Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

Pengaruh Bahan Pengikat Hpmc Dan CMC-Na terhadap Karakteristik Sediaan Tablet Mengandung Ekstrak Kulit Kayu Cangkring (Erythrina Fusca Lour.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SUKROSA-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Air dan Etanol Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L.

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

FORMULASI TABLET EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val) DENGAN VARIASI BAHAN PENGIKAT

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM BIJI DURIAN (Durio zibethinus, Murr) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

PENDAHULUAN. menjaganya seringkali digunakan obat-obatan modern ataupun tradisional. Obat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

FORMULASI TABLET DISPERSIBEL EKSTRAK KERING DAUN SUKUN DENGAN CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAI PENGHANCUR SECARA METODE GRANULASI KERING

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING

FORMULASI TABLET EKSTRAKDAUNMAJA (aeglemarmelos l. Correa) DENGANMETODEGRANULASIBASAH

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I PENDAHULUAN

UJI PERBANDINGAN SIFAT FISIK OBAT CETIRIZINE GENERIK ANTARA PRODUKSI PABRIK A, B, DAN C

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya (L.)) Jumasni Adnan *) ABSTRAK

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

PENGGUNAAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura pseudochina [Lour.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

THE EFFECT OF INCREASING CONCENTRATION OF SWEET POTATO STARCH AS A BINDER ON PHYSICAL PROPERTIES OF WET GRANULATION LOZENGES OF GINGER EXTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

TABLET EFFERVESCENT TABLET EFFERVESCENT. I. Pendahuluan

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI TABLET KUNYAH SERBUK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc) Yetti O.K, Sri Handayani, Surban

UJI SIFAT FISIK FORMULASI TABLET ANTI DIABETES EKSTRAK PARE

PRAKTIKUM II PENGUJIAN TERHADAP GRANUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

(apigenin, apiin, isoquercitrin), furanocoumarins (apigravin, apiumetin, apiumoside, bergapten, selerin, selereosid, isoimperatorin, isopimpinellin,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Air dan Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma Longa L.) 1 Yayu Novia, 2 Embit Kartadarma, 3 Firtianti Darusman, 1,2,3 Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 Yayunovia@gmail.com, 2 Efit_bien@yahoo.com Abstrak. Pengaruh pengikat Na-CMC dan amylum manihot terhadap karakteristik tablet yang mengandung ekstrak rimpang kunyit telah diteliti. Ekstrak rimpang kunyit dibuat dengan cara sokhlet dan dekokta. Ekstrak tersebut sebelumnya dibakukan. Sedian tablet diproses dengan granulasi basah dengan menggunakan pengikat Na-CMC dengan konsentrasi 1%, 3,5%, 6% dan amylum manihot 5%, 7,5%, 10%. Hasilnya menunjukan bahwa tablet yang dibuat dengan pengikat tidak memenuhi syarat. Kesimpulan tablet kunyit yang dibuat tidak memenuhi persyaratan. Kata kunci: Tablet, rimpang kunyit, Natrium Carboxymetilcelulosa(Na-CMC), amylum manihot. A. Pendahuluan Obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam salah satunya keanekaragaman tumbuhan yang melimpah, sehingga sejak dahulu kala masyarakat telah memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan obat tradisional. Salah satu tanaman obat yang memiliki potensi bagi kesehatan yaitu Curcuma longa L. atau lebih dikenal dengan kunyit. Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa ekstrak kunyit pada semua dosis perlakuan (5 mg/kg BB mencit dan 10 mg/kg BB tikus) mampu memberikan efek hepatoprotektor terhadap kerusakan hepar hewan uji akibat pemberian asetaminofen yang ditandai dengan kenaikan kadar SGOT dan SGPT (Hartono dkk, 2005). Penggunaan kunyit di masyarakat luas pada umumnya dengan cara dibuat jamu yang dirasakan kurang praktis. Formulasi yang tepat dalam pengolahan bahan alam adalah menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat dalam mengkonsumsi obat bahan alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat tersebut adalah dengan membuat kunyit dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet. Sediaan obat dalam bentuk tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan karena beberapa alasan yang menguntungkan dan menggunakan salah satu metode yaitu metode granulasi basah. Pengembangan formulasi tablet diarahkan kepada optimasi kekerasan tablet tanpa pemakaian kekuatan kompresi yang berlebihan serta memberikan disintegrasi obat yang cepat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh di sini adalah penggunaan bahan pengikat. Bahan pengikat akan memperbaiki atau meningkatkan sifat kohesif dan ikatan yang baik pada serbuk obat dengan cara menyatukan partikel-partikel serbuk menjadi butiran granul atau massa dengan kompaktibilitas yang tinggi (Aulton, 1988; Swarbrick, et al, 1988). Bahan pengikat berguna untuk mengikat obat dengan bahan pembantu sehingga diperoleh granul yang baik, sehingga dapat meningkatkan kekompakan tablet. Salah satu bahan pengikat pada tablet yaitu Na-CMC dan amylum manihot (pati singkong). 459

460 Yayu Novia, et al. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan meliputi penentuan formulasi tablet mengandung ekstrak air dan etanol rimpang kunyit dengan menentukan jenis dan konsentrasi bahan pengikat yang berbeda serta mengetahui pengaruh penambahan Na-CMC dan amylum manihot sehingga terpenuhinya persyaratan farmasetika yang baik dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh pengikat dan konsentrasi yang berbeda yaitu Na-CMC dan amylum manihot terhadap karakteristik sediaan tablet yang mengandung ekstrak air dan ekstrak etanol rimpang kunyit. Penentuan parameter tablet berkarakteristik baik dilihat dari hasil evaluasi tablet berdasarkan Farmakope Indonesia. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi perkembangan ilmu farmasi dan meningkatkan pemanfaatan tanaman obat di indonesia untuk dijadikan sediaan farmasi. B. Landasan Teori Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah dan obat. Kunyit secara umum dapat digunakan sebagai bumbu masakan, bahan obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit, bahan baku industri jamu dan kosmetik (Nugroho, 1998). Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( 30 C) dan suhu sampai titik didih air (DepKes RI, 2000:11). Sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes RI, 2000:10). Menurut FI IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan. Berdasarkan metode pembuatan tablet dibagi menjadi tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbedabeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989:244-245). Metode granulasi basah merupakan yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Gambar 1. Metode granulasi basah Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet... 461 Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: (1 Menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2) Pembuatan granulasi basah, (3) Pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, (4) Pengeringan, (5) Pengayakan kering, (6) Pencampuran bahan pelincir, (7) Pembuatan tablet dengan kompresi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentusampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi (Ansel, 1989:261).Bahan-bahan tambahan yang digunakan diantaranya Na-CMC dan amylum manihot (pengikat), amprotab (penghancur), laktosa (pengisi), mg stearat (lubrikan), dan talk (glidan). Evaluasi granul bertujuan untuk melihat kualitas granul sebelum di kempa menjadi sediaan tablet yang terdiri dari: 1) Kelembaban Pengujian kadar air dengan menggunakan moisture analyzer pada granul yang telah dikeringkan. Kadar air normal pada granul kering < 3% (Dirjen POM, 1995:4-6). 2) Kecepatan alir Kecepatan alir diperlukan bila sejumlah granul dituangkan pada suatu alat kemudian dialirkan. Mudah atau tidaknya aliran granul dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan kelembabannya. Kecepatan aliran granul sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman bobot tablet. Syarat kecepatan alir 100 g 10 detik. Pada pemeriksaan untuk evaluasi kecepatan alir terdiri dari dua pengujian yang dilakukan, yaitu: a) Metode corong Granul yang didapat lalu dimasukkan ke dalam corong yang lubang bawahnya ditutup, kemudian diratakan. Pada bagian bawah corong diberi alas, kemudian tutup dibuka hingga granul meluncur. Waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir dicatat. Kecepatan alir dihitung dengan membagi bobot granul dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengalir. Semakin kecil sudut istirahat yang terbentuk maka semakin baik alirannya. Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100 g granul 10 detik b) Metode sudut baring (istirahat) Sudut istirahat merupakan sudut maksimum yang bisa didapat antara permukaan tegak bebas dari tumpukan serbuk dan dasar horizontal. Bila nilai sudut istirahat lebih kecil dari 20º dan nilai sampai 40º menunjukkan potensi aliran yang baik. Namun, jika sudut yang terbentuk lebih besar dari 50º menandakan alirannya kurang baik (Lachman, 1989:140-142). 3) Bobot jenis/ kerapatan Pengetapan meliputi BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan, perbandingan haussner, persen kompresibilitas (%K) menunjukkan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan dan getaran. Makin kecil indeks pengetapan maka semakin kecil sifat alir. Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul, serbuk akibat hentakan (tap) dan getaran (vibrating). Bertambahnya konsentrasi bahan pengikat maka indeks pengetapan yang dihasilkan semakin baik, karena bertambahnya kadar bahan pengikat dapat memperbesar kerapatannya sehingga indeks pengetapan juga semakin baik. Granul memenuhi syarat jika kadar pengetapan 20% (Dirjen POM, 1995:4-6). Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

462 Yayu Novia, et al. 4) Granulometri Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuranukuran granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil. Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul. Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Evaluasi tablet memiliki tujuan untuk melihat kualitas tablet sebelum dipasarkan. Pengujian ini meliputi beberapa macam diantaranya: 1) Keseragaman bobot Ditentukan berdasarkan pada besar kecilnya penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh sifat alir campuran granul pada proses pengisian ruang kompresi. Granul yang mempunyai sifat alir yang baik akan mempunyai kemampuan yang seragam dalam mengisi ruang kompresi, sehingga variasi bobot tablet semakin kecil. Keseragaman bobot tablet juga bisa dipengaruhi oleh kondisi mesin tablet yang kurang baik antara lain tidak konstannya tekanan dan bagian pencetak tablet yang kurang lancar (Dirjen POM, 1995:4-6). 2) Keseragaman ukuran Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau dan dikontrol. Pada beban yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan berubahnya pengisian die, dengan distribusi ukuran partikel serta kepadatan campuran partikel yang dikempa pada keadaan pengisian die konstan. Ketebalan bervariasi dengan berubahnya beban kompresi. Ketebalan luar tablet dapat diukur menggunakan jangka sorong. Metode ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan mikrometer dalam memberikan estimasi menyeluruh ketebalan tablet yang diproduksi. Ukuran dan bentuk tablet juga dapat mempengaruhi pemilihan mesin tablet yang harus digunakan ukuran yang baik pada saat granulasi. Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari ¾ tebal tablet (Lachman, dkk., 1985:648-649). 3) Kekerasan tablet Kekerasan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengangkutan. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh besarnya tekanan saat pengempaan, sifat alir granul, serta konsentrasi bahan pengikat harus sesuai agar dapat dihasilkan tablet dengan kekerasan yang memenuhi persyaratan. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat maka kekerasan tablet akan semakin meningkat pula. Alat yang digunakan adalah hardness tester. Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah pada waktu proses penanganan atau pembuatan, pengemasan dan transportasi, dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4-7 kg/cm 2 (Ansel, 1989:255). 4) Friksibilitas dan friabilitas Menunjukkan jumlah zat yang terserpih akibat proses gesekan. Kerapuhan tablet berpengaruh terhadap kekuatan tablet dalam menahan adanya guncangan mekanik. Alat yang digunakan ialah friabilator. Kerapuhan tablet dihubungkan dengan kekuatan fisik dari permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet dapat dijadikan indikator bahwa tablet memiliki kekuatan mekanis yang cukup sehingga dapat sampai pada konsumen dalam keadaan baik. Friabilitas dinyatakan sebagai masa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanis. Friabilitas dan friksibilitas dinyatakan Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet... 463 dalam persen, yang mengacu kepada masa tablet awal sebelum pengujian (Voigt, 1995:223). 5) Uji waktu hancur Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur tablet menjadi partikel-partikel jika terlarut dalam suatu medium penguji. Kehancuran yang sempurna dapat memenuhi persyaratan yang baik untuk ketersediaan hayati bahan obat. Pengujian kehancuran menjadi kontribusi memastikan homogenitas preparat tablet. Pengujiannya dilakukan pada kondisi yang sedapat mungkin mendekati situasi fisiologis. Syaratnya 6 tablet hancur selama 15 menit (Voigt, 1995:224-22). C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menyiapkan bahan yaitu rimpang kunyit sebagai zat aktif sediaan tablet yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko Lembang, Jawa Barat. Dilanjutkan determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, proses ekstraksi dengan metode dekok dan sokhletasi, orientasi zat pengering (laktosa dan aerosil), formulasi tablet dibuat sebanyak 12formula, yaitu 6 formula untuk zat aktif ekstrak air seperti yang tercantum pada Tabel 1 dan 6 formula untuk zat aktif ekstrak etanol seperti yang tercantum pada Tabel 2. Tabel.1 Formula tablet yang mengandung ekstrak air Tabel.2 Formula tablet yang mengandung ekstrak etanol Parameter yang dibedakan dalam formulasi sediaan tablet ini adalah jenis dan konsentrasi bahan pengikat, yaitu amylum manihot 5%, 7,5%, 10% dan Na-CMC 1%, 3,5%, 6%, evaluasi granul (kelembaban, kecepatan alir, Bj, granulometri), pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dan evaluasi tablet (keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, friksibilitas dan friabilitas, waktu hancur). Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

464 Yayu Novia, et al. D. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini tanaman yang digunakan adalah kunyit. Bagian yang digunakan dari kunyit yaitu rimpang karena mengandung kurkumin yang merupakan zat aktif dan mempunyai aktivitas biologis, salah satunya hepatoprotektor (Sujatno, 1997). Hasil determinasi menyatakan bahwa simplisia yang digunakan dalam penelitian adalah benar bahwa tanaman yang digunakan adalah kunyit dan sesuai dengan nama yang dikenal yaitu Curcuma longa L. Rimpang kunyit segar dilakukan proses preparasi penyiapan simplisia, tujuan dijadikannya simplisia dimaksudkan untuk mengurangi kadar air, menghentikan reaksi enzimatis dan mencegah tumbuhnya jamur atau bakteri sehingga dapat disimpan lebih lama dan komposisi zat kimia yang terkandung didalamnya tidak mudah rusak. Hasil ekstrak dengan pelarut air sebanyak 184,45 gram dari 1 kg serbuk simplisia. Sedangkan hasil ekstrak dengan pelarut etanol diperoleh sebanyak 199,78 gram dari 2 kg simplisia rajangan. Perbedaan hasil rendemen dengan masing-masing metode ekstraksi karena perbedaan ukuran simplisia. Pada metode dekok simplisia berupa serbuk sedangkan metode ekstraksi soxhlet simplisia hanya berupa rajangan sehingga meningkatkan kontak permukaan dengan pelarut. Percobaan pertama menggunakan laktosa dihasilkan perbandingan antara ekstrak etanol dan laktosa (1:15) gram, karakteristik ekstrak yang dihasilkan masih basah belum kering. Sedangkan untuk percobaan kedua digunakan aerosil sebagai pengering ekstrak dandihasilkan perbandingan yaitu 1:0,5 gram ekstrak etanol dan 1:0,650 ekstrak air, sehingga didapatkan hasil ekstrak kering yang baik. Pada penelitian ini pembuatan tablet dari ekstrak air dan etanol rimpang kunyit dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah dengan melihat perbandingan pengikat Na-CMC dan mucilago amyli yang konsentrasinya bervariasi. Pemilihan metode pembuatan tablet dengan menggunakan granulasi basah karena senyawa aktif dari kunyit tahan terhadap lembab dan pemanasan sehingga menghasilkan tablet yang baik. Selain itu, karakteristik ekstrak memiliki sifat alir yang kurang baik yang dapat mempengaruhi proses pembuatan tablet. Semua zat dalam pembuatan tablet ditambah 30% untuk mengganti kehilangan zat selama proses pembuatan. Pencampuran bahan aktif dengan bahan pembantu serta ditambahkan bahan pengikat secara granulasi basah sedikit demi sedikit. Pengayakan granulasi basah dengan mesh 12 untuk meningkatkan kecepatan pengeringan pada saat di oven dan membentuk campuran serbuk yang rata. Granul kering yang diperoleh di ayak menggunakan mesh 16 yang bertujuan untuk homogenisasi ukuran partikel dan bobot seragam untuk zat aktif, disamping itu dapat memperbaiki sifat alir granul. Granul yang diperoleh ditimbang dan dievaluasi. Hasil dari masing-masing formula menghasilkan bobot granul yang berbeda-beda, sehingga persentase fase luar berbeda. Evaluasi granul ini bertujuan untuk memperoleh massa granul dengan mempunyai karakteristik yang baik, dan memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur. Data hasil evaluasi granul semua formula seperti yang tercantum pada tabel 3. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet... 465 Tabel 3. Hasil evaluasi granul Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuranukuran partikel). Pengujian ini memberikan hasil bahwa granul yang diperoleh pada semua formula memiliki ukuran granul berbeda-beda yang dinyatakan bahwa pada setiap no mesh terdapat granul. Data hasil persentase granul yang mengandung ekstrak air dan granul yang mengandung ekstrak etanol seperti yang tercantum pada tabel 4. Tabel 4. Hasil evaluasi granulometri Setelah dilakukan evaluasi granul yang berfungsi sebagai produk antara dan didapatkan hasil yang sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan, selanjutnya granul dicetak menjadi sediaan tablet. Granul yang telah dilakukan evaluasi ditambahkan dengan fase luar yaitu amprotab 5% dan talk 2% selama 10 menit dan tambahkan mg stearat 1% selama 2 menit supaya tidak menghasilkan efek yang berlawanan pada saat proses pengempaan. Granul yang telah ditambahkan fase luar dicetak menggunakan alat Single punch tablet machine (Metler Toledo). Tablet yang dibuat memiliki karakteristik dua zat aktif yang berbeda, yakni zat aktif ekstrak air dan zat aktif ekstrak etanol. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tablet yang memenuhi persyaratan sebelum dipasarkan. Evaluasi tablet yang dilakukan meliputi organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, Kekerasan, friksibilitas dan friabilitas, serta waktu hancur. Data hasil evaluasi tablet semua formula seperti yang tercantum pada tabel 5. Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

466 Yayu Novia, et al. Tabel 5. Hasil evaluasi tablet E. Kesimpulan Bahan pengikat amylum manihot pada tablet yang mengandung ekstrak air menghasilkan tablet yang mudah rapuh dan waktu hancur yang lebih cepat dibandingkan tablet yang mengandung ekstrak etanol, seperti pada formula 1, 2 dan 3. Namun, bahan pengikat Na-CMC pada tablet yang mengandung ekstrak etanol menghasilkan tablet dengan kekerasan yang kuat dengan waktu hancur yang lebih lama dibandingkan tablet yang mengandung ekstrak seperti formula 6,11 dan 12. Sehingga, tidak ada tablet yang memenuhi persyaratan tablet berkarakteristik baik dilihat dari hasil evaluasi berdasarkan Farmakope Indonesia, diantaranya evaluasi kekerasan dan waktu hancur baik tablet dengan bahan pengikat amylum manihot maupun Na-CMC. Diperlukan penentuan konsentrasi bahan pengikat secara tepat. Serta diperlukan uji stabilitas terhadap sediaan tablet dan uji farmakologi pada tablet yang mengandung ekstrak air rimpang kunyit terhadap efek hepatoprotektor. Daftar Pustaka Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, terjemahan Ibrahim dan Farida, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Aulton, M. E. (1988). Pharmaceutics: The Science of Dossage Form Design. Churchill livingstone. Edinburgh London, Melbourne and New york. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi I, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta. Farnsworth, Norman F. (1966). Journal Of Pharmaceutical Sciences: Biological and Phytochemical Screening Of Plants. Americans Pharmacist Association. Amerika Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Na-Cmc dan Amylum Maniho terhadap Karakteritik Sediaan Tablet... 467 Hartono, I., Nurwanti, F., Ikasari, Wiryanto. (2005). Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat Pemberian Asetaminophen. Biofarmasi, Agustus 2015. Lachman, L., H. A. Lieberman dan J. L. Kanig (1986). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press. Nugroho, A. N. (1988). Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit. Trubus Agriwidya. Ungaran. Rowe, C.R., Sheskey, J.P., and Weller, J.P., (2006), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, 188, American Pharmaceutical Association, London. Sujatno, M. (1997). Efek attalpugit, ekstrak daun Psidium guajava dan ekstrak akar Curcuma domestica terhadap diare akut nonspesifik. Majalah Kedokteran Indonesia 46 (4). Swarbrick, J. and James C. Boylan. (1988). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Volume 1. Marcell Dekker, Inc. New York. Voigt, Rudolf. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press. Winarto, W. P. (2005). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Yohana, Anis. Dkk. (2009). Farmasetika Dasar Konsep Teoritis Dan Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjajaran, Bandung Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015