BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB III METODE PENELITIAN

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC.

LAMPIRAN A. Hasil Uji Mutu Fisik Granul

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB II. STUDI PUSTAKA

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HADI CAHYO K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. yang disebutkan terakhir dikenal sebagai sustained-release (SR), sustainedaction

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN VARIASI KONSENTRASI HIDROTALSIT SEBAGAI MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT KAPTOPRIL TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

OPTIMASIKOMBINASI MATRIKSHIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak. kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di seluruh dunia, karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Desain bentuk sediaan farmasi bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat sehingga mencapai suatu ukuran terkontrol dari efek terapi dalam menghadapi fluktuasi tidak tentu dalam lingkungan in vivo dimana pelepasan obat berlangsung. Khususnya untuk penyakit degeneratif, bentuk sediaan obat yang ideal adalah sediaan yang mampu memberikan konsentrasi obat pada tempat aksi secara cepat dan kemudian secara konstan dipertahankan selama waktu pengobatan yang diinginkan yakni sediaan lepas lambat (sustained-release) atau lepas terkontrol (controlled-release). Tujuan dari sediaan lepas lambat adalah untuk mempertahankan konsentrasi obat dalam darah pada waktu yang lama. Untuk memperoleh sediaan lepas lambat sesuai yang diharapkan maka dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan sifat fisis granul dan sifat fisis tablet, serta evaluasi disolusi. Pemeriksaan sifat fisis granul dilakukan untuk mengetahui kualitas granul yang dihasilkan sehingga diharapkan mampu menghasilkan mutu tablet yang baik, tablet dikatakan bermutu apabila aman, efektif, dan acceptable. Pengujian sifat fisis granul meliputi waktu alir, sudut diam, pengetapan, kompaktibilitas dan moisture content. Sedangkan untuk sifat fisik tablet meliputi kekerasan tablet, penetapan kadar zat aktif, dan keseragaman kandungan. 40

digilib.uns.ac.id 41 A. Pemeriksaan Sifat Fisis Granul dan Massa Tablet Granul adalah gumpalan dari partikel-partikel yang kecil. Umumnya granul dibuat dengan cara melembabkan serbuk atau campuran serbuk yang digiling dan melewatkan adonan yang sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang ayakan yang sesuai dengan granul yang diinginkan. Pemeriksaan sifat fisis granul dan sifat fisis massa tablet dilakukan untuk mengetahui granul dan massa tablet yang akan diproses menjadi tablet memenuhi persyaratan sehingga diharapkan dapat memperoleh tablet bermutu baik. Pemeriksaan-pemeriksaan kualitas granul sangat bermanfaat, karena sifat-sifat granul tidak hanya mempengaruhi peristiwa pentabletan saja, tetapi juga kualitas tabletnya sendiri. Hasil pemeriksaan sifat fisis granul dan sifat fisis massa tablet dapat dilihat pada Tabel V. Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul dan Massa Tablet Pemeriksaan F1 F2 F3 F4 Berat Jenis Ruah (g/ml) 0,624±0,007 0,655±0,013 0,660±0,007 0,629±0,004 Berat Jenis Mampat (g/ml) 0,714±0 0,744±0,002 0,752±0,018 0,731±0,003 Kandungan Lembab (%) 2,33±0,29 3,16±0,29 3,33±0,29 0,5±0 Waktu Alir (detik) 5,24±0,50 4,45±0,48 4,35±0,22 5,08±0,38 Sudut Diam ( o ) 23,1±1,22 23,02±1,45 25,61±0,47 24,90±0,81 Indeks Carr s (%) 12,85±2,08 10,86±2,99 16,1±1,71 14,04±0,87 Haussner Rasio (%) 1,15±0,02 1,12±0,03 1,19±0,015 1,16±0,01 Kompaktibilitas (kg) 3,71±0,28 2,73±0,30 1,58±0,13 1,28±0,16 Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif); ± Standard Deviation. Bahan yang dikempa juga perlu dilakukan pemeriksaan kemampuan mengalirnya (flowability) dan kemampuan untuk dikempa (compactibility). Pemeriksaan flowability meliputi waktu alir, sudut diam, distribusi ukuran partikel, pengetapan, kelembaban, berat jenis ruah, berat jenis mampat.

digilib.uns.ac.id 42 1. Kemampuan Mengalir Kemampuan mengalir massa tablet berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet, hal ini dikarenakan granul mempunyai sifat alir yang baik akan mengisi ruang kompresi dengan konstan, sehingga tablet yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam dan kandungan aktif juga akan seragam (Siregar dan Wikarsa, 2010). Kemampuan mengalir massa tablet dipengaruhi oleh ukuran partikel dan kadar air. Laju alir akan memengaruhi keseragaman bobot pada saat pencetakan tablet. Laju alir dapat diukur dengan metode waktu alir, sudut diam, dan indeks Carr s. a. Waktu alir Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir melalui corong, sedangkan kecepatan alir dinyatakan sebagai banyaknya serbuk yang mengalir tiap satuan waktu (Banker dan Anderson, 1986). Kecepatan alir granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971). Kecepatan alir dari granul dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, berat jenis partikel, kondisi permukaan partikel, kelembaban granul, dan penambahan bahan pelicin (Gibson, 2009). Waktu alir massa tablet dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 6 (lampiran 6a).

digilib.uns.ac.id 43 Waktu alir (detik/100 gram) 7 6 5 4 3 2 1 0 * * * * * F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 6. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif); * = signifikansi p < 0,05. Hasil pemeriksaan waktu alir massa granul di atas menunjukkan bahwa formula 1 (Pektin 20%) mempunyai waktu alir yang paling lama yaitu 5,24 detik dan selanjutnya diikuti formula 2 (Pektin 30%) sebesar 4,45 detik, formula 3 (Pektin 40%) sebesar 4,35 detik dan formula 4 (Kontrol Negatif) sebesar 5,08 detik. Penambahan matrik pada formula tersebut menyebabkan kemampuan mengalir granul lebih cepat. Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa formula dengan konsentrasi bahan matrik yang semakin besar dapat mempercepat waktu alir. Hal ini dapat terjadi karena dengan meningkatnya konsentrasi matrik akan meningkatkan berat jenis dari granul sehingga menyebabkan waktu alir menjadi lebih cepat, serta pengaruh jumlah fines, semakin banyak jumlah fines maka waktu alir akan semakin lama.

digilib.uns.ac.id 44 Dari hasil Uji Shapiro-wilk menunjukkan nilai signifikansi keempat formula > 0,05 sehingga data waktu alir terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,006 < α (0,05) yang berarti penggunaan matrik pektin dengan konsentrasi yang bervariasi memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap waktu alir. Uji t-lsd menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada formula 1 dengan formula 2, formula 1 dengan formula 3, formula 2 dengan formula 4, formula 3 dengan formula 4. Serta tidak terdapat perbedaan bermakna pada formula formula 1 dengan formula 4, formula 2 dengan formula 3. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh bentuk partikel, ukuran partikel melalui gaya kohesi di antara partikel, kelembaban, berat jenis suatu partikel, dan distribusi ukuran partikel. Kecepatan mengalir akan meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel (Gibson, 2009). b. Distribusi Ukuran Partikel Penentuan distribusi ukuran partikel dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran granul yang dihasilkan dari proses granulasi, serta memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer, syarat distribusi ukuran partikel sisa < 10% (Voigt, 1994). Distribusi ukuran partikel berpengaruh terhadap waktu alir massa tablet. Semakin besar ukuran partikel maka akan semakin besar gaya berat sehingga kecepatan aliran meningkat sampai perbandingan tertentu, selain itu ukuran partikel secara bermakna dapat memengaruhi

digilib.uns.ac.id 45 profil absorpsi obat oral. Ada beberapa metode yang tersedia untuk mengevaluasi ukuran partikel yang meliputi pengayakan, mikroskopi, sedimentasi dan stream scanning (Ansel, 1989). Hasil pemeriksaan uji distribusi partikel dapat dilihat pada Gambar 7 (lampiran 5c). Persentase (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 500 1000 1500 2000 2500 Ukuran partikel (µm) F1 F2 F3 F4 Gambar 7. Grafik distribusi ukuran partikel granul kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Dari grafik di atas menyajikan distribusi ukuran partikel yang berbedabeda di setiap formula. Nilai frekuensi puncak menunjukkan persentase ukuran partikel yang paling banyak. Dari grafik di atas menunjukkan grafik sedikit memanjang ke arah ukuran partikel lebih kecil sehingga distribusinya miring negatif (negative skewness). Rata-rata ukuran partikel dihitung untuk mengetahui rata-rata ukuran granul setiap formula. Ukuran granul rata-rata semua formula dapat dilihat pada gambar 7. Urutan ukuran granul rata-rata dari terkecil hingga terbesar yaitu F4, F3, F1, dan F2. Urutan ini sesuai dengan persentase bobot ukuran

digilib.uns.ac.id 46 granul tertinggi pada distribusi ukuran partikel. Pada gambar 7 diketahui bahwa persentase bobot granul tertinggi pada ukuran granul terbesar (1212,5 µm) dimiliki oleh F2. Hasil uji distribusi ukuran partikel bahwa formula 1 (Pektin 20%) jumlah fines nya adalah sebesar 8,5%, formula 2 (Pektin 30%) sebesar 4,68%, formula 3 (Pektin 40%) sebesar 8,05% dan formula 4 (Kontrol negatif) sebesar 11,98%. Hasil uji menunjukkan bahwa data tidak sesuai dengan teori bahwa formula 4 (Kontrol negatif) menghasilkan jumlah fines yang paling besar, sehingga menghasilkan waktu alir massa tablet yang lebih lama dibandingkan dengan formula lainnya. Sedangkan formula dengan jumlah fines paling sedikit adalah formula 2 (Pektin 30%). Adanya fines dalam granul mempengaruhi waktu alir. Jumlah fines yang memadai memperbaiki waktu alir. Namun, jumlah fines yang berlebih akan memperburuk waktu alir granul. Fines dalam jumlah tertentu dibutuhkan untuk mengisi rongga antar partikel granul sehingga tablet yang dihasilkan lebih kompak, sedangkan dalam jumlah besar dapat menimbulkan permasalahan dalam pencetakan tablet karena dapat menyebabkan capping. Untuk menghasilkan tablet yang kuat dan kompak jumlah fines tidak lebih dari 10% (Nugrahani dkk., 2005). c. Kandungan lembab Evaluasi kadar air digunakan untuk mengukur kelembaban dari serbuk/granul. Pengukuran kadar air dilakukan dengan alat yang disebut moisture balance. Syarat kadar air yang baik adalah 2 5% (Voigt, 1994).

digilib.uns.ac.id 47 Kandungan lembab dapat mempengaruhi waktu alir, dimana semakin tinggi kelembaban granul, maka daya kohesifitasnya juga semakin tinggi sehingga kemampuan mengalir granul meningkat, selain itu kelembaban dapat mempengaruhi kemampuan dikempa dan stabilitas obat dalam penyimpanan (Zhang dkk., 2009). Berikut adalah hasil pemeriksaan kandungan lembab granul. Moisture Content (%) 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 8. Diagram Perbandingan Kandungan Lembab (MC) Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Formula 1 (Pektin 20%) memiliki kandungan lembab sebesar 2,33, formula 2 (Pektin 30%) sebesar 3,16, formula 3 (Pektin 40%) sebesar 3,33, dan kontrol negatif sebesar 0,5%. Kandungan lembab tertinggi terdapat dalam formula 3 (Pektin 40%), hal ini dapat terjadi karena matrik yang ditambahkan relatif banyak dibandingkan formula lainnya, matrik yang digunakan berasal dari bahan alam memiliki kandungan lembab commit yang to user tinggi karena sifatnya yang hidrofil,

digilib.uns.ac.id 48 yakni mampu menyerap air. Sedangkan kandungan lembab yang paling sedikit terdapat dalam formula 4 (kontrol negatif), dimana dalam formula ini tidak ditambahkan matrik sehingga kandungan lembabnya rendah. Meningkatnya kadar air dalam granul dapat mengurangi kemampuannya untuk mengalir lancar, karena meningkatnya ketebalan lapisan cairan yang terserap, granul menjadi lebih kohesif dan cenderung membentuk aglomerat. Penelitian yang dilakukan Amidon et al. menunjukkan aliran selulosa mikrokristalin menurun dengan meningkatnya kadar air, terutama pada kadar air lebih dari 5 % (Emery, 2008). d. Berat Jenis Granul Berat jenis dapat mempengaruhi kemampuan mengalir granul, yakni semakin tinggi berat jenis granul dengan volume yang sama akan sebanding dengan kemampuan mengalirnya (semakin tinggi kecepatan alir granul). Pemeriksaan berat jenis ini dibagi menjadi 2 yaitu berat jenis ruah dan berat jenis mampat. Selisih volume antara berat jenis mampat dan berat jenis ruah disebut dengan porositas, porositas akan mempengaruhi flowabilitas dan kompaktibilitas. Semakin tinggi porositas menyebabkan kemampuan mengalir semakin lama dan kemampuan dikempa semakin rendah karena semakin banyak rongga antar parikelnya. Hasil pemeriksaan berat jenis dapat dilihat pada gambar berikut.

digilib.uns.ac.id 49 Berat Jenis (gram/ml 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 F1 F2 F3 F4 Formula BJ RUAH BJ MAMPAT Gambar 9. Diagram Perbandingan Berat Jenis Ruah dan Berat Jenis Mampat Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Hasil uji berat jenis menunjukkan bahwa berat jenis ruah dan berat jenis mampat yang tertinggi terdapat dalam formula 3 (pektin 40%), hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi matrik dalam formula akan meningkatkan berat jenis, karena semakin tinggi konsentrasi matrik maka kelembaban granul akan meningkat, sehingga akan menaikkan berat jenis karena matrik yang digunakan bersifat hidrofil. Hal ini berbanding lurus dengan porositas. Semakin besar porositas menyebabkan waktu alir semakin cepat. Porositas terbesar terletak pada formula 3, kemudian diikuti formula 2, sedangkan porositas terkecil terletak pada formula 1. e. Sudut diam Sudut diam adalah sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul setelah granul diberi perlakuan. Persyaratan granul dikatakan baik apabila sudut diam yang dibentuk antara 25⁰ - 45⁰ (Siregar dan Wikarsa, 2010). Uji

digilib.uns.ac.id 50 Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, kelembaban granul, dan gaya tarik dan gaya gesek antar partikel, jika gaya tarik dan gaya gesek kecil maka akan lebih cepat dan lebih mudah mengalir. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, maka sudut kemiringan semakin kecil dan semakin baik sifat aliran serbuk (Voigt, 1994). Berikut adalah hasil pemeriksaan sudut, dapat dilihat pada gambar 10 (lampiran 6b). Sudut diam ( 0 ) 30 25 20 15 10 5 0 F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 10. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Berdasarkan hasil pengamatan sudut diam seperti pada Gambar 10, diperoleh hasil bahwa sudut diam formula 1 (pektin 20%) sebesar 23,10 o, untuk formula 2 (pektin 30%) sebesar 23,02 o, formula 3 (pektin 40%) sebesar 25,61 o. Hasil menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan sudut diam yang baik yaitu 25-45 o. Sudut diam terkecil terdapat dalam formula 2 (Pektin 30%). Semakin kecil nilai sudut diam granul memiliki sifat alir yang baik sehingga granul dapat mengalir dengan

digilib.uns.ac.id 51 baik pula, tetapi hasil menunjukkan bahwa semakin kecil sudut diam waktu alir menjadi lebih lama, hal ini disebabkan karena kadar matrik yang rendah dapat menguragi ikatan antar partikel granul sehingga waktu alir menjadi lama. f. Uji Pengetapan Uji pengetapan dimaksudkan untuk mengetahui penurunan sejumlah granul akibat hentakan dan getaran. Granul yang baik memiliki indeks pengetapan tidak lebih dari 20%. Semakin kecil indeks pengetapan suatu granul maka semakin baik sifat alir dan kompresibilitasnya. Granul dengan indeks tap kurang dari 20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Siregar dan Wikarsa, 2010). Berikut adalah nilai indeks pengetapan dari masing masing formula. Indeks Cars (%) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 F1 F2 F3 F4 Formula INDEKS CAR'S HAUSSNER RASIO Gambar 11. Diagram Perbandingan Indeks Tap Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula commit tablet to tanpa user matrik (kontrol negatif).

digilib.uns.ac.id 52 Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa granul pada F1 F4 memiliki nilai indeks carr s yang baik yaitu kurang dari 20%. Formula 2 memiliki indeks carr s dan hausner rasio yang paling kecil, sedangkan formula 3 yang mengandung matrik memiliki indeks carr s dan hausner rasio yang paling besar. Hal ini berkebalikan dengan teori bahwa semakin kecil indeks pengetapan maka sifat aliran akan semakin baik. 2. Kemampuan dikempa Kompaktibilitas adalah kemampuan bahan untuk membentuk massa yang kompak (padat) setelah diberi tekanan tergantung dengan bonding indeks dan tensile strength. Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan zat untuk saling berikatan menjadi massa yang kompak, digunakan mesin tablet single punch dengan berbagai tekanan dari yang rendah ke yang tinggi. Granul yang memiliki kompaktibilitas yang baik akan mudah dikempa untuk menghasilkan tablet, artinya dengan pemberian tekanan yang relatif kecil massa granul akan membentuk massa tablet yang kompak. Kompaktibilitas yang baik berkisar 5% - 20% (Siregar, 2008). Untuk mengetahui kompaktibilitas bahan dievaluasi dengan mengukur kekerasan tabletnya pada berbagai tekanan kompresi. Tekanan kompresi digambarkan oleh kedalaman punch atas ketika turun ke ruang die. Massa tablet dikempa pada volume dan tekanan yang sama, yaitu pada posisi kedalaman punch bawah adalah 8,15 mm dan kedalaman punch atas 5,30 mm dengan tebal tablet sebesar 3,55 mm.

digilib.uns.ac.id 53 Berikut ini adalah nilai kompaktibilitas untuk keempat formula dapat dilihat pada Gambar 12 (lampiran 6d). Kompaktibilitas (kg) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 * * * * * F1 F2 F3 F4 Formula * Gambar 12. Diagram Perbandingan Kompaktibilitas Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif); * = berbeda bermakna p < 0,05. Hasil pemeriksaan uji kompaktibilitas didapatkan hasil bahwa kompaktibilitas paling tinggi terdapat dalam formula 1 yang mengandung matriks pektin sebesar 20%. Semakin kecil konsentrasi matrik dalam formula maka kompaktibilitas menjadi semakin besar, karena matriks pektin berasal dari bahan alam yang cenderung menyerap air, sehingga tablet yang dihasilkan menjadi rapuh, dengan konsentrasi matrik yang semakin besar maka kompaktibilitasnya akan semakin menurun. Formula yang memiliki kompaktibilitas paling kecil adalah Formula 4, karena formula ini tidak mengandung matrik, sehingga bonding indeks nya kecil menyebabkan kompaktibilitasnya kecil.

digilib.uns.ac.id 54 Hasil uji Shapiro-wilk menunjukkan bahwa nilai signifikansi > α (0,05) yang berarti data kompaktibilitas terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dan diperoleh hasil bahwa penggunaan matrik pektin dengan konsentrasi yang bervariasi memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kompaktibilitas. Sedangkan hasil Uji t LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara formula 1 dengan formula 2, formula 1 dengan formula 3, formula 1 dengan formula 4, formula 2 dengan formula 3, formula 2 dengan formula 4, serta formula 3 dengan formula 4. B. Penabletan Pada proses pentabletan kekerasan tablet diatur antara 10-20 kg, bertujuan untuk memperlama waktu hancur tablet sehingga matrik dapat melepaskan kaptopril secara lambat. C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tablet yang baik sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet seperti terlihat pada Tabel VI. Tabel VI. Pemeriksaan sifat fisis tablet kaptopril Pemeriksaan F1 F2 F3 F4 Keseragaman Kandungan (%) Kekerasan (kg) (Rata-rata=111,71) (CV=1,50%) (Rata-rata=110,18) (CV=1,85%) (Rata-rata=107,68) (CV=2,36%) (Rata-rata=96,29) (CV=2,96%) 12,17 ± 0,79 11,12 ± 1,06 10,14 ± 0,61 4,52 ± 0,28 Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif).

digilib.uns.ac.id 55 1. Keseragaman Kandungan Uji keseragaman kandungan dilakukan untuk mengetahui kadar obat yang terkandung dalam suatu sediaan. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa kandungan obat yang terdapat dalam sediaan sesuai dengan dosis yang ditentukan agar dapat memberikan efek terapetik yang diinginkan. Keseragaman kadar dipengaruhi oleh homogenitas. Semakin homogen dari suatu granul maka akan semakin baik pula keseragaman kadarnya. Sebanyak 10 tablet ditimbang satu per satu. Tiap tablet digerus halus, ditimbang sebanyak 125 mg (setara dengan 25 mg kaptopril), kemudian serbuk dilarutkan dalam 50 ml HCl 0,1 N. Larutan disaring, filtrat diambil 4 ml., ditambahkan dengan pengompleks yaitu 4 ml FeCl 3 0,04% dan 2 ml K 3 [Fe(CN) 6 ] 0,02%. Ditentukan λ max untuk absorbansi yaitu 747 nm. Operating time untuk larutan uji ini adalah selama 2 jam. Operating time digunakan untuk mengukur waktu hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Kadar dihitung dengan dibandingkan dengan absorbansi baku pembanding. Persen kadar dinyatakan sesuai yang tertera pada etiket. Standar keseragaman kadar untuk tablet kaptopril adalah tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari bobot tablet (Farmakope Indonesia Edisi IV). Hasil Perhitungan keseragaman kadar sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IVdapat dilihat pada Tabel 6 (lampiran 7b).

digilib.uns.ac.id 56 Tabel VII. Pemeriksaan Keseragaman Kandungan Tablet % Kandungan F1 F2 F3 F4 1 110,28 108,73 104,20 91,44 2 108,86 111,96 107,10 96,64 3 113,17 112,67 105,65 94,83 4 112,46 110,81 110,09 96,82 5 111,46 111,27 103,59 96,42 6 113,33 105,92 109,54 92,08 7 112,86 111,95 109,95 97,05 8 109,20 110,36 110,13 99,64 9 112,97 108,50 109,68 97,71 10 112,54 109,65 106,88 100,24 CV 1,68 2,04 2,54 2,85 Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Berdasarkan hasil pemeriksaan keseragaman kadar semua tablet memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu keseragaman kadar tidak lebih besar dari 115% dan tidak kurang dari 85%. Diagram hasil keseragaman kandungan dapat dilihat pada Gambar 13. 6 5 Pelepasan Obat (%) 4 3 2 1 0-1 F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 13. Diagram Keseragaman Kadar Tablet Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin commit 30%; F3: to Formula user tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif).

digilib.uns.ac.id 57 Berdasarkan hasil pemeriksaan nilai Coefficient variation dapat disimpulkan bahwa untuk ketiga formula telah memenuhi persyaratan keseragaman kadar yaitu kurang dari 6%. Keseragaman kadar dikatakan baik apabila nilai CV kurang dari sama dengan 6% (Anonim, 1995). 2. Kekerasan Tablet Suatu tablet yang baik harus mempunyai kekerasan yang cukup, dapat diartikan bahwa tablet tidak terlalu keras dan tidak terlalu rapuh. Suatu tablet yang terlalu keras dapat mengakibatkan air sulit berpenetrasi kedalam tablet, sehingga tablet sulit untuk hancur di dalam tubuh. Apabila tablet terlalu rapuh maka tablet tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti guncangan saat pengemasan maupun ketika distribusi. Kekerasan tablet yang baik adalah sekitar 10-20 kg untuk sediaan lepas lambat. Hasil diagram kekerasan tablet kaptopril dapat dilihat pada Gambar 15 (lampiran 7a). Kekerasan (kg) 14 12 10 8 6 4 2 * * * * * 0 F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 14. Diagram Perbandingan Kekerasan Tablet Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa commit matrik (kontrol to user negatif); * = berbeda bermakna p < 0,05.

digilib.uns.ac.id 58 Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa ketiga formula sudah sesuai persyaratan kekerasan tablet yang baik, yaitu 10-20 kg sesuai dengan ketentuan yang ada. Keempat formula tersebut dikempa dengan kompresibilitas yang tinggi yakni 10-20 kg dan pada formula 1 menunjukkan kekerasan yang paling tinggi dari ketiga formula lainnya karena granul yang dikempa memiliki kriteria dan kompaktibilitas yang tinggi sehingga dengan sedikit tekanan akan menghasilkan kekerasan yang relatif besar, untuk formula 4 memiliki kekerasan yang paling kecil, yang tidak mengandung matrik memiliki kekerasan yang paling kecil karena dengan tidak adanya matrik maka kompresibilitasnya rendah karena matrik yang digunakan juga berfungsi sebagai pengikat. Hasil uji Shapiro-wilk menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, dengan nilai signifikansi > 0,05, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dan diperoleh hasil bahwa penggunaan matrik pektin dengan konsentrasi yang bervariasi memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kekerasan tablet. Uji t- LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada formula 1 dengan formula 2, formula 1 dengan formula 3, formula 1 dengan formula 4, formula 2 dengan formula 4, dan formula 3 dengan formula 4, serta terdapat perbedaan tidak bermakna pada formula 2 dengan formula 3. Data menunjukkan bahwa pengendalian tidak berhasil. D. Disolusi Tablet Disolusi suatu tablet adalah jumlah atau persen zat aktif dari suatu sediaan padat yang larut pada suatu waktu tertentu dalam kondisi baku. Uji disolusi merupakan parameter penting dalam pengembangan produk dan pengendalian

digilib.uns.ac.id 59 mutu obat (Anonim, 1989). Uji disolusi menggunakan alat disolusi ELECTROLAB dengan metode dayung. Medium yang digunakan adalah asam klorida 0,1 N ph 1,2, dengan suhu 37⁰C ± 0,5⁰C dan waktu yang dibutuhkan 6 jam. 1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Percobaan pertama menentukan panjang gelombang maksimum untuk memperoleh panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum ini bertujuan untuk mengetahui ketika absorpsi mencapai maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi larutan terhadap sinar (Rohman, 2007). Semakin besar panjang gelombang maka semakin kecil nilai absorbansinya. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan scanning pada panjang gelombang 200-250 nm, hasil scanning yang diperoleh untuk panjang gelombang maksimum kaptopril adalah 202,4 nm. 2. Penentuan Kurva Baku Kaptopril Kurva baku kaptopril dibuat dengan melarutkan 50 mg kaptopril murni kedalam HCl 0,1 N sebanyak 100 ml, kemudian larutan tersebut diambil 2 ml dilarutkan dalam 50 ml HCl 0,1 N yang selanjutnya dibuat seri kadar, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang maksimum dan didapatkan nilai korelasi r=0,999, dari nilai r ini maka diperoleh persamaan y= 0,0328X + 0,2005. Kurva baku kaptopril dapat dilihat pada Gambar 16

digilib.uns.ac.id 60 0.8 0.6 absorbansi 0.4 0.2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 kadar (ppm) Gambar 15. Kurva baku tablet kaptopril Pembuatan kurva baku bertujuan untuk mengetahui konsentrasi antara sampel dengan serapan dan menentukan kadar pada uji disolusi tablet kaptopril. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi, maka kurva berupa garis lurus dan melalui titik nol. 3. Profil Disolusi Disolusi adalah suatu proses melarutnya bahan padat dalam medium zat cair. Laju disolusi didefinisikan sebagai jumlah bahan aktif dari suatu sediaan padat yang melarut persatuan waktu dalam kondisi temperatur dan suhu yang telah distandarisasi. Uji disolusi in vitro dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah obat yang terlarut dalam medium sehingga dapat menggambarkan profil pelepasan obat didalam tubuh. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pelepasan obat antara lain kelarutan obat (struktur, berat molekul, dan pka), karakteristik polimer (hidrofilitas, berat molekul, tortuoitas, serta perbandingan antara polimer dan obat dalam sediaan). Hasil uji disolusi yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengetahui mekanisme pelepasan obat sediaan

digilib.uns.ac.id 61 dengan cara memasukkan data hasil disolusi ke dalam persamaan kinetika, seperti orde nol, orde satu, Higuchi, dan Lowman - Peppas. Profil disolusi ketiga formula digambarkan dalam suatu kurva antara waktu vs % konsentrasi yang dapat dilihat pada Gambar 17. 120 Jumlah Obat Terdisolusi (%) 100 80 60 40 20 Pektin 20% Pektin 30% Pektin 40% Kontrol negatif 0 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 360 Waktu (menit) Gambar 16. Profil Disolusi Tablet Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Pada gambar di atas menunjukkan pelepasan tablet lepas lambat kaptopril dengan variasi konsentrasi pada setiap satuan waktu. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa ketiga formula tersebut telah melepaskan kaptopril secara lepas lambat, namun dengan meningkatnya konsentrasi matrik justru menaikkan kecepatan pelepasan obat. Kecepatan pelepasan paling tinggi terletak pada formula 4 yang tidak mengandung matrik, hal ini terjadi karena formula tidak mengandung matrik sehingga obat tidak dapat di kontrol pelepasannya, kemudian dilanjutkan dengan

digilib.uns.ac.id 62 formula 3 yang mengandung pektin 40%, lalu formula 2 yang mengandung pektin 30% kemudian formula 1 dengan konsentrasi matrik sebesar 20%. Pektin merupakan suatu koloid hidrofilik yang dapat membentuk gel dengan kapasitas menahan air sehingga dapat digunakan sebagai matrik yang berperan dalam pelepasan obat secara lepas lambat. Namun dari data yang diperoleh bahwa konsentrasi matrik tidak sebanding dengan waktu pelepasan obat, seharusnya dengan meningkatnya konsentrasi matrik maka pelepasan obat akan semakin lama. Hal ini dapat terjadi dikarenakan high soluble drug yakni dengan meningkatnya matrik, menyebabkan kompaktibilitas tablet menurun, sehingga ikatan antar granul turun, matrik menarik air dan sistem menjadi rusak.