RINGKASAN I. PENDAPATAN DAERAH Untuk tahun 2007-2011, rata-rata jumlah PAD hanya sekitar 18% dan Lain-lain pendapatan hanya 1 (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara Dana Perimbangan\ (Daper) mencapai 71%. Persentase dan tren dari ketiga sumber pendapatan ini ditunjukkan dalam Tabel 2 dan Chart 1. Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah Jenis Pendapatan RATA-RATA % PAD 52,195 64,745 67,467 71,852 93,731 69,998 18% DAPER 209,576 276,102 275,266 292,281 302,265 271,098 71% Lain-lain pendapatan 23,505 35,588 44,431 38,909 52,663 39,019 1 Total 285,276 376,435 387,164 403,042 448,659 380,115 10 Tabel 2. Persentase Sumber Pendapatan Daerah Jenis Pendapatan Persentase 10 10 10 10 10 PAD 18% 17% 17% 18% 21% DAPER 73% 73% 71% 73% 67% Lain-lain pendapatan 8% 9% 11% 1 12% Chart 1 memperlihatkan bahwa meskipun DAPER mempunyai proporsi paling besar, akan tetapi kecenderungannya semakin menurun dari tahun ke tahun. Jika di TA 2007 nilainya mencapai 73%, maka pada tahun-tahun sesudahnya semakin menurun hingga menjadi 67% di TA 2011. Kondisi sebaliknya terjadi untuk PAD, di mana nilai proporsinya cenderung mengalami kenaikan, dari 18% di TA 2007 menjadi 21% di TA 2011. Adapun untuk lain-lain pendapatan nilai proporsinya cenderung lebih berfluktuasi sepanjang TA 2007 hingga TA 2011, dengan nilai terendah sebesar 8% di TA 2007 dan nilai tertinggi sebesar 12% di TA 2011.
Chart 1. Persentase Jenis Pendapatan Daerah Realisasi 2007-2009 Anggaran 2010-2011 8 7 6 5 4 3 1 Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan daerah yang sah Tabel 3. Jenis Dana Perimbangan Dana Perimbangan RATA-RATA Dana Bagi Hasil 46,046 78,137 69,768 77,677 71,934 68,712 Dana Alokasi Umum 146,351 176,638 187,196 193,226 207,081 182,098 Dana Alokasi Khusus 17,179 21,327 18,302 21,378 23,250 20,287 Total 209,576 276,102 275,266 292,281 302,265 271,098 Tabel 4. Persentase Jenis Dana Perimbangan Dana Perimbangan RATA-RATA Dalam Persen 10 10 10 10 10 10 Dana Bagi Hasil 22% 28% 25% 27% 24% 25% Dana Alokasi Umum 7 64% 68% 66% 69% 67% Dana Alokasi Khusus 8% 8% 7% 7% 8% 8% Meskipun total dana perimbangan meningkat, persentase pendapatan dari ketiga sumber ini realtif konstan dalam periode 2007-2011.
Chart 2. Tren jenis dana perimbangan Realisasi 2007-2009 Anggaran 2010-2011 8 7 6 5 4 3 1 Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus II. BELANJA DAERAH Total belanja meningkat sebesar 83% dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yang kemungkinan besar disebabkan karena makin banyaknya jumlah daerah, disamping alasan logis bertambahnya kebutuhan pemerintah daerah. Tabel 5. Jenis Belanja Jenis Belanja RATA-RATA % Belanja Pegawai 119,917 148,515 169,464 198,578 210,953 169,485 43% Belanja Barang jasa 57,701 66,585 28,553 82,006 94,982 65,965 17% Belanja Modal 91,745 97,866 104,738 96,170 106,207 99,345 25% Belanja Lainnya 43,337 53,987 50,545 66,812 64,053 55,747 14% Total 312,700 366,953 353,300 443,566 476,195 390,543 10 Tabel 6. dibawah ini menunjukkan kategori belanja sebagai persentase dari total belanja dalam periode 2007-2011.
Tabel 6. Persentase Jenis Belanja Jenis Belanja RATA-RATA Persentase 10 10 10 10 10 10 Belanja Pegawai 38% 4 48% 45% 44% 43% Belanja Barang jasa 18% 18% 8% 18% 17% Belanja Modal 29% 27% 3 22% 22% 26% Belanja Lainnya 14% 15% 14% 15% 13% 14% Dari keempat-besar jenis belanja tersebut, Belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja lainnya meningkat dalam nilai yang relatif konstan, sementara belanja modal menurun sekitar 7%. Chart 3. Persentase jenis belanja 6 Realisasi 2007-2009 Anggaran 2010-2011 5 4 3 1 Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Belanja Lainnya
Milyar rupiah III. SURPLUS/(DEFISIT) Sebagaimana terlihat pada chart 4 dibawah ini, anggaran daerah dalam tahun 2007-2011 menunjukkan pola yang fluktuatif dan dalam bersentase terhadap anggaran, angka tersebut masih dapat dikategorikan dalam level yang bisa diterima dengan range kurang dari 1. Selama pada Tahun 2011, defisit sekitar Rp 40 Triliun, yaitu 1 dari anggaran. Dari chart ini terlihat bahwa realisasi APBD cenderung menunjukkan angka surplus yaitu untuk Tahun 2007-2009, sementara untuk data anggaran 2010-2011 cenderung menggambarkan APBD defisit. Chart 4. Surplus-Defisit 600.000 2007-2011 500.000 400.000 300.000 200.000 Pendapatan Belanja Surplus/Defisit 100.000 0-100.000 IV. PEMBIAYAAN Lebih dari 9 penerimaan pembiayaan berasal dari sisa lebih anggaran tahun sebelumnya, yaitu mencapai Rp37,6 Triliun pada Tahun 2011, kemudian diikuti oleh Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah sebesar 6% (Rp 2,3 Triliun). Pengeluaran pembiayaan utamanya dialokasikan untuk penyertaan modal (investasi) daerah sebesar 44% (Rp 3,4 Triliun) dan Pembayaran pokok utang 41% (Rp 3,1 Triliun).
Chart 5. Persentase Penerimaan Pembiayaan 1 10 8 SiLPA 6 4 Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Chart 6. Persentase Pengeluaran Pembiayaan 6 5 4 3 1 Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Lain-lain