadaluarsa menggunakan model kinetika reaksi. Perlakuan penelitian meliputi tahap pembuatan tepung ubi jalar ungu, pengolahan bubur instan, dan penyimpanan bubur instan pada suhu ruang. Analisis fenolat pada bubur instan dilakukan setiap 7 hari selama 56 hari menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 765 nm. Data yang diperoleh digunakan untuk menentukan masa kadaluarsa bubur instan. Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat retensi fenolat pada hari ke-0 adalah 100% dan pada hari ke-56 adalah 27,911% serta masa kadaluarsa bubur instan fungsional adalah 55 hari. Kata Kunci : Fenolat, Bubur fungsional, Retensi Fenolat, Umur simpan, Model kinetika reaksi. *) Coresponding Author : harsing@ymail.com 77

LATAR BELAKANG Ubi jalar ungu merupakan salah satu ubi jalar yang banyak ditemui di indonesia selain yang berwarna putih, kuning dan merah (Lingga, 1995). Ubi jalar ungu juga mengandung nutrisi lain yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar jenis lain, terutama kandungan lisin, Cu, Mg, K, Zn yang rata - rata 20 kali lebih tinggi, substansi anti kanker yaitu selenium dan iodin dua puluh kali lebih tinggi dari jenis lainnya (Yoshimoto et al.,1999). Menurut Hayase dan Kato (1984) aktivitas antioksidan dalam ubi jalar ungu 78% lebih tinggi dari blueberry, hal ini karena dalam ubi jalar ungu banyak terkandung senyawa fenolat yang sudah diketahui merupakan antioksidan. kadar fenolat pada ubi jalar ungu sebesar 0,53 mg-0,87 mg/gr (Bellail et al., 2012). Pangan fungsional adalah pangan yang secara alami atau telah melalui proses tertentu mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajiankajian ilmiah dianggap mempunyai fungsifungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan (Indrasari, 2006). Salah satu komponen senyawa tersebut yaitu senyawa antioksidan. Bubur termasuk salah satu bentuk olahan pangan yang mudah dikonsumsi masyarakat. Bubur memiliki tekstur yang lunak sehingga mudah dicerna. Bubur tidak hanya terbuat dari beras saja namun dapat pula dibuat dari kacang hijau, beras merah, ataupun dari beberapa campuran penyusunnya. Dalam pembuatannya, bubur dibuat dengan memasak bahan penyusun dengan air seperti bubur nasi, mencampurkan santan seperti bubur kacang hijau, ataupun dengan mencampurkan susu, yang dikenal dengan bubur susu (Hendy, 2007). Ubi jalar ungu dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan fungsional karena mudah dibudidayakan dan memiliki kandungan gizi yang baik, mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti, kalsium, zat besi, vitamin A dan C (Rukmana, 1997). Selain itu mutu pangan dan produk olahan akan mengalami perubahan selama penyimpanan yang pada saat tertentu mutunya tidak dapat lagi diterima, mengacu pada stabilitas fenolat dan kebutuhan masyarakat akan produk makanan fungsional. Berdasarkan hal ini, maka perlu dilakukan kajian retensi fenolat bubur instan fungsional ubi jalar ungu selama penyimpanan pada suhu ruang. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan dasar yang digunakan adalah ubi jalar ungu dan bahan yang digunakan antara lain : jagung, bawang merah, bawang putih, daun sup, tepung tempe, air, aquades, Reagen Folin-ciocalteu, etanol, asam galat dan Na 2 CO 3 20%. Sedangkan peralatan yang digunakan terdiri dari; kompor, wajan, pisau, spektrofotometer UV-Vis, labu ukur, erlenmeyer, kuvet, ayakan 60 mesh, penangas air, neraca 78

analitik, pipet volume, ph meter, dan alatalat gelas lainnya. Prosedur Kerja Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu (Fitria, 2012) Tepung ubi jalar ungu dibuat dengan cara sebagai berikut: 10 Kg ubi jalar ungu segar dicuci hingga bersih, kemudian dikupas kulitnya dan diiris tipis. Irisan ubi jalar ungu selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari hingga kering. Ubi jalar ungu kering (selanjutnya disebut gaplek) direduksi ukurannya menggunakan mesin penepung kemudian diayak dengan ayakan 60 mesh. Tepung ubi jalar ungu kemudian dimasukkan ke dalam plastik kedap udara untuk digunakan pada penelitian selanjutnya. Pembuatan Bubur Instan Fungsional (Mappiratu, 2012a) Menimbang tepung ubi jalar ungu 200 gram dan jagung 2000 gram selanjutnya menambahkan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih dan daun sup secukupnya. Campuran ditambahkan bahan sumber protein yaitu tepung tempe 200 gram setelah itu campuran ditambahkan kemudian dimasak air 1500 ml, hingga membentuk bubur. Bubur yang telah masak dikeringkan dengan alat pengering surya hingga kering, kemudian ditepung dan diayak. Bubur instan yang dihasilkan dikemas dan disimpan untuk dianalisis. Penentuan Waktu Simpan (Mappiratu, 2012b) Penentuan waktu simpan bubur instan fungsional dilakukan dengan cara menyimpan bubur instan dalam kemasan. Bubur tersebut selanjutnya disimpan pada suhu ruang selama 56 hari. Pengamatan terhadap tingkat kerusakan fenolat dilakukan setiap 7 hari, sehingga terdapat 9 kali pengamatan yaitu 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, 35 hari, 42 hari, 49 hari, dan 56 hari. Kadar fenolat di tentukan menggunakan metode spektrofotometri. Data yang diperoleh digunakan untuk menentukan masa kadaluarsa dengan asumsi masa kadaluarsa ketika terjadi penurunan konsentrasi fenolat 30% dari konsentrasi awal. Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat Dengan Reagen Folin Ciocalteu (Andayani dkk, 2008) Ditimbang 0,25 g asam galat tambahkan 5 ml etanol 96 % tambahkan aquadest sampai 50 ml. Dari larutan induk dibuat konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250 mg/l asam galat. Masing-masing konsentrasi diatas dipipet 0,2 ml tambahkan 15,8 ml aquadest ditambah 1 ml Reagen Folin Ciocalteu dan di kocok, kemudian di diamkan selama 8 menit, tambah 3 ml larutan Na 2 CO 3 20%, kocok hingga homogen. Campuran di diamkan selama 2 jam pada suhu kamar, selanjutnya di ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum 765 nm. Data absorbansi yang diperoleh diplotkan 79

dengan konsentrasi asam galat untuk mendapatkan kurva baku. Penentuan Kandungan Fenolat Total dengan Metoda Folin Ciocalteu (Andayani dkk, 2008) Sampel ditimbang 0,3 gram, kemudian dilarutkan dengan etanol : air (1 : 1) hingga volume larutan 25 ml. Larutan dipipet 0,2 ml dan ditambahkan 15,8 ml aquadest, 1 ml reagen Folin Ciocalteu dan di kocok. Campuran di diamkan selama 8 menit, kemudian ditambahkan 3 ml Na 2 CO 3 20 % selanjutnya di diamkan selama 2 jam pada suhu kamar. Larutan diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 765 nm. Total fenolat sampel ditentukan dengan rumus: Kadar fenolat (%) = ( ) ( ) Keterangan : X = konsentrasi fenolat (mg/1000ml) X = diperoleh dari kurva baku Analisis Kadar Air Cuci dengan bersih cawan petri yang hendak digunakan kemudian masukkan ke dalam oven bersuhu 105 o C selama 1 jam. Selanjutnya cawan petri yang telah dipanaskan dikeluarkan dari oven dengan tang/gegep dan dimasukkan ke dalam desikator sekitar 30 menit (agak dingin). Cawan petri yang telah dipanaskan tersebut ditimbang dengan neraca analitik dan dinyatakan beratnya sebagai berat cawan petri kosong (WI), kemudian diisi dengan adonan mie dan mie instan yang ingin ditetapkan kadar airnya. Cawan petri yang telah terisi dengan bahan selanjutnya ditimbang kembali dengan neraca analitik dan dicatat beratnya (W2). Cawan petri dimasukkan kembali ke dalam oven yang bersuhu sama dengan cawan petri kosong, kemudian dipanaskan hingga beratnya konstan (pemanasan berlangsung sekitar 3 jam) dan dicatat beratnya (W3). Kadar air bahan dihitung menggunakan rumus: Dimana : W1 = berat cawan kosong W2 = berat cawan + bahan W3 = berat konstan HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Adonan Dan Bubur Instan Kadar air produk berhubungan erat dengan daya simpannya. Semakin rendah kadar air suatu produk maka daya simpannya diperkirakan akan lebih lama (Composite, 2013). Penentuan kadar air menggunakan metode oven pada suhu 105 o C. Sampel yang akan diuji dimasukkan dalam cawan petri yang telah diketahui beratnya dan dimasukkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 3 jam, kemudian ditimbang sampai beratnya konstan. Kadar air yang diperoleh pada penelitian ini, untuk adonan bubur yaitu 66,263% dan untuk bubur instan adalah 7,214%. Berdasarkan SNI 01-4321-1996 (SNI sup instan) (Badan Standardisasi Nasional, 1996) diketahui persyaratan kadar air maksimal 2-7%, kadar protein minimal 2%, dan kadar lemak maksimal 10%. Hal ini dikarenakan belum 80

Retensi Fenolat (%) KOVALEN, 2(2):77-84, September 2016 ISSN: 2477-5398 adanya standar untuk produk bubur instan. Dibandingkan dengan literatur tersebut maka bubur instan layak untuk dikonsumsi. Retensi Fenolat Selama Penyimpanan Bubur Instan Menurut Mappiratu (2012 a ), bila perubahan zat gizi atau mutu pangan selama penyimpanan belum diketahui orde reaksinya, maka sebelum membuat model matematikanya, perlu ditentukan dahulu orde reaksinya melalui kurva atau uji keberlakuan regresi linier dari hubungan antara parameter mutu A terhadap waktu (t) untuk orde nol, ln A terhadap waktu untuk orde satu dan 1/A terhadap waktu untuk orde dua. Menurut Labuza (1982) dalam Mappiratu (2012 a ) bahwa yang termasuk dalam reaksi orde nol diantaranya adalah degradasi enzimatik, misalnya pada buah dan sayuran segar, beberapa bahan pangan beku dan beberapa adonan yang didinginkan; pencoklatan non enzimatik, misalnya pada biji-bijian kering, produk susu kering dan nilai gizi protein; serta oksidasi lemak, misalnya peningkatan ketengikan pada snack, makanan kering dan makanan beku. Penentuan orde reaksi didasarkan atas bentuk kurva, dimana untuk orde reaksi nol bentuk kurvanya adalah antara waktu simpan terhadap konsentrasi. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa retensi fenolat semakin menurun seiring dengan meningkatnya waktu penyimpanan bubur instan fungsional. Retensi fenolat bubur instan tertinggi terjadi pada waktu penyimpanan 0 hari yaitu 100% dan retensi fenolat bubur instan terendah terjadi pada waktu penyimpanan 56 hari yaitu 27,911%. Kerusakan yang terjadi pada fenolat bubur instan selama penyimpanan disebabkan beberapa faktor, diantaranya yaitu pengaruh cahaya yang melalui kemasan transparan yang digunakan mengemas bubur instan dan suhu ruang tempat penyimpanan bubur tersebut. Cahaya yang melalui kemasan transparan dan suhu ruang dapat mengoksidasi fenolat yang terkandung dalam bubur instan dan menyebabkan fenolatnya rusak sehingga terjadi penurunan kandungan fenolat saat dianalisis. 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0,000 y = -1,3448x + 102,76 R² = 0,9897 0 20 40 60 Waktu Simpan (Hari) Gambar 1. Kurva hubungan antara waktu simpan terhadap kandungan fenolat pada suhu ruang (orde reaksi nol) Menurut Mappiratu (2012 a ), penurunan mutu akan berubah selama penyimpanan oleh adanya pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban dan tekanan udara serta faktor komposisi pangan itu sendiri. Fenolat sebagai antioksidan mudah mengalami oksidasi disebabkan suhu, cahaya, teknik 81

Ln Retensi (%) Satu Per Retensi (%) KOVALEN, 2(2):77-84, September 2016 ISSN: 2477-5398 pengeringan, penyimpanan, asam dan logam-logam berat. Hasil penelitian Tawali dkk. (2004) bahwa penyimpanan pada suhu rendah dapat memperpanjang mutu fisik sedangkan pada suhu ruang menyebabkan penurunan mutu fisik lebih cepat. Peningkatan waktu dan temperatur dapat meningkatkan laju degradasi Fenolat. Untuk orde rekasi satu, bentuk kurvanya melalui hubungan antara waktu simpan terhadap Ln retensi sesuai dengan persamaan orde reaksi satu. 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 y = -0,023x + 4,7364 R² = 0,9498 0 20 40 60 Waktu Simpan (Hari) Gambar 2 Kurva hubungan antara waktu simpan terhadap ln retensi fenolat bubur instan pada suhu ruang (orde reaksi satu) Pada Gambar 2 orde reaksi dua bentuk kurvanya merupakan hubungan antara waktu simpan terhadap 1 per retensi sesuai dengan persamaan orde reaksi dua Gambar 3 berdasarkan kurva tersebut nilai R 2 tertinggi diperoleh pada orde reaksi nol (0,989) yaitu kurva hubungan antara kandungan Fenolat terhadap waktu simpan, dan nilai R 2 terendah (0,907) ditemukan pada kurva hubungan antara satu per kandungan Fenolat terhadap waktu simpan (orde dua). Mengacu kepada nilai R 2, maka penurunan mutu kandungan fenolat bubur instan ubi jalar ungu mengikuti orde reaksi nol dengan persamaan regresi adalah y = - 1,344x + 102,7, sebab makin tinggi nilai R 2 semakin mengikuti persamaan linear. 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00 Gambar 3 Kurva hubungan antara waktu simpan terhadap Satu Per Retensi fenolat bubur instan pada suhu ruang (orde reaksi satu) Waktu Simpan Bubur Instan pada suhu ruang Mutu pangan dan produk olahan akan mengalami perubahan selama penyimpanan, yang pada saat tertentu mutunya tidak lagi dapat diterima. Jangka waktu yang menyebabkan mutu pangan atau produk olahan tidak lagi dapat diterima disebut sebagai jangka waktu kadaluarsa atau umur simpan (shelf life) bahan pangan maupun produk olahannya (Mappiratu, 2012 a ). y = 0,0015x + 0,2064 R² = 0,9077 0 20 40 60 Waktu Simpan (Hari) Menurut Koswara (2002), umur simpan adalah waktu dimana mutu produk tidak dapat diterima konsumen atau produk telah kehilangan fungsinya. Untuk 82

mengetahui umur simpan suatu produk dan laju perubahan nilai gizi atau mutu pangan selama penyimpanan pada suhu tertentu, dapat digunakan model kinetika reaksi yang ditentukan melalui persamaan regresi dari suatu hubungan antara mutu produk terhadap waktu simpan. Mutu produk yang dimaksud adalah kandungan Fenolat bubur instan dan waktu simpan yaitu waktu pengamatan selama 56 hari pada suhu ruang. Masa kadaluarsa atau waktu simpan fenolat bubur instan tercapai, jika retensi fenolat telah mencapai 30% atau kadar retensi fenolat sebesar 28,23. Waktu simpan ditentukan melalui persamaan regresi y = ax + b, dimana y adalah retensi fenolat bubur instan ketika mencapai waktu simpan (retensi fenolat bubur instan yaitu 28,23), x adalah waktu simpan. Dari umur simpan yang diperoleh, bubur instan ubi jalar ungu tidak lagi mempunyai manfaat sebagai pangan fungsional setelah 55 hari. Penurunan nilai gizi dan mutu fenolat bubur instan sehingga diperoleh umur simpan 55 hari, disebabkan beberapa faktor diantaranya pengaruh cahaya pada proses penyimpanan yaitu melalui kemasan transparan yang digunakan untuk mengemas bubur instan. KESIMPULAN Retensi fenolat bubur instan fungsional tertinggi diperoleh pada hari ke- 0 adalah 100% dan retensi fenolat terendah pada hari ke-56 adalah 27,911% selama penyimpanan pada suhu ruang dan masa kadaluarsa bubur instan fungsional yang disimpan pada suhu ruang adalah 55 hari. DAFTAR PUSTAKA Andayani, Maimunah, Lisawati, Y. 2008, Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L), Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 13 (1) : 31-37. Badan Standardisasi Nasional. 1996. SNI Sup Instan (SNI 01-4321-1996). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.. Bellail, Ateea A., Shaltout, Omayma E., Youssef, Mohammed M dan El Gamal, Ahmed M.A. 2012 Effect of Home-Cooking Methods on Phenolic Composition and Antioxidant Activity of Sweetpotato (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Cultivars Grown in Egypt. Food and Nutrition Sciences. 3: 490-499. Composite C. S. 2013. Formulasi Bubur Instan Menggunakan Komposit Tepung Kacang Merah. Jurnal gizi dan pangan 8(2), 95 102. Fitria. 2012. Kajian Retensi Antosianin Dalam Pangan Fungsional Produk Olahan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas). [Skripsi]. Palu: Fmipa, Universitas Tadulako. Hayase, F., Kato, H. 1948. Antioxidative components of sweet potato. Jurnal of nutritional science and vitaminology 30:37-46. Hendy. 2007. Formulasi Bubur Instan Berbasis Singkong (Manihot esculenta Crantz) Sebagai Pangan Pokok Alternatif. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Indrasari SD. 2006. Kandungan besi varietas padi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28(6):13-14 Koswara S. 2002. Penerapan Persamaan Arhenius Untuk Menduga Umur Simpan Produk dan Bahan Pangan. 83

Jurnal Teknol dan Industri Pangan. 13(2) : 197-198. Lingga P. 1995. Bertanam Umbi-umbian. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Mappiratu. 2012a. Teknologi Pangan. Palu: Tadulako University Press,. Mappiratu. 2012b. Minyak ikan lele mukomuko salulemo. Laporan Penelitian, Sulawesi Selatan. Rukmana. 1997. Ubi Jalar, Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Tawali, Abu Bakar Dkk. 2004. Laporan Akhir: Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah-Buahan Impor Yang Dipasarkan di Sulawesi Selatan. http:// pertanian.uns.ac.id /~agronomi/dashor.../pengaruh_suhu _simpan_pada_buahan.pdf (diunduh tanggal 22 Oktober 2015. Yoshimoto M.,S., Okuno., Kumagai T., Yoshinaga M., Yamakawa O. 1999. Distribution of antimutagenic components in colored sweetpotatoes. JARQ. 33:143-148. 84